Anda di halaman 1dari 2

NOTULA TARIF TENAGA LISTRIK Pembangkit terbesar di jatim ada di PAITON.

ON. Terdapat 9 unit pembangkit, namun hanya 3 yg dimiliki oleh PLN dan dioperasikanoleh PJB. 6 pembangkit lainnya dikelola oleh swasta Ada pula pihak swasta yang memegang hingga sector distribusi listrik, di Jawa Barat salah satunya adalah PT Cikarang Listrindo. Sektor distribusi artinya perusahaan tersebut sudah memiliki pelanggan. Di Lampung terdapat Koperasi Sewo Mego di Kabupaten Metro sampai dengan tahun 2010, 1 kabupaten Metro membeli listrik dari PLN kemudian menyalurkan kepada masyarakat kabupaten tersebut. Hanya sampai tahun 2010 karena Koperasi tersebut tidak mampu membayar tagihan listrik ke PLN, karena banyaknya tunggakan dari pelanggan/anggota koperasi tersebut. Untuk penyelesaian masalah tunggakan tersebut, PLN berkoodinasi dengan Mentri Perkoperasian dengan Merger, dan seluruh pelanggan diambil alih oleh PLN. BUMN wajib menyalurkan 5% labanya untuk CSR, misalnya pembangunan pembangkit ramah lingkungan atau (Renewable energy Energi baru terbarukan/Tidah habis) yang diberikan melalui LSM, biasanya di desa-desa terpencil. Menurut PP 14/2012 Pasal 9, selama BUMN masih mampu melakukan pengelolaan tenaga listrik, pihak swasta maupun masyarakat tidak diwajbkan ikut berperan dalam pengelolaannya. Bila ada perusahaan memiliki pembangkit sendiri, ia harus mengurus perijinan kepada Bupati. Bila menjual di wilayah kota/kabupaten perijinan dari Bupati/Walikota. Wilayah propinsi ke Gubernur dan penjualan antar propinsi perijinan dari Mentri. Tarif Listrik Mahal/Murah Tarif listrik murah karena mendapat subsidi bagi pelanggan Dari sisi penyediaan lisrik mahal karena biaya produksi PLN tinggi. Rata-rata harga/kwh listrik yang dijual PLN adalah Rp 800/Kwh. Didalam genset terdapat SFC (Spesific Fuel Comsumption) = 0.3 liter/Kwh. Harga solar saat ini diasumsikan Rp 8000, maka harga per Kwh listrik adalah 0.3 x Rp 8000 = Rp 2400/Kwh.Harga solar yg dibeli PLN tidak disubsidi dan jumlahnya di kuota/dibatasi. Biaya tersebut hanya biaya bahan bakar, belum termasuk biaya produksi lainnya seperti biaya penyaluran, pemeliharaan, dan pegawai. UU No 30 Tahun 2009 Pasal 2 : (1) Pembangunan ketenagalistrikan bertujuan untuk menjaminn keterseiaan tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, kualitas yang cukup dan harga yang wajar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

Harga wajar ditetapkan dengan criteria: a. Dari sisi pelanggan sesuai kemampuan masyarakat (efordability) b. Dari sisi PLN Sesuai biaya produksi + margin laba. Tahun 2004, Presiden SBY dan Wapres JK mengunjungi kantor PLN, selanjutnya menetapkan FTP.1 (Fast Track Program) pembangunan pembangkit berkapasitas 10.000 MW. Pembangunan PLTD (1 thn), PLTU (5-7 thn) dan PLTA (7-12 thn). UU No. 30 Tahun 2009, Pasal 34 (1): Pemerintah sesuai kewenangannya menetapkan tarif tenaga listrik untuk konsumen dengan persetujuan DPR. PP No. 14 Tahun 2012, Pasal 41 (1): ---belum beres--Pelayanan PLN masih perlu terus ditingkatkan. Namun, Bank Dunia mengaresiasi perubahan yang dilakukan PLN dalam penyediaan listrik, bahkan telah mendongkrak nilai Indonesia dalam survey Kemudahan melakukan Bisnis. Yang diapresiasi antara lain: penyediaan CC123 untuk PB/PD, menghilangkan persyaratan fotokopi rekening tetangga. Saat ini kemudahan pelayanan PB/PD melalui web. Sebelum tahun 2002 rekening masih dicetak. Dicetak leh bagian Lahta (Pengolahan Data), dicetak setiap tanggal 20-30 setiap bulannya. Tahun 2002 sistem pembayaran OFFLINE. 2004 menggunakan ONLINE system. 2009 pembayaran dengan PPOB (Payment Point Online Bank). Selain melakukan perbaikan layanan, PLN mendapat tugas untuk melistriki seluruh Nusantara, karena hingga saat ini rasio elektrifikasi masih sekitar 75%. Rasio elektrifikasi merupakan perbandingan antara jumlah pelanggan Rumah Tangga dibandingkan jumlah KK dalam persen. Selain rasio elektrifikasi yang masih rendah, konsumsi per kapita (Kwh/Penduduk/Tahun) juga masih rendah, sehingga pertumbuhan konsumsi listrik meningkat pesat, sekitar 10% per tahun. Semakin banyak PLN menjual tenaga listri, maka semakin besar pula Pemerintah mengucurkan Subsidi Listrik. Karena tarif tenaga listrik yang tidak sesuai dengan harga keekonomian. Untuk menekan mengendalika besaran subsidi, dapat dilakukan dengan cara

Anda mungkin juga menyukai