Anda di halaman 1dari 6

DEFINISI

Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang berasal dari fossa rosenmuller pada nasofaring yang merupakan daerah transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel skuamosa

ANATOMI DAN FISIOLOGI NASOFARING

Gambar 1. Pembagian faring Gambar diunduh dari www.google.com

Gambar 2. Bagian-bagian nasofaring Gambar diambil www.google.com Nasofaring merupakan suatu rongga yang berbentuk kerucut dengan dinding kaku di atas, belakang dan lateral yang secara anatomi termasuk bagian faring.Dasarnya dibentuk oleh palatum molle. Batas Nasofaring : Superior : basis kranii, diliputi oleh mukosa dan fascia Inferior : bidang horizontal yang ditarik dari palatum durum ke posterior, bersifat subjektif karena tergantung dari palatum durum. Anterior : choane, oleh os vomer dibagi atas choane kanan dan kiri. Posterior : - Vertebra cervicalis I dan II Lateral : Fascia space = rongga yang berisi jaringan longgar Mukosa lanjutan dari mukosa atas

- Mukosa lanjutan dari mukosa atas dan belakang Muara tuba eustachii Fossa rosenmulleri

Bangunan yang penting pada nasopharing Ostium tuba eustachii pars pharyngeal

Tuba eustachii merupakan kanal yang menghubungkan kavum nasi dan nasofaring dengan rongga telinga tengah. Mukosa ostium tuba tidak datar tetapi menonjol seperti menara, disebut torus tubarius. Fossa rosenmulleri Merupakan dataran kecil dibelakang torus tubarius. Daerah ini merupakan tempat predileksi karsinoma nasofaring. Fornix nasofaring Adalah dataran disebelah atas torus tubarius, merupakan tempat tumor angiofibroma nasofaring Adenoid = tonsil pharyngeal = luskha Secara teoritis adenoid akan hilang setelah pubertas karena adenoid akan mencapai titik optimal pada umur 12-14 tahun. Lokasi pada dinding superior dan dorsal nasofaring sebelah lateral bursa pharyngea. Fungsinya sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman-kuman yang lewat jalan napas hidung.

Gambar 3. Rongga nasal Gambar diambil dari www.google.com

Nasofaring akan tertutup bila palatum molle melekat ke dinding posterior pada waktu menelan, muntah, mengucapkan kata-kata tertentu seperti hak dan akan terbuka pada saat respirasi.

Fungsi Nasofaring : Sebagai jalan udara pada respirasi Jalan udara ke tuba eustachii Resonator Sebagai drainage sinus paranasal kavum timpani dan hidung Secret dari nasofaring dapat bergerak ke bawah karena : Gaya gravitasi Gerakan menelan Gerakan silia ( kinosilia ) Gerakan usapan palatum molle

STADIUM
Penentuan stadium yang terbaru berdasarkan atas kesepakatan antara UICC ( Union In ternationale Contre Cancer ) pada tahun 2002 adalah sebagai berikut :

T = Tumor primer, besar dan perluasannya. T0 : Tidak tampak tumor T1 : Tumor terbatas di nasofaring T2 : Tumor meluas ke jaringan lunak T2a : Perluasan tumor ke orofaring dan / atau rongga hidung tanpa perluasan ke parafaring T2b : Disertai perluasan ke parafaring* T3 : Tumor menginvasi struktur tulang dan/ atau sinus paranasal T4 : Tumor dengan perluasan intracranial dan/ atau terdapat keterlibatan saraf kranial,fossa infratemporal,hipofaring,orbita atau ruang mastikator.
Catatan :* perluasan parafaring menunjukkan infiltrasi tumor ke arah postero-lateral melebihi fasia faringo-basilar

N= Pembesaran kelenjar getah bening regional. Nx : Pembesaran kelenjar getah bening tidak dapat dinilai N0 : Tidak ada pembesaran N1 : Metastase kelenjar getah bening unilateral, dengan ukuran terbesar kurang atau sama dengan 6cm , diatas fossa supraklavikula

N2 : Metastase kelenjar getah bilateral, dengan ukuran terbesar kurang atau sama dengan 6cm , diatas fossa supraklavikula N3 : Metastase kelenjar getah bilateral, dengan ukuran lebih besar dari 6cm , atau terletak di dalam fossa supraklavikula
catatan : kelenjar yang terletak di daerah midiline dianggap sebagai kelenjar ipsilateral

Stadium 0 Stadium I Stadium IIA Stadium IIB

M = Metastase jauh Mx : Metastasis jauh tidak dapat dinilai Mo : Tidak ada metastasis jauh M1 : Terdapat metastasis jauh T1s T1 T2a T1 T2a T2b N0 N0 N0 N1 N1 N0,N1 N2 N2 N2 N0,N1,N2 N3 Semua N M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M1

Stadium III

T1 T2a,T2b T3

Stadium Iva Stadium IVb Stadium IVc

T4 Semua T Semua T

PENATALAKSANAAN
Penanggulangan karsinoma nasofaring samapai saat ini masih merupakan suatu problem, hal ini karena etiologi yang masih belum pasti, gejala dini yang yang tidak khas serta letak nasofaring yang tersembunyi, sehingga diagnosis sering terlambat

Pada stadium dini, radioterapi masih merupakan pengobatan pilihan yang dapat diberikan secara tunggal dan memberikan angka kesembuhan yang cukup tinggi. Pada stadium lanjut, diperlukan terapi tambahan kemoterapi yang dikombinasikan dengan radioterapi. 1. Radioterapi Sampai saat ini radioterapi masih memegang peranan penting dalam penatalaksanaan karsinoma nasofaring. Penatalaksanaan pertama untuk karsinoma nasofaring adalah radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi. 2. Kemoterapi Kemoterapi sebagai terapi tambahan pada karsinoma nasofaring ternyata dapat meningkatkan hasil terapi. Terutama diberikan pada stadium lanjut atau pada keadaan kambuh.Kemoterapi 3. Operasi Tindakan operasi pada penderita karsinoma nasofaring berupa diseksi leher radikal dan nasofaringektomi. Diseksi leher dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologik dan serologi. Nasofaringektomi merupakan suatu operasi paliatif yang dilakukan pada kasus-kasus yang kambuh atau adanya residu pada nasofaring yang tidak berhasil diterapi dengan cara lain. 4. Imunoterapi Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-Barr, maka pada penderita karsinoma nasofaring dapat diberikan imunoterapi. Penatalaksanaan Berdasarkan Stadium : Stadium I : Radioterapi Stadium II & III : Kemoradiasi Stadium IV dengan N < 6cm : Kemoradiasi Stadium IV dengan N > 6cm : Kemoterapi dosis penuh dilanjutkan kemoradiasi.

Anda mungkin juga menyukai