TUMBUKAN BINER
L. Muhammad Musafar K.
Tumbukan merupakan interaksi antar molekul gas yang mengakibatkan terjadinya perubahan kecepatan molekul sebelum dan setelah terjadinya tumbukan. Tumbukan tidak harus ditinjau sebagai tumbukan head-to-head, sepanjang interaksi tersebut menyebabkan perubahan kecepatan partikel maka interaksi itu dapat dikatakan memenuhi kriteria tumbukan.
Tumbukan biner dalam gas merupakan tumbukan yang terjadi antar dua buah molekul. Oleh karena gas yang ditinjau adalah gas berkerapatan rendah maka peluang terjadinya tumbukan yang melibatkan lebih dari dua partikel memiliki probabilitas lebih kecil dibandingkan tumbukan yang melibatkan dua partikel saja. Sebagai ilustrasi, jika dalam sebuah ruang terdapat sangat banyak molekul maka peluang bertemunya dua partikel atau lebih memiliki probabilitas yang lebih tinggi dibandingkan jika jumlah partikel jauh lebih sedikit dalam ruang tersebut. Oleh karena itu, tinjauan tumbukan biner berlaku sah untuk gas dengan kerapatan rendah.
Dalam peristiwa tumbukan biner ini molekul ditinjau bertumbukan secara elastis sempurna. Dengan demikian selama proses tumbukan tersebut berlaku hukum kekekalan momentum dan r kekekalan energi kinetik. Andaikan molekul-1 memiliki massa m1 bergerak dengan kecepatan v1 r dan molekul-2 memiliki massa m2 bergerak dengan kecepatan v2 sebelum terjadinya tumbukan dan setelah terjadi tumbukan kecepatan molekul-1 dan 2 mengalami perubahan r r dan v menjadi v1 2. HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM r r r r + m2 v m1 v1 + m2 v2 = m1 v1 2 r r r r + p p1 + p2 = p1 2
(1)
3-2-12
TUMBUKAN BINER
1 1 1 1 2 2 + m1 v m1 v12 + m1 v2 2 = m1 v1 2 2 2 2 2
2 2 p12 p2 2 p1 p 2 + = + 2m1 2m2 2m1 2m2
(2)
Sebelum tumbukan,
r r r mv 1 1 + m2 v 2 V= m1 + m2 r r r ( m1 + m2 )V = m1 v1 + m2 v2 r r r MV = m1 v1 + m2 v2
dimana (3)
(4)
M = m1 + m2
menyatakan massa total.
(5)
(6)
Setelah tumbukan, diperoleh dengan cara yang sama seperti di atas, r r r mv 1 1 + m2 v2 V = kalikan oleh m1 + m2 m1 + m2 r r r + m2 v ( m1 + m2 )V = m1v1 2 r r r + m2 v MV = m1v1 2 r r r + m 2 v MV = m1 v1 2
atau
r r r + m2 v P = m1 v 1 2 r r r + p P = p1 2
L. Muhammad Musafar K 302 10 009
(7)
3-2-13
TUMBUKAN BINER
KECEPATAN DAN MOMENTUM RELATIF Kecepatan relatif diberikan oleh r r r u = v1 v2 Sedangkan momentum relatif diberikan oleh, r r r u = ( v1 v2 ) dimana menyatakan massa reduksi,
1 1 + m1 m2 m1m2 m1 + m2
(8)
r r m1m2 r r p = u = ( v1 v2 ) m1 + m2 r p= r r m2 m1 m1 v1 m2 v2 m1 + m2 m1 + m2
(9)
(10)
r m r m1 r p p = 2 p1 2 M M
TINJAU HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM r r r r + p p1 + p2 = p1 2 r r P = P Ini berarti bahwa peristiwa tumbukan tidak mengubah momentum total.
(11)
(12)
3-2-14
TUMBUKAN BINER
TINJAU HUKUM KEKEKALAN ENERGI KINETIK Dari persamaan (2), kekekalan energi kinetik diberikan oleh,
2 2 p12 p2 2 p1 p 2 + = + 2m1 2m2 2m1 2m2
atau
2 2 p p12 p2 2 p1 + = + 2 m1 m2 m1 m2
(13)
r m r m r p = 2 p1 1 p2 M M
Maka kita memiliki, r r r P = p1 + p2 r r r Mp = m2 p1 m1 p2 maka
r r r m1P = m1 p1 + m1 p2 r r r Mp = m2 p1 m1 p2
kalikan oleh M
kalikan oleh m1
Jumlahkan kedua persamaan ini, r r r r r r m1 P + Mp = (m1 p1 + m1 p2 ) + (m2 p1 m1 p2 ) r r r r r m1P + Mp = m1 p1 + m2 p1 = (m1 + m2 )p1 r r r m1P + Mp = Mp1 maka
karena m1 + m2 = M , maka
r m r r p1 = 1 P + p M
Subtitusi persamaan (14) kedalam persamaan (6) atau (9), r r r P = p1 + p2 kita pilih persamaan (6)
(14)
r m r r r P = 1 P + p + p2 M
3-2-15
TUMBUKAN BINER
r m r r r p2 = P 1 P p M r r MP m1 r r p2 = Pp M M
r M m1 r r p2 = Pp M r m + m2 m1 r r Pp p2 = 1 M r m r r p2 = 2 P p M Tinjau persamaan (7) dan (11), r r r + p P = p1 2 r m r m1 r p = 2 p1 p 2 M M maka
r r r + p P = p1 2 r r r m1 p Mp = m2 p1 2
oleh karena m1 + m2 = M ,
(15)
kalikan oleh M
kalikan oleh m1
maka
r r r + m1 p m1P = m1 p1 2 r r r m1 p Mp = m2 p1 2
Jumlahkan kedua persamaan ini, r r r r r r + m1 p m1P + Mp = (m1 p1 2 ) + (m2 p1 m1 p2 ) r r r r + m2 p1 ) m1P + Mp = (m1 p1 r r r m1P + Mp = (m1 + m2 )p1 oleh karena m1 + m2 = M , r r r m1P + Mp = Mp1 r m1 r r = P + p p1 M (16)
3-2-16
TUMBUKAN BINER
Subtitusi persamaan (16) kedalam persamaan (7) atau (11), r r r + p P = p1 kita pilih persamaan (7) 2 r m r r r P = 1 P + p + p 2 M r m r r r 1 P p p 2 = P M r r r MP m1P r p p 2 = M r M m1 r r P p p = 2 M r m1 + m2 m1 r r p P p 2 = M r m2 r r p P p 2 = M Substitusi persamaan (14), (15), (16), dan (17) kedalam persamaan (13),
2 2 p p12 p2 2 p1 + = + 2 m1 m2 m1 m2
(17)
2 2 2 2 1 m1 r r 1 m2 r r 1 m1 r r 1 m2 r r P + p + P p = P p P + p + m1 M m1 M m2 M m2 M
2 2 2 2 1 m1 r r 1 m2 r r 1 m1 r r 1 m2 r r + + P p P p = P + p + P p m1 M m1 M m2 M m2 M r r Subtitusi persamaan (12), yaitu P = P 2 2 2 2 1 m1 r r 1 m2 r r 1 m1 r r 1 m2 r r + + P p P p = P + p + P p m1 M m1 M m2 M m2 M 2 1 m1 r r Hitung: P + p m1 M
2 1 m1 r r 1 m12 2 m1 r r 2 + + P + p = P p 2 P p 2 m1 M m1 M M 2 p2 1 m1 r r m 2 r r + P + p = 12 P 2 + Pp m1 M M m1 M
(18)
(19)
3-2-17
TUMBUKAN BINER
2 1 m2 r r Hitung: P p m2 M 2 1 m2 r r 1 m2 2 2 m2 r r 2 = + P p P p 2 P p 2 m2 M m2 M M 2 1 m2 r r m2 2 p 2 2 r r = P p P + Pp 2 m2 M M m2 M
(20)
Hitung:
1 m1 r r P + p m1 M
2 1 m1 r r 1 m12 2 m r r = P + p P + p2 + 2 1 P p 2 m1 M m1 M M 2 1 m1 r r m1 2 p2 2 r r P+p = 2 P + P p + m1 M M m1 M
(21)
Hitung:
1 m2 r r P p m2 M
2 1 m2 r r 1 m2 2 2 m2 r r 2 = + P p P p 2 P p 2 m2 M m2 M M 2 p2 2 r r 1 m2 r r m P p = 22 P 2 + P p m2 M M m2 M
(22)
3-2-18
TUMBUKAN BINER
2 2 1 m1 r r 1 m2 r r P2 1 1 2 p P + p + P p = (m1 + m2 ) 2 + + m1 M M m1 m2 m2 M 2 2 1 m1 r r 1 m2 r r P2 1 1 2 P p P p M = + + + + 2 p m1 M M m2 M m1 m2 2 2 1 m1 r r 1 m2 r r P2 1 1 2 p P + p + P p = + + m1 M M m1 m2 m2 M
(23)
(24)
P2 1 1 2 P2 1 1 2 p p = + + + + M m1 m2 M m1 m2 1 1 2 1 1 2 p = + + p m m m m 2 2 1 1
p 2 = p2
3-2-19
TUMBUKAN BINER
atau
p = p
(24)
Ini mengimplikasikan bahwa tumbukan tidak mengubah besar dari kecepatan relatif atau momentum relatif. Hal tersebut dapat diartikan bahwa proses tumbukan hanya merotasikan arah momentum atau kecepatan relatif tanpa mengubah besar.
r r r r Andaikan sudut antara p dan p adalah , dan sudut azimutal p terhadap p adalah . Sudut
ini secara lengkap mencirikan kinematika tumbukan. Sudut dan secara kolektif dilambangkan oleh dan disebut sebagai sudut hamburan. Jika potensial yang berperan dalam hamburan adalah potensial terpusat yaitu potensial yang hanya bergantung pada jarak antarmolekul maka hamburan tidak bergantung pada .
Aspek dinamis daripada tumbukan digambarkan oleh penampang lintang differensial (differential cross-section) yang didefenisikan sebagai berikut. Tinjau beam partikel-2 yang datang menuju partikel-1. Dalam hal ini, partikel-1 merupakan target. Fluks partikel yang datang I didefenisikan sebagai jumlah partikel yang datang melewati suatu elemen luas tiap detik diamati dari partikel target:
r r I = n|v1 v2 |
(25)
dimana n adalah kerapatan partikel beam yang datang. Penampang lintang diferensial d/d didefenisikan sebagai jumlah molekul datang yang dihamburkan tiap detik dalam elemen sudut-permukaan (solid-angle) d di sekitar arah dan dituliskan sebagai
d ( ) d d
3-2-20
TUMBUKAN BINER
Penampang lintang diferensial memiliki dimensi luas. Jumlah molekul terhambur dalam d tiap detik sama dengan jumlah molekul dari beam yang datang melewati luasan d/d tiap detik.
Luas total penampang lintang menyatakan jumlah molekul terhambur tiap detik, d ( ) d
tot = d
(26)
tot = d ( )
(27)
Dalam mekanika klasik penampang lintang diferensial dapat dihitung dari potensial molekular dengan cara berikut. Pertama, lakukan transformasi sistem koordinat terhadap sistem pusat
massa, dimana momentum total adalah nol. Karena yang ditinjau hanya domain non-relativistik
maka hal ini memasukkan translasi seluruh kecepatan dengan besar konstan. Jadi, kita hanya perlu mengikuti trayektori satu molekul yang bergerak di sepanjang satu orbit tertentu saat partikel tersebut dihamburkan oleh pusat gaya/massa tetap. Andaikan partikel datang r mendekati pusat gaya/massa dengan momentum relatif p dan ketika menjauhi titik pusat gaya r tersebut partikel memiliki momentum p , maka momentum relatif tersebut hanya mengalami rotasi memenuhi persamaan (24). Jarak normal antara garis lintasan partikel ke garis titik pusat gaya disebut sebagai impact parameter.
3-2-21