I.1 LATAR BELAKANG Mata merupakan organ yang mengandung reseptor penglihatan pada salah satu bagiannnya yang disebut retina. Retina merupakan reseptor permukaan untuk informasi visual. Sebagaimana ditunjukan oleh asal embriologis umum, retina dan jaras-jaras penglihatan anterior (nervus optikus, kiasma optikus dan traktus optikus) merupakan bagian dari kesatuan otak yang utuh, yang menyediakan sebagian besar input sensoris total. Retina dan jaras-jaras penglihatan anterior sering memberi petunjuk diagnostik penting untuk berbagai gangguan sistem saraf pusat. Penyakit intrakranial sering menyebabkan gangguan penglihatan karena adanya kerusakan atau tekanan pada salah satu bagian dari jaras-jaras optikus. Pada pembahasan ini akan dijelaskan kerusakan yang mengenai nervus optikus karena peradangan. euritis optik adalah peradangan atau demielinisasi saraf optikus akibat berbagai ma!am penyakit. euritis optik diklasifikasikan menjadi dua yaitu
papilitis dan neuritis retrobulbar. Papilitis adalah pembengkakan diskus yang disebabkan oleh peradangan lokal di nervus saraf optik intraokular dan dapat terlihat dengan pemeriksaan funduskopi. Sedangkan tipe neuritis retrobulbar merupakan suatu peradangan di nervus saraf optik ekstraokular"intraorbital yang terletak pada bagian belakang bola mata, sehingga tidak tampak kelainan diskus optik dengan oftalmoskop, tetapi terjadi penurunan tajam penglihatan.#,$
I.2 TUJUAN PENULISAN %ujuan penyusunan referat ini adalah untuk mengetahui se!ara umum mengenai definisi, anatomi, fisiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, serta penatalaksanaan pada neuritis optik.
(omponen yang paling utama dari retina adalah sel-sel reseptor sensoris atau fotoreseptor dan beberapa jenis neuron dari jaras penglihatan. 'apisan terdalam (neuron pertama) retina mengandung fotoreseptor (sel batang dan sel keru!ut) dan dua lapisan yang lebih superfisial mengandung neuron bipolar (lapisan neuron kedua) serta selsel ganglion (lapisan neuron ketiga). #,$,) Sel batang berfungsi dalam proses penglihatan redup dan gerakan sementara sel keru!ut berperan dalam fungsi penglihatan terang,
penglihatan *arna, dan ketajaman penglihatan. Sel batang memiliki sensitivitas !ahaya yang lebih tinggi daripada sel keru!ut dan berfungsi pada penglihatan perifer. Sel keru!ut mampu membedakan *arna dan memiliki fungsi penglihatan sentral. +adan sel dari reseptor-reseptor ini mengeluarkan tonjolan (prosesus) yang bersinaps dengan sel-sel ganglion retina. ,kson sel-sel ganglion membentuk lapisan serat saraf pada retina dan menyatu membentuk saraf optikus. #,)
ervus optikus bermula dari optik disk dan berlanjut sampai ke kiasma optikum, dimana ke dua nervus tersebut menyatu. 'ebih a*al lagi merupakan kelanjutan dari lapisan neuron retina, yang terdiri dari a.ona.on dari sel ganglion. Serat ini juga mengandung serat aferen untuk
refle. pupil. Se!ara morfologi dan embriologi, neuritis optikus merupakan saraf sensorik. %idak seperti saraf perifer nervus optikus tidak dilapisi oleh neurilema sehingga tidak dapat beregenerasi jika terpotong. Serat nervus optikus mengandung #,/-#,$ juta serat saraf. 0
+agian nervus optikus ervus optikus memiliki panjang sekitar 01-2/ mm, dan dapat di bagi mejadi 0 bagian 3 4ntrao!ular (# mm) 3 menembus sklera (lamina kribrosa), koroid dan masuk ke mata sebagai papil disk. 4ntraorbital ()/ mm) 3 memanjang dari belakang mata sampai ke foramen optik. 'ebih ke posterior, dekat dengan foramen optik, dikelilingi oleh annulus 5inn dan origo dari ke empat otot rektus. Sebagian serat otot rektus superior berhubungan dengan selubung saraf nervus optikus dan berhubungan dengan sensasi nyeri saat menggerakkan mata pada neuritis retrobulbar. Se!ara anterior, nervus ini dipidahkan dari otot mata oleh lemak orbital. 4ntrakanalikular (6-7 mm) 3 sangat dekat dengan arteri oftalmika yang berjalan inferolateral dan melintasi se!ara oblik, dan ketika memasuki mata dari sebelah medial. 4ni juga menjelaskan kaitan sinusitis dengan neuritis retrobulbar. 4ntrakranial (#/ mm) 3 melintas di atas sinus kavernosus kemudian menyatu membentuk kiasma optikum. #, 0
Selubung meningeal Piamater, ara!hnoid, dan duramater melapisi otak dan berlanjut ke nervus optikus. 8i kanalis optik dura mater menempel langsung ke tulang sekitarnya. Ruang subara!hnoid dan ruang subdural merupakan kelanjutan dari bagian otak juga. #, 0
9askularisasi nervus optikus Permukaan opti! disk didarahi oleh kapiler-kapiler dari arteri retina. 8aerah prelaminar terutama di suplai dari sentripetal !abang !abang dari peripailari koroid dan sebagian kontibusi dari pembuluh darah dari lamina !ribrosa. #, 0 'amina kribrosa disuplai dari !abang arteri siliaris posterior dan arteri circle of zinn. +agian retrolaminar nervus optikus di suplai dari sentrifugal !abang-!abang arteri retina sentral dan sentripetal !abang!abang pleksus yang dibentuk dari arteri koroidal, circle of zinn, arteri retina sentral, dan arteri oftalmika. #, 0
II.1.#.
Lesi Sara$ Opti" 8itandai dengan hilangnya penglihatan atau kebutaan lengkap pada sisi yang terkena dengan hilang nya refleks !ahaya langsung pada sisi ipsilateral dan reflek tidak langsung pada sisi kontralateral. ), 0 Penyebab umum dari lesi saraf optik adalah3 optik atrofi, trauma pada saraf optik, neuropati optik, dan neuritis optikus akut.
'esi melalui bagian proksimal saraf optik &ambaran penting dari lesi tersebut yaitu hemianopsia ipsilateral dan kontralateral, hilangnya refleks !ahaya langsung pada sisi yang terkena dan reflek !ahaya tidak langsung pada sisi kontralateral. #, ), 0 'esi kiasma sentral 8i!irikan oleh hemianopsia bitemporal dan kelumpuhan refleks pupil. +iasanya diahului oleh atrofi optik pada sebagian akhir nervus optikus. Penyebab umum lesi kiasma pusat adalah suprasellar aneurisma, tumor kelenjar hipofise, kraniofaringioma, meningioma suprasellar,
glioma ventrikel ketiga, hidrosefalus akibat obstruktif ventrikel tiga, dan kiasma ara!hnoiditis kronis. #, ), 0 'esi kiasma lateral &ambaran menonjol pada lesi ini yaitu hemianopia binasal dengan kelumpuhan refleks pupil. Penyebab umum dari lesi tersebut diantaranya penggelembungan dari ventrikel ketiga yang menyebabkan tekanan pada setiap sisi kiasma dan ateroma dari !arotis atau arteri !ommuni!an posterior. #, ), 0 'esi saluran optik 8itandai dengan hemianopia homonim terkait dengan reaksi pupil kontralateral (Reaksi ;erni!ke). 'esi ini biasanya diahului oleh atrofi optik pada sebagian akhir nervus optikus dan mungkin berhubungan dengan kelumpuhan saraf ketiga kontralateral serta hemiplegik ipsilateral. Penyebab umum lesi ini diantaranya lesi sifilis, tuberkulosis, dan aneurisma dari serebeli atas atau arteri serebral posterior. #, ), 0 'esi badan genikulatam lateral 'esi ini mengakibatkan hemianopia homonim dengan refleks pupil minimal, dan mungkin berakhir dengan atrofi optik parsial. #, ), 0 'esi radiasi optik &ambaran berbeda-beda tergantung pada lokasi lesi. (eterlibatan radiasi optik total mengakibatkan hemianopsia homonim total.
<emianopia kuadrantik inferior (pie on the floor) terjadi pada lesi lobus parietal (mengandung serat unggul radiasi optik). <emianopia kuadrantik superior (pie on the sky) dapat terjadi setelah lesi dari lobus temporal (mengandung serat radiasi optik inferior). +iasanya lesi dari radiasi optik
terjadi akibat oklusi pembuluh darah, tumor primer dan sekunder, serta trauma. #, ), 0 'esi korteks visual (erusakan makula homonim pada lesi ujung korteks oksipital yang dapat terjadi sebagai akibat !edera kepala atau !edera ditembak senapan. Refleks !ahaya pupil normal dan atrofi optik tidak diikuti lesi korteks visual. #, ), 0 'esi jalur visual (erusakan makula homonim pada lesi ujung korteks oksipital yang dapat terjadi sebagai akibat !edera kepala atau !edera
ditembak senapan. Refleks !ahaya pupil normal dan atrofi optik tidak diikuti lesi korteks visual. #, ), 0
II.2 De$inisi %an K&asi$i"asi euritis optik adalah radang nervus optikus= penyakit ini dapat diklasifikasikan ke dalam bentuk 3 - intraokular, yang mengenai bagian saraf bola mata (papillitis) - retrobulbar, yang mengenai bagian saraf di belakang bola mata#,$,2
II.# Epi%e'i(&()i Studi epidemiologi menunjukan kejadian neuritis optikus berkisar 02 per #//./// populasi, dengan insidensi tertinggi pada populasi yang tinggal di dataran tinggi, seperti ,merika >tara dan ?ropa bagian barat, dan terendah pada daerah ekuator. Sedangkan dari segi ras, ras kaukasian lebih banyak terkena dibanding ras lain. Pada predileksi umur de*asa muda $/-02 tahun, neuritis optikus biasanya bersifat unilateral dan lebih banyak pada *anita ()3#). 9
Sedangkan neuritis optik pada anak lebih jarang terjadi, yaitu hanya kurang lebih 2@ kasus, biasanya bersifat bilateral, timbul palpitis, dan mempunyai ke!enderungan menjadi sklerosis multipel lebih rendah. ),6
II.* Eti(&()i a. 8emielinatif# o 4diopatik o Sklerosis multiple o euromielitis optika (penyakit 8elvi!)
b. 8iperantarai imun# euritis optik pas!ainfeksi virus (morbili, mumps, !a!ar air, influen5a, mononukleosis infeksiosa) euritis optik pas!aimunisasi
- ?nsefalomielitis diseminata akut - Polineuropati idiopatik akut (sindrom &uillain-+arre) - 'upus eritematosus sistemik - Penyakit leber !. 4nfeksi langsung# - <erpes 5oster, sifilis, tuberkulosis, !ryto!o!!osis, !ytomegalovirus d. europati optik granulomatosa# - Sarkoidosis - 4diopatik e. Penyakit peradangan sekitar# - Peradangan intrao!ular - Penyakit orbita
10
- Penyakit sinus, termasuk mukormikosis - Penyakit intra!ranial3 meningitis, ensefalitis f. 4ntoksikasi ra!un eksogen) toba!!o, etil alkohol, metil alkohol g. penyakit metaboli!1 diabetes, anemia, kehamilan, avitaminosis
II.+ Pat()enesis 8asar patologi penyebab neuritis optikus paling sering adalah inflamasi demielinisasi dari saraf optik. Patologi yang terjadi sama dengan yang terjadi pada multipel sklerosis (MS) akut, yaitu adanya plak di otak
dengan perivascular cuffing, edema pada selubung saraf yang bermielin, dan peme!ahan mielin.1, A 4nflamasi pada endotel pembuluh darah retina dapat mendahului demielinisasi dan terkadang terlihat sebagai retinal vein sheathing. (ehilangan mielin dapat melebihi hilangnya akson.1, A 8iper!aya bah*a demielinisasi yang terjadi pada euritis optikus
diperantarai oleh imun, tetapi mekanisme spesifik dan antigen targetnya belum diketahui. ,ktivasi sistemik sel % diidentifikasi pada a*al gejala dan mendahului perubahan yang terjadi didalam !airan serebrospinal. Perubahan sistemik kembali menjadi normal mendahului perubahan sentral (dalam $-0 minggu). ,ktivasi sel % menyebabkan pelepasan sitokin dan agen-agen inflamasi yang lain. ,ktivasi sel + mela*an protein dasar mielin tidak terlihat di darah perifer namun dapat terlihat di !airan serebrospinal pasien dengan euritis optikus. euritis optikus
juga berkaitan dengan kerentanan genetik, sama seperti MS. %erdapat ekspresi
11
II., Ge-a&a %an Tan%a (eluhan utama pada neutiris optikus adalah sama, baik pada papilitis, dimana saraf yang terkena terletak intraokular, maupun pada neuritis retrobulbar yang mengenai saraf ekstra okular. ) &ambaran akut - &ejala neuritis optik biasanya monokular, namun dapat mengenai kedua mata terutama pada anak-anak. $, 6 - <ilangnya penglihatan tiba-tiba selama beberapa jam sampai beberapa hari $, 6 yeri pada mata yeri ringan di dalam atau sekitar mata terdapat pada lebih dari 7/@ pasien. yeri tersebut dapat terjadi sebelum atau bersama-sama dengan hilangnya penglihatan dan berlangsung selama beberapa hari. Rasa sakit akan bertambah bila bola mata ditekan dan disertai sakit kepala. $ Pergerakan okular terutama gerakan ke atas dan ke ba*ah juga dapat memperberat nyeri ini karena perlekatan sejumlah serat otot rektus superior dengan duramater. $, 6 - 8efek pupil aferen (afferent pupillary defect)
Selalu terjadi pada neuritis optik bila mata yang lain tidak ikut terlibat. ,danya defek pupil aferen ini ditunjukkan dengan pemeriksaan swinging light test (Mar!us-&unn pupil). Mar!us-&unn positif ialah apabila pada mata yang 12
dipindahkan pada mata yang sakit, maka kedua pupil akan melebar. $, 6, 7 - 8efek lapang pandang Pada neuritis optik, lapang penglihatan perifer menyempit se!ara konsentris, terdapat skotoma sentral dengan berma!am tebal dan besarnya. 8apat pula berbentuk sekosentral atau para sentral. $, 6 - +uta *arna pada mata yang terkena, terjadi pada AA@ pasien. $, 6, 7
&ambaran (ronik ;alaupun telah terjadi penyembuhan se!ara klinis, tanda neuritis optik masih dapat tersisa. %anda kronik dari neuritis optik yaitu3 - (ehilangan penglihatan se!ara persisten. (ebanyakan pasien neuritis optik mengalami perbaikan penglihatan dalam # tahun. $, 6 - 8efek pupil aferen relatif tetap bertahan pada $2@ pasien dua tahun setelah gejala a*al. $, 6 - 8esaturasi *arna, terutama *arna merah. Pasien dengan desaturasi *arna merah akan melihat *arna merah sebagai pink, atau orange bila melihat dengan mata yang terkena. $, 6 - Benomena >hthoff yaitu terjadinya eksaserbasi temporer dari gangguan penglihatan yang timbul dengan peningkatan suhu tubuh. :lahraga dan mandi dengan air panas merupakan pen!etus klasik. $, 6 - 8iskus optik terlihat menge!il dan pu!at, terutama didaerah temporal. Pu!atnya diskus meluas sampai batas diskus ke serat retina peripapil. $, 6
#. Penglihatan yang kabur (visus turun) mendadak $. ,danya bintik buta ). Perbedaan subjektif pada terangnya !ahaya 0. Persepsi *arna yang terganggu 2. (ekaburan penglihatan ketika beraktivitas dan meningkatnya suhu dan berkurang jika beristirahat. 6. Rasa sakit pada mata yang mengganggu dan lebih sering pada tipe neuritis retrobulbar daripada tipe papilitis. 1. &ejala berlangsung sementara pada salah satu mata (pada pasien de*asa). Sedangkan pada pasien anak, biasanya mengenai kedua mata. %erdapat ri*ayat demam atau imunisasi sebelumnya pada anak akan mendukung diagnosis.
Pemeriksaan Bisik #, 1, A #. Pemeriksaan visus. <ilangnya visus dapat ringan ($/")/), sedang ($/"6/), maupun berat ($/"1/). $. Pemeriksaan lapang pandang, biasanya berupa skotoma sentral atau sentrosekal. yang normal. ). Refleks pupil. 8efek aferen pupil terlihat dengan refleks !ahaya langsung yang menurun atau hilang. 0. Penglihatan *arna berkurang. 2. ,daptasi gelap mungkin menurun. amun setelah 1 bulan, 2# @ kasus memiliki lapangan pandang
- Pemeriksaan funduskopi pada papilitis terlihat gambaran hiperemia dan edema diskus optik sehingga membuat batas diskus tidak jelas. Pada papil terlihat perdarahan, eksudat star figure yang menyebar dari papil ke makula, dengan perubahan pada pembuluh darah retina dan arteri men!iut dengan vena yang melebar. (adang-kadang terlihat edema papil yang besar yang menyebar ke retina. ?dema papil tidak melebihi $-) dioptri.
- 6/@
yang normal. <al ini menyebabkan adanya suatu istilah C%he patient sees nothing and the do!tor sees nothingD. amun apabila prosesnya sangat
destruktif, dapat berakhir sebagai optik atrofi dan papil menjadi pu!at, tak berbatas tegas, dan matanya buta. - Perdarahan peripapil, jarang pada neuritis optik tetapi sering menyertai papilitis karena neuropati optik iskemik anterior. - %anda lain adanya inflamasi pada mata yang terdeteksi pada pemeriksaan funduskopi yaitu3 perivenous sheathing. $. MR4 (magnetic resonance imaging) MR4 diperlukan untuk melihat nervus optikus dan korteks serebri. <al ini dilakukan terutama pada kasus-kasus yang diduga terdapat sklerosis multipel. ). Pungsi lumbal dan pemeriksaan darah 15
8ilakukan untuk melihat adanya proses infeksi atau inflamasi. 0. Slit lamp ,danya sel radang pada vitreous 2. Visually evoked response (9?R) terganggu dan menunjukan penurunan amplitude dan perlambatan *aktu transmisi.
II./ Dia)n(sis Ban%in)$,) Ne!ritis Opti" &ejala 9isus Papi&e%e'a Ne!r(pati Opti" 8efek akut lapang pandang= ketajaman bervariasi E turun Sakit kepala, mual, muntah, tanda fokal neurologis lain %idak ada Selalu bilateral %idak ada (has unilateral pada stadium akut %idak ada isokoria= Reaksi normal %idak ada isokoria= Reaksi sinar menurun pada sisi infark disk ormal ormal +ervariasi akut +iasanya nihil=
Is"e'i" 9isus sentral hilang 9isus tidak hilang= !epat, progresif, jarang ketajaman dipelihara kegelapan yang transien
'ain
&ejala Pupil
pada anak-anak %idak ada isokoria= Reaksi sinar menurun pada sisi
16
'apang pandang
Skotoma sentral
Skotoma sentral
%idak ada
%idak ada
- Media
+ening
+ening
,da
,da
,da
-elas
-elas
(urang jelas
Sangat jelas
-elas
Ma!ular fan bisa ada 9isus biasanya kembali normal atau tingkat fungsional
Ma!ular star bisa ada +aik dengan menghilangkan kausa tekanan intra-kranial 9erti!al oval pool 5at kontras akibat
%idak ada Prognosis buruk untuk kembali, mata kedua lamalama terlibat dalam #") kasus idiopatik ,da kebo!oran 5at kontras di
Fluorescein angiography
17
kebo!oran
peripapillary
II.0
Penata&a"sanaan Pasien tanpa ri*ayat Multiple S!lerosis atau euritis optikus 3 #. 8ari hasil MR4 bila terdapat minimum # lesi demielinasi tipikal 3 Regimen selama $ minggu 3 a. ) hari pertama diberikan Methylprednisolone #kg"kg"hari i.v b. ## hari setelahnya dilanjutkan dengan Prednisolone #mg"kg"hari oral !. %apering off dengan !ara $/ mg prednisone oral untuk hari pertama (hari ke #2 sejak pemberian obat) dan #/ mg prednisone oral pada hari ke-$ sampai ke-0 d. 8apat diberikan Ranitidine #2/ mg oral untuk profilaksis gastritis6,#/,##
Menurut
steroid dapat menurunkan progresivitas Multiple s!lerosis selama ) tahun. %erapi steroid hanya memper!epatkan pemulihan visual tapi tidak meningkatkan hasil pemulihan pandangan visual. ## $. 8ari hasil MR4 bila $ atau lebih lesi demielinasi 3 a. Menggunakan regimen yang sama dengan yang di atas. b. Merujukan pasien ke spesialis neurologi untuk terapi interferon -# intramuskular seminggu sekali selama $A hari. !. Metilprednisolon 49 (# g per hari, dosis tunggal atau dosis terbagi selama ) hari) diikuti dengan prednison oral (# mg"kg ++"hari selama ## hari kemudian 0 hari tappering off ). %idak menggunakan oral prednisolone sebagai terapi primer karena dapat meningkatkan resiko
18
rekuren atau kekambuhan. 6,#/,## ). 8engan tidak ada lesi demielinasi dari hasil MR4 3 a. Risiko terjadi MS rendah, kemungkinan terjadi sekitar $$@ setelah #/ tahun kemudian b. 4ntravena steroid dapat digunakan untuk memper!epatkan pemulihan visual !. +iasanya tidak dianjurkan untuk terapi ke!uali mun!ul gangguan visual pada mata kontralateral d. MR4 lagi dalam # tahun kemudian6,#/,##
Mito.antrone, suatu agen kemoterapi dan terapi antibiotik di monoklonal telah memberikan hasil yang menjanjikan bagi penyakit kambuhan-remisi (relapsing-remitting disease) yang progresif dan sulit diatasi. #/
II.11 K('p&i"asi (ehilangan penglihatan pada neuritis optik dapat terjadi permanen. euritis retrobulbar mungkin terjadi *alaupun merupakan suatu neuritis optik yang terjadi !ukup jauh di belakang diskus optikus.6, 1 eurits optik yang disebabkan oleh sklerosis multipel memiliki !iri khas kekambuhan dan remisi. 8isabilitas yang menetap !enderung meningkat pada setiap kekambuhan. Peningkatan suhu tubuh dapat memperparah disabilitas (fenomena >hthoff) khususnya gangguan penglihatan. 6, 1
II.11 Pr()n(sis Penyembuhan pada neuritis optik berjalan se!ara bertahap. Pada banyak pasien neuritis optik, fungsi visual mulai membaik # minggu sampai ) 19
dalam penglihatan *arna, kontras, serta sensitivitas adalah hal yang umum. (elainan tajam penglihatan (#2-)/@), sensitivitas kontras (6)-#//@), penglihatan *arna ())-#//@), lapang pandang (6$-#//@), stereopsis (A7@), terang gelap (A7E#//@), reaksi pupil aferen (22E7$@), diskus optikus (6/E A/@), dan visual-evoked potential (6)E#//@). Rekurensi dapat terjadi pada mata yang lain, kira-kira )/@ dalam 2 tahun. #, 6 Penglihatan akhir pada pasien yang mengalami neuritis optik dengan sklerosis multiple lebih buruk dibanding dengan pasien neuritis optik idiopatik.),1 +iasanya visus yang buruk pada episode akut penyakit berhubungan dengan hasil akhir visus yang lebih buruk juga, namun kadang kehilangan persepsi !ahaya pun dapat diikuti dengan kembalinya visus ke $/"$/. <asil akhir visus yang buruk juga dihubungkan dengan panjangnya lesi yang terkena, khususnya jika terlibatnya nervus dalam kanalis optikus.),1 %iap kekambuhan akan menyebabkan pemulihan yang tidak sempurna dan memperburuk penglihatan. ),1
20
euritis optikus merupakan keadaan inflamasi saraf optik , demielinisasi yang menyebabkan kehilangan penglihatan se!ara akut dan biasanya melibatkan satu mata (monokular). %erdapat subtipe dari neuritis optikus, yaitu neuritis retrobulbar dan papilitis. euritis optikus tidak berdiri sendiri, namun disebabkan oleh berbagai
ma!am penyakit"keadaan. Salah satunya adalah multipel sklerosis (MS), suatu penyakit demielinasasi sistem saraf pusat. Pasien mengeluh adanya pandangan berkabut atau visus yang kabur, adanya bintik buta, perbedaan subjektif pada terangnya !ahaya, persepsi *arna yang terganggu. Pada anak, biasanya gejala bersifat mendadak mengenai kedua mata. Sedangkan pada orang de*asa, neuritis optikus seringkali unilateral. ,danya defek pupil aferen relatif merupakan gambaran umum dari neuritis optikus. 8iskus optik terlihat hiperemis dan membengkak. Pengobatan neuritis optikus dapat dilakukan dengan pemberian kombinasi steroid oral, intravena, serta interferon -# intramuscular disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit. Selain itu, mitoxantrone juga dapat diberikan untuk mengobati penyakit kekambuhan-remisi yang progresif dan sulit diobati. Proses penyembuhan dan pemulihan ketajaman penglihatan terjadi pada 7$@ pasien. -arang yang mengalami kehilangan penglihatan yang progresif. Meskipun demikian, penglihatan tidak dapat sepenuhnya kembali normal.
21
DAFTAR PUSTAKA
#. 9aughan F ,sbury. :ftalmologi >mum, ?disi #0, -akarta3 ;idya
Medika,$///.<al $6A, $10-$A1. $. 4lyas Sidharta, 4lmu Penyakit Mata, Bakultas (edokteran >niversitas 4ndonesia, ?disi ke tiga, +alai Penerbit B(>4, -akarta, $//6. <al #17-#AA. ). ,.(. (hurana. Gomprehenship :pthalmology 0th ?dition dalam Ghapter #$- e* ,ge 4nternational $//1. P $AA-76. 0. ,meri!an ,!ademy of :pthalmology. Se!tion 2 Bransis!o 3 '?:. $//A-$//7. Page $2-$6. 2. 8orland, ;., ?&G 6. ?rhan ?rgene, M8. ,dult :pti! euritis. 8iunduh dari e*man. $//$. Kamus Kedokteran orland !disi "#. -akarta 3 euro-:pthalmology. San
http3""emedi!ine.meds!ape.!om"arti!le"#$#1/A) tanggal $A ,pril $/#$ 1. A. Perhimpunan 8okter ,hli Mata 4ndonesia 3 C euritis :ptikD dalam 4lmu Penyakit Mata, ,irlangga >niversitas Press, #7A0, hal 3 #/A-##/ :sborne +, +al!er '-. :pti! neuritis 3 Pathophysiology, Glini!al Beatures, and 8iagnosis. 8isitasi pada tanggal $A ,pril $/#$. 8isitasi dari
http3""***.uptodate.!om"opti!neuritis 7. ;ijana ana S,8, 4lmu Penyakit Mata, Getakan ke 6, ,bdi %egal.-akarta euro-:phtalmology 3 ,meri!an
,!ademy of :phtalmology staff, editor. euro-:phtalmology. +asi! and Glini!al S!ien!e Gourse se!. 2. San fransis!o %he Boundation of ,meri!an ,!ademy of :phtalmology, $//7-$/#/. P $A-)#, #$A-#06. ##. %he ;ilis ?ye Manual 3 :ffi!e and ?mergen!y Room 8iagnosis and %reatment of ?ye 8isease. $//A. P$2/-2$. 22