Anda di halaman 1dari 236

LAPORAN TUGAS AKHIR

PERENCANAAN JEMBATAN KONSTRUKSI BAJA


KALI WELO
KABUPATEN PEKALONGAN DESA DORO


Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Katolik Soegijapranata









Disusun oleh :


TITAN INDRATAMA 96.12.1665


JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2007
Perpustakaan Unika
DAFTAR ISI


Halaman J udul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Lembar Asistensi
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Notasi
Daftar Lampiran

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum.... 1
1.2 Latar Belakang.. 2
1.3 Tujuan Pembuatan Tugas Akhir.. . 3
1.4 Lokasi Perencanaan... 4
1.5 Studi Kelayakan .4
1.6 Pembatasan Masalah...5
1.7 Sistematikan Penulisan Tugas Akhir...5
BAB II PERENCANAAN
2.1 Tinjauan Umum7
2.2 Dasar Perencanaan .. 7
2.3 Tahap Perencanaan.. 8
2.4 Data Perencanaan J embatan.....9
2.5 Pradesain Konstruksi J embatan Welo..14
2.6 Metodologi Perencanaan J embatan..18
2.7 Dasar Pembebanan J embatan...19
BAB III PERHITUNGAN KONSTRUKSI JEMBATAN RANGKA BAJ A
3.1 Perhitungan Struktur Atas28
3.2 Perhitungan Struktur Bawah84
Perpustakaan Unika
BAB IV RENCANA KERJ A DAN SYARAT SYARAT (RKS)
4.1 Syarat syarat Umum..126
4.2 Syarat syarat Khusus..172
4.3 Syarat syarat Administrasi.176
4.4 Syarat Teknis........185
4.5 Pengendalian Bahan..214
BAB V ANALISA HARGA DAN LAIN LAIN
5.1 Analisa BOW...224
5.2 Daftar Analisa Pekerjaan......................225
5.3 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya.............230
5.4 Rencana Anggaran Biaya.....234
5.5 Rekapitulasi Harga...235

Daftar Pustaka
Lampiran




Perpustakaan Unika
1




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Umum
Sektor konstruksi memiliki peran yang sangat signifikan dalam mendorong
peningkatan perekonomian dan kesejahteraan suatu bangsa. Hal tersebut tidak lah
berlebihan karena banyak contoh kasus yang menunjukkan bagaimana peran
dunia konstruksi menjadi landasan perkembangan peradaban suatu bangsa ke
tahap yang lebih maju. Restorasi Meiji di J epang dan Marshall Plan di Amerika
Sarikat merupakan contoh bagaiman peran dunia kontruksi sebagai landasan
untuk tumbuh dan berkembangnya kawasan yang pada akhirnya mendorong
perekonomian nasional masing-masing negara.
Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan dunia
konstruksi sangat terkait dengan kesejahteraan manusia. Kondisi ini ditunjukkan
dengan peran kontruksi yang sangat besar di dalam penyediaan fasilitas dan
infrastruktur yang dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya pembangunan jembatan.
Disamping itu juga, pembangunan jembatan sangat penting sekali sebagai
penghubung antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Terputusnya suatu
daerah dari pemerintahan pusat atau daerah lainnya, dikarenakan tidak tersedianya
jembatan, dapat menghambat kemajuan serta mengisolasi daerah tersebut.
J embatan merupakan suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan
melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan
lain (jalan alus atau jalan lalu lintas biasa). Adanya jembatan, transportasi darat
yang terputus oleh sungai (floodway) dapat diatasi. Dikarenakan fungsinya yang
Perpustakaan Unika
2




ARAH ALIRAN
50
9,6
+70
+75
penting maka jembatan harus dibuat kuat, yaitu mampu menerima beban di
atasnya serta dapat digunakan dalam waktu yang lama.
1.2 Latar Belakang
Redesain J embatan Kali Welo dikarenakan kondisi arus penumpang di daerah
Pantura Pulau J awa semakin hari mengalami peningkatan yang cukup signifikan
sehingga pemerintah, melalui Bina Marga, perlu menambahkan jembatan yang
memadai agar supaya kepadatan tersebut dapat diminimalis. Tingginya arus lalu
lintas, misalnya pada saat lebaran, akan berdampak pada peningkatan kecelakaan
dan jalur alternatif merupakan salah satu solusi atas permasalahan tersebut.
Disamping itu juga, redesain J embatan Kali Welo dikarenakan pada musim
penghujan arus sungai mengalir deras sehingga membahayakan konstruksi
jembatan Kali Welo yang terletak antara Wono Tunggal-Kebonagung di desa
Doro. Gambaran umum mengenai jembatan Kali Welo dapat dilihat pada gambar
1.1 dan 1.2 dibawah ini.













Gambar 1.1 Tampak Atas





Perpustakaan Unika
3










Gambar 1.2 Tampak Samping
1.3. Tujuan Pembuatan Tugas Akhir
Seperti yang telah disebutkan pada bagian atas bahwa pembangunan jembatan
memiliki tujuan ekonomi dan sosial. Adapun tujuan pembangunan J embatan Kali
Welo adalah sebagai berikut :
1. Sebagai sarana pendukung kelancaran arus lalu lintas Pantura. Hal tersebut
dikarenakan tingkat kepadatan arus lintas Pantura mengalami peningkatan
yang signifikan dan ini akan berdampak pada kemacetan serta tingginya
tingkat kecelakaan pada daerah tersebut
2. Salah satu sarana penghubung antar daerah untuk kepentingan sosialisasi
masyarakat. Dengan memiliki jembatan yang representatif maka masyarakat
dapat melakukan interaksi dengan masyarakat daerah lain sehingga kemajuan
peradaban dari suatu daerah dapat diadopsi oleh daerah lain.
3. Menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi antar suatu daerah dengan daerah
lain melalui jembatan Welo ini. Dengan memiliki jembatan yang representatif
maka arus barang dan jasa dari suatu daerah ke daerah lain akan semakin
lancer sehingga akan berdampak pada peningkatan perekonomian dan
kesejahteraan daerah.

Perpustakaan Unika
4




1.4 Lokasi Perencanaan
J embatan Welo ini terletak antara Wonotunggal-Kebonagung yang melintasi
sungai Welo yang terletak di Kecamatan Doro, Desa Doro.
1.5 Studi Kelayakan
Studi kelayakan diperlukan untuk menentukan layak atau tidak suatu proyek
dibangun. Dengan adanya studi kelayakan ini dapat ditentukan aspek-aspek yang
berkaitan dengan perencanaan struktur bangunan.
Aspek-aspek yang ditinjau dalam studi kelayakan perencanaan jembatan meliputi:
1. Aspek kondisi fisik, yang terdiri dari (a) kondisi geometri dan topografi, (b)
penyelidikan tanah dan (c) kondisi hidrologi
2. Aspek financial, yang terdiri dari (a) total pendanaan dan (b) sumber
pendanaan
3. Aspek teknis, yang terdiri dari (a) penentuan lokasi dan (b) penentuan tipe
konstruksi dan (c) kondisi lalu lintas
4. Aspek non-teknis, yang terdiri dari (a) aspek ekonomi dan (b) aspek social.
5. AMDAL
1.6 Pembatasan Masalah
Banyaknya permasalahan yang timbul dalam perencanaan J embatan Welo ini
sehingga dalam penulisan tugas akhir ini materi yang akan dibahas meliputi (1)
struktur oprit dan (2) struktur jembatan. Untuk menunjang penyusunan tugas
akhir ini maka diperlukan data-data yang didapat dari instansi-instansi yang
bersangkutan. Data-data tersebut meliputi (1) data tanah, (2) data lalu lintas, (3)
gambar situasi proyek J embatan Welo dan (4) data banjir.
Perpustakaan Unika
5




1.7 Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Secara garis besar penulisan tugas akhir ini disusun dalam 6 bab, yang terdiri:
Bab I Pendahuluan
Bab ini membahas mengenai tinjauan umum, latar belakang, tujuan, lokasi
pekerjaan, studi kelayakan, dan sistematika penulisan.
Bab II Perencanaan
Bab ini berisi tentang tinjauan umum, pemilihan tipe konstruksi, metodologi
perencanaan, dasar perencanaan dan metode perhitungan.
Bab III Perhitungan Konstruksi
Bab ini membahas mengenai perhitungan struktur yang meliputi:
1. Perhitungan Stuktur Atas
a. Perhitungan Pelat Lantai Kendaraan
b. Perhitungan Gelegar J embatan
c. Perhitungan Pertambatan Angin
d. Perhitungan Rangka Batang J embatan
2. Perhitungan Struktur Bawah
a. Perhitungan Abutment
b. Perhitungan Pondasi
3. Perhitungan Struktur Oprit
a. Perencanaan alinemen vertical
b. Perencanaan tebal perkerasan
c. Perencanaan dinding penahan tanah

Perpustakaan Unika
6




Bab IV Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat
Bab ini berisi mengenai rencana kerja dan syarat-syarat, yang meliputi syarat-
syarat umum, syarat khusus, syarat administrasi, syarat teknis dan pengendalian
mutu.
Bab V Analisa Harga
Bab ini berisi analisa SNI, Rencana Anggaran Biaya, Time Schedule, Kurva S dan
Network Planning
Bab VI Penutup
Perpustakaan Unika
7




BAB II
PERENCANAAN

2.1 Tinjauan Umum
Proses pembangunan suatu jembatan melalui beberapa tahap dimana pada
setiap tahapnya memiliki aspek penting. Tahap-tahap yang dimiliki pada
pembangunan jembatan meliputi: rencana awal, pradesain, desain akhir (analisis,
kontrak dan administrasi), pembuatan dan pekerjaan konstruksi, tahap yang paling
akhir adalah penggunaan dan perbaikan.
Pada Tugas Akhir ini, tahap yang akan dibahas hanya rencana awal sampai
desain akhir saja. Perencanaan tersebut harus memenuhi syarat-syarat keamanan,
kenyamanan, kekuatan dan keindahan serta mempertimbangkan kondisi yang
akan datang.
2.2 Dasar Perencanaan
Dasar perencanaan yang digunakan untuk perencanaan jembatan dan jalan
antara lain:
1. Peraturan Muatan J embatan J alan Raya SKBI 1.328 1987 Direktorat J endral
Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum.
2. Peraturan Pelaksanaan Pembangunan J embatan Nomor 04/ST/BM/1974,
Direktorat J endral Bina Marga.
3. Pedoman Perencanaan Pembebanan J embatan untuk J alan Raya Dirjen Bina
Marga Departemen Pekerjaan Umum.

Perpustakaan Unika
8




2.3 Tahap Perencanaan
Tahap-tahap perencanaan J embatan welo, antara lain:
1. Perencanaan gambar desain awal
2. Perhitungan struktur atas
a. Perhitungan tiang sandaran
b. Perhitungan pelat lantai kendaraan, gelagar memanjang dan gelagar
melintang
c. Perhitungan rangka jembatan dan ikatan angin (atas dan bawah)
3. Perhitungan Struktur Bawah
a. Perhitungan abutment, terdiri dari (1) penentuan dimensi dan (2)
pembebanan
b. Perhitungan rubber bearing
c. Penulangan abutment
d. Penulangan wingwall
e. Penulangan plat injak
f. Penulangan pondasi tiang pancang
g. Penulangan poor abutment
4. Perencanaan Oprit (Approach Bridge)
a. Perencanaan alinemen vertikal
b. Perencanaan tebal perkerasan
c. Perencanaan dinding penahan tanah

Perpustakaan Unika
9




2.4 Data Perencanaan Jembatan
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang didapat dengan melakukan pengamatan di lapangan secara
langsung. Sedangkan data sekunder adalah data-data yang didapat dari instansi-
instansi terkait.
2.4.1 Data Topografi dan Geometri
Data geometri dan topografi sangat berkaitan untuk menentukan lokasi dan
jalan pendukung. Dengan mengetahui kondisi geometri dan topografi sehingga
dapat diketahui keadaan tanah dasar yang akan mempengaruhi bentuk geometri
dan topografi jalan tersebut.
Pada perencanaan J embatan Kali Welo ini data geometri dan topografi yang
digunakan adalah (Gambar Proyek Perencanaan dan Pengawasan Teknis
Peningkatan J alan Propinsi Dinas Bina Marga Propinsi J awa Tengah):
Elevasi jembatan : 75.00 meter dari muka air laut.
Elevasi muka sungai: 70.00 meter dari muka air laut.
2.4.2 Data Hidrologi
Data hidrologi digunakan untuk menghitung debit banjir rencana. Data
hidrologi yang digunakan untuk merencanakan harus dapat melewatkan banjir
rencana yang diambil dari banjir tertinggi yang dapat dilewatkan arus sungai di
bawah jembatan selama kurun waktu dan kala ulang tertentu. Dengan mengetahui
elevasi muka air banjir di daerah tersebut maka dapat direncanakan tinggi
jembatan dengan menambahkan tinggi jagaan. Analisa hidrologi pada
perencanaan jembatan berfungsi untuk:
Perpustakaan Unika
10




1. Menentukan muka banjir di bawah jembatan yang akan digunakan pada
penentuan elevasi jembatan
2. Menentukan tinggi jagaan di bawah jembatan.
3. Penentuan tinggi muka air rencana
Analisis hidrologi pada perencanaan jembatan meliputi:
1. Analisa curah hujan pada daerah aliran sungai (DAS)
Curah hujan yang diperlukan untuk perencanaan adalah curah hujan rata-rata
diseluruh daerah yang bersangkutan. Data curah hujan diambil dari Dinas
PSDA Propinsi J awa Tengah.
Tabel 2.1
Curah Hujan Maksimum
Tahun Bulan Curah Hujan Harian
Maksimum dalam 1 tahun (mm)
2002 Febuari 209
2003 Desember 96
Sumber : Stasiun Doro
Dari data diatas diambil curah hujan maksimum yaitu 209 yang terjadi pada
bulan Febuari dengan curah hujan harian maksimum dalam satu tahun adalah
209 mm.
2. Penentuan debit rencana
Penetapan debit rencana sebaiknya tidak terlalu kecil agar tidak terjadi bahaya
banjir yang dapat merusak struktur jembatan, dan juga tidak terlalu besar
karena perhitungan jembatan menjadi tidak ekonomis. Karena itu debit
rencana ditetapkan dengan masa ulang tertentu. Debit rencana yang digunakan
pada perencanaan jembatan ini menggunakan kala ulang 50 tahun.

Perpustakaan Unika
11




Tinggi muka air rencana di bawah jembatan berhubungan langsung dengan
debit aliran. Tinggi muka air berubah sesuai dengan debit aliran. Tinggi muka air
rencana ini digunakan untuk acuan penentu elevasi jembatan. Rumus yang
digunakan dalam perhitungan antara lain:
2
1
3
2
50
xA xAxR
n
1
Q =
Keterangan:
n =Angka manning
A =Luas penampang basah sungai (m
2
)
R =J ari-jari hidrolis (mm)
i =Kemiringan memanjang dasar sungai (0,024)
Qso =Debit banjir kala ulang 50 tahun(m
3
/dt)
A = (b +2h) xh
P = b +2h 5
R =A/p
Q =VxA
Keterangan:
V = Kecepatan aliran (m/dt)
A = Luas penampang basah (m
2
)
Q = Debit banjir (m
3
/dt)
Perpustakaan Unika
12




Q = 0,278 x C x i x A
Keterangan:
Q = Debit banjir (m
3
/dt)
A = Luas DAS (m
2
)
C = Koefisien pengaliran (0,8)
i = intensitas hujan rata-rata (mm/jam), dihitung dengan rumus Mononobe
3
2
c
24
t
24
x
24
R
i

=
Keterangan:
R
24
=Curah hujan harian maksimum (mm/jam)
385 , 0
3
H
L
x 87 , 0 tc

=
Keterangan:
tc = Waktu Konsentrasi
L = Panjang alur Sungai (km)
AH = Beda Tinggi antara titik terjauh dengan titik yang ditinjau (m)
Besarnya debit banjir untuk kala ulang 52 tahun adalah
Q
50
=GF x Q
Keterangan:
GF =Tabel hidrologi pada kala ulang 50 tahun

Perpustakaan Unika
13




2.4.3 Data Lalu Lintas
Data lalu lintas digunakan untuk merencanakan tebal perkerasan serta beban
lalu lintas yang mampu dilewatkan oleh jembatan tersebut. Data lalu lintas ini
didapat dari hasil survey yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga
dengan klasifikasi jalan lokal.
Data lalu lintas pada perencanaan jalan dan jembatan yang digunakan adalah
data jumlah dan komposisi kendaraan yang lewat pada suatu ruas tertentu. Data
ini digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan kelas jalan dan
jembatan dalam kaitannya dengan penentuaan perkiraan lebar perkerasan,
kecepatan rencana, kelandaian rencana dan lain-lain (lihat tabel 2.2).
Tabel 2.2
Data Perhitungan Lalu lintas
Tahun Arah Bus
(unit)
Truk 2 Sumbu
(unit)
Truk 3 Sumbu
(unit)
2004 Kebonagung-
Wonotunggal
321 531 0
Keterangan: Sebelum tahun 2003 data lalu lintas tidak tersedia
Sumber :DPU Bina Marga Propinsi, 2004
2.4.4 Penyelidikan Tanah
Penyelidikan tanah dasar pada perencanaan bangunan digunakan untuk
memperoleh data tentang keadaan atau material yang meliputi kemampuan
stabilitas tanah dalam menahan struktur di atasnya dan untuk menentukan pondasi
sehingga dapat menghindari kegagalan struktur yang diakibatkan oleh faktor
mekanika tanah. Penyelidikan tanah yang dilakukan berupa sondir dan SPT
(terlampir).

Perpustakaan Unika
14




CC CC
CC CC
(
A
D
G
3
0
.
1
)
(
A
D
G
3
0
.
1
)
(ATP51)
5
0
2
0
0
7
1
8
40 40
5
2
3
2
9600
6
4
0
0
7
1
8
4
0
0
5
0
0
5
0
0
5
0
0
5
1
8
2
3500 3500
1010 1010
2.5 Pradesain Konstruksi Jembatan Welo
Pradesain J embatan Konstruksi Rangka Baja Welo secara garis besar seperti
gambar berikut:









Gambar 2.1 Pradesain












Gambar 2.2 Penampang Melintang




Perpustakaan Unika
15











Gambar 2.3 Desain Ikatan Angin Bawah









Gambar 2.4 Desain Ikatan Angin Atas


Gambar 2.5 Desain Rangka Jambatan

Perpustakaan Unika
16




Secara umum perencanaan desain awal pradesain J embatan Welo memiliki
spesifikasi sebagai berikut:
1. J embatan : J embatan Konstruksi baja
2. Bentang J embatan : 50 m
3. Lebar lantai J embatan : 2 x 3,5 m
4. Lebar lantai trotoir : 2 x 1 m
5. Konstruksi atas :
a. Pipa Sandaran : Pipa baja diameter 60 mm dengan y =290 Mpa
b. Lantai Trotoir : Beton bertulang dengan tebal 12 cm mutu Beton c =10
c. Pelat lantai : Beton bertulang tebal 20 cm, mutu Beton c =25 MPa, Baja
y =390 MPa dengan memakai D16, Deck baja gelombang mutu baja y
=300 MPa dengan tebal 2 cm
d. Landasan : Elastomerik TBR Type A20 x 20 x 1,5 0,1
e. Shear Connector :Type Stud Connector
f. Rangka baja : Menggunakan y =350 Mpa
g. Gelagar memanjang : Baja WF 400 x 200 x 8 x 13
h. Gelagar melintang :Baja WF 800 x 300 x 16 x 30
i. Gelagar indeks :Baja WF 410 x 410 x 13 x 21
j. Ikatan angin bawah : Baja siku 90.90.9
k. Ikatan angin atas :Baja siku 90.90.9
6. Konstruksi Bawah:
a. Abutment : Beton bertulang dengan mutu c =20 MPa baja y =390
MPa menggunakan tulangan D25 dan D22
Perpustakaan Unika
17




b. Pondasi : Menggunakan tiang pancang pipa baja dengan 50 cm,
kedalaman pancang 13,5m dibawah muka jalan (Data analisis)
7. Perkerasan J alan
a. Lapisan tanah dasar : Lapisan dengan menggunakan nilai CBR asumsi
dasar 6%.
b. Lapisan pondasi bawah : agregat kelas A dengan nilai CBR rencana 80%.
c. Lapisan pondasi atas : agregat kelas A dengan nilai CBR rencana 100%,
MS 590, MS 744
d. Aspal : AC Base dengan angka penetrasi 60/70 AC Wearing Couse-1
(ACWC-1/lapis avs 1) AC Wearing Couse-2 (ACWC-2/lapis avs 2)
8. Bangunan Pelengkap :
a. Dinding penahan tanah : Pasangan batu belah
b. Oprit jembatan : Tanah urugan pilihan (sirtu)
2.6 Metodologi Perencanaan Jembatan
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai Metodologi Perencanaan J embatan
Welo yang berguna sebagai guidance dalam penulisan tugas akhir. Adapun
Metodologi Perencanaan J embatan Welo dapat dilihat pada gambar 2.6 dibawah
ini.





Perpustakaan Unika
18










































Gambar 2.6
Alur Perencanaan Jembatan Welo




DATA
GAMBAR PRADESAIN
JEMBATAN RANGKA BAJA
PEMBEBANAN
PELAT LANTAI
PERHITUNGAN :
1. PELAT LANTAI
2. GELEGAR MEMANJANG
3. GELEGAR MELINTANG
PEMBEBANAN
STRUKTUR
RANGKA DATA TANAH
PENDIMENSIAN
STRUKTUR BAJA
PENULANGAN
SAMBUNGAN
DETAIL
RANGKA
PERENCANAAN
ABUTMENT
PERENCANAAN
PONDASI
PERENCANAAN
OPRIT & PLAT
INJAK
GAMBAR
RENCANA
ANGGARAN
BIAYA
RKS
Perpustakaan Unika
19




2.7 Dasar Pembebanan Jembatan
Pembebanan direncanakan berdasarkan atas Pedoman Perencanaan
Pembebanan J embatan J alan Raya (PPPJ J R 1987). Muatan-muatan yang harus
diperhitungkan meliputi:
A. Muatan Primer
Muatan primer merupakan muatan utama yang digunakan dalam perhitungan
tegangan pada setiap perencanaan jembatan, muatan primer dibagi menjadi tiga
yaitu:
1. Muatan Mati/Muatan tetap
Muatan yang berasal dari berat sendiri jembatan atau bagian jembatan yang
ditinjau.
2. Muatan Hidup
Muatan yang berasal dari berat kendaraan yang bergerak dan beban lain yang
dianggap bergerak dan bekerja pada jembatan. Muatan hidup terdiri dari:
a. Beban "T"
Muatan yang digunakan untuk menghitung kekuatan lantai jembatan atau
system lantai jembatan. Muatan ini disebabkan oleh beban kendaraan
truk dengan tekanan gandar 20 ton.







Perpustakaan Unika
20




5.00 4.00
4.00
5.00
50 175 50
Ms Ms 0,25 Ms
3,5 m
1,25 Ms
0,5 Ms
0,5 Ms
0,5 Ms
3,5 m
1,25 Ms
0,5 Ms
a1
a2
b2
b1







Sumber : PPPJJR 1987
Gambar 2.7 Beban T
b. Beban "D"
Muatan yang digunakan untuk perhitungan kekuatan gelagar-gelagar
harus digunakan beban D. Beban D atau beban jalan adalah susunan
beban pada setiap jalur lalu lintas yang terdiri dari beban terbagi rata
sebesar q ton per meter panjang perjalur, dan lebar garis p ton
perjalur lalu lintas tersebut.
Besarnya q adalah :
q =2,2 t/m untuk L <30 m
q =2,2 t/m 1,1/60 (l - 30) t/m untuk 30 <l 60 m
q =1,1 ( 1 +30/l ) t/m untuk L >60 m
L =panjang dalam meter
t/m =ton per meter panjang, perjalur.
Ketentuan penggunaan beban D dalam arah melintang jembatan bila
lebih besar dari 5,5 meter, beban D sepenuhnya ( 100% ) dibebankan
pada lebar jalur 5,5 meter sedang selebihnya dibebani hanya separuh
Perpustakaan Unika
21




beban D ( 50% ), seperti Gambar 2.8:










Sumber : PPPJJR 1987
Gambar 2.8 Beban D
c. Muatan hidup untuk trotoir, kerb dan sandaran adalah 500 kg/m2.
Pengaruh muatan trotoir pada gelegar diperhitungkan 0,6 kali muatan
trotoir tersebut (PPPJ J R, 1987)
d. Beban Kejut
Untuk memperhitungkan pengaruh-pengaruh getaran dan pengaruh-
pengaruh dinamis lainnya, tegangan-tegangan akibat beban garis p
harus dikalikan dengan koefisien kejut yang akan memberikan hasil
maksimum, sedangkan beban merata q dan beban T tidak dikalikan
dengan koefisien kejut.
Koefisien kejut menurut PPPJ J R, 1987 ditentukan dengan rumus :
K =1 x
xl 50
20


Perpustakaan Unika
22





Dengan : K : koefisien kejut
L : panjang benteng dalam meter
B. Muatan Sekunder
Muatan sekunder merupakan muatan yang bekerja sementara pada jembatan
yang selalu diperhitungkan dalam perhitungan tegangan pada setiap perencanaan
jembatan (PPPRJ J R 1987: 1). Muatan sekunder meliputi:
1. Muatan Angin
Muatan yang disebabkan oleh tekanan angin pada sisi jembatan yang
langsung berhadapan dengan datangnya angin. Beban angin berpengaruh
sebesar 150 kg/m2 pada jembatan ditinjau dari besamya beban angin
horizontal terbagi rata yang bekerja pada bidang vertical jembatan dalam arah
tegak lurus sumbu memanjang jembatan.
J umlah luas bidang verikal bangunan atas jembatan yang dianggap terkena
oleh angin ditetapkan sebesar satu prosentase tertentu terhadap luas bagian-
bagian sisi jembatan dan luas bidang vertikal beban hidup.
Luas bagian-bagian sisi jembatan yang terkena angin dapat digunakan
ketentuan menurut PPPJ J R 1987 sebagai berikut :
a. Keadaan tanpa beban hidup
a1. Untuk jembatan gelegar penuh diambil sebesar 100% luas bidang sisi
jembatan yang langsung terkena angin ditambah 50% luas bidang sisi
lainnya.

Perpustakaan Unika
23




a2. Untuk jembatan rangka diambil sebesar 30% luas bagian sisi jembatan
yang langsung terkena angin, ditambah 15 %luas bidang sisi sisi
lainnya.
b. Keadaan dengan beban hidup
b1. Untuk jembatan diambil sebesar 50% terhadap luas bidang
b2. Untuk beban hidup diambil sebesar 100% luas bidang sisi yang langsung
terkena angin.
2. Gaya Rem dan Traksi
Muatan yang disebabkan karena beban yang diakibatkan dari pengereman
kendaraan. Pengganti ini diperhitungkan senilai dengan pengaruh gaya rem
5% dari beban D tanpa koefisien kejut yang memenuhi semua jalur lalu
lintas yang ada. Gaya rem tersebut dianggap bekerja dalam arah sumbu
jembatan dengan titik tangkap setinggi 1,8 meter diatas permukaan lantai
kendaraan.
C. Muatan Khusus
Muatan yang khusus untuk menghitung tegangan pada perencanaan
jembatan, meliputi:
1. Gaya Akibat Gempa Bumi
Muatan yang disebabkan karena pengaruh gempa didaerah tersebut.
J embatan-jembatan yang akan dibangun pada daerah-daerah dimana
diperkirakan terjadi pengaruh-pengaruh gempa bumi , direncanakan dengan
menghitung pengaruh-pengaruh gempa bumi tersebut sesuai dengan Buku
Desain Struktur Rangka Beton Bertulang didaerah rawan gempa berdasarkan
Perpustakaan Unika
24




SKSM T-15-1991-03.
2. Gaya Akibat Gesekan Pada Tumpuan Bergerak.
Gaya akibat gesekan pada tumpuan bergerak terjadi dikarenakan adanya
pemuainan dan penyusutan pada tumpuan yang bergerak.Besarnya koefisien
gesek yang terjadi pada tumpuan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tumpuan rol baja: dengan satu atau dua rol (0,01), dengan 3 atau lebih rol
(0,05).
b. Tumpuan Gesek: antara baja dengan campuran tembaga keras dan baja
(0,15), antara baja dengan baja atau besi tuang (0,25), antara karet dengan
baja / beton (0,15-0,18).
3. Gaya dan Muatan Selama Pelaksanaan
Gaya-gaya yang mungkin timbul dalam pelaksanaan jembatan harus pula
ditinjau yang besarnya dapat diperhitungkan sesuai dengan cara-cara
pelaksanaan pekerjaan yang dipergunakan.
Pengecekan Pemenuhan Syarat Pradesain (Desain Awal), terdiri dari:
A. Gelagar Memanjang
Gelagar memanjang merupakan gelagar yang berada dibawah lantai kendaraan
searah dengan sumbu jalan untuk menahan beban diatasnya yang merupakan
beban dari lantai kendaraan dan muatan hidup (beban lalu lintas) yang berada
diatasnya.
B. Gelagar Melintang
Gelagar melintang merupakan gelagar yang berada dibawh lantai kendaraan
melintang dengan sumbu jalan untuk menahan beban diatasnya yang
Perpustakaan Unika
25




merupakan beban dari lantai kendaran, beban gelagar memanjang dan muatan
hidup (beban lalu lintas) yang berada diatasnya.
C. Ikatan Angin
Berfungsi untuk mengakukan konstruksi, mengurangi getaran dan menjaga
agar terus tetap tegak, mencegah runtuhnya jembatan, misalnya akibat adanya
gaya lateral yang ditimbulkan angin dari tepi
D. Rangka J embatan
Rangka jembatan merupakan rangka utama dimana untuk menahan beban-
beban yang terjadi. Rangka jembatan tersebut menahan beban-beban yang
terjadi diatasnya dan termasuk dari berat sendiri rangka jembatan tersebut.
Menyalurkan segala muatan kepala jembatan atau pilar-pilar.
Penulangan Pelat Lantai Kendaraan
Pelat lantai kendaraan merupakan suatu pelat dimana untuk menhan beban
lalu lintas yang berjalan diatasnya dan perhitungan penulangan pelat lantai
kendaraan tersebut mengacu pada Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang
SKSNI T-15-1991 dan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI) 1971.
Perhitungan Sambungan-sambungan Baja
Sambungan pada jembatan baja menggunakan baut mutu tinggi (high
strenght) dengan tipe baut A-325.
Perencanaan Abumen dan Perletakan
Abumen merupakan konstruksi struktur bawah yang berfungsi sebagai
penompang dari konstruksi struktur atas (rangka jembatan) dengan menyalurkan
gaya-gaya dari konstruksi diatasnya kedalam tanah yang mendukungnya melalui
Perpustakaan Unika
26




pondasi-pondasi yang berada dibawah abutment.
Perletakan adalah bagian dari bagunan atas yang terletak pada ujung-ujung
gelagar utama yang berfungsi melimpahkan beban-beban dari bangunan atas ke
bangunan bawah jembatan (Dewan Standarisasi Nasional, 1992)
Perencanaan Oprit Jembatan
Oprit jembatan merupakan bangunan pendukung yang berisikan tanah urugan
dimana berfungsi untuk kenyamanan kendaraan pada saat memasuki jembatan
sehingga jalan menuju jembatan dapat memiliki kelandaian yang baik sehingga
kendaraan dapat terasa aman dan nyaman.
Gambar Desain Jembatan
Gambar desain jembatan merupakan gambar-gambar hasil perhitungan
dimana sebagi acuan dan pedoman untuk masuk ketahapan konstruksi agar
didapatkan suatu bangunan fisik yang sesuai dengan perencanaan.
Rencana Anggaran Biaya dan Network Planning
Rencana Anggaran Biaya dan Network Planning merupakan suatu estimasi
biaya dan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bangunan
jembatan kebentuk fisik yang sesuai dari perencanaan
Metode Perhitungan
1. Perhitungan analisa struktur dengan menggunakan program SAP 2000 versi
7.42
2. Perhitungan struktur jembatan dibagi menjadi 2 :
a. Perhitungan struktur atas jembatan meliputi: perhitungan tiang sandaran
trotoir, pelat lantai kendaraan, rangka baja meliputi perhitungan gaya
Perpustakaan Unika
27




batang, desain penampang dan sambungan, gelagar pelat injak dan
landasan jembatan.
b. Perhitungan struktur bawah jembatan meliputi: perhitungan abutment
pondasi dan bangunan pelengkap (dinding penahan tanah).
3. Perhitungan tebal perkerasan dengan menggunakan metode analisa
komponen (Bina Marga).

Perpustakaan Unika
29

BAB III
PERHITUNGAN KONSTRUKSI JEMBATAN RANGKA BAJA

3.1 Perhitungan Struktur Atas
3.1.1 Perhitungan Pipa Sandaran
Sebagai sandaran pada jembatan ini, digunakan pipa baja dengan fy = 290
Mpa, yang dikaitkan pada batang diagonal dengan tinggi 90 cm di atas lantai
trotoir. Beban yang bekerja pada sandaran ini adalah muatan horisontal sebesar
100 Kg/m.









Gambar 3.1 Posisi Pipa Sandaran

Panjang pipa sandaran, P = (5-2a) m
4 , 6
15 , 2
2,5
a
= m 839 , 0 5 , 2
4 , 6
2,15
=
P = ( 5 20,839 )
= 3,322 m
Momen maksimum sandaran yang terjadi di tengah pipa, sebesar :
M = 1/8 q l
2
= 1/8 100 kg/m 3,322
2
= 137.94 kgm
= 13794 kgcm
W perlu = = =
1600
13794

M
8,621 cm
2




2,15 m
L
Pipa Sandaran
a
0,9 m
a P
6,4 m
Perpustakaan Unika
30

Digunakan pipa :
a. diameter luar = 60,5 mm
b. tebal = 4,0 mm
c. luas = 7,1 cm
2

d. W (momen tahanan) = 9,41 cm
3
> 8,621 cm
3
OK
3.1.2 Perhitungan Tebal Lantai Kendaraan
Desain data :
1. T-Load = 10 ton
2. Contack area = a1 = a2 = 30 cm = 0,3 m
b2 = 50 cm = 0,5 m
q = 500 kg/m
2

3. Concrete f
c
= 25 MPa
4. Tulangan fy = 390 Mpa
5. Deck Baja fy = 300 MPa
A. Perhitungan Pembebanan
1. Berat Mati
berat sendiri = 0,20 2,4 = 0,48 t/m
2

berat aspal = 0,05 2,2 = 0,110 t/m
2

berat air = 0,05 1 = 0,05 t/m
2

0,64 t/m
2







Gambar 3.2 Pembebanan Plat Lantai Kendaraan

M
xm1
= 1/10 0,64 1,75
2
= 0,2 tm/m
M
ym1
= 1/3 M
xm1
= 1/3 0,2 = 0,066 tm/m


+
l = 1,75 m
l = 1,75 m
Perpustakaan Unika
31

45
0,2
0,05
bb' aa'
bb aa
45









Gambar 3.3 Contact Area akibat Traffic Load
Contact Area
aa = aa + 2 (0,05 + 0,2/2) = 0,3 + 0,3 = 0,6 m
bb = bb + 2 (0,05 + 0,2/2) = 0,5 + 0,3 = 0,8 m
A = aa bb = 0,6 0,8 = 0,48 m
2

Traffic load = T load/A = 10/0,48 = 20,833 t/m
2

l
x
= 1,75 m
l
y
= - (karena tidak menyangga plat)
Kondisi I (satu roda pada tengah pelat)





Gambar 3.4 Beban Satu Roda di Tengah Pelat
t
x
= 0,8 m
l
x
= 1,75 m
0,45m
1,75
0,8 t
x
x
= =
l

t
y
= 0,6 m
l
x
= 1,75 m
m 0,34
1,75
0,6
t
x
y
= =
l

2. Traffic Load
l
x
= 1,75
t
x
= 0,8
t
y
= 0,6
Perpustakaan Unika
32

0,8 0,2
ty =0,6
tx =0,2
Lx =1,75 Lx =1,75 1,0
tx =1,8
0,8
Lx =1,75
f
xm
= 0,1638 tabel bittner
f
ym
= 0,0993 tabel bittner
M
xm2
= T t
x
t
y
f
xm

= 20,833 0,8 0,6 0,1638
= 1,6379 tm/m
M
ym2
= T t
x
t
y
f
ym

= 20,833 0,8 0,6 0,0993
= 0,993 tm/m
Kondisi II (dua roda dengan jarak 1 m di tengah pelat)







Gambar 3.5 Beban Dua Roda di Tengah Pelat
Bagian I
t
x
= 1,8 m
t
y
= 0,6 m
0,34
1,75
0,6
t
1,028
1,75
1,7 t
x
y
x
x
= =
= =
l
l

f
xm
= 0,091 tabel bittner
f
ym
= 0,0608 tabel bittner
M
xm
= T t
x
t
y
f
xm

= 20,833 1,8 0,6 0,091
= 2,047 tm
M
ym
= T t
x
t
y
f
ym

= 20,833 1,8 0,6 0,0608
= 1,368 tm
Perpustakaan Unika
33

Bagian II
t
x
= 0,2 m
t
y
= 0,6 m
0,34
1,75
0,6
t
0,114
1,75
0,2 t
x
y
x
x
= =
= =
l
l

f
xm
= 0,2363 tabel bittner
f
ym
= 0,1193 tabel bittner
M
xm
= T t
x
t
y
f
xm

= 20,833 0,2 0,6 0,2363
= 0,59 tm
M
ym
= T t
x
t
y
f
ym

= 20,833 0,2 0,6 0,1193
= 0,298tm
M
xm2
= bagian I bagian II
= 2,047 0,59
= 1,457 tm
M
ym2
= bagian I bagian II
= 1,368 0,298
= 1,07 tm
Total Momen
Akibat beban mati = M
xm1
+ M
ym1

= 0,2 + 0,066
= 0,266 tm
Akibat bebab hidup

= M
xm2
+ M
ym2

= 1,457 + 1,07
= 2,527 tm
B. Perhitungan Plat Deck Baja Gelombang
Momen = 1,2 M
DL
+ 1,6 M
LL
= 1,2 0,266 + 1,6 2,527
= 4,3624 tm
Perpustakaan Unika
34

tinggi pelat = 20 cm = 0,2 m = 200 mm
d = 200 e = 200 25,88 = 174,12 mm
Nmm 000 . 530 . 4 5 tm 453 , 5
0,8
4,3624
M
n
= = =
Mn = 0,85 a b f
c
(d a)
54.530.000 = 0,85 a 1000 25 (174,12 a)
54.530.000 = 21.250a (174,12 a)
54.530.000 = -8500 a
2
+ 2.960.040 a
a = 19,5157 mm
C
C
= T
S
= A
S
fy
0,85 f
c
a b = A
S
fy
0,85 25 19,5157 1000 = A
S
300
A
S
= 1.382,362 mm
2

A
S min
= 0,25 % b d
= 0,25 % 1000 174,12
= 435,3 mm
2

Pakai A
S
= 1.382,362 mm
2

Deck baja tebal 2cm, fy = 300 MPa Ap = 2.918,52 mm
2
> 1.382,362 mm
2

C. Perhitungan Tulangan
d = 200 25 0,5 16 = 167 mm
M
xm
= M
xm1
+ M
xm2
= 0,2 + 1,457 = 1,657 tm
M
ym
= M
ym1
+ M
ym2
= 0,07 + 1,07 = 1,14 tm
Momen arah x > arah y pakai arah x
M
ult
= 1/3 M
xm

= 1/3 1,657
= 0,5523 tm
Nmm 667 , 166 . 904 . 6 tm 690416 , 0
0,8
0,5523
M
n
= = =
Mn = 0,85 a b f
c
(d a)
667 , 166 . 904 . 6 = 0,85 a 1000 25 (167 a)
667 , 166 . 904 . 6 = 21.250a (167 a)
Perpustakaan Unika
35

667 , 166 . 904 . 6 = -10.625 a
2
+ 3.548.750 a
a = 1,956 mm
C
C
= T
S
= A
S
fy
0,85 f
c
a b = A
S
fy
0,85 25 1,956 1000 = A
S
390
A
S
= 106,57 mm
2
Pakai 16 -150 arah x
A
Stul
(16mm) = 200,96 mm
2
> 106,57 mm
2
(OK)
Tulangan Bagi pakai 16-200
Momen negatif arah x > Momen negatif arah y
Pakai 20-200
A
Stul
(16mm) = 200,96 mm
2
> 106,57 mm
2
(OK)
Check A
S min

A
S min
= 0,25 % b d
= 0,25 % 1000 167= 417,5 mm
2

Pakai A
S
16-200 = 200,96 5 =1.004,8 mm
2
> 417,5 mm
2
(OK)
3.1.3 Perhitungan Gelagar Memanjang
Gelagar memanjang direncanakan untuk memenuhi 2 jalur (7 meter) dengan
2 trotoir @ 1 meter, gelagar memanjang memiliki bentang 5 meter.


5m
Gelagar Melintang Gelagar Memanjang
Gambar 3.6 Pembebanan pada Gelagar Memanjang
A. Perhitungan Pembebanan
1. Beban tetap (beban mati)
a. berat pelat beton = 1,75 m 0,2 m 2,4 t/m
3
= 0,84 t/m
b. Berat Aspal = 1,75 m 0,05 m 2,2 t/m
3
= 0,1925 t/m
c. Berat Air = 1,75 m 0,05 m 1 t/m
3
= 0,0875 t/m
d. Berat Sendiri = 66 kg/m = 0,066 t/m
(WF 400.200.8.13) 1,186 t/m
1,75 m
+
Perpustakaan Unika
36



Gelagar Memanjang
M
max
=
1
/
8
1,186 5
2
= 3,7 tm
2. Beban Hidup
Berdasarkan PPPJR _ SKBI 1388 tahun 1987 beban D atau beban jalur adalah
susunan beban setiap jalur lalu lintas yang yang terdiri dari beban terbagi rata
sebesar q t/m dan beban P = 12 ton (belum termasuk koefisien kejut) per jalur
lalu lintas.
363 , 1
5 50
20
1 (k) kejut koefisien =
+
+ =
Beban D
a. Beban merata
Q = 2,2 t/m
Koefisien kejut (k) = 1,363
t/m' 91 , 1 363 , 1 75 , 1
75 , 2
2 , 2
= = q
M
max
=
1
/
8
1,91 5
2
= 5,97 tm
b. Beban garis
Beban garis P = 12 ton/jalur
Koefisien kejut (k) = 1,363
ton 10,4083 1,363 1,75
2,75
12
P = =
M = 10,4083 5 = 13,01038 ton meter
c. Beban hidup pada trotoir = 500 kg/m
2
= 0,5 t/m
2

Menurut peraturan dalam perhitungan kekuatan gelagargelagar pengaruh
muatan hidup pada trotoir diperhitungkan 60 %.
= 0,6 500 = 300 kg/m
2

lebar trotoir = 1 meter
jadi = 1 300 = 300 kg/m = 0,3 t/m
M =
1
/
8
0,3 (5)
2
= 0,9375 ton meter
5 m
Perpustakaan Unika
37

B. Perhitungan Momen Yang Bekerja
1. Beban Mati M = 3,70000 tm
2. Beban Hidup
a. Beban merata M = 5,97 tm
b. Beban garis M = 13,01038 tm
c. Beban trotoir M = 0,93750 tm
M = 23,61788 tm
Untuk 1 Gelagar Memanjang
Data profil WF 400 200 8 13
A = 84,12 cm
2

Berat = 66 kg/m
I
x
= 23700 cm
4

I
y
= 4740 cm
4

w
x
= 1190 cm
3

w
y
= 174 cm
3

cm
kg/ 2400
cm
kg/ 1984,695
1190
2361788
w
M

2 2
x
< = = =
Kontrol tambahan tegangan pada gelagar memanjang akibat tumbukan dan rem
1. Tambahan tegangan terhadap tumbukan
VOSB Gaya horisontal 4 ton
M = P L = 4 5 = 5 tm = 5000 kgm

2
kg/cm 33,96
84,12
2857
A
P

kg 2857
1,75
5000
P
= = =
= =

2. Tambahan Akibat gaya rem
Pengaruh gayagaya dalam arah memanjang jembatan akibat gaya rem
diperhitungkan sebesar 5 % dari titik D tanpa koefisien kejut. Gaya ini
bekerja dengan titik tangkap 1,2 meter diatas permukaan lantai jembatan.




+
1,2 m

0,25 m
0,4 m
1,2 m

0,45 m

1, 65 m = Zrt


Perpustakaan Unika
38

Dari perhitungan muatan D didapat :
P = 12 t/jalur
q = 1,65 tm/jalur
ton 13,89 5 1,91
2,75
4

L q'
PPPJJR jalur beban
rencana jalur beban
P
ton 15,139 10,4083
2,75
4

P
PPPJJR jalur lebar
rencana jalur lebar
P
2
1
= =
=
= =
=

P
total
= P
1
+ P
2
= 15,139 + 13,89 ton = 29,029 ton
Hzt = 5 % P = 0,05 29,029 = 1,45 ton
Zrt = 1,2 + 0,45 = 1,65 meter
Mrt = Hzt Zrt = 1,45 1,65 = 2,3925 tm = 239.250 kgcm
Hzt = 1,45 ton = 1.450 kg

cm
kg/ 183,82 17,23 201,05
cm
kg/ 218,28 17,23 201,05
84,12
1.450
1.190
239.250
A
P
w
M

2
2
2
1
= =
= + =
= =

Jumlah total tegangan yang terjadi

total
= 1.984,695 + 218,28 + 33,96 = 2.236,935 kg/cm
2
< 2.400 kg/cm
2
--- ok
Tinjauan Terhadap Lendutan
E baja = 2,1 10
6
kg/cm
2

ok cm 1 0,153 fmax f Syarat
cm 1 500
500
1
max f
cm 0,153
23700
10
2,1 384
500
2
342707 2 5
f
I
x
E 384
L
2
m 5
f
6
< = <
= =
=


=


=




Perpustakaan Unika
39

Tinjauan terhadap geser
F = 84,12 cm2

cm
kg/ 345,09
cm
84,12
kg 29029

2
2
= =
= 0,58 2400 kg/cm
2
= 1392 kg/cm
2

Syarat < 345,09 kg/cm
2
< 1392 kg/cm
2
--------ok
3.1.4 Perhitungan Gelagar Melintang
Gelagar Melintang direncanakan memiliki bentang 9,6 meter.






9,6 m
Gambar 3.7 Pembebanan pada Gelagar Melintang
A. Pembebanan
1. Beban tetap (beban mati)
a. berat pelat beton = 5 m 0,2 m 2,4 t/m
3
= 2,40 t/m
b. Berat Aspal = 5 m 0,05 m 2,2 t/m
3
= 0,55 t/m
c. Berat Air = 5 m 0,05 m 1 t/m
3
= 0,25 t/m
d. Berat Sendiri = 241 kg/m = 0,241 t/m
(WF 800.300.16.30) 3,441 t/m



M
max
=
1
/
8
3,441 9,6
2
= 39,6403 tm
2. Akibat beban dari gelagar memanjang (P)
Semua beban pelat beton dan beban lalu lintas setelah ditumpu oleh gelagar
memanjang kemudian dialirkan melalui gelagar melintang ini, sehingga
gelagar melintang menahan beban akibat reaksi dari gelagar memanjang.

+
9,6 m
9,6 m
Perpustakaan Unika
40



A B
Gelagar Memanjang
RA = R
B
= 0,165 ton


A B C D E F G
9,6 m
Gelagar Melintang
RA = RG = ( 0,165 5 ) /2 = 0,4125 ton
M
max
= M
D
= (0,4125 4,8 ) ( (0,165 3,5)+(0,1651,75))
= 1,113 tm
3. Beban Hidup
Berdasarkan PPPJR SKBI 1388 1987 hal 10 untuk jembatan dengan lebar lantai
kendaraan > 5,5 meter, beban D sepenuhnya (100%) dibebankan pada lebar
jalur 5,5 meter, sedangkan lebar selebihnya dibebani hanya separuh saja (50%).
Didalam jalur :
33 , 1
6 , 9 50
20
1 (k) kejut koefisien =
+
+ =
a. Beban merata
Q = 2,2 t/m
Koefisien kejut (k) = 1,33
t/m' 5,32 1,33 5
2,75
2,2
q = =
b. Beban garis
Beban garis P = 12 ton/jalur
Koefisien kejut (k) = 1,33
ton 29,02 1,33 5
2,75
12
P = =
Di luar jalur :
1,33
9,6 50
20
1 (k) kejut koefisien =
+
+ =
5 m
q = 0,066 t/m
P = 0,165 ton
Perpustakaan Unika
41

a. Beban merata
Q = 2,2 t/m
Koefisien kejut (k) = 1,33
t/m 2,66
2
1,33
5
2,75
2,2
q = =
b. Beban garis
Beban garis P = 12 ton/jalur
Koefisien kejut (k) = 1,33
ton 14,51
2
1,33
5
2,75
12
P = =
Akibat beban merata:
q = 5.32 t/m
q = 2,66 t/m

2,05 m 5,5 m 2,05 m

R
A
= R
B
= D
max
= 20,083 t
Momen max ditengah bentang
M
max
= (20,083 4,8)-{(5,32 2,75 1,375)-(2,662,053,775)}
= 55,697 tm
Akibat beban terpusat P
29,02 ton
14,51 ton 14,51 ton

RA = RB = Dmax = 29,02 ton
Mmax di tengah bentang = ( 29,02 4,8) - (14,51 3,775) = 84,52075 tm
c. Beban hidup pada trotoir = 500 kg/m
2
= 0,5 t/m
2

Menurut peraturan dalam perhitungan kekuatan gelagargelagar pengaruh
muatan hidup pada trotoir diperhitungkan 60 %.
= 0,6 500 = 300 kg/m
2
, lebar trotoir = 1 meter
jadi = 1 300 = 300 kg/m = 0,3 t/m
M =
1
/
8
0,3 (5)
2
= 0,9375 ton meter
A B
Perpustakaan Unika
42

Perhitungan Momen Yang Bekerja
1. Beban Mati M = 39,6403 tm
2. Beban Akibat Gelagar Memanjang M = 1,113 tm
3. Beban Hidup
a. Beban merata M = 55,697 tm
b. Beban garis M = 84,52075 tm
c. Beban trotoir M = 0,9375 tm
M = 181,90855 tm

Untuk 1 Gelagar Melintang
Data profil WF 800 300 16 30
A = 808 cm
2

Berat = 241 kg/m
I
x
= 339000 cm
4

I
y
= 138000 cm
4

w
x
= 8400 cm
3

w
y
= 915 cm
3

ok
cm
kg/ 2400
cm
kg/ 2165,57 kg/cm
8400
18190855
w
M

2 2
x
< = = =

Tinjauan Terhadap Lendutan
E baja = 2,1 10
6
kg/cm
2

ok cm 1,92 0,0306 fmax f Syarat
cm 1,92 900
500
1
max f
cm 0,0306
339000
10
6
2,1 384
1000 18190855 5
f
I
x
E 384
L
2
m 5
f
2
< = <
= =
=


=


=




+
Perpustakaan Unika
43

3.1.5 Hubungan Gelagar Memanjang dengan Gelagar Melintang
A. Gelagar Memanjang dengan siku penghubung


WF 400.200.8.13
Gelagar Memanjang
WF 800.300.16.30

Gelagar Melintang
Gambar 3.8 Hubungan Gelagar Memanjang dengan Gelagar Melintang
Dmaks gelagar memanjang
1. Berat sendiri profil
a. Berat pelat beton = 1,75 0,2 2,4 = 0,84 t/m
b. Berat aspal = 1,75 0,05 2,2 = 0,1925 t/m
c. Berat air hujan = 1,75 0,05 1 = 0,0875 t/m
d. Berat sendiri profil = 66 kg/m = 0,066 t/m
1,186 t/m
Reaksi = RA = RB = 1,186 5 = 2,965 ton
2. Akibat beban hidup
a. Akibat beban garis = 10,4083 = 5,20415 ton
b. Akibat beban merata = 1,91 5 = 4,775 ton
c. Akibat beban trotoir = 0,3 5 = 0,75 ton
10,72915 ton
Total beban keseluruhan = 13,694415 ton = 13694,415 kg
Dipakai profil penyambung doble angle 100.100.13
Momen yang terjadi dititik 13694,415 5 = 68472,075 kgcm

No X Y X
2
Y
2

1 0 5 0 25
2 0 -5 0 25
50 mm
50 mm
50 mm
50 mm
+
+
Perpustakaan Unika
44

( )
( )
kg kn
x
ky
y
kg
y
4025 , 2282
3
2075 , 6847
0
0
0 075 , 68472
x
x M
ky
2075 , 6847
25 2
5 68472,075
kx
x
y M
kx
2 2
2 2
= =
= =
+

=
=


=
+

=

kg 59 , 7217 4025 , 2282 6847,2075 K
2 2
= + =
Dipakai baut A325 ukuran 1 dengan kekuatan baut
Ks = 3,18 1050 kg/cm
2
= 8339,373 kg
K < Ks 7217,59 kg < 8339,373 kg
B. Gelagar melintang dengan siku penghubung
g 489,08625k
) 15 10 (5 2
5 68472,075

a
2
a
M
N
2 2 2
1
3
3
=
+ +

=

=

2 2
2
1 kg/cm 500 kg/cm 611 , 61
3,18
4
1
489,08625
< =

=
0k kg/cm 1050 kg/cm 575,04
3,18
4
1
4564,805

kg 4564,805
3
13694,415
n
P
karena
2 2
2
> < =

=
= =

ok kg/cm 1050 kg/cm 301,7 575,04 61,611
2 2 2 2
idiel
> < = =




Perpustakaan Unika
45

3.1.6 Hubungan Gelagar Melintang dengan Gelagar Induk









Gambar 3.9 Hubungan Gelagar Melintang dengan Gelagar Induk
Profil melintang WF 800.300.16.30
Tinggi profil (h) = 800 mm
Tebal sayap = 30 mm
Tebal pelat = 16 mm
Dmaks gelagar melintang
1. Berat sendiri profil
a. Berat pelat beton = 5 0,2 2,4 t/m
3
= 2,400 t/m
b. Berat aspal = 5 0,05 2,2 t/m
3
= 0,550 t/m
c. Berat air hujan = 5 0,05 1 t/m
3
= 0,250 t/m
d. Berat sendiri profil = 241 kg/m = 0,241 t/m
3,441t/m
Reaksi = RA = RB = 3,441 9,6 = 16,5168 ton
2. Akibat beban hidup
e. Akibat beban garis = 29,02 = 14,51 ton
f. Akibat beban merata = 5,32 9,6 = 25,536 ton
g. Akibat beban gelagar = 0,4125 = 0,4125 ton
40,4585 ton
Total beban keseluruhan = 56,9753 ton = 56975,3 kg
Sambungan las
= 0,58 1666 = 966,28 kg/cm2

+
+
Perpustakaan Unika
46

Penentuan tebal las
a (s + 2)
a (16 +2) = 9 mm
a 9 mm
Karena a > 7 mm, maka digunakan dua lapis las untuk memperoleh tebal las a
yang efektif
Panjang las L = 2 740 = 1480 mm
Tegangan las yang terjadi


3.1.7 Shear Connector (LRFD)
Panjang
f
y

A
s

t
f

t
w

b
f

r
D
=
=
=
=
=
=
=
=
500 cm
350 MPa
8412 mm
2

13 mm
8 mm
200 mm
16 mm
400 mm
f
c

h
r

t
b

w
r

L
s
W
=
=
=
=
=
=
=
25 MPa
50 mm
200 mm
170 mm
5000 mm
1750 mm
2400 kg/m
3

Ec = 0,041 w
1,5
' f
c
=0,041 2400
1,5
25 = 24102,97 Mpa
1. Check kriteria penampang
plastis tegangan distribusi dengan dianalisa harus momen kapasitas Sehingga,
kompak) berbadan (Penampang 89,8 kc
89,8
350
1680
fy
1680
Kc
42,75
8
10 2 2(13) 400
tw
2r 2tf D
kc

= =
=

=

=


2 2
kg/cm 966,28 kg/cm 822 , 424
148 0,8
50.299
L . a
maks D
=

= =
Perpustakaan Unika
47

2. Menentukan lebar efektif pelat beton
1250 be be Jadi
1750
2
1750 2
2
2S
be
mm 1250
8
5000 2
8
2
be
1
2
1
= =
=

= =
=

= =
l

3. Menentukan C
Ac = be tb
Ac = 1250 200 = 250000
C
1
= As fy = 350 8412 = 2944200 Newton
C
2
= 0,85 f
c
Ac = 0,85 25 250000 = 5312500 Newton
Jadi C = C
2
2944200 (sumbu netral, berada di pelat beton )
4. Menentukan jarakjarak dari centroid
200
2
400
2
D
d
mm 194,58
2
110,84
200 mm 50 d
129,411
1250 25 0,85
2944200
a
3
1
= = =
= + =
=

=

5. Perhitungan momen positif nomina
P
y
= f
y
A
s

P
y
= 350 8412 = 2944200 Newton
Mn = C (d
1
+d
2
) + Py (d
3
-d
2
)
= 1375000 (185,29) + 2944200 (200)
= 843613750 Nmm
Mu = Mn = 929377948,8 Nmm
6. Menentukan jumlah stud yang dipakai
d = 19 mm
Asc = 285 mm
2

F
u
= 400 MPa
Qn = 0,5 Asc (fc Ec)
0,5

= 0,5 285 (10 24102,97)
0,5
= 110616,56 N
Asc F
u
= 285 400 = 114000 > 110616,56 newton ok
Perpustakaan Unika
48

Check koefisien reduksi rs karena pengaruh geometri gelombang pelat
compdeck yang dipasang tegak lurus balok
hr = hs = 50 mm
Hr = 50 + 40 = 90 mm
ws = 170 mm
Nr = 1 ( dipasang 1 stud disetiap gelombang )
1 rs jadi 1 rs
2,312 1
50
90
50
170
1
0,85
1
hs
Hr
hr
ws
Ns
0,85
s
=
=

= r

Qn = Qn rs Qn = 110616,56 N 1 = 110616,56 N
Vh = c
6 , 26
56 , 110616
2944200
= = =
Qn
vh
N
Jadi jumlah penghubung gesert stud yang dibutuhkan disepanjang bentang
balok, yaitu 2 N= 2 26,6 = 53,2 buah 54 buah
3.1.8 Perhitungan Pertambatan Angin
Beban angin = 150 Kg/m
2
(PPPJR hal 13)
Untuk jembatan rangka, luas bidang sisi jembatan yang terkena angin diambil
30% dari luas sisi jembatan.










Gambar 3.10 Gaya Akibat Beban Angin


A
B
R
HA

R
HB

H
W1

H
W2

2 m
0,2 m
0,9 m
6,4 m
Perpustakaan Unika
49

Gaya angin pada sisi rangka jembatan
H
W1
= 30% (50+45) 6,4 150 = 13680 kg
Gaya angin pada muatan hidup setinggi 2 m
H
W2
= Tinggi muatan hidup buhul ikatan bawah beban angin
= 2 50 150

= 15000 kg
Gaya pada pertambatan angin atas
M
B
= 0
H
W1
3,0 - R
HA
6,0 = 0
13680 3,0 - R
HA
6,0 = 0 R
HA
= 6840 kg
Digunakan profil L 90 90 9 untuk ikatan angin atas
Reaksi tumpuan = 1/2 (6840 + 9 20,79 12,2) = 4561,37 kg
Pada 1 buhul = 1/6 (6840 + 9 20,79 12,2) = 1013,63 kg
Pada buhul tepi = 1/2 1013,63 = 506,81 kg
Perpustakaan Unika


34


45
2,5 2,52 2,48 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
9
,
6
4
,
8
4
,
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9
84 85 86 87 89 90 91 92
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
7
2
9
3
1
3
3
3
5
3
7
3
9
4
1
4
3
4
5
4
8
5
0
5
2
5
4
5
6
5
8
6
0
6
2
6
4
6
5
6
6
6
7
6
8
6
9
7
0
7
1
7
2
7
3
2
8
3
0
4
7
3
2
4
9
3
4
5
1
3
6
5
3
3
8
5
5
4
0
5
7
4
2
5
9
4
4
6
1
4
6
6
3
7
4
7
5
7
6
7
7
7
8
7
9
8
0
8
1
8
2
8
3
88
P P P P P P P P
P P
A B C D E F G H I J
K L M N O P Q R S
T U V W X Y Z AA AB AC
AD AE AF AG AH AI AJ AK AL
AM AN AO AP AQ AR AS AT AU AV

Gambar 3.11 Pembebanan Ikatan Angin Atas
P
e
r
p
u
s
t
a
k
a
a
n

U
n
i
k
a



51

Perhitungan Ikatan Angin Atas
Perhitungan
4,8
=
=
83 , 43
5
8 , 4
tan


5

Buhul A

S19 F
V
= 0 F
H
= 0
R
A
+ S
19
= 0 S
1
= 0
S1 S
19
= -R
A

RA S
19
= -2.970,036 kg (tekan)

Buhul AM
P
S84 F
V
= 0 F
H
= 0
S65 S65 + P = 0 S
84
= 0
S
65
= -495 kg (tekan)

Buhul N

F
H
= 0
S
47
cos + S
29
cos = 0
S
47
= -S
29

F
V
= 0
-S
19
+ S
65
+ S
47
sin - S
29
sin = 0
2.970,036 - 495 + S
47
sin - S
29
sin = 0
2.475,036 + 2 S
47
sin = 0
2 S
47
sin = -2.475,036
S
47
sin = -1.237,518
S
47
= -1.750,11 kg (tekan)
S
29
= 1.750,11 kg (tarik)

S
65

S
19

S
47

S
29



Perpustakaan Unika
52


Dengan menggunakan program SAP 2000 ver. 7.42 didapat gaya gaya batang
akibat beban angin untuk ikatan angin atas, tabel 3.1
Tabel 3.1 Gaya Batang Ikatan Angin Atas

No batang
Gaya Batang ( kg )
- (tekan) + (tarik)
S
1
5,21
S
2
2115,16
S
3
3696,38
S
4
4750,62
S
5
5277,13
S
6
5275,99
S
7
4747,17
S
8
3691,07
S
9
2114,61
S
10
2912,02
S
11
2184,42
S
12
1458,11
S
13
730,5
S
14
2,66
S
15
725,54
S
16
1453,94
S
17
2175,35
S
18
2926,65
S
19
4555,74
S
20
2012,55
S
21
1509,93
S
22
1008,82
S
23
586,54
S
24
4
S
25
498,74
S
26
1002,97
S
27
1500,37
S
28
2531,47
S
29
2913,65
S
30
15,62
S
31
2186,68
S
32
8,86
S
33
1460,75
S
34
3,69
S
35
733,3
S
36
1,05
Perpustakaan Unika
53

S
37
5,42
S
38
5,3
S
39
723,01
S
40
9,12
S
41
1451,85
S
42
12,15
S
43
2178,13
S
44
9,88
S
45
2924,77
S
46
7,86
S
47
2190,07
S
48
6,25
S
49
1462,53
S
50
0,97
S
51
735,26
S
52
3,76
S
53
7,36
S
54
8,02
S
55
721,05
S
56
11,78
S
57
1450,11
S
58
15,33
S
59
2183,39
S
60
23,65
S
61
2902,54
S
62
13,49
S
63
509,86
S
64
1000,66
S
65
500,9
S
66
1,72
S
67
503,85
S
68
-1006,38
S
69
1509,33
S
70
2011,64
S
71
2518,93
S
72
2514,8
S
73
2914,69
S
74
2188,43
S
74
1460,55
S
75
733,11
S
77
5,25
S
78
5,42
S
79
5,3
Perpustakaan Unika
54

S
80
722,94
S
81
1451,54
S
82
2186,27
S
83
2899,04
S
84
3,23
S
85
2112,21
S
86
3694,57
S
87
4748,69
S
88
5275,22
S
89
5275,07
S
90
4745,3
S
91
3688,6
S
92
2098,69

Gaya pada pertambatan angin bawah

KH
= 0
H
W1
+ H
W2
R
HA
R
HB
= 0
13680 + 15000 6840 - R
HB
= 0
R
HB
= 14.887,5 kg
Reaksi tumpuan = (R
HB
+ (jumlah buhul panjang ikatan dalam 1 buhul
berat profil)
= 1/2 (21840 + 10 21,64 12,2) = 12240,04 kg
Pada 1 buhul = 1/7 (21840 + 10 21,6412,2) = 2448 kg
Pada buhul tepi = 1/2 2.399,57 = 1224 kg
Perpustakaan Unika


34


P
1
86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 85 84
3
2
3
4
3
6
3
8
4
0
4
2
4
4
4
6
4
8
5
0
7
1
6
9
6
7
6
5
6
3
6
1
5
9
5
7
5
5
5
3
3
3
3
5
3
7
3
9
4
1
4
3
4
5
4
7
4
9
5
1
5
2
5
4
5
6
5
8
6
0
6
2
6
4
6
6
6
8
7
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
7
2
8
2
9
3
0
7
2
7
3
7
4
7
5
7
6
7
7
7
8
8
0
8
1
3
1
8
2
2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
83
7
9
50
9
,
6
4
,
8
4
,
8
2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
5
,
4
1
5
,
4
1
A C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U
V
AG AH AI AJ AK AL AM AN AO AP AQ AR AS AT AU AV AW AX AY AZ BA
W X Y Z AA AB AC AD AE AF
B
P
P
P P P P P P P P P P P P P P P P P P

Gambar 3.12 Pembebanan Ikatan Angin Bawah
P
e
r
p
u
s
t
a
k
a
a
n

U
n
i
k
a



34

3.1 8.2 Perhitungan Ikatan Angin Bawah

Perhitungan
tan = 4,8
4,8 5
5 = 43,83

Buhul A

F
H
= 0 F
V
= 0
S
1
= 0 R
A
+ S
15
= 0
S
15
= -8.398,52 kg (tekan)


Buhul Q

F
V
= 0
1/2 P + S
37
= 0
S
37
= -1.199,78 kg (tekan)

F
H
= 0 ; S59 = 0
Buhul I

F
H
= 0
S45 cos + S23 cos = 0
S
45
= -S23

F
V
= 0
+S
45
sin - S23 sin

+ S37 - S15

= 0
+S45 sin - S23 sin -1.199,78 -- 8.398,52 = 0
2 S45 sin + 7.198,74 = 0
2 S45 sin = - 7.198,74
S
15

S
1

R
A

S
37

S
59

P
S
15

S
23

S
45

S37

Perpustakaan Unika
35

S45 sin = - 3.599,37
S45 = - 4.024,34 kg (tekan)
FH = 0
S23 = 4.024,34 kg (tarik)
Dengan menggunakan program SAP 2000 ver. 7.42 didapat gaya gaya batang
akibat beban angin untuk ikatan angin bawah, tabel - 3.2
Tabel 3.2 Gaya Batang Ikatan Angin Bawah

No batang
Gaya Batang ( kg )
+(tarik) - (tekan)
S
1
11,65
S
2
5741,91
S
3
10190,15
S
4
10193,15
S
5
13385,75
S
6
13887,73
S
7
15289,25
S
8
15290,26
S
9
15935,26
S
10
15290,26
S
11
15935,26
S
12
15290,26
S
13
15289,25
S
14
13387,73
S
15
13385,75
S
16
10193,15
S
17
10190,15
S
18
5744,58
S
19
5741,91
S
20
11,65
S
21
-12201
S
22
-0,7
S
23
-23,9
S
24
-30,58
S
25
-33,72
S
26
-35,19
S
27
-33,72
S
28
-30,58
S
29
-23,9
S
30
-0,7
Perpustakaan Unika
36

S
31
-12201
S
32
6173,48
S
33
-6216,84
S
34
4820,23
S
35
-4801,03
S
36
3470,71
S
37
-3438,68
S
38
2076,32
S
39
-2039
S
40
718,16
S
41
-677,71
S
42
-677,71
S
43
718,16
S
44
-2039
S
45
2076,32
S
46
-3438,68
S
47
3470,71
S
48
-4801,23
S
49
4820,23
S
50
-6216,84
S
51
6173,48
S
52
-6203,94
S
53
6176,13
S
54
-4863,43
S
55
4803,91
S
56
-3469,02
S
57
3400,94
S
58
-2113,38
S
59
2038,99
S
60
-718,5
S
61
641,53
S
62
641,53
S63 -718,5
S
64
2038,99
S
65
-2113,38
S
66
3400,94
S
67
-3496,02
S
68
4803,91
S
69
-4863,43
S
70
6176,13
S71 -6203,94
Perpustakaan Unika
37

S72 -1225,36
S73 -2403,06
S74 -2390,82
S75 -2385,22
S76 -2381,44
S77 -2380,6
S78 -2381,44
S79 -2385,22
S80 -2390,82
S81 -2403,06
S82 -1225,36
S83 -0,38
S84 -5720,96
S85 -5724,43
S86 -10191,2
S87 -10194,1
S88 -13368,5
S89 -13370,5
S90 -15289,2
S91 -15290,2
S92 -15918,6
S93 -15918,6
S94 -15290,2
S95 -15289,2
S96 -13370,5
S97 -13368,5
S98 -10194,1
S99 -10191,2
S100 -5724,43
S101 -5720,96
S102 -0,38







Perpustakaan Unika
38

3.1.9 Perhitungan Gelagar Induk
Pembebanan
1. Beban Mati
a) Berat aspal : 0,058502200 = 41.800 kg
b) Berat plat lantai : 0,29,6502400 = 230.400 kg
c) Berat gelagar melintang : 119,6241 = 22.449,6 kg
d) Brt. Ikt Angin Bawah : 1021,6412,2 = 2.640,08 kg
e) Berat Air Hujan : 0,019,6501000 = 4.800 kg
f) Berat Gelagar Memanjang : 55066 = 16.500 kg
q = 321.589,68 kg
g) Brt Ikt. Angin Atas : 620,7912,2 = 2.282,74 kg
Berat gelagar induk
Ditaksir = ( 20 + 3.L ) . b
q = ( 20 + 3 50 ) 10 = 1.632 kg/m
G = 2 q L
= 2 1.632 50= 163.200 kg
q
tot
= 321.589,68 + 163.200
= 484.534,54 kg
Jadi setiap rangka utama menerima beban sebesar = 484.534,54 : 2
= 242.267,27 kg
Tiap titik buhul C H menerima beban sebesar P = 242.267,27 :10
P = 24.226,727 kg
Pada ujung buhul A dan B menerima P = 24.226,727 : 2
= 12.113,63 kg
Pada titik buhul J N menerima beban sebesar P* = 2.282,74 : (2 9)
= 126,82 kg
Pada ujung buhul I O menerima beban sebesar P* = 63,41 kg

+
Perpustakaan Unika


34





P1
P1
P1
P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1
P2
P2 P2 P2 P2 P2 P2 P2 P2 P2
P2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
7
2
8
2
9
3
0
31 32 33 34 35 36 37 38 39
A B C D E F G H I J K
L M N O P Q R S T U

Gambar 3.13 Pembebanan Rasuk Induk
P
e
r
p
u
s
t
a
k
a
a
n

U
n
i
k
a



34

Dengan menggunakan program SAP 2000 ver. 7.42 didapat gaya gaya batang
akibat beban mati, tabel 3.3
Tabel 3.3 Gaya Batang Akibat Beban Mati

No batang
Gaya Batang ( ton )
+ (tarik) - (tekan)
S
1

42830,5
S
2

118872,6
S
3

175945,6
S
4

213988,7
S
5

233010,9
S
6

233010,9
S
7

213988,7
S
8

175945,6
S
9

118872,6
S
10

42830,5
S
11

117551,1
S
12

117316,7
S
13

91343,87
S
14

91343,87
S
15

91280,63
S
16

65292,65
S
17

65175,18
S
18

39194,6
S
19

39084,43
S
20

13102,05
S
21

12990,98
S22
13102,05
S
23

39084,43
S
24

39194,6
S
25

65175,18
S
26

65292,65
S
27

91280,63
S
28

91343,87
S
29

117316,7
S
30

117551,1
S
31

85566,46
S
32

152141,7
S
33

199696,4
S
34

228229,6
S
35

237740,6
S
36

228229,6
S
37

199696,4
S
38

152141,7
S
39

85566,46


Perpustakaan Unika
35

2. Beban Hidup





a) Beban terpusat p = 12 ton Beban bergerak terpusat
b) Beban merata q = 2,2 ton Beban bergerak Terbagi Merata
Muatan p dan q dikalikan dengan koefisien kejut
1,33
9,6 50
20
1
L 50
20
1 K =
+
+ =
+
+ =
Tiap gelagar utama menerima beban P
ton 3,02 2,2
2
1
2,75
2,05
2,2 Pq
ton 16,47 12
2
1
2,75
2,05
12 Pp
= + =
= + =

Beban Total
Pp = 16,47 1,33 = 22,07 t = 22,07 t
Pq = 3,02 1,33 = 4,07 5 = 20,234 t
Ptotal = 42,304 t
Jadi setiap rangka utama menerima beban sebesar : 42,304 : 2 = 21,152 t
Tiap titik buhul menerima beban sebesar : 21,152 : 10 = 2,1152 t
Pada buhul tepi : 2,1152 : 2 = 1,0576 t




2.05 5,5 2.05
Perpustakaan Unika


34





1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
31 32 33 34 35 36 37 38 39
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
7
2
8
2
9
3
0
A C D E F G H I J K B
L M N O P Q R S T U
P1
P1
P1
P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1

Gambar 3.14 Pembebanan Rasuk Induk akibat Beban Hidup
P
e
r
p
u
s
t
a
k
a
a
n

U
n
i
k
a



84

Dengan menggunakan program SAP 2000 ver. 7.42 didapat gaya gaya batang
akibat beban hidup, tabel 3.4
Tabel 3.4 Gaya Batang Akibat Beban Hidup
No batang
Gaya Batang ( kg )
+ (tarik) - (tekan)
S
1
3720
S
2
10324,54
S
3
15281,56
S
4
18585,75
S
5
20237,9
S
6
20237,9
S
7
18585,75
S
8
15281,56
S
9
10324,54
S
10
3720
S
11
10209,76
S
12
10195,32
S
13
7927,66
S
14
7933,99
S
15
5665,01
S
16
5666,63
S
17
3398,29
S
18
3400,55
S
19
1132,05
S
20
1134,23
S
21
1134,23
S22 1132,05
S
23
3400,55
S
24
3398,29
S
25
5666,63
S
26
5665,01
S
27
7933,99
S
28
7927,66
S
29
10195,32
S
30
10209,76
S
31
7433,93
S
32
13216,25
S
33
17346,56
S
34
19824,77
S
35
20650,84
S
36
19824,77
S
37
17346,56
S
38
13216,25
S
39
7433,93
Perpustakaan Unika
85




3. Beban Angin














Gambar 3.15 Gaya Akibat Beban Angin

H
W1
= 8.775 kg
H
W2
= 10.500 kg
Gaya pada pertambatan angin
M
C
= 0
H
W1
3 + H
W2
2,1 + R
B
10 = 0
8.775 3 + 10.500 2,1 + 10R
B
= 0
R
B
= 4.837,5 kg
Reaksi tumpuan = 4.837,5 = 2.418,75 kg
A
B
R
HA

R
HB

H
W1

H
W2

2 m
0,2 m
0,9 m
6,4 m
Perpustakaan Unika
86

Pada 1 buhul = 1/7 2.418,75 = 345,535 kg
Pada buhul tepi = 345,535 = 172,7678 kg
Dengan menggunakan program SAP 2000 ver. 7.42 didapat gaya gaya batang
akibat beban angin, pada tabel 3.5






































Perpustakaan Unika
87

Tabel 3.5 Gaya Batang Akibat Beban Angin
No batang
Gaya Batang ( kg )
+ (tarik) - (tekan)
S
1

661,94
S
2

1837,16
S
3

2719,21
S
4

2307,16
S
5

3601,14
S
6

3601,14
S
7

3307,16
S
8

2719,21
S
9

1837,16
S
10

661,94
S
11

1816,73
S
12

1814,16
S
13

1410,63
S
14

141178
S
15

1008,03
S
16

1008,32
S
17

604,69
S
18

605,1
S
19

201,44
S
20

201,83
S
21

201,83
S
22

201,44
S
23

605,1
S
24

604,69
S
25

1008,52
S
26

1008,03
S
27

1411,78
S
28

1410,65
S
29

1814,16
S
30

1816,73
S
31

1322,8
S
32

2351,71
S
33

3086,66
S
34

3527,63
S
35

3674,62
S
36

3527,63
S
37

3086,066
S
39

2351,71
S
39

1322,8



Perpustakaan Unika
88

Tabel 3.6 Kombinasi Pembebanan Rasuk Induk
Gaya Batang Akibat
Btg
Beban
Mati (I)
Beban
Hidup (II)
Beban
Angin (III)
Kombinasi
I+II+III(kg)
+(tarik) -(tekan) +(tarik) -(tekan) +(tarik) -(tekan) +(tarik) - (tekan)
S
1
42830,5 3720 664,94 47215,44
S
2
118872,6 10324,54 1837,16 131034,3
S
3
175945,6 15281,56 2719,21 193946,4
S
4
213988,7 18585,75 2307,16 234881,6
S
5
233010,9 20237,9 3601,14 256849,9
S
6
233010,9 20237,9 3601,14 256849,9
S
7
213988,7 18585,75 3307,16 235881,6
S
8
175945,6 15281,56 2719,21 193946,4
S
9
118872,6 10324,54 1837,16 131034,3
S
10
42830,5 3720 661,94 47212,44
S
11
117551,1 10209,76 1816,73 129577,6
S
12
117316,7 10195,32 1814,16 129326,2
S
13
91343,87 7927,66 1410,63 100682,2
S
14
91343,87 7933,99 141178 240392,6
S
15
91280,63 5665,01 1008,03 71965,69
S
16
65292,65 5666,63 1008,32 71850,13
S
17
65175,18 3398,29 604,69 43197,58
S
18
39194,6 3400,55 605,1 43090,08
S
19
39084,43 1132,05 201,44 14435,54
S
20
13102,05 1134,23 201,83 14327,04
S
21
12990,98 1134,23 201,83 14327,04
S
22
13102,05 1132,05 201,44 14435,54
S
23
39084,43 3400,55 605,1 43090,08
S
24
39194,6 3398,29 604,69 43197,58
S
25
65175,18 5666,63 1008,52 71850,33
S
26
65292,65 5665,01 1008,03 71965,69
S
27
91280,63 7933,99 1411,78 100626,4
S
28
91343,87 7927,66 1410,65 100682,2
S
29
117316,7 10195,32 1814,16 129326,2
S
30
117551,1 10209,76 1816,73 129577,6
S
31
85566,46 7433,93 1322,8 94323,19
S
32
152141,7 13216,25 2351,71 167709,7
S
33
199696,4 17346,56 3086,66 220129,6
S
34
228229,6 19824,77 3527,63 251582
S
35
237740,6 20650,84 3674,62 262066
S
36
228229,6 19824,77 3527,63 251582
S
37
199696,4 17346,56 3086,066 220129
S
38
152141,7 13216,25 2351,71 167709,7
S
39
85566,46 7433,93 1322,8 94323,19













Perpustakaan Unika
89

3.1.10 Desain Penampang
1. Batang horisontal bawah
(menggunakan metode LRFD)
Gaya maksimum = 256,849 ton ( tarik)
Digunakan profil IWF 400.400.13.21
F
b
h
q
=
=
=
=
218,7 cm
2

400 mm
400 mm
172 kg/m
Ix
ix
Iy
iy
=
=
=
=
6600 cm
4

17,5 cm
22400 cm
4

10,1 cm
a. Kondisi leleh Nu < f
y
A
g



Kondisi Faktur





Lubang baut : d = 2,5 cm
Jumlah luas lubang baut pada satu irisan tegak lurus penampang
= 4 0,25 3,14 (2,5) = 19,625 cm
maka dari kondisi fraktur diperoleh :
Ag min = An min + jumlah luas lubang baut
= 108,7 + 19,625 = 128,325 cm
Dari kedua kondisi diatas, diambil harga terbesar :
Ag min = 128,325 cm
Menghitung imin untuk syarat kelangsingan
imin = Lk/350 = 500/350 = 1,4285 cm
Cek : 400/400 = 1 >
2
/
3
ok
A = 218,7 cm
2
> 128,325 cm
2
ok
Iy = 10,1 cm > 1,4285 cm

2 2
min
cm 81,5393 m 008153 , 0
0,9(35000)
256,849
Ag = = =
2 2
n u u
cm 7 , 108 m 0,01087 An
(0,9) (35000) 0,75
256,849
An
U A f Ae f Nu
=

=
Perpustakaan Unika
90

2. Batang horisontal atas
Gaya batang maksimum = 262,066 ton (tekan)
Lk = 5 meter
Fy = 350 MPa
0,2085
2.10
350
49,5

1
E
Fy
i
Lk

1
c
cm 10,1
49,5
500
49,5
Lk
i atau 49,5
i
Lk
6
min
min
min
= = =
= = = =

979 , 0
2085 , 0 67 , 0 6 , 1
43 , 1
67 , 0 6 , 1
43 , 1
=

=

=
c


Nu u Nu
u Ag fcr
2
2
4
cr
cm 23953 , 86 Ag
mm 953 , 8623 Ag
0,979
350
0,85
262,066.10
Ag
uf
Nu
g

A

Dari tabel profil pilih IWF 400.400.13.21 dengan besaran penampang
Ag = 218,7 cm
2

iy = 10,1 cm
ix = 17,5 cm
Cek kelangsingan pelat penampang
13,363
350
250
fy
250
s 11,764
34
400
t
b

f
= = = = = =
ok s
f
<
Asumsi tidak terjadi tekuk lokal terpenuhi
Cek kelasingan terhadap tekuk global
Perpustakaan Unika
91

49,5
10,1
500
i
Lk
min
= =
Kelangsingan sudah sama berdasarkan pemilihan penampang
Besaran c dan s tidak perlu dihitung lagi
Cek kapasitas penampang
Nu = Ag fcr


Nu Nn 0,85 7.818,6925
Nu = 2620,66 KN 6.645,888 KN ok
Penampang yang dipilih ternyata memenuhi persyaratan dan cukup efisien
3. Batang Diagonal (tarik)
Gaya batang maksimum = 129,326 ton (tarik)
a. Kondisi leleh Nu < f
y
A
g

2 2 3 -
gmin cm 05 , 41 m x10 105 , 4
0,9(35000)
129,326
A

b. Kondisi Faktur
2 2 3
n u u
cm 74 , 54 m 10 . 474 , 5 An
(0,9) (35000) 0,75
129,326
An
U A f Ae f Nu
=


Ambil profil IWF 400.400.13.21
Lubang baut : d = 2,5 cm
Jumlah luas lubang baut pada satu irisan tegak lurus penampang
= 4 0,25 3,14 (2,5) = 19,625 cm
maka dari kondisi fraktur diperoleh :
Ag min = An min + jumlah luas lubang baut
= 54,74 + 19,625 = 74,365 cm
Dari kedua kondisi diatas, diambil harga terbesar :
Ag min = 74,365m
Menghitung imin untuk syarat kelangsingan
KN 7.818,6925
0,979
) 10 (350 10 218,7
3 2
=


Perpustakaan Unika
92

imin = L/350 = 687/350 = 1,963 cm
Cek : 400/400 = 1 >
2
/
3
ok
A = 218,7 cm
2
> 74,365 cm
2
ok
Iy = 10,1 cm > 1,963 cm
4. Batang diagonal (tekan)
Gaya batang maksimum = 129,577 ton (tekan) = 1295,77 KN
Lk = 6,87 meter
Fy = 350 MPa
0,286
2.10
350
68,01

1
E
fy
i
Lk

1
c
cm 10,1
68,01
687
68,01
Lk
i atau 68,01
i
Lk
6
min
min
min
= = =
= = = =

01 , 1
286 , 0 67 , 0 6 , 1
43 , 1
67 , 0 6 , 1
43 , 1
=

=

=
c


Nu u Nu
u Ag fcr






Dari tabel profil pilih IWF 400.400.13.21 dengan besaran penampang
Ag = 218,7 cm2
iy = 10,1 cm
ix = 17,5 cm
Cek kelangsingan pelat penampang
13,363
350
250
fy
250
s 11,764
34
400
t
b

f
= = = = = =
2
2
4
cr
cm 43,9908 Ag
mm 4399,084 Ag
1,00
350
0,85
129,577.10
Ag
uf
Nu
Ag

Perpustakaan Unika
93

ok s
f
<
Asumsi tidak terjadi tekuk lokal terpenuhi
Cek kelasingan terhadap tekuk global


Kelangsingan sudah sama berdasarkan pemilihan penampang
Besaran c dan s tidak perlu dihitung lagi
Cek kapasitas penampang
Nu = Ag fcr
KN 7578,712
1,01
) (350.10 218,7102
3
=



Nu Nn 0,85 7578,712
Nu = 1295,77 KN 6441,905 KN o k
Penampang yang dipilih ternyata memenuhi pesyaratan dan cukup efisien.
5. Pendemensian Ikatan Angin Bawah
Gaya Tekan Maksimal = 15918,6 kg
Panjang batang tekan (Lk) = (541 : 2) = 271 cm
Dipakai profil siku = 90.90.9
Data data 90.90.9
I


F
V
I
x

I
y

e
=
=
=
=
=
=
=
=
=
184 cm
4

3,45 cm
47,8 cm
4

1,76 cm
15,5 2 = 31 cm
2

3,59 cm
2 116 = 232 cm
4

2{(47,8 + 15,5)(3,59 + .1,6

)}=616 cm
4

2,54 cm
1,1 Ix = 1,1 232 = 255,2 < Iy = 616
jadi i
min
= ix = i = 3,45 cm
68,01
10,1
687
i
Lk
min
= =


Perpustakaan Unika
94

200 5 , 78
45 , 3
271
min
< = = =
i
lk

Chek kekuatan profil
04 , 1
10 2
350
5 , 34
2710
5
=

+

E
f
i
l y k
c
59 , 1
67 , 0 6 , 1
43 , 1
04 , 1 25 , 0
67 , 0 6 , 1
43 , 1
2 , 1 25 , 0
=

=
c
c
c



2 2 / 2400 / 47 , 816
31
6 , 15918
59 , 1 cm kg cm kg = =
Perhitungan pelat kopel :
Jarak = 30 i
min
= 30 3,45 = 103,5 cm
Lk = 271 cm


Jadi dipakai 4 pelat kopel dengan jarak = 271/4 = 67,75 cm
6. Pendimensian Ikatan Angin Atas
Gaya Tekan Maksimal = 4555,74 kg
Panjang batang tekan (Lk) = (693 : 2) = 346,5 cm
Dipakai profil siku = 90.90.9.
I


F
V
I
x

I
y

e
=
=
=
=
=
=
=
=
=
184 cm
4

47,8 cm
4

3,45 cm
1,76 cm
15,5 2 = 31 cm
2

3,59 cm
2 116 = 232 cm
4

2(47,8 + 15,5) (3,59 + 1,6) = 616 cm
4

2,54 cm

kopel pelat 4 3,608 1
103,5
271
n = + =


Perpustakaan Unika
95

1,1 Ix = 1,1 232 = 255,2 < Iy = 616
jadi i
min
= ix = i = 3,45 cm
200 43 , 100
45 , 3
5 , 346
min
< = = =
i
lk

Check kekuatan profil

c = 33 , 1
10 2
350
5 , 34
3465
5
=

=
E
f
i
l y k

c
1,2 25 , 1 =
c
2

1,331,2 ( ) 33 , 1 25 , 1 =
2
= 2,23



Perhitungan pelat kopel :
Jarak = 30 imin = 30 3,45 = 103,5 cm
Lk = 346,5 cm


Jadi dipakai 4 pelat kopel dengan jarak = 346,5/5 = 69,3 cm
3.1.11 Sambungan
1. Sambungan Ikatan Angin Bawah dengan Gelagar Melintang
Ikatan angin dengan pelat buhul
P = 6216,84 kg
Diameter baut = d = 20 mm
Tebal Pelat buhul = 7 mm
a. Tinjauan Kapasitas pelat
Tebal pelat = 7 mm = 0,7 cm
Lebar = 90 mm = 9 cm
Panjang Bidang yang tergesek :
Misal cari panjang terkecil dengan 2 baut
2
kg/cm 2.400 327,71
31
4555,74
23 , 2 = =
kopel pelat 5 34 , 4 1
103,5
346,5
n = + =
Perpustakaan Unika
96




Detail





85 % A bruto = 0,85 90 160 = 12240 mm
2
= 122,4 cm
2
Sehingga = 0,75 122,4 2400 kg/cm
2
= 220320 kg
Jadi N = 220,32 ton
Gaya terbesar pada gelagar 6,216 ton < 220,32 ton ------ ok
b. Tinjau dari kekuatan baut terhadap geser
Rumus :
load proof baut jumlah
beban faktor
slip faktor

Coba, asumsi kekuatan 1 baut A 325; d
b
= 20mm
kg 8315,66 16631,33 1
1,4
0,7
N = =
Pelat buhul dengan gelagar induk
P = 6216,84 kg
Sambungan las sudut dengan tebal pelat 7 mm, maka a (7 + 1)/2
a 4 mm
digunakan tebal las 4 mm
90 mm
160 mm
Detail
P Gambar 3.16 Sambungan Ikatan Angin Bawah dengan
Gelagar Melintang
Perpustakaan Unika
97


Panjang pengelasan, L = 50 cm


310,84 kg/cm
2
< 0,58 2400 kg/cm
2
= 1392 kg/cm
2
ok
Tabel 3.7 Perhitungan Baut Ikatan Angin Bawah

No batang P (Kg) Tarik/Tekan P baut (Kg) n perlu n pasang

32 6173,48 Tarik 8315.66 0,74 2
33 6216,84 Tekan 8315,66 0,74 2
34 4820,23 Tarik 8315,66 0,57 2
35 4801,03 Tekan 8315,66 0,57 2
36 3470,71 Tarik 8315,66 0,41 2
37 3438,68 Tekan 8315,66 0,41 2
38 2076,32 Tarik 8315,66 0,24 2
39 2039 Tekan 8315,66 0,24 2
40 718,16 Tarik 8315,66 0,08 2
41 677,71 Tekan 8315,66 0,08 2
42 677,71 Tekan 8315,66 0,08 2
43 718,16 Tarik 8315,66 0,08 2
44 2039 Tekan 8315,66 0,24 2
45 2076,32 Tarik 8315,66 0,24 2
46 3438,68 Tekan 8315,66 0,41 2
47 3470,71 Tarik 8315,66 0,41 2
48 4801,23 Tekan 8315,66 0,57 2
49 4820,23 Tarik 8315,66 0,57 2
50 6216,84 Tekan 8315,66 0,74 2
51 6173,48 Tarik 8315,66 0,74 2
52 6203,94 Tekan 8315,66 0,74 2
53 6176,13 Tarik 8315,66 0,74 2
54 4863,43 Tekan 8315,66 0,58 2
55 4803,91 Tarik 8315,66 0,57 2
56 3469,02 Tekan 8315,66 0,41 2
57 3400,94 Tarik 8315,66 0,4 2
58 2113,38 Tekan 8315,66 0,25 2
59 2038,99 Tarik 8315,66 0,24 2
60 718,5 Tekan 8315,66 0,08 2
61 641,53 Tarik 8315,66 0,07 2
62 641,53 Tarik 8315,66 0,07 2
63 718,5 Tekan 8315,66 0,08 2
64 2038,99 Tarik 8315,66 0,24 2
65 2113,38 Tekan 8315,66 0,25 2
66 3400,94 Tarik 8315,66 0,4 2
67 3496,02 Tekan 8315,66 0,41 2
2
kg/cm 84 , 310
50 0,4
6216,84
aL
P
=

= =
Perpustakaan Unika
98

68 4803,91 Tarik 8315,66 0,57 2
69 4863,43 Tekan 8315,66 0,58 2
70 6176,13 Tarik 8315,66 0,74 2
71 6203,94 Tekan 8315,66 0,74 2

2. Sambungan Ikatan Angin Atas dengan Gelagar Melintang
Ikatan angin dengan pelat buhul
P = 2926,65 kg
Diameter baut = d = 20 mm
Tebal Pelat buhul = 7 mm
a. Tinjauan Kapasitas pelat
Tebal pelat = 7 mm = 0,7 cm
Lebar = 90 mm = 9 cm
Panjang Bidang yang tergesek :
Misal cari panjang terkecil dengan 2 baut







85 % A bruto = 0,85 90 160 = 12240 mm
2
= 122,4 cm
2
90 mm
160 mm
Detail
P
P
Gambar 3.17 Sambungan Ikatan Angin Atas dengan
Gelagar Melintang
Detail
Perpustakaan Unika
99

Sehingga = 0,75 122,4 2400 kg/cm
2
= 220320 kg
Jadi N = 220,32 ton
Gaya terbesar pada gelagar 2,926 ton < 220,32 ton ------ ok
b. Tinjau dari kekuatan baut terhadap geser
Rumus :


Coba, asumsi kekuatan 1 baut A 325; d
b
= 20mm


Pelat buhul dengan gelagar induk
P = 2926,65 kg
Sambungan las sudut dengan tebal pelat 5 mm, maka a (5 + 1)/2
a 3 mm
dugunakan tebal las 3 mm
Panjang pengelasan ; L = 40 cm


243,8875 kg/cm
2
< 0,58 2400kg/cm
2
= 1392 kg/cm
2
ok
Tabel 3.8 Sambungan Baut Ikatan Angin Atas

No batang P (Kg) Tarik/Tekan P Baut (Kg) n perlu n pasang

10 2912,02 Tarik 8315,66 0,35 2
11 2184,42 Tarik 8315,66 0,26 2
12 1458,11 Tarik 8315,66 0,17 2
13 730,5 Tarik 8315,66 0,08 2
14 2,66 Tarik 8315,66 0,003 2
15 725,54 Tekan 8315,66 0,08 2
16 1453,94 Tekan 8315,66 0,17 2
17 2175,35 Tekan 8315,66 0,26 2
18 2926,65 Tekan 8315,66 0,35 2
29 2913,65 Tekan 8315,66 0,35 2
30 15,62 Tekan 8315,66 0,0018 2
31 2186,68 Tekan 8315,66 0,26 2
32 8,86 Tarik 8315,66 0,001 2
33 1460,75 Tekan 8315,66 0,17 2
2
kg/cm 8875 , 243
40 0,3
2926,65
aL
P
=

= =
load proof baut jumlah
beban faktor
slip faktor

kg 66 , 8315 16631,3 1
1,4
0,7
N = =
Perpustakaan Unika
100

34 3,69 Tarik 8315,66 0,0004 2
35 733,3 Tekan 8315,66 0,08 2
36 1,05 Tekan 8315,66 0,0001 2
37 5,42 Tekan 8315,66 0,0006 2
38 5,3 Tekan 8315,66 0,0006 2
39 723,01 Tarik 8315,66 0,08 2
40 9,12 Tekan 8315,66 0,001 2
41 1451,85 Tarik 8315,66 0,17 2
42 12,15 Tekan 8315,66 0,001 2
43 2178,13 Tarik 8315,66 0,26 2
44 9,88 Tekan 8315,66 0,001 2
45 2924,77 Tarik 8315,66 0,35 2
46 7,86 Tekan 8315,66 0,0009 2
47 2190,07 Tarik 8315,66 0,26 2
48 6,25 Tekan 8315,66 0,0007 2
49 1462,53 Tarik 8315,66 0,17 2
50 0,97 Tekan 8315,66 0,0001 2
51 735,26 Tarik 8315,66 0,08 2
52 3,76 Tarik 8315,66 0,004 2
53 7,36 Tarik 8315,66 0,0008 2
54 8,02 Tarik 8315,66 0,0008 2
55 721,05 Tekan 8315,66 0,08 2
56 11,78 Tarik 8315,66 0,001 2
57 1450,11 Tekan 8315,66 0,17 2
58 15,33 Tarik 8315,66 0,001 2
59 2183,39 Tekan 8315,66 0,26 2
60 23,65 Tarik 8315,66 0,002 2
61 2902,54 Tekan 8315,66 0,34 2
62 13,49 Tarik 8315,66 0,001 2
63 509,86 Tarik 8315,66 0,06 2
64 1000,66 Tekan 8315,66 0,12 2
75 1460,55 Tarik 8315,66 0,17 2
76 733,11 Tarik 8315,66 0,08 2
77 5,25 Tarik 8315,66 0,0006 2
78 5,42 Tekan 8315,66 0,0006 2
79 5,3 Tekan 8315,66 0,0006 2
80 722,94 Tekan 8315,66 0,08 2
81 1451,54 Tekan 8315,66 0,17 2
82 2186,27 Tekan 8315,66 0,26 2
83 2899,04 Tekan 8315,66 0,34 2






Perpustakaan Unika
101

3.1.12 Sambungan Baut Pada Gelagar Induk
a. Tinjauan Kapasitas pelat
Tebal pelat = 20 mm = 2 cm
Lebar = 400 mm = 40 cm
Panjang Bidang yang tergesek :
Misal cari panjang terkecil dengan 4 baut

100 0,8 100 100 100 100 100 100 100 0,8
100 100 100 100 100 100 100
400
7,5
7,5
10
7,5
7,5
75
100
75
75
100 100 100 100 100 0,8 100 100 100 0,8
100 100 100 100 100 100 100
80
100
100
100
100
100
80
800
100
100
100
100
100
100
100
100
75
850 850
2500
735
426,9 282
58,9
58,9










85 % A bruto = 0,85 400 160 = 55400 mm
2
= 554 cm
2
Sehingga = 0,75 554 2400 kg/cm
2
= 967200 kg
Jadi N = 997200 ton
Gaya terbesar pada gelagar 262,066 ton < 997,2 ton ------ ok
b. Tinjau dari kekuatan baut terhadap geser
Rumus :
400 mm
160 mm
P
P
P
P
Gambar 3.18 Sambungan Baut Pada Gelagar Induk
Perpustakaan Unika
102

load proof baut jumlah
beban faktor
slip faktor

Coba, asumsi kekuatan 1 baut A 325; d
b
=20mm
kg 66 , 8315 33 , 16631 1
1,4
0,7
N = =
Maka kekuatan untuk satu bautnya 8315,66 kg, maka kebutuhan baut untuk
gelagar induk sebagai berikut :
Tabel 3.9 Perhitungan Baut Gelagar Induk

No batang Gaya batang Gaya batang P baut n perlu n pasang
( kg) (1 sayap) (kg)

1 47215,44 23607,72 8315,66 2,8 4
2 131034,3 65517,15 8315,66 7,87 8
3 193946,4 96973,2 8315,66 11,66 12
4 234881,6 117440,8 8315,66 14,1 16
5 256849,9 128424,95 8315,66 15,4 16
6 256849,9 128424,95 8315,66 15,4 16
7 235881,6 117940,8 8315,66 14,1 16
8 193946,4 96973,2 8315,66 11,66 12
9 131034,3 65517,15 8315,66 7,87 8
10 47212,44 23606,22 8315,66 2,8 4
11 129577,6 64788,8 8315,66 7,79 8
12 129326,2 64663,1 8315,66 7,77 8
13 100682,2 50341,1 8315,66 6,05 8
14 240392,6 120196,3 8315,66 14,45 16
15 71965,69 35982,84 8315,66 4,32 6
16 71850,13 35925,06 8315,66 4,32 6
17 43197,58 21598,79 8315,66 2,59 4
18 43090,08 21545,04 8315,66 2,59 4
19 14435,54 7217,77 8315,66 0,86 2
20 14327,04 7163,52 8315,66 0,86 2
21 14327,04 7163,52 8315,66 0,86 2
22 14435,54 7217,77 8315,66 0,86 2
23 43090,08 21545,04 8315,66 2,59 4
24 43197,58 21598,79 8315,66 2,59 4
25 71850,33 35925,06 8315,66 4,32 6
26 71965,69 35982,84 8315,66 4,32 6
27 100626,4 50313,2 8315,66 6,05 8
28 100682,2 50341,1 8315,66 6,05 8
29 129326,2 64663,1 8315,66 7,77 8
30 129577,6 64788,8 8315,66 7,74 8
31 94323,19 47161,59 8315,66 5,67 6
32 167709,7 83854,85 8315,66 10,08 12
Perpustakaan Unika
103

33 220129,6 110064,8 8315,66 13,22 14
34 251582 125791 8315,66 15,12 16
35 262066 131033 8315,66 15,75 16
36 251582 125791 8315,66 15,1 16
37 220129 110064,5 8315,66 13,2 14
38 167709,7 83854,85 8315,66 10,08 12
39 94323,19 47,161,595 8315,66 5,67 6


































Perpustakaan Unika
104

3.2 Perhitungan Struktur Bawah
3.2.1 Abutment
3.2.1.1 Berat dan Titik Berat Abutment












Gambar 3.19 Gaya Akibat Berat Sendiri Abutment

Lebar abutmen (L) = 9,6meter
Berat jenis abutment,
beton
= 2400 kg/cm
3

Tabel 3.10 Perhitungan berat sendiri abutmen

No Luas (m
2
) x
a
(m) y
a
(m) Luas. x
a
(m
3
) Luas . y
a
(m
3
) Volume (m
3
) Berat (kg)
A
B
C
D
E
F
G
H
I
7,905
1,946
2,04
1,02
0,255
0,5625
0,5625
7,5
0,75
0,00
1,125
1,5
1,25
1,00
1,5
1,5
0,00
0,00
4,385
5,4775
5,54
4,4
4,167
1,41
1,41
0,625
1,5
0,00
2,189
3,06
1,275
0,255
0,842
0,843
0,00
0,00
34,663
10,659
11,301
4,488
1,062
0,793
0,793
4,687
1,125
75,888
18,681
19,584
9,792
2,448
5,4
5,4
72
7,2
182131,2
44834,4
47001,6
23500,8
5875,2
12960
12960
172800
17280
21,731 8,465 66,019 519343,2


A
C
D
B
E
F
G
I
II
III
IV
V
H
1,5 m
3,0 m
0,25 m
2,59 m
1,25 m
6 m
O
1,5 m
VI
1,75 m
0,8 m
1,36 m
1,36 m
1,75 m
0,5 m
1,25 m
0,68 m
0,5 m
0,15 1,5 m
Perpustakaan Unika
105


Jarak titik berat dari eksentrisitas berat sendiri abutment terhadap pusat luasan pile
group :
m 0,389
21,731
8,465
xo
= = m 03 , 3
21,731
66,019
y
o
= =
Berat sendiri abutmen, Q
bs
= 519343,2 kg
Momen akibat beban sendiri abutmen terhadap eksentrisitas pancang :
M
bs
= 519343,2 0,389 = 202024,5 kgm = 202,024 tonm
3.2.1.2 Beban Mati Akibat Konstruksi Atas
Beban mati untuk abutmen = beban mati total rasuk induk = 484534,54 kg
= 484,534 ton


GD








Gambar 3.20 Beban Mati Konstruksi Atas
Beban pada setiap abutment = 0,5 484,534 = 242,267 ton
Lengan gaya terhadap titik berat = 1,5 meter
Momen beban mati konstruksi atas terhadap centrisitas pancang
MD = 242,267 1,5 = 363,4005 tonm
3.2.1.3 Beban Hidup Akibat Konstruksi Atas
Beban hidup untuk abutmen = beban hidup total rasuk induk = 42,304 t
Beban pada setiap abutment = 0,5 42,304 = 21,152 t
Lengan gaya terhadap titik berat = 1,5 meter
0,8 m
1,36 m
1,36 m
1,75 m
0,5 m
1,25 m
6 m
Perpustakaan Unika
106


P








Gambar 3.21 Beban Hidup Konstruksi Atas

Momen beton hidup konstruksi atas terhadap eksentrisitas pancang
M
L
= 21,152 1,5 = 31,728 tonm
3.2.1.4 Beban Akibat Timbunan Tanah
Lebar abutmen = 9,6 meter
Berat jenis tanah,
tanah
= 1785 kg/m
3










Gambar 3.22 Beban Akibat Berat Tanah Vertikal

6 m
A
C
D
B
E
F
G
I
II
III
IV
V
H
6 m
O
VI
Perpustakaan Unika
107


Tabel 3.11 Perhitungan beban timbunan tanah abutmen
No
Luas
(m
2
)
x
a

(m)
y
a

(m)
Luas. x
a

(m
3
)
Luas . y
a

(m
3
)
Volume
(m
3
)
Berat (kg)
I
II
III
IV
V
VI
0,5625
4,905
0,255
3,9375
0,5625
21,06

1,875
2,25
1,25
1,.875
2,25
4,5

6,9
5,135
3,726
2,625
1,583
3,5125

1,054
11,053
0,318
7,382
1,265
94,77

3,881
25,187
0,95
10,335
0,89
73,973

5,4
47,088
2,448
37,8
5,4
202,176

9639
84052,08
4369,68
67473
9639
360884,16

31,282 115,842 115,216 536056,92

Jarak titk berat dari eksentrisitas akibat terhadap pusat pile group :
m 703 , 3
31,282
115,842
xo
= = m 3,68
31,282
115,216
y
o
= =
Berat tanah QL = 536056,92 kg
Momen akibat berat tanah terhadap titik A
ML = 536056,92 3,703 = 1985018,775 kgm = 1985,018 tonm
3.2.1.5 Gaya Rem dan Traksi
Gaya rem dan traksi H
RT
bekerja sebesar 5 % dari muatan D tanpa koefisien kejut
yang memenuhi semua jalur lalu lintas yang ada dan dalam satu jurusan










Gambar 3.23 Gaya Rem dan Traksi
H
RT

6 m
Perpustakaan Unika
108

Beban hidup untuk 1 abutmen Q
L
= 21,152 ton
Gaya rem dan traksi
H
RT
= 5 % 21,152 = 1,057 ton
Lengan rem dan traksi terhadap titk centris = h + 1,2 = 7,02 + 1,2 = 8,22 meter
Momen gaya rem dan traksi terhadap titik eksentrisitas pancang.
M
RT
= 1,057 8,22 = 8,688 tonm
3.2.1.6 Beban Gempa











Gambar 3.24 Gaya Akibat Gempa

Mencari koefisien gempa
Koefisien gempa = C I K
a. Waktu getar
tx = ty = 0,06 (1,54)
2
= 0,083 detik
b. Koefisien gempa dasar (C)
Koefisien gempa dasarnya adalah 0,15
c. Nilai I dan K
Diambil I = 1 dan K = 1
Koefisen gempa untuk rencana = C I K = 0,15 1 1 = 0,15


3,03 m
7,02 m
3,68 m
Perpustakaan Unika
109

Gaya horisontal
Abutmen = 0,15 519,343 = 77,901 ton
Embankmen = 0,15 536,056 = 80,408 ton
Struktur atas = 0,15 242,267 = 36,34 ton +
194,649 ton

Momen
Abutmen = 3,03 77,901 = 236,04 tonm
Embankmen = 3,68 80,408 = 295,901 tonm
Struktur atas = 7,02 36,34 = 255,106 tonm +
787,047 tonm = 81,984 ton/meter

3.2.1.7 Gaya Akibat Tekanan Tanah Aktif

q = 1 t/m
2







P
2
P
1




Gambar 3.25 Gaya Akibat Tekanan Tanah Aktif
Parameter tanah = = 30,5
= 1,785 ton/m
3

ka = tan
2
(45-/2) = tan
2
(45 30,5/2) = tan
2
30 = 0,32


H
1


H
2

7,02 m
Perpustakaan Unika
110

Untuk total abutment
P
1
= q ka = 1 0,32 = 0,32 ton/m
2

P
2
= h ka = 1,785 7,02 0,32 = 4 ton/m
2
H
1
= 0,32 7,02 9,6 = 21,565 ton
H
2
= (4 7,02 m)/2 9,6 = 134,784 ton
156,349 ton
Momen = 21,565 (7,02/2) + 134,784 (7,02/3) = 75,693 + 315,394 = 391,087
tonm
3.2.1.8 Gaya Akibat Gesekan (PMI 70)
H = 0,01 beban mati
= 0,01 242,267 ton = 2,422 ton
M = 2,422 7,02 = 17,002 tonm
1. Kombinasi Pembebanan
Kontruksi jembatan ditinjau terhadap kombinasi pembebanan dan gaya yang
mungkin bekerja, sesuai dengan sifatsifat serta kemungkinankemungkinan pada
setiap beban, tegangan yang digunakan dalam pemeriksaan kekuatan konstruksi
yang bersangkutan dinaikkan terhadap tegangan yang diijinkan sesuai dengan
keadaan elatis.
Tabel 3.12 kombinasi pembebanan
No Kombinasi pembebanan
Tegangan yang
digunakan dalam
dan pada tegangan
ijin keadaan elastis
(%)
I
II
III

IV
Abutmen + struktur atas + tekanan tanah
Abutment + tekanan tanah + tanah urugan
Struktur atas + abument + tekanan tanah + tanah
urugan + rem + traksi
Beban mati+abutmen+tanah urugan+gempa
100
125
140

150
Sumber : PPPPJJR




+
Perpustakaan Unika
111

1. KOMBINASI I
(Abutmen + struktur atas + tekanan tanah ) = 100%
Tabel 3.13 Kombinasi I
Unit V (ton) H (ton) M (tonm)
Beban mati + beban hidup
Abutmen
Tekanan tanah
Tanah urugan
263,418
519,343
536,056
156,349
395,128
202,024
391,087
1985,018
TOTAL 1318,817 156,349 2973,257


2. KOMBINASI II
(Abutment + tekanan tanah + tanah urugan) = 125 %
Tabel 3.14 Kombinasi II
Unit V (ton) H (ton) M (tonm)
Beban mati
Abutmen
Tekanan tanah
Tanah urugan
242,267
519,343
536,656
156,349
363,4
202,024
391,087
1985,018
TOTAL 1297,666 156,349 2941,529
125 % 1622,082 195,436 3676,911


3. KOMBINASI III
(Struktur atas+abument+tekanan tanah+tanah urugan+rem+traksi ) = 140 %
Tabel 3.15 Kombinasi III
Unit V (ton) H (ton) M (tonm)
Beban mati + beban hidup
Abutmen
Tekanan tanah
Tanah urugan
Rem
Friction
263,418
519,343
536,056
156,349
1,057
2,422
395,128
202,024
391,087
1985,018
8,688
17,002
TOTAL 1318,817 159,828 2998,947
140 % 1846,343 223,759 4198,525



Perpustakaan Unika
112


4. KOMBINASI IV
(Beban mati + abutmen + tanah urugan + gempa) = 150 %
Tabel 3.16 Kombinasi IV
Unit V (ton) H (ton) M (tonm)
Beban mati
Abutmen
Gempa
Tanah urugan
242,267
519,343
536,056
194,649
363,4
202,024
787,047
1985,018
TOTAL 1297,666 194,649 3337,489
150 % 1946,499 291,973 5006,233

3.2.2 Kontrol Terhadap Kestabilan Konstruksi
A. Daya Dukung Pada Kombinasi Pembebanan
Kondisi Pembebanan I :
V = 1318,817 t
H = 156,349 t
MV = 2582,17 t
MH = 391,087 t

Kondisi Pembebanan II:
V = 1622,082 t
H = 195,436 t
MV = 3188,052 t
MH = 488,858 t

2
2
/ 555 , 7 min
/ 347 , 53 max
6
33 , 1 6
1
6 6 , 9
817 , 1318 6
1
33 , 1
817 , 1318
087 , 391 17 , 2582
2
6
2
m t q
m t q
B
e
B L
V
q
m e
V
M M B
e
abutmen
H v
=
=

=
=


=
Perpustakaan Unika
113


Kondisi Pembebanan III:
V = 1846,343 t
H = 223,759 t
MV = 3615,038 t
MH = 583,487 t

Kondisi Pembebanan IV:
V = 1946,499 t
H = 291,973 t
MV = 3825,663 t
MH = 1180,57 t

2
2
/ 293 , 9 min
/ 615 , 65 max
6
33 , 1 6
1
6 6 , 9
082 , 1622 6
1
33 , 1
082 , 1622
858 , 488 052 , 3188
2
6
2
m q
m t q
B
e
B L
V
q
m e
V
M M B
e
abutmen
H v
=
=

=
=


=
2
2
/ 219 , 11 min
/ 328 , 75 max
6
35 , 1 6
1
6 6 , 9
343 , 1846 6
1
35 , 1
343 , 1846
487 , 583 038 , 3615
2
6
2
m t q
m t q
B
e
B L
V
q
m e
V
M M B
e
abutmen
H v
=
=

=
=


=
2
2
/ 628 , 21 min
/ 219 , 89 max
6
64 , 1 6
1
6 6 , 9
6 , 1946 6
1
64 , 1
6 , 1946
57 , 1180 663 , 3825
2
6
2
m t q
m t q
B
e
B L
V
q
m e
V
M M B
e
abutmen
H v
=
=

=
=


=
Perpustakaan Unika
114

Dari hasil perhitungan diatas maka yang paling menentukan adalah
kombinasi IV:
V = 1946,499 t
H = 291,973 t
MV = 3825,663 t
MH = 1180,57 t
M = MV + MH
= 3825,663 t + 1180,57 t
= 5006,233 t
qmax = 89,219 t/m
= V/A = 1946,499 / 21,731
= 89,567 t/m
qmax < Aman

B. Kontrol Terhadap Guling
Angka keamanan n = 1,5
= 3,24 > 1,5 aman

C. Kontrol Terhadap Geser
= 3,926 > 1,5 aman


5 , 1
57 , 1180
663 , 3825
5 , 1
> =
>

H
v
M
M
5 , 1
973 , 291
5 , 30 tan 499 , 1946
5 , 1
tan
>

=
>

H
V
Perpustakaan Unika
115

3.2.3 Perhitungan Sendi / Rol (Elastomeric)
Beban pada sendi/rol = R
A
= 121,133 ton + 10,576 ton = 131,906 ton
Untuk tinjauan dipakai beton K-200 --------------
b
= 67,5 kg/cm
2

Jadi luas yang diperlukan = F
2
24 , 1951
5 , 67
131906
cm
kg

Rv
F jadi
b
= = = =
Dipakai ukuran bujur sangkar = ( a a)
Jadi a = F = 1951,24 = 44,1 cm diambil 50 cm
1. Perhitungan Elastomer
Beban dari struktur atas (mati +hidup )
= 121,133 ton + 10,576 ton = 131,906 ton
Ambil elastomeric TBR A = 3 72 > 131,906 ton (ok).
2. Beban horisontal
A. Gaya rem dan traksi (Beban hidup)
HRT = 5 % Beban hidup
= 0,05 10,576 ton = 0,52 ton
B. Gaya gempa
HG = E beban mati
= 0,15 121,133 ton
= 18,16 ton
Beban horisontal total = H = 0,52 + 18,16 = 18,68 ton
Digunakan jenis TBR A = 3 8,4 > 18,68 ton (ok).
Tabel 3.17 Tabel Jenis jenis Elastomer
Jenis Ukuran (mm)
Pembebanan Maximal Gerakan
Dasar
(mm)
Vertikal
(Ton)
Horisontal
(Ton)
A 20, 20, 1,5 0,1 40 5,6 12
B 20, 30, 1,5 0,1 72 8,4 12
Perpustakaan Unika
116

3.2.4 Penulangan abutmen
Tabel 3.18 Gaya dan momen per m
Unit V (t/m) H (t/m) M (tm/m)
Kombinasi I
Kombinasi II
Kombinasi III
Kombinasi IV
137,376
168,966
192,327
202,76
16,286
20,357
23,308
30,413
309,714
383,011
437,346
521,482

Digunakan Kombinasi IV
V = Pu = 202,76 ton/m = 2027,6 KN/m
H = 30,413 t/m
M = Mu = 521,482 ton/m = 5214,82 KN/m
Penulangan untuk abutmen dipasang pada momen terbesar yaitu pada kombinasi
IV sebesar 521,482 tonm/meter dan V = 202,76 ton/meter
m
V
M
e 57 , 2
76 , 202
482 , 521
= = =
Asumsikan tampang 1000 mm 1000 mm (permeter panjang )
ds = d' = 5 cm = 50 mm
Atotal = 2,5 % tulangan; kolom dianggap simetris sehingga
0125 , 0 025 , 0
2
1
' = =

= =
d b
As

As = As = 0,0125 1000 (1000 50 )
= 11.875 mm
2

Dicoba 24 D32 ( As= 19301,94 mm
2
)
mm
fy
d
xb 75 , 575
390 600
950 600
600
600
0203 , 0
) 50 1000 ( 1000
94 , 19301
=
+

=
+

=
=

=

ab= 1 xb = 0,85 575,75 = 489,3875 mm

Perpustakaan Unika
117

89 , 547
575,75
50 575,75
0,003 10 2 fs
5
=

+
= MPa
547,89 > fy = 390 MPa
Gunakan fs = fy = 390 MPa
Pnb = 0,85 f
c
b ab + As f
s
As f
y

= 0
= 0,85 20 1000 489,3875 = 8.319.587,5 N

=
2
1000
950 390 19301,94
50
2
1000
390 19301,94
2
489,38
2
1000
489,38 1000 20 0,85 Mnb
= 8899,02 x 10
6
Nmm
eb= mm
Pnb
Mnb
1069
10
319 , 8
10
02 , 8899
6
6
=

= < 2570 mm keruntuhan tarik



Pn = 3130,855 KN
Dicek apakah benar tegangan pada tulangan desak fs>fy
a = mm
b fc
pn
167 , 184
1000 20 85 , 0
3130855
85 , 0
=

=


= mm
a
667 , 216
85 , 0
167 , 184
85 , 0
= =
( ) { } 947 , 0 0203 , 0 941 , 22 2 178 , 2 178 , 2 950 1000 20 85 , 0
1 2
2
2
2
2
85 , 0
947 , 0
950
50
1 1
178 , 2
950 2
2570 2 1000
2
2
941 , 22
20 85 , 0
390
85 , 0
2
'
2
'
'
+ + =


=
=

=
Pn
d
d
p m
d
e h
d
e h
d b f Pn
d
d
d
e h
f
f
m
c
c
y
Perpustakaan Unika
118

fs= Mpa 538 , 461
667 , 216
50 667 , 216
600 =


Mpa > 390 Mpa= fy ok
Pr (P rencana) = Pn = 0,7 3130,855 kN = 2191,598 KN
Pr > Pu 2191,598 KN > 2027,6 KN
Perhitungan tulangan bagi
25 % As = 25 % 11.875 = 2968,75 mm
2

Dicoba 10 D22 100 = 3.799,4 mm
2
> 2.968,75 mm
2
ok

3.2.5 Penulangan wing Wall
Beban tanah
= 30,5
= 1,785 t/m3
kn = tg(45- 30,5/2) = 0,32







P
1

P
2





Gambar 3.26 Diagram Gaya yang Bekerja pada Wing Wall

P
1
= q kn x h = 1,91 0,32 5,775 = 3,526 t/m
P
2
= 0,5 h kn = 0,5 1,785 (5,775) 0,32 = 9,508 t/m
2,25 m
5,77 m
1 m
Perpustakaan Unika
119

MP1 = (P1 b) (5,775/2) = 3,526 2,25 2,885 = 22,888 tm
MP2 = (P2 b) (5,775/3) = 9,508 2,25 1,923 = 41,138 tm

M ult = 1,2 M = 1,2 6,402 x 10
8
= 7,682 x 10
8
Nmm


Penulangan wing wall
d = ht 5 = 40 5 = 35 cm = 350 mm
b = 1000 mm
mm 411 , 252 a
) tm ( mm 447,588 a
a 8500 a 000 5950
10
603 , 9
2
a
350 1000 a 20 0,85
10
603 , 9
2
a
d b a c f' 0,85 M
2 8
8
=
=
=

=

2
mm 962 , 12259
350
1000 411 , 252 20 0,85
As
b a c f' 0,85 fy As
=

=
=

Coba D 25 ( As = 490,873 mm
2
)
mm 038 , 40
12259,962
1000 490,873
S =

=
Pasang D20-40
A
min
= 0,0125 1000 350 = 4375 mm
2
< 12259,962 mm
2
ok
Tulangan bagi = 0,25 12259,962 = 3064,990 mm
2

Gunakan D20 (314,159 mm
2
)
mm 102,499
3064,99
1000 314,159
S =

=
Pasang D20 100

Nmm 960300000
8 , 0
768200000
= = Mn
Nmm tm MP MP M
8
2 1
10 402 , 6 026 , 64 138 , 41 888 , 22 = = + = + =
Perpustakaan Unika
120

3.2.6 Penulangan Pelat Injak

P



Gambar 3.27 Pembebanan pada Plat Injak

A. Beban Mati
Berat sendiri = 0,2 2,4 1 = 0,48 t/m = 4800 N/m
Berat aspal beton = 0,12 2,2 1 = 0,264 t/m = 1100 N/m
Berat lapis pondasi = 0,2 2,0 1 = 0,4 t/m = 4000 N/m
B Beban Hidup
Berat merata (q) = 1,91 t/m = 19100 N/m
Beban garis (P) = 12 ton = 120000 N
Perhitungan momen
M
DL
=
1
/
8
(4800+2640+4000) 2,5
2
= 8937,5 Nm = 8937500 Nmm
M
LL
=
1
/
8
19100 2,5
2
+ 120.000 2,5
= 14921,87 + 75000 = 89921,87 Nm = 89921875 Nmm
M
ult
= 1,2 M
DL
+ 1,6 M
LL

= 1,2 8937500 + 1,6 89921875 = 154600000 Nmm
Mn = 154600000/0,8 = 193250000 Nmm
Mn = 0,85 a b f
c
(d
a
/
2
)
D = H 25 = 200 25 = 175 mm
mm 175 , 86 a
mm 263,824 a
a 8.500 a 2.975.000 193250000
2
a
175 1000 a 20 0,85 193250000
2
a
d b a ' f 0,85 M
2
c
=
=
=

=


q
2,5 m
Perpustakaan Unika
121

2
mm 642 , 4185
350
1000 175 , 86 20 0,85
As
b a c f' 0,85 fy As
=

=
=

Coba D 25 ( As = 490,873 mm
2
)
mm 117,275
4185,642
1000 490,873
S =

=
Pasang D25-100
A
min
= 0,0125 1000 175= 2187,5 mm
2
< 2482 mm
2
ok
Tulangan bagi = 0,25 2482 = 620,5 mm
2

Gunakan D16 (201,06 mm
2
)
mm 02 , 324
620,5
1000 201,06
S =

=
Pasang D16 250

3.2.7 Perhitungan Pondasi Tiang Pancang






Tiang Pancang Beton Pracetak 50







Gambar 3.28 Tiang Pancang pada Abutment

30
6 m

6 m
9,6 m
Perpustakaan Unika
122

A. Tiang Pancang Beton Pracetak
A.1 Menentukan Daya Dukung Tiang Pancang
Digunakan pondasi tiang pancang dengan ukuran 50 cm yang ditanam pada
kedalaman 30 m dari permukaan tanah dengan panjang tiang pancang 30 m.
Keterangan :
P = daya dukung tiang maksimum
qc = conus resistence pada kedalaman dasar pondasi = 357 kg/cm
Ab= luas penampang tiang = 50 = 1.962,5 cm
As= keliling tiang pancang = 50 = 157 cm
Tf= total friction = 850 kg/cm
A.2 Menentukan Jarak antar Tiang Pancang
Jarak antar tiang diambil berdasarkan perhitungan daya dukung tiang pancang
oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum yaitu :
S 2,5 d = 2,5 50 = 125 cm
S 3 d = 3 50 = 150 cm
Direncanakan jarak antar tiang = 125 cm
A.3 Menentukan Efisiensi Kelompok Tiang Pancang ()
Menurut rumus dari Uniform Building Code dari AASTHO adalah sebagai
berikut :
Keterangan :
m = banyaknya kolom = 5
n = banyaknya baris = 5
= arc tan (d/S) = arc tan (50/150) = 18,434
d = ukuran tiang pancang = 50 cm
S = jarak antar tiang pancang = 125 cm
5 3
s s c b
T A q A
P

+

=
kg
T A q A
P
s s c b
227 . 260
5
850 157
3
357 5 , 962 . 1
5 3
=

=
( ) ( )

+
=
n m
n m m n 1 1
90
1

Perpustakaan Unika
123

Efisiensi untuk jumlah tiang pancang 25 buah

Gambar 3.29 Denah Tiang Pancang Beton pada Abutment
A.4 Cek Kekuatan Tiang Pancang dalam Kelompok Tiang
Keterangan :
P = beban yang diterima 1 tiang pancang (kN)
V = beban normal (kN)
n = banyaknya tiang pancang dalam kelompok tiang (buah)
Mx = momen arah x (kNm)
nx = banyaknya tiang pancang dalam 1 baris arah x (buah)
Ymax = ordinat terjauh tiang pancang ke titik berat kelompok tiang (m)
y = jumlah kuadrat ordinat ordinat tiang pancang (m)
Kelompok Tiang Pancang dengan 25 Tiang Pancang
V = 19464,99 KN
n = 25 = 0,612
Mx = 50062,33KNm nx = 5 Ymax = 2,5 m
y = 4 (5 1,25) = 31,25 m
2

( ) ( )
69 , 0
5 3
5 1 3 3 1 5
90
434 , 18
1 =

+
=
2
max
max
y n
Y M
n
V
P
x
x

=
X
230 cm
125 cm
125 cm
125 cm
125 cm
Y
230 cm
50 Cm 125 125 125 125 50 Cm
Perpustakaan Unika
124

Syarat : Pmax < Pmax untuk 1 tiang pancang
1576,596 KN < daya dukung 1 tiang pancang
1576,596 KN < 0,612 2.602,27 KN
1576,596 KN < 1.592,589 KN
A.5 Perhitungan Gaya Horisontal Tiang Pancang
l
a
= 1,25 meter
l
p
= 30 meter
Panjang jepitan l
d
= l
p
= 30 = 10 meter
l
h
= l
a
+ l
d
= 1,25 + 10 = 11,25 meter

p
= tan ( 45 + 30,5/2) = 3,06
B = 2,3 + 1,25 4 + 2,3 = 9,6 meter
OK = (
p
l
h
) B = (3,06 1,785 11,25 ) 9,6 = 589,906 t/m
2


Gambar 3.30 Pembebanan Horisontal Tiang Pancang Beton

Perhitungan diagram tekanan pasif :
KN P 596 , 1576
25 , 31 5
5 , 2 33 , 50062
25
99 , 19464
max
=


+ =
l
d

=

1
0

m
l
p

=

3
0

m
Z

=

5
,
6
4

m
N 2
5
0

c
m
R
S
2
5
0

c
m
O
F
P5
K
J
G C
2
5
0

c
m
E
2
5
0

c
m
D
P3
P4
M
I
H
L
P2
A
P1
P tot
Perpustakaan Unika
125

OK = 589,906 t/m
CG = ( 3,06 1,785 1,25 ) 9,6 = 65,545 t/m
DH = ( 3,06 1,785 3,75 ) 9,6 = 196,635 t/m
EI = ( 3,06 1,785 6,25) 9,6 = 327,726 t/m
FJ = ( 3,06 1,785 8,75 ) 9,6 = 458,816 t/m

Tekanan tanah pasif efektif yang bekerja
CG = 65,545 t/m
DL = 196,635 = 147,476 t/m
EM =
1
/
2
327,726 = 163,863 t/m
FN =
1
/
4
458,816 = 114,704 t/m

Dititik O = 0 t/m
P
1
= 1,25 65,545 = 40,96 ton
P
2
= 2,5 (65,545 + 147,476) = 266,276 ton
P
3
= 2,5 (147,476 + 163,863) = 389,173 ton
P
4
= 2,5 (163,863 + 114,704) = 348,208 ton
P
5
= 2,5 114,704 = 143,38 ton
P
1
+ P
2
+ P
3
+ P
4
+ P
5
= 1187,997 ton
y1 = (2,5 4) + ( 1,25) = 10,416
y5 = 2,5 = 1,667 m
Z = {(40,96 10,416) + (266,276 8,58) + (389,173 6,22) + (348,208 3,82) +
(143,38 1,667 )} / 1187,997 = 5,64 meter


( )
( )
( )
58 , 8
476 , 147 545 , 65 3
476 , 147 545 , 65 2 5 , 2
3 5 , 2 2 =

+
+
+ = y
( )
( )
( )
22 , 6
863 , 163 476 , 147 3
863 , 163 476 , 147 2 5 , 2
2 5 , 2 3 =

+
+
+ = y
( )
( )
( )
82 , 3
704 , 114 863 , 163 3
704 , 114 863 , 163 2 5 , 2
1 5 , 2 4 =

+
+
+ = y
Perpustakaan Unika
126

gaya horisontal yang diijinkan :
H (0,75 + l d + l ) = 1187,997 2 5,64
ton 291,973 ton 404 , 793
16,89
13400,606
64 , 5 10 1,25
64 , 5 2 1187,997
H > = =
+ +

= ok
A.6 Penulangan Poer Abutment
Tabel 3.19 Gaya dan momen per m
Unit V (t/m) H (t/m) M (tm/m)
Kombinasi I
Kombinasi II
Kombinasi III
Kombinasi IV
137,376
168,966
192,327
202,76
16,286
20,357
23,308
30,413
309,714
383,011
437,346
521,482












Gambar 3.31 Pembebanan pada Poer Abutment
Jarak antar tiang pancang = 150 cm = 1,5 m
Ditinjau lebar tampang b = 100 cm = 1 m
Beban yang bekerja
w
1
= 0,5 2,25 2400 = 1350 kg = 1,35 ton
w
2
= 1,25 2,25 2400 = 6750 kg = 6,75 ton
P
max
= 202,76 ton


P
tiang

1,25 m 1,25 m 1,25 m
1,25 m
w
1
w
2
1,25 m
0,5 m
A
A
Perpustakaan Unika
127

Momen terhadap potongan A-A
M
A
= 202,76 (2,25-1,75) + 202,76 (2,25-0,5) (1,35 (1/3 2,25)) (6,75
(1/2 2,25))
= 101,38 + 354,83 1,012 7,593 = 447,605 tm
Mu = 2 0,8 447,605 = 716,168 tm
Gaya lintang pot A A
D
A
= 2 202,76 1,35 6,75 = 397,42 t
Vu = 1,6 397,42 = 635,872 t
h = 120 cm = 1200 mm
b = 100 cm = 1000 mm
d = 1200 100 20 = 1084 mm
fc = 20 MPa
fy = 390 MPa
0,8
716,168
Mn =
= 895,21 tm
= 895,21 .10
7
Nmm
Mn = 0,85 fc a b (d-a/2)
895,21.10
7
= 0,85 20 a 1000 (1084-a/2)
895,21 .10
7
= 18428000a 8500 a
2

a = 734,904 mm
2

As fy = 0,85 fc a b
As =
390
1000 904 , 734 20 0,85

= 32034,276 mm
2

Coba 32 (As = 804,247 mm
2
)
S =
276 , 32034
1000 247 , 804
= 25,105 mm
Pasang 32-25
As
min =
0,0125 x 1000 x 1084 = 13550 mm
2
< 32034,276 mm
2


Perpustakaan Unika
128

Tulangan bagi 0,25 As = 0,25 32034,276
= 8008,569 mm
2

25 (As = 490,873 mm
2
)
S =
8008,569
1000 490,873

= 61,293 mm
Pasang 25-50
Kontrol Geser Pons
d = 1300 100 (0,5 25) = 1187,5 mm
Vu = 1,2 397,42 t = 476,904 t = 4769040 N
P1 = Vu/A = 4769040 / (8,4 5,2) = 109181,31 N/m
2
Vu2 = P1 luas efektif = 109181,31 {(8,4 5,2) (1,2 + 1,087) 8,4}
= 2488,154 KN
Vc = 0,6 4400,684 = 2640,41 KN > Vu (= 2488,154 KN) OK
Aman terhadap geser, digunakan tulangan geser praktis 20-20
3.2.8 Perencanaan Dinding Penahan Tanah Oprit Jembatan
Perencanaan dinding penahan tanah oprit jembatan memiliki data tanah
urugan sebagai berikut :





Data diasumsi dari buku Josepth E. Bowles, Analisa dan desain pondasi II
hal 64 bagian 12 32, 1986 pada banyak kasus praktis biasanya digunakan SPT;
nilai dan diperkirakan untuk tanah berbentuk butiran pada orde sebesar
28 32 dan mempunyai nilai dari 16,5 17 KN/m
3
(nilai tanah urugan)
tarik pasangan batu = 32 t/m
geser pasangan batu = 15 t/m
4,5 m
KN N d bo
fc
Vc 684 , 4400 639 , 4400684 1187 2487
3
20
3
= = = =
= 30
= 1,7 ton/m
3

sat
= 1,785 ton/m
3
=
2
/
3
30 = 20
= 0
= 0
Perpustakaan Unika
129

pasangan batu = 2,2 t/m
Menentukan koefisien tekanan tanah lateral aktif (ka)


Menentukan koefisien tekanan tanah lateral pasif (kp)


Menentukan tekanan tanah pasif (Pp)
P
p
=
sat
h
1
2
k
p
cos
= 1,785 1
2
3 cos 0
= 2,6775 t/m
Gambar 3.32 Dinding Penahan Tanah
Menentukan tekanan tanah aktif (Pa)
P
a
=
sat
h
2
2
k
a

= 1,785 4,5
2
0,33
= 5,964 t/m
Menentukan tekanan tanah aktif horisontal (Pah)
Akibat beban merata
P
ah1
= (q K
a
h
2
) cos
= (1,2 0,33 4,5 ) cos 20 = 1,689 t/m
3,5 m
1,5 m
0
,
5

m
4

m
0,5 m
1 meter
1,2 t/m'
0,33 30
tan
)
2
30
(45
tan
)
2
(45
tan ka
2 2 1 2
= =

= =

3 )
2
30
(45
tan
)
2
(45
tan
kp
2 2 2
=

+ = + =

Perpustakaan Unika
130

Akibat tekanan tanah
P
ah2
= (
sat
K
a
h
2
2
) cos
= ( 1,785 0,333 (4,5)
2
) cos 20
= 5,655 t/m

P
ah
= 7,344 t/m
Menghitung tekanan tanah aktif vertikal (V
a
)
V
a1
= (q k
a
h
2
) sin
= (1,2 0,33 4,5 ) sin 20
= 0,615 t/m
V
a2
= (
sat
k
a
h2
2
) sin
= ( 1,785 0,33 (4,5)
2
) sin20
= 2,058 t/m
V
a
= 0,615 + 2,058 = 2,673 t/m



Gambar 3.33 Gaya-gaya yang bekerja pada Dinding Penahan Tanah





Ptot 4

m
Z Pah1
3,5 m
0
,
5

m
W1
W6
1,5 m
Pah2
W2
W4
Pp
0,5 m
W3
W7
W5
1,2 t/m'
Perpustakaan Unika
131

1. Check stabilitas terhadap penggeseran / sliding
Menghitung V
f

Berat kontruksi DPT:
- Footing W
1
= 0,5 3,5 2,2 = 3,85 t/m
- Stem W
2
=1/2 0,5 4 2,2 = 2,2 t/m
W
3
=1 4 2,2 = 8,8 t/m
Berat tanah diatas hell W
5
= 1/2 4 0,5 1,78 = 1,78 t/m
W
6
= 1,5 4 1,78 = 10,68 t/m
Berat q di atas heel W
7
= 1,2 4,5 = 9 t/m
Berat tanah di atas toe W
4
= 1 0,5 1,78 = 0,89 t/m
Va = 0,615 + 2,058 = 2,673 t/m

P
f
= 39,873 t/m

f
=
2
/
3

=
2
/
3
30 = 20

V
f/b
= Pf tan 20
= 39,873 tan 20 = 14,512 t/m




Dinding penahan tanah stabil terhadap sliding / pergeseran

2. Chek kestabilan terhadap guling (0,1 0,3 B)
Titik pusat guling sejauh (c.o) = 0,15 B = 0,525 m dari toe (diambil Fs terkecil
dari grafik hubungan Fs dengan panjang DPT 0,1 0,3 B)
Untuk = 30 Nc = 37,2 ; Nq = 22,5 ; N = 20
qult = (C Nc) + { D (Nq 1)} + (0,5 (c.o) N)
= (0,29 37,2) + {1,7 1,5 (22,5 1)} + (0,5 1,7 0,525 20)
= 74,538 t/m
2
P
f ult
= qult (c.o) = 74,538 0,525 = 39,132 t/m

ok 2 342 , 2
344 , 7
677 , 2 512 , 14
=
+
=

+
=
Pah
Pp Vf
FS
Perpustakaan Unika
132



a = 0,924 m

Tabel 3.20 Perhitungan gaya momen pada Dinding Penahan

Gaya
Berat
(ton)
Lengan
(m)
MD
(ton/m)
MR
(ton/m)
Pa
Va
W1
W2
W3
W4
W5
W6
P
f ult

7,344
2,673
3,85
2,2
8,8
0,89
1,785
10,76
39,132
0,924
2,975
1,225
1,142
0,475
0,275
1,308
2,25
0,2625
6,785




0,244

7,952
4,716
2,512
4,18

2,335
24,21
10,272
7,029 56,172




Dinding penahan tanah stabil terhadap guling
3. Cek e ( eksentrisitas = jarak dari pusat kaki ke resultan gaya)
- Cek lokasi resultan gaya yang bekerja pada kaki dinding penahan tanah :
M = 0 = Pf X + MD ( MR Mfult)
0 = 39,908 X +7,029 (56,172 10,272)
0 = 39,908 X 38,871
X = 0,974 m jarak dari pusat guling ke resultante
- Cek e :
e = B/2 (c.o) X
e = 3,5/2 0,525 0,974
ok 2 93 , 7
7,029
56,172
MD
R M
FS > = = =

6 , 0
33 , 0 7 , 1
29 , 0 2 2
=

= =
Ka
c
hc Zo

( ) ( )
2 1
2 1
5 , 4 3 / 1 5 , 4 2 / 1
Pah Pah
Zo Pah Pah
a
+
+
=
( ) ( )
655 , 5 689 , 1
6 , 0 5 , 4 3 / 1 655 , 5 5 , 4 2 / 1 689 , 1
+
+
= a
Perpustakaan Unika
133

e = 0,251 meter
syarat : e B/6
0,251 0,583 ok
4. Cek terhadap daya dukung tanah (bearing capacity)
B = B-2e
B = 3,5 2 (0,251) = 2,948 m


qult = (C Nc) + { D (Nq 1)} + (0,5 B N)
= (0,29 37,2) + {1,7 1,5 (22,5 1)} + (0,5 1,7 2,998 20)
= 116,579t/m
qa = qult /FS = 116,579/7,93 = 14,756 t/m
2
q < qa
13,311 t/m
2
< 14,756 t/m
2
ok
5. Bearing preasure at toe and heel









6. Kontrol terhadap patahnya konstruksi
098 , 1
15 , 28
029 , 7 948 , 37
=

=
V
Mtotal

e = X ( b/2 0,525)
= 1,098 1,225 = - 0,127 b/6 = 0,583

max
= =

+
b
xe
bx
V 6
1
1
=

+
5 , 3
127 , 0 6
1
1 5 , 3
15 , 28 x
x
9,793 t/m
2
< 20 t/m
2
min = =

= =

=
5 , 3
127 , 0 6
1
1 5 , 3
6
1
1
x
x
V
b
xe
bx
V
6,29 t/m
2
> 0
2
t/m 13,311
2,998
39,908
B'
Pf
q' = =

=
2
2
f
t/m 6,624 toe q'
t/m 19,998 hell q'
2,998
(0,251) 6
1
1 2,998
39,908

B'
6e
1
B'.L
P
'
=
=

= q
Perpustakaan Unika
134

Gambar 3.34 Gaya-gaya yang bekerja pada tampang C-C dan C-C
Tegangan yang terjadi :
Ditinjau potongan C C
E
a
= h
2
k
a
= (4)
2
1,7 0,33 = 4,488 t
Ma = Ea
3
1
h = 4,488
3
1
4 = 5,984 tm
Dicari besarnya gaya dan momen pasif
No. Gaya
(KN)
Lengan terhadap
titik C (m)
Momen terhadap
titik C (mKN)
1. 1 4 2,2 = 8,8 t 0,5 4,4
2.
2
5 , 0
4 2,2 = 2,2 t
0,5 + 1 = 1,167 2,5674
V = 11,0 t 6,9674 tm
X = m
V
M
0894 , 0
11
984 , 5 9674 , 6
=



3,5 m
1,5 m
h
1
Tmax
0
,
5

m
Tmin
h
4
h
3
h
2
T1
C''
T2
C'''
4

m
C
0,5 m
C'
hp
ht
1,2 t/m'
Perpustakaan Unika
135

e =
2
5 , 1
089 , 0
2
=
b
X = - 0,66 >
6
b
=
6
5 , 1
= 0,25 Sebagian tampang
mendukung tarik
=
6
1
1 b
2
=
6
1
1 1,5
2
= 0,375 m
2

desak
= = + =

+
375 , 0
9834 , 0
5 , 1
11
1
M
b
V
9,955 t/m
2
< 32 t/m
2
Terhadap geser
D = (E
a
) CC = 4,488
=
2
3

h b
D

=
2
3

1 5 , 1
488 , 4

= 4,488 t/m
2
< 15 t/m
2

Ditinjau potongan C C
Dicari besarnya gaya dan momen aktif
E
a
= h
2
k
a
= (4,5)
2
1,7 0,33 = 5,68 t
M
a
= E
a
h = 5,68 4,5 = 8,4348 tm
Dicari besarnya gaya dan momen pasif
No. Gaya
(kN)
Lengan terhadap
titik C(m)
Momen terhadap
titik C (mkN)
1. 1 4 2,2 = 8,8 0,5 4,4
2.
2
5 , 0
4 2,2 = 2,2
0,5 + 1 = 1,167 2,564
3. 0,5 1,5 2,2 = 1,65 1,5 = 0,75 1,237
V=12,65 t 8,204 tm
X = m
V
M
018 , 0
65 , 12
434 , 8 204 , 8
=


E = 76 , 0
2
5 , 1
01 , 0
2
= =
b
X > 25 , 0
6
5 , 1
6
= =
b
Sebagian tampang
mendukung tarik
=
6
1
1 b
2
=
6
1
1 1,5
2
= 0,375 m
2


desak
= 406 , 8
375 , 0
01 , 0
5 , 1
65 , 12
1
=

+ =

+

M
b
V
t/m
2
< 32 t/m
2


Perpustakaan Unika
136

Terhadap geser
D = (E
a
) CC = 5,68 t
=
2
3

h b
D

=
2
3

1 5 , 1
68 , 5

= 5,68 t/m
2
< 15 t/m
2

3.2.9 Perhitungan Tebal Perkerasan Jalan Penghubung
LHR tahun 2004
Bus = 321
Truk 2 sumbu = 531
Truk 3 sumbu/lebih = -
LHR
2004
= 852 Kend/hari/2 lajur
= 426 Kend/hari/ lajur
Perkembangan lalu lintas (I) Bus = 1 %
Truk 2 Sumbu = 1,2 %
Truk 3 Sumbu = 0 %
Dengan LHR tahun 2004 (awal umur perencanaan) (1+I)
n

LHR tahun ke-10
Bus = 321 (1+0,01)
10
= 355
Truk 2 sumbu = 531 (1+0,012)
10
= 599
Menghitung angka ekivelen (E) masing-masing kendaraan
Bus = 0,0183 + 0,141 = 0,1593
Truk 2 sumbu = 0,141 + 0,9238 = 1,0648
Menghitung LEP
Bus = 0,5 321 0,1593 = 26
Truk 2 sumbu = 0,5 531 1,0648 = 283

LEP = 309
Menghitung LEA 10 tahun
Bus = 0,5 355 0,1593 = 29
Truk 2 sumbu = 0,5 599 1,0648 = 319

LEA = 348
+
+
Perpustakaan Unika
137

Menghitung LET
10
= (LEP + LEA
10
)
= (309 + 348 )
= 329
Menghitung LER
10
= LET
10
UR/10
= 329 10/10
= 329
Mencari ITP
CBR tanah dasar = 6%
DDT = 4,3 log (6) + 1,7
= 5,05
IP
t
= 2,0
FR = 1,0 ( datar, kendaraan berat > 30% dan curah hujan < 900 mm/th)
ITP = 8 (Ipo = 3,9-3,5)
Menetapkan tebal perkerasan
UR = 10 tahun
ITP = a
1
D
1
+ a
2
D
2
+ a
3
D
3
m
3
+ a
4
D
4
m
4
Koefisien Kekuatan Relatif
AC-WC (MS-744) : a
1
= 0,4
AC-Base (MS-590 : a
2
= 0,28
Batu Pecah (kelas A) : a
3
= 0,14
Sirtu (kelas A) : a
4
= 0,13
ITP = a
1
D
1
+ a
2
D
2
+ a
3
D
3


m
3
+ a
4
D
4
m
4
8 = 0,4 4 + 0,28 7 + 0,14 20 0,7 + 0,13 D
4
0,6
8 = 5,52 + 0,078 D
4

D
4
= 31,79 cm pakai 35 cm






Gambar 3.35 Lapisan Tebal Perkerasan Jalan Raya
Batu Pecah (kelas A) 20 cm
Sirtu (kelas A) 35 cm
AC-Base 7 cm
AC-WC 4 cm

Tanah Dasar (CBR 6%)
Perpustakaan Unika
118


BAB IV
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)

4.1 Syarat-syarat Umum
Definisi dan Pengertian :

PASAL 1
ISTILAH

Yang dimaksud dalam syarat-syarat umum ini :
(a) Pemilik adalah Pemerintah Republik Indonesia diwakili oleh Departemen
Pekerjaan Umum c.q. Direktorat Jendral Pengairan.

(b) Pemimpin Proyek atau Pemimpin Bagian Proyek adalah Pejabat yang
mewakili Pemilik untuk bertindak selaku pemberi dan pengatur jalannya
Pekerjaan yang diatur dalam kontrak.

(c) Pekerjaan adalah pekerjaan yang harus dilaksanakan, diselesaikan dan
dipelihara sesuai dengan kontrak, meliputi Pekerjaan Permanen dan
Pekerjaan Sementara.

(d) Pekerjaan Permanen adalah pekerjaan permanen yang harus dilaksanakan,
diselesaikan dan dipelihara sesuai dengan ketentuan dalam Dokumen
Kontrak.

(e) Pekerjaan Sementara adalah segala macam pekerjaan penunjang yang
diperlukan untuk atau sehubungan dengan pelaksanaan, penyelesaian dan
pemeliharaan Pekerjan, beserta barang-barang dan jasa yang harus
disediakan oleh Kontraktor untuk atau atas nama Pemilik dan Direksi.


Perpustakaan Unika
119


(f) Direksi adalah Pejabat Proyek, Instansi atau badan hukum yang ditunjuk
atau diberi kekuasaan penuh oleh Pemimpin Proyek ( Pemimpin Bagian
Proyek ) untuk mengawasi dan mengarahkan pelaksanaan Pekerjaan agar
dapat tercapai hasil kerja sebaik-baiknya menurut persyaratan yang ada
dalam kontrak.

(g) Pengawas adalah Pejabat Proyek, Instansi atau badan hukum yang
ditunjuk dan diberi kekuasaan penuh oleh Pemimpin Proyek ( Pemimpin
Bagian Proyek ) untuk membantu Direksi dalam pengawasan pekerjaan.

(h) Peserta Lelang adalah rekanan yang bergerak dalam bidang jasa
kontraktor yang diundang dalam pelelangan.

(i) Penawar adalah peserta lelang (Badan usaha yang bergerak dalam bidang
usaha jasa kontraktor) yang mengajukan Surat Penawaran berdasarkan
ketentuan Pelelangan yang berlaku.

(j) Kontraktor adalah Penawar yang telah ditunjuk oleh Pemilik atau
Pemimpin Proyek dan telah menandatangani kontrak untuk melaksanakan,
menyelesaikan dan memelihara Pekerjaan.

(k) Kontrak adalah Surat Perjanjian sesuai ketentuan hukum yang berlaku
antara Pemilik dan Kontraktor untuk melaksanakan, menyelesaikan dan
memelihara Pekerjaan termasuk bagian-bagiannya.

(l) Peralatan Konstruksi dan Bahan Konstruksi adalah peralatan dan bahan
bantu konstruksi yang dipakai dalam pelaksanaan, penyelesaian dan
pemeliharaan Pekerjaan Permanen dan tidak merupakan bagian pekerjaan.

(m) Bahan adalah semua bahan bangunan yang dipakai untuk pelaksanaan,
penyelesaian dan pemeliharaan Pekerjaan.
Perpustakaan Unika
120


(n) Lapangan adalah lahan yang disediakan oleh Pemilik untuk keperluan
pelaksanaan Pekerjaan.

(o) Penjamin adalah Bank Pemerintah, Bank lain atau Lembaga Keuangan
lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, yang menerbitkan surat
jaminan.

(p) Bulan dan Hari adalah bulan kalender dan hari kalender Gregorian.

(q) Pemeriksaan (opname) adalah kegiatan mengukur, menilai dan menguji
keadaan dan hasil/kemajuan pekerjaan dan atau keadaan serta mutu bahan
pekerjaan di lapangan.

(r) Pengujian adalah kegiatan meneliti dan mengetes keadaan dan/atau
bangunan dan bahan.

(s) Pematokan adalah penjabaran gambar-gambar berupa tanda-tanda, dengan
patok yang menggambarkan arah, jarak dan ketinggian.

(t) Pengukuran adalah kegiatan mengukur panjang, lebar, luas isi dengan
tinggi hasil pekerjaan dan bahan.

(u) Persetujuan, Disetujui, Perintah dan Diperintah adalah persetujuan,
disetujui, perintah dan diperintah secara tertulis.







Perpustakaan Unika
121


RUANG LINGKUP KONTRAK

PASAL 2
KONTRAK DAN DOKUMEN KONTRAK

(1) Kontrak meliputi pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan Pekerjaan
dan, kecuali apabila ditentukan lain dalam Kontraktor, meliputi juga
pengerahan segala tenaga kerja, Bahan, Peralatan dan Bahan Konstruksi,
Pekerjaan Sementara dan segala keperluan baik yang bersifat permanen
maupun yang bersifat sementara.
Hal-hal tersebut harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam
Dokumen Kontrak maupun persyaratan yang secara wajar perlu yang
disimpulkan dari ketentuan-ketentuan dalam Dokumen Kontrak.

(2) Dokumen Kontrak yang terdiri atas Penawaran. Kontrak, Syarat-syarat
Umum/Khusus termasuk Addendum, Spesifikasi Umum/Teknis temasuk
Addendum, Gambar dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan adalah
merupakan bagian-bagian yang tidak terpisahkan.
Jika terdapat perbedaan diantara dokumen yang satu dengan dokumen yang
lain maka harus tunduk kepada ketentuan urutan sebagai berikut :
a. Amandemen Kontrak, bila ada
b. Kontrak
c. Syarat-syarat Khusus/Umum
d. Spesifikasi Teknik/Umum
e. Gambar-gambar :
- ukuran tertulis
- ukuran skala
f. penawaran



Perpustakaan Unika
122


PASAL 3
GAMBAR-GAMBAR DAN UKURAN

(1) Gambar-gambar yang dipergunakan dalam pelaksanaan Pekerjaan adalah :
(a) Gambar yang termasuk dalam Dokumen Pelelangan
(b) Gambar perubahan yang disetujui Direksi
(c) Gambar lain yang disediakan dan disetujui oleh Direksi

(2) Gambar-gambar pelaksanaan (construction drawing atau shop drawing) dan
gambar detailnya harus dibuat oleh Kontraktor dan mendapat persetujuan
Direksi sebelum dipergunakan dalam pelaksanaan Pekerjaan.

(3) Kontraktor harus menyediakan 1 (satu) set gambar-gambar lengkap di
lapangan.

(4) Gambar sebenarnya terbangun/terpasang (as built drawings) yang dibuat
oleh Kontraktor dan disetujui oleh Direksi harus disertakan pada Penyerahan
Akhir Pekerjaan.
Gambar-gambar tersebut harus dibuat oleh Kontraktor selama masa
berlangsungnya Pekerjaan dan harus menunjukkan semua perubahan-
perubahan yang terjadi selama pelaksanaannya.

(5) Semua ukuran dinyatakan dalam sistem cgs metrik.








Perpustakaan Unika
123


PEMILIHAN TUGAS

PASAL 4
PENGALIHAN DAN PENG-SUB-KONTRAKAN

(1) Kontraktor tidak boleh mengalihkan (assign) seluruh atau sebagian kontrak
kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Pimpinan
Proyek.

(2) Setiap penyerahan bagian Pekerjaan kepada Sub-kontraktor harus
mendapatkan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Pemimpin Proyek.
Pekerjaan utama yang tidak boleh diserahkan pada Sub-kontraktor serta
pembatasan bagian pekerjaan yang boleh diserahkan kepada Sub-kontraktor
ditentukan dalam 5.2 Syarat-syarat Khusus.

(3) Kontraktor bukan ekonomi lemah wajib bekerja sama dengan
kontraktor/supplier golongan ekonomi lemah sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

(4) Kontraktor tetap bertanggung jawab atas Pekerjaan dan segala hal yang
dihasilkan oleh Sub-kontraktor.

PEMIMPIN PROYEK

PASAL 5
TUGAS DAN WEWENANG PEMIMPIN PROYEK

(1) Tugas dan wewenang Pemimpin Proyek diatur sesuai dengan Keputusan
Presiden Republik Indonesia yang berlaku dan apabila masih diperlukan
ketentuan lebih lanjut akan ditentukan dalam Bagian II Syarat-syarat
Khusus.
Perpustakaan Unika
124



DIREKSI

PASAL 6
TUGAS UMUM DAN WEWENANG DIREKSI SERTA PENGAWAS

(1) Tugas dan wewenang Direksi adalah mengawasi dan mengarahkan
Pekerjaan yang meliputi membuat dan menandatangani Berita Acara
Pemeriksaan Prestasi Pekerjaan, menyetujui dan

(2) Direksi tidak mempunyai wewenang untuk membebaskan Kontraktor dari
tugas-tugas yang akan mengakibatkan kelambatan Pekerjaan atau perubahan
pembayaran oleh Pemilik, kecuali diperintahkan secara tertulis oleh
Pemimpin Proyek.

(3) Dalam keadaan darurat yang membahayakan keselamatan jiwa manusia,
Pekerjaan dan harta benda, Direksi berwenang mengambil tindakan dengan
memerintahkan Kontraktor melaksanakan pekerjaan yang menurut Direksi
perlu untuk meniadakan atau mengurangi resiko. Dalam hal ini Direksi
harus segera melapor secara tertulis kepada Pemimpin Proyek.

(4) Direksi hanya dapat mengubah syarat-syarat atau kewajiban-kewajiban yang
tercantum dalam Dokumen Kontrak secara tertulis, dengan persetujuan
tertulis oleh Pemimpin Proyek.

(5) Tugas dan wewenang Pengawas adalah membantu Direksi dalam hal
mengambil dan mengawasi pelaksanaan serta menguji Bahan, tenaga kerja
dan alat yang akan dipergunakan serta hasil pekerjaan.


Perpustakaan Unika
125


TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR

PASAL 7
KEWAJIBAN UMUM KONTRAKTOR

Sesuai ketentuan Dokumen Kontrak, Kontraktor harus melaksanakan,
menyelesaikan, dan memelihara Pekerjaan dengan sungguh-sungguh, penuh
perhatian, dan teliti. Disamping itu Kontraktor harus mengerahkan semua
keperluan tenaga kerja termasuk tenaga pengawas pelaksanaan, Bahan,
Peralatan Konstruksi dan lain-lain keperluan yang bersifat permanen
maupun sementara. Hal-hal tersebut harus memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam Dokumen Kontrak, maupun persyaratan yang secara wajar
perlu, yang disimpulkan dari ketentuan-ketentuan dalam Dokumen Kontrak.

PASAL 8
PEMBUATAN KONTRAK

(1) Sebagai tindak lanjut dari pembukaan dan penilaian penawaran, Pemimpin
Proyek akan menerbitkan dan mengirimkan Surat Penunjukan Pemenang
Pelelangan kepada Penawar yang menang ke alamat yang terdaftar secara
langsung, untuk mengadakan ikatan kontrak guna melaksanakan Pekerjaan
sesuai dengan Dokumen Pelelangan berikut perubahan-perubahannya.

(2) Segera setelah dikeluarkan Surat Penunjukan Pemenang Pelelangan,
Penawar yang ditunjuk diwajibkan menandatangani Kontrak. Pemimpin
Proyek dan Penawar yang ditunjuk tidak boleh mengubah, mengganti,
menambah ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang tercantum dalam
Dokumen Pelelangan.
Kontrak harus sudah ditandatangani dalam jangka waktu yang ditetapkan
dalam 5.2 Syarat-syarat Khusus terhitung sejak dikeluarkannya Surat
Penunjukkan Pemenang Pelelangan.
Perpustakaan Unika
126



(3) Tanpa mengurangi arti ketentuan-ketentuan dalam Pasal 9 (Jaminan
Pelaksanaan), apabila Penawar yang ditunjuk lalai melaksanakan
penandatangan Kontrak dalam jangka waktu sebagai mana disebutkan dalam
5.2 Syarat-syarat Khusus dan tetap lalai menandatangani Kontrak setelah
diberi peringatan tertulis oleh Pemimpin Proyek sebanyak tiga kali berturut-
turut dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari maka Surat Penunjukan
Pelelangan dibatalkan oleh Pemimpin Proyek serta Jaminan Penawaran
menjadi milik Negara.

(4) Kontraktor diwajibkan menggandakan Dokumen Kontrak sesuai kebutuhan
atas biaya Kontraktor.

Pasal 9
JAMINAN PELAKSANAAN /PEMELIHARAAN

(1) Kontraktor wajib menyerahkan Surat Jaminan Pelaksanaan dalam waktu
yang ditetapkan dalam Bagian II Syaratsyarat Khusus setelah menerima
Surat Penunjukkan Pemenang Pelelangan dan sebelum Kontrak
ditandatangani untuk menjamin pelaksanaan Pekerjaan.

(2) Besarnya Jaminan Pelaksanaan adalah sebesar yang ditetapkan dalam 5.2
Syarat-syarat Khusus dan harus dikeluarkan oleh Penjamin.

(3) Jaminan Pelaksanaan/Pemeliharaan berlaku sejak kontrak ditandatangani
sampai dengan berakhirnya masa pemeliharaan. Jaminan Pelaksanaan
dikembalikan kepada Kontraktor setelah diterbitkannya Berita Acara
Penyerahan Kedua Pekerjaan.

(4) Dalam hal terjadinya perpanjangan Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan,
Kontraktor wajib memperpanjang masa berlakunya Jaminan Pelaksanaan.
Perpustakaan Unika
127


(5) Jaminan Pelaksanaan dapat dicairkan oleh Pemilik secara langsung tanpa
proses pembuktian mutlak apabila terjadi cidera janji yang dilakukan oleh
Kontraktor.

PASAL 10
PEMENUHAN PERSYARATAN PEKERJAAN

Kontraktor harus melaksanakan, menyelesaikan dan memelihara pekerjaan sesuai
dengan Persyaratan dalam Dokumen Kontrak, sehingga disetujui Direksi dan
harus melaksanakan perintahperintah tertulis Direksi tentang segala sesuatu yang
langsung berhubungan dengan Pekerjaan.

PASAL 11
PENYIAPAN RENCANA KERJA

(1) Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sesudah Kontrak ditandatangani
Kontraktor harus menyampaikan sesuatu rencana kerja terperinci yang
menunjukkan urutan pelaksanaan bagian-bagian Pekerjaan untuk mendapat
persetujuan Direksi.

(2) Bilamana dikehendaki oleh Direksi, Kontraktor harus memberitahukan
secara lengkap dan tertulis antara lain :
a. Penjelasan umum tentang pengaturan pelaksanaan Pekerjaan.
b. Pengadaan dan penggunaan Peralatan Konstruksi.
c. Pemakaian dan pemeliharaan Pekerjaan sementara.

(3) Baik penyampaian rencana kerja maupun pemberitahuan tersebut kepada
Direksi begitu pula suatu persetujuan atas rencana dan data tersebut oleh
Direksi tidak mengurangi kewajiban dan tanggung jawab Kontraktor yang
ada dalam Dokumen Kontrak.

Perpustakaan Unika
128


PASAL 12
PELAKSANA KONTRAKTOR

(1) Kontraktor harus menunjuk seorang Pelaksana selaku Wakil Kontraktor di
lapangan yang menjadi penanggung jawab lapangan selama Jangka Waktu
Pelaksanaan Pekerjaan sampai dengan selesainya Jangka Waktu
Pemeliharaan guna memenuhi kewajiban yang disebutkan dalam Dokumen
Kontrak.

(2) Pelaksana tersebut Ayat (1) harus mempunyai kekuasaan penuh untuk
bertindak selaku Kontraktor adalah memenuhi kewajiban menurut
Dokumen Kontrak dan harus berada terus menerus di tempat Pekerjaan serta
harus memberikan seluruh waktunya untuk melaksanakan pekerjaan.
Penunjukan Pelaksana tersebut harus mendapat persetujuan tertulis dari
Pemimpin Proyek setelah mendapat masukanmasukan dari Direksi.

(3) Persetujuan tertulis tersebut setiap waktu dapat dibatalkan oleh Pemimpin
Proyek. Jika surat persetujuan termaksud Ayat (2) pasal ini dibatalkan oleh
Pemimpin Proyek, maka Kontraktor tidak boleh mempekerjakannya
kembali pada pekerjaan tersebut serta harus segera mengganti dengan
Pelaksana lain yang disetujui oleh Direksi. Kontraktor tidak boleh
mengganti Pelaksana tanpa persetujuan Pemimpin Proyek.

(4) Pelaksana yang diberi kuasa harus bertindak untuk dan atas nama
Kontraktor untuk menerima petunjukpetunjuk dan perintahperintah dari
Direksi dan atau dari Pemimpin Proyek.

(5) Kontraktor dalam rangka pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan
Pekerjaan, harus mempekerjakan tenagatenaga teknik pelaksana, operator,
mandor, kepala tukang yang terampil dan berpengalaman dalam bidang
Perpustakaan Unika
129


tugasnya masingmasing maupun untuk pelaksanaan Pekerjaan yang
dipercayakan kepadanya.

(6) Pemimpin Proyek berwenang untuk menolak calon tenaga lapangan atau
memerintahkan untuk mengganti tenaga lapangan yang dianggap tidak
mampu dalam melaksanakan tugas. Tenaga lapangan yang dikeluarkan dari
Pekerjaan harus segera diganti oleh Kontraktor dengan tenaga lapangan baru
yang disetujui oleh Pemimpin Proyek setelah menerima masukanmasukan
dari Direksi.

PASAL 13
PEMATOKAN DAN KETINGGIAN PERMUKAAN

(1) Kontraktor bertanggung jawab atas kebenaran Pematokan di Lapangan
yang disetujui secara tertulis oleh Direksi.

(2) Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan sermua peralatan
perlengkapan dan tenaga kerja yang diperlukan sehubungan dengan
Pematokan tersebut.

(3) Jika pada suatu waktu selama berlangsungnya pelaksanaan Pekerjaan timbul
kesalahankesalahan pada letak, ukuran dan ketinggian permukaan suatu
bagian Pekerjaan maka Kontraktor dengan biaya sendiri harus memperbaiki
kesalahan sesuai Dokumen Kontrak. Kecuali apabila kesalahan tersebut
disebabkan oleh data yang salah yang diberikan secara tertulis oleh Direksi,
maka pembiayaan untuk memperbaiki kesalahan tersebut menjadi tanggung
jawab Pemimpin Proyek.

(4) Pemeriksaan Pematokan di Lapangan oleh Pengawas, bagaimanapun juga
tidak melepaskan Kontraktor dari tanggung jawab atas ketepatan dari
Pematokan tersebut dan Kontraktor harus melindungi dan menjaga dengan
Perpustakaan Unika
130


hatihati semua patok tetap, bouplank, patok sementara dan bendabenda
lain yang digunakan dalam pematokan.

PASAL 14
PENJAGAAN DAN PENERANGAN

Dalan hubungan dengan pekerjaan, Kontraktor dengan biaya sendiri harus
menyediakan lampu penerangan, lampu tanda, gardu penjagaan dan pagar,
serta penjagaan dan pagar, serta penjagaan dan pemeliharannya, pada saat
dan tempat yang menurut pendapat Direksi diperlukan untuk melindungi
Pekerjaan atau untuk keselamatan umum.

PASAL 15
PENGAMANAN PEKERJAAN

Selama Jangka Waktu Pelaksanaan dan Jangka Waktu Pemeliharaan
Pekerjaan, Kontraktor bertanggung jawab atas pengamanan Pekerjaan
Permanen dan Pekerjaan Sementara dan dalam hal terjadi kerusakan atau
kerugian atas Pekerjaan Permanen dan Pekerjaan Sementara maka
Kontraktor harus memperbaiki dan memulihkan kembali seperti semula
sesuai dengan syarat-syarat dalam Dokumen Kontrak dan perintah Direksi
kecuali akibat keadaan memaksa (Force Majeure).

PASAL 16
PEMBERSIHAN, PERAPIHAN LAPANGAN DAN PELESTARIAN
LINGKUNGAN

(1) Kontraktor harus selalu menjaga kebersihan Lapangan dan Pekerjaan
selama Jangka Waktu Pelaksanaan dan Pemeliharaan. Pada saat
penyelesaian Pekerjaan, Kontraktor harus membersihkan dan
menyingkirkan dari Lapangan semua Peralatan Konstruksi, sisa Bahan,
Perpustakaan Unika
131


sampah dan segala macam Pekerjaan Sementara. Kontraktor harus
meninggalkan seluruh lapangan dan Pekerjaan dalam keadaan bersih dan
rapih sehinggga dapat diterima oleh Direksi.

(2) Bangunan Kantor Direksi di Lapangan, setelah Pekerjaan selesai harus
diserahkan pada Pemilik, terkecuali ditetapkan lain dalam Dokumen
Kontrak.

(3) Kontraktor harus memelihara kelestarian lingkungan sekitar tempat
pekerjaan sehingga lingkungan tempat pekerjaan tetap lestari, bebas dari
segala kotoran dan limbah yang diakibatkan aktifitas pemeliharaan
kelestarian alam yang berlaku.

PASAL 17
TUNTUTAN PIHAK KETIGA

Kontraktor harus membebaskan Pemilik, Pemimpin Proyek, Direksi dan
Pengawas terhadap tuntutan pihak ketiga, karena kecelakaan, kerusakan,
kerugian yang timbul akibat pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan
Pekerjaan.

PASAL 18
LALU LINTAS LUAR BIASA

Kontraktor harus mengusahakan dengan segala upaya untuk mencegah agar
lalu lintas kendaraan/alat alat kerja Kontraktor tidak merusak jalan atau
jembatan yang menghubungkan dengan, atau yang terletak pada jalan yang
menuju ke lapangan atau merugikan lalu lintas umum.
Kontraktor harus memilih jalan, memilih dan menggunakan kendaraan dan
membatasi serta membagi beban atau muatan sedemikian rupa sehingga lalu
lintas luar biasa yang timbul sebagai akibat dari lalu lintas alat-alat, serta
Perpustakaan Unika
132


bahan-bahan dari atau ke lapangan dapat dibatasi sejauh mungkin sehingga
kerusakan-kerusakan atau kerugian-kerugian yang disebabkan olehnya
terhadap jalan-jalan dan jembatan-jembatan menjadi sekecil mungkin.

PASAL 19
GANGGUAN TERHADAP LALU LINTAS DAN MILIK DI
SEKITARNYA

(1) Semua kegiatan untuk pelaksanaan Pekerjaan termasuk Pekerjaan
Sementara harus dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga tidak
menimbulkan gangguan yang berlaku bagi kepentingan umum, jalan masuk
yang menuju ke dalam batas daerah Pekerjaan dan tanah yang
berdampingan.

(2) Kontraktor harus membebaskan Pemilik / Pemimpin Proyek / Direksi /
Pengawas dalam memberikan ganti rugi sehubungan dengan semua biaya,
beban dan segala pengeluaran yang timbul sehubungan dengan Ayat (1)
pasal ini dan hal lain yang masih dalam tanggung jawab Kontraktor.

PASAL 20
KESEMPATAN BEKERJA BAGI KONTRAKTOR LAIN

(1) Sesuai dengan permintaan Direksi, Kontraktor harus memberikan
kesempatan bekerja secukupnya kepada :
a. Kontraktor lain yang dipekerjakan oleh Pemimpin Proyek.
b. Pegawai-pegawai Pemimpin Proyek.
c. Pekerja-pekerja dari instansi lain yang dipekerjakan pada atau dekat
Lapangan untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang tidak termasuk
dalam Kontrak.


Perpustakaan Unika
133


(2) Apabila atas permintaan terulis Direksi, Kontraktor harus :
a. Menyediakan atau mengijinkan pemakaian jalan yang
pemeliharaannya adalah menjadi tanggungan Kontraktor, atau
b. Meminjamkan pemakaian penyeberangan darurat milik Kontraktor,
atau
c. Dapat meminjamkan peralatannya yang berada dalam Lapangan
kepada kontraktor lain sepanjang tidak mengganggu kelancaran
Pekerjaan,
maka Pemimpin Proyek akan mengatur pembayaran kepada Kontraktor
biaya pemakaian jasa tersebut dengan harga yang layak menurut pendapat
Direksi, atas beban pihak ketiga yang bersangkutan.

PASAL 21
FOSIL DAN LAIN-LAIN

Semua fosil, mata uang, benda-benda berharga atau kuno, bangunan dan
peninggalan-peninggalan lain atau benda-benda yang menyangkut
kepentingan geologi dan kepurbakalaan yang diketemukan di Lapangan
harus dianggap milik Pemilik dan Kontraktor sebagai penemu mutlak wajib
menyerahkan kepada Pemilik.
Kontraktor harus mengambil tindakan pencegahan untuk mencegah orang-
orangnya atau orang lain memindahkan atau merusak barang atau benda
tersebut dan segera setelah penemuan tersebut dan sebelum
memindahkannya, segera memberitahukan penemuan tersebut kepada
Direksi yang setelah berkonsultasi dengan Pemimpin Proyek akan
menentukan tindakan selanjutnya. Apabila hal ini mengakibatkan biaya
tambahan bagi Kontraktor maka biaya tambahan tersebut ditanggung oleh
Pemilik.



Perpustakaan Unika
134


PASAL 22
KEPATUHAN PADA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
YANG BERLAKU

(1) Kontraktor harus memperhatikan serta membayar biaya-biaya yang
diwajibkan oleh Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah
atau peraturan Instansi lain yang berwenang sehubungan dengan
pelaksanaan Pekerjaan Permanen atau pelaksanaan Pekerjaan Sementara.

(2) Kontraktor dalam segala hal harus mentaati Undang-undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Daerah atau peraturan Instansi lain yang berwenang
dan berhubungan dengan Pekerjaan Permanen atau Pekerjaan Sementara.

(3) Disamping itu harus mentaati ketentuan hukum yang berkaitan dengan
terjadinya gangguan atas hak atau harta milik orang lain selama pelaksanaan
Pekerjaan Permanen atau Pekerjaan Sementara.

(4) Kontraktor wajib membebaskan Pemilik dari semua tuntutan dan denda
akibat pelanggaran Undang-undang, Peraturan dan Keputusan Pemerintah,
Peraturan Daerah atau Peraturan Instansi lain tersebut.

PASAL 23
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

(1) Atas persetujuan Direksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku :
a. Kontraktor wajib mempersiapkan pengamanan yang diperlukan untuk
melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja di lapangan.
b. Kontraktor wajib menyediakan tempat tinggal sementara yang
memenuhi syarat kesehatan bagi para pekerja yang menginap di
lapangan dan menyediakan sarana pengobatan serta kelengkapan
Perpustakaan Unika
135


pertolongan pertama pada kecelakaan sesuai ketentuan yang berlaku
yang disebut dalam 5.2 Syarat-syarat Khusus.
c. Jika sifat Pekerjaan dapat mengakibatkan bahaya, Kontraktor wajib
menyediakan pengaman yang diperlukan untuk melindungi pekerja
terhadap bahaya tersebut dan mempersiapkan pertolongan pertama
untuk penyelamatan.

(2) Kontraktor harus membebaskan Pemilik dari tanggung jawab atas kerugian
akibat suara ribut, kebisingan dan gangguan-gangguan lain yang timbul
selama jangka waktu Pelaksanaan Pekerjaan dan dari tuntutan ganti rugi
yang disebabkan atau yang berhubungan dengan tanggung jawab tersebut.

(3) Kontraktor harus mematuhi ketentuan-ketentuan Astek berdasarkan Surat
Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga
Kerja No. : 30/KPTS/84 dan No. : 07/Men/84.

(4) Kontraktor harus mematuhi ketentuan-ketentuan keselamatan dan kesehatan
kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : Kep
174/men/86 dan Nomor : 104/KPTS/1986.

(5) Apabila Kontraktor tidak memenuhi kewajiban seperti tersebut diatas pada
Ayat (1), (2), (3) dan (4) pasal ini maka Pemimpin Proyek dapat menunda
angsuran pembayaran prestasi Pekerjaan kepada Kontraktor sampai
kewajiban tersebut dipenuhi.

PASAL 24
KECELAKAAN DAN KERUGIAN YANG MENIMPA PEKERJA

Pemimpin Proyek/Direksi tidak bertanggung jawab atas kerugian atau ganti
rugi yang sah yang harus dibayar sebagai konsekuensi dari kecelakaan atau
Perpustakaan Unika
136


kerugian yang menimpa setiap pekerja atau orang lain yang dipekerjakan
oleh Kontraktor.
Kontraktor akan memberikan ganti rugi dan membebaskan Pemimpin
Proyek/Direksi dari segala tuntutan kecuali atas kecelakaan atau kerugian
yang diakibatkan oleh tindakan atau kelalaian dari Pemimpin
Proyek/Direksi, orang-orangnya atau petugas-petugasnya.

PASAL 25
TENAGA KERJA KONTRAKTOR

(1) Dalam pengadaan tenaga kerja Kontraktor harus mengutamakan tenaga
kerja setempat untuk tujuan pemerataan kesempatan kerja, meskipun tetap
harus memperhatikan syarat-syarat ketrampilan dan kemampuan sesuai
dengan petunjuk Direksi.

(2) Kontraktor harus mengusahakan sendiri pengerahan tenaga kerja sesuai
dengan peraturan Perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku, yang
mengatur antara lain transport, perumahan, pengupahan, jaminan
kesejahteraan kecuali apabila Kontrak menentukan lain.

(3) Kontraktor harus menyediakan air bersih yang cukup di lapangan untuk
keperluan Kontraktor sendiri dan pekerjanya.

(4) Kontraktor didalam semua perjanjian dengan para pekerjannya harus
menghormati semua perayaan yang resmi, hari libur, hari besar dan hari
perayaan lainnya sesuai dengan adat istiadat setempat.

(5) Dalam hal terjadi suatu penghentian Pekerjaan yang disebabkan oleh wabah
penyakit atau serangan penyakit menular maka Kontraktor harus mentaati
dan melaksanakan peraturan dan tindakan-tindakan lainnya yang
Perpustakaan Unika
137


diperintahkan oleh pejabat kesehatan atau pejabat kebersihan guna
mengatasi wabah penyakit atau serangan penyakit menular tersebut.

(6) Setiap saat Kontraktor harus mengambil tindakan penertiban yang dapat
dipertangungjawabkan secara hukum yang perlu untuk mencegah
perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum yang diakibatkan oleh
pegawainya atau melindungi orang atau harta benda di sekitar lokasi
Pekerjaan.

PASAL 26
MUTU BAHAN, HASIL KERJA DAN PENGUJIAN

(1) Semua Bahan dan hasil kerja harus mengikuti uraian dan ketentuan didalam
Dokumen Kontrak dan sesuai dengan perintah Direksi setiap saat dapat diuji
di tempat pembuatan atau pabrik atau di lapangan atau di tempat manapun
juga atas permintaan Direksi. Kontraktor harus membantu dan menyediakan
peralatan, mesin-mesin dan tenaga kerja serta bahan-bahan yang lazimnya
diperlukan untuk pemeriksaan, pengukuran dan pengujian setiap pekerjaan
beserta komposisinya, mutu, berat atau kuantitas dari bahan yang
digunakan. Kontraktor harus menyediakan contoh bahan uji yang dipilih
dan diminta oleh Direksi untuk diuji sebelum digunakan dalam Pekerjaan.

(2) Semua contoh bahan uji harus disediakan dan dibiayai oleh Kontraktor,
apabila penyediaan contoh bahan uji tersebut dengan jelas ditentukan di
dalam Dokumen Kontrak kecuali apabila diatur lain didalam Dokumen
Kontrak.





Perpustakaan Unika
138


PASAL 27
MEMASUKI LAPANGAN

Direksi atau setiap petugas yang diberi kuasa olehnya, setiap waktu dapat
memasuki lapangan, atau semua bengkel atau di tempat pekerjaan sedang
dipersiapkan atau di tempat bahan atau barang/mesin diperoleh/dibuat untuk
keperluan Pekerjaan dan Kontraktor harus memberi fasilitas dan membantu
untuk memasuki tempat-tempat tersebut.

PASAL 28
PEMERIKSAAN PEKERJAAN SEBELUM DITUTUP

(1) Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak terlihat sebelum
mendapat persetujuan Direksi, dan Kontraktor harus memberikan
kesempatan sepenuhnya kepada Direksi untuk memeriksa dan mengukur
pekerjaan yang akan ditutup atau tidak terlihat.

(2) Bila pekerjaan ditutup tanpa persetujuan Direksi, maka apabila Direksi
meminta untuk dibuka kembali untuk diperiksa, biaya membuka dan
menutup kembali menjadi beban Kontraktor.

(3) Kontraktor akan memberitahukan kepada Direksi pada waktunya, setiap
pekerjaan sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa dan Direksi
tanpa menunda waktu harus datang untuk memeriksa dan mengukur
pekerjaan tersebut kecuali apabila Direksi berpendapat tidak perlu datang
memeriksa, maka Direksi wajib memberikan petunjuk tertulis pada
Kontraktor mengenai apa yang harus dilakukan.

(4) Sewaktu-waktu Direksi dapat meminta Kontraktor untuk membuka bagian
manapun atau bagian-bagian dari Pekerjaan atau membuat lubang untuk
Perpustakaan Unika
139


maksud pemeriksaan dan setelah pemeriksaan selesai bagian Pekerjaan dan
lubang tersebut tertutup kembali seperti semula sesuai petunjuk Direksi.

(5) Apabila bagian manapun dari Pekerjaan yang telah dibuka sesuai dengan
permintaan Direksi ternyata sesuai dengan Dokumen Kontrak, maka biaya
untuk membuka dan menutup kembali menjadi beban Pemilik dan apabila
sebaliknya maka biaya tersebut menjadi beban Kontraktor.

PASAL 29
MENGELUARKAN BAHAN BONGKARAN PEKERJAAN
DAN BAHAN YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT

(1) Selama pekerjaan berlangsung, Direksi mempunyai wewenang untuk
memerintahkan Kontraktor secara tertulis :
a. Mengeluarkan dari lapangan semua bahan yang menurut pendapat
Direksi tidak sesuai dengan Dokumen Kontrak, dalam jangka waktu
yang ditentukan dalam perintah tersebut.
b. Mengganti dengan bahan yang memenuhi persyaratan.
c. Mengeluarkan dan melaksanakan kembali pekerjaan tersebut
sebagaimana seharusnya dilakukan, meskipun telah diuji sebelumnya
atau telah dibayar, yang menurut pendapat Pemimpin Proyek bahan
atau cara pelaksanaan dan hasil pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan
Dokumen Kontrak.

(2) Dalam hal Kontraktor lalai melaksanakan perintah tersebut Ayat (1) pasal
ini Pemimpin Proyek berhak meminta pihak ketiga untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut dan semua biaya yang diperlukan dibebankan kepada
Kontraktor.



Perpustakaan Unika
140


PASAL 30
PENUNDAAN PEKERJAAN

Berdasarkan perintah tertulis dari Direksi, Kontraktor harus menunda
kelangsungan pelaksanaan Pekerjaan atau bagian Pekerjaan selama jangka
waktu tertentu yang dianggap perlu oleh Direksi.
Selama waktu penundaan, pekerjaan harus dilindungi dan dijaga sesuai
dengan perintah Direksi.
Biaya tambahan yang ditimbulkannya akan dibayarkan oleh Pemilik,
kecuali jika :
a. ditentukan secara lain dalam 5.2 Syarat-syarat Khusus, atau
b. perlu karena cuaca, atau
c. perlu demi keselamatan Pekerjaan, atau
d. perlu karena kesalahan Kontraktor.

PASAL 31
PENGAMANAN KEKAYAAN MILIK NEGARA

( 1 ) Kontraktor wajib memelihara dan menjaga kondisi kekayaan milik Negara
yang dipinjamkan kepada Kontraktor oleh Pemilik terhadap kerusakan dan
perusakan selama pemakaian atau penggunaan atas beban Kontraktor.

( 2 ) Pada waktu sebelum selesainya Pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan
kembali kekayaan milik Negara yang dipinjamkan kepadanya dalam kondisi
seperti waktu diterimanya dikurangi keausan yang wajar.

( 3 ) Jika ketentuan ayat (1) dan (2) pasal ini tidak dilaksanakan dengan baik oleh
Kontraktor, maka kekayaan milik Negara yang dipinjamkan harus
dikembalikan seperti kondisi semula atas biaya Kontraktor dan bagian yang
hilang diganti dengan nilai yang sama. Selanjutnya Pemilik dapat
Perpustakaan Unika
141


membatalkan peminjaman tersebut apabila ketentuan ayat (1) dari pasal ini
tidak dipenuhi.

( 4 ) Tata cara peminjaman kekayaan milik Negara diatur sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan dicatumkan dalam Kontrak.

( 5 ) Ketentuanketentuan mengenai pengamanan kekayaan milik Negara yang
berupa bahan dan peralatan dicantumkan dalam 5.2 Syaratsyarat khusus.

PASAL 32
PENGUTAMAAN PENGGUNAAN JASA DAN PRODUKSI DALAM
NEGARA

Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak, untuk pelaksanaan, penyelesaian
dan pemeliharaan Pekerjaan, Kontraktor harus mengutamakan penggunaan
jasa dan produksi dalam negeri, meskipun tetap harus memperhatikan
syaratsyarat mutu bahan dan jasa yang bersangkutan, sesuai dengan
petunjuk dan persetujuan tertulis dari Direksi.

WAKTU DIMULAINYA PEKERJAAN DAN KETERLAMBATAN

PASAL 33
PENYERAHAN LAPANGAN

( 1 ) Setelah Kontrak ditandatangani dan berlaku sah, maka Pemimpin Proyek
menyerahkan sebagian atau seluruh Lapangan kepada Kontraktor selambat
lambatnya dalam waktu 15 (lima belas) hari sejak penandatanganan Kontrak
dengan mengeluarkan Surat Penyerahan Lapangan (SPL), agar Kontraktor
dapat memulai pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana kerja yang
disebutkan dalam Pasal 11.

Perpustakaan Unika
142


( 2 ) Setelah mengeluarkan Surat Penyerahan Lapangan maka Pemimpin Proyek
mengeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja yang ditujukan kepada Kontraktor
selambatlambatnya dalam waktu 15 (lima belas) hari sejak tanggal
penandatanganan Kontrak.

( 3 ) Tanggal dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja merupakan waktu
dimulainya pekerjaan.

( 4 ) Jika Kontraktor mengalami kelambatan akibat kegagalan pihak Pemimpin
Proyek untuk menyerahkan Lapangan maka atas permintaan Kontraktor,
Pemimpin Proyek dapat memperpanjang Jangka waktu Pelaksanaan
Pekerjaan yang menurutnya adil dan layak.

PASAL 34
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Dengan memperhatikan ketntuanketentuan dalam Pasal 36, (Penyerahan
Pertama Pekerjaan), maka seluruh Pekerjaan harus diselesaikan oleh
Kontraktor dalam Jangka Waktu Pelaksanaan yang ditetapkan dalam
Kontrak yang dihitung dari tanggal dikeluarkannya Surat Perintah Mulai
Kerja atau diselesaikan dalam Jangka Waktu Pelaksanaan yang
diperpanjang atau yang mungkin diijinkan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan Pasal 35 (Perpanjangan Waktu Pelaksanaan).

PASAL 35
PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

( 1 ) Apabila karena jumlah pekerjaan tambah atau keadaan yang sifatnya khusus
terjadi antara lain karena keadaan memaksa, hujan diluar kebiasaan
sehingga dipandang wajar oleh Kontraktor untuk meminta perpanjangan
Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan maka Direksi harus
Perpustakaan Unika
143


mempertimbangkan untuk selanjutnya mengusulkan kepada Pemimpin
Proyek jumlah perpanjangan waktu tersebut.

( 2 ) Direksi tidak terikat untuk memperhitungkan sehubungan dengan pekerjaan
tambahan atau keadaankeadaan yang sifatnya khusus, agar permohonan
tersebut dapat diselidiki dalam waktu yang singkat, kecuali apabila
Kontraktor dalam waktu 14 (empat belas) hari atau ditentukan lain dalam
Dokumen Kontrak sesudah pekerjaan tambahan tersebut dimulai atau
keadaan yang khusus itu timbul, telah menyampaikan kepada Direksi suatu
permohonan tertulis disertai keteranganketerangan yang terperinci dan
lengkap.

PASAL 36
PENYERAHAN PERTAMA PEKERJAAN

( 1 ) Menjelang penyelesaian seluruh Pekerjaan menurut Kontrak, Kontraktor
dapat mengajukan permintaan secara tertulis kepada Direksi untuk
melaksanakan Penyerahan Pertama Pekerjaan dengan menyebutkan Wakil
Kontraktor untuk keperluan tersebut.

( 2 ) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah menerima surat tersebut ayat (1)
Direksi memberitahukan secara tertulis kepada Kontraktor mengenai jadwal
waktu rencana pemeriksaan pekerjaan oleh Panitia yang ditunjuk oleh
Pemimpin Proyek.

( 3 ) Selambatlambatnya dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah
dikeluarkannya surat tersebut ayat (2) Panitia yang ditunjuk oleh Pemimpin
Proyek sudah harus mulai melakukan pemeriksaan pekerjaan di lapangan
dan melakukan pemeriksaan tersebut dalam jangka waktu 14 (empat belas)
hari. Hasil pemeriksaan tersebut dicantumkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan Penyelesaian Pekerjaan.
Perpustakaan Unika
144



( 4 ) Pada Berita Acara Pemeriksaan Penyelesaian Pekerjaan dicantumkan pula
semua kekurangan dan / atau cacat serta hasil pengujian. Untuk maksud
memperbaiki kekurangan dan / atau cacat tersebut Direksi memberikan
waktu perbaikan yang wajar pada Kontraktor.

( 5 ) Bila berdasarkan pertimbangan Direksi kekurangan dan / atau cacat tidak
disebabkan kesalahan Kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai
Dokumen Kontrak, maka biaya perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab
Pemilik sebagai biaya pekerjaan tambahan.

( 6 ) Dalam hal kekuarangan dan / atau cacat berdasarkan pertimbangan Direksi
disebabkan oleh kesalahan Kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan, maka
biaya perbaikan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

( 7 ) Setelah berakhirnya waktu perbaikan seperti yang dimaksud dalam ayat (4)
pasal ini atau dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah diterimanya
pemberitahuan dari Kontraktor bahwa perbaikan kekurangan dan / atau
cacat telah diselesaikan, maka Direksi melakukan pemeriksaan ulang.
Apabila menurut pendapat Direksi tidak ada kekurangan dan / atau cacat,
maka Direksi membuat Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan yang
disampaikan pada Pemimpin Proyek. Berdasarkan Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan ini Pemimpin Proyek mengeluarkan Berita Acara
Penyerahan Pekerjaan.

PASAL 37
BERITA ACARA PENYERAHAN PERTAMA PEKERJAAN

Apabila Pemimpin Proyek berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan
Penyelesaian Pekerjaan berpendapat bahwa pekerjaan telah selesai dan telah
lulus pemeriksaan dan pengujian akhir dengan memuaskan, maka Pemimpin
Perpustakaan Unika
145


Proyek selambatlambatnya dalam waktu 6 (enam) hari setelah pemeriksaan
berakhir mengeluarkan Berita Acara Penyerahan Pertama Pekerjaan dan
sejak tanggal dikeluarkannya Berita Acara Penyerahan Pertama Pekerjaan
tersebut maka jangka waktu pemeliharaan dinyatakan mulai berlaku.

PASAL 38
DENDA KETERLAMBATAN

( 1 ) Jika Kontraktor tidak dapat menyelesaikan Pekerjaan sesuai Jangka Waktu
Pelaksanaan yang ditentukan dalam Kontrak sesuai dengan ketentuan dalam
pasal 34 (Jangka Waktu Pelaksanaan), maka Kontraktor dikenakan denda
0,1 % (sepermil) dari nilai kontrak setiap hari keterlambatan dan setinggi
tingginya 5 % dari Nilai Kontrak.

( 2 ) Pemimpin Proyek tanpa mengurangi hak Kontraktor untuk menagih
pembayaran, dapat memperhitungkan denda tersebut pada Ayat (1) pada
uang tagihan yang menjadi hak Kontraktor.

( 3 ) Pengenaan denda akibat keterlambatan tidak membebaskan Kontraktor dari
kewajiban untuk menyelesaikan seluruh Pekerjaan sesuai kontrak atau
kewajibankewajiban dan tanggung jawab menurut Kontrak.

PASAL 39
PEMELIHARAAN, KERUSAKAN DAN CACAT

( 1 ) Dalam hal ini yang dimaksud Jangka Waktu Pemeliharaan adalah jangka
waktu yang dicantumkan dalam Kontrak, dihitung sejak tanggal
dikeluarkannya Berita Acara Penyerahan Pertama Pekerjaan.

( 2 ) Dalam waktu 14 (empat belas) hari sesudah berakhirnya Penyerahan
Pertama Pekerjaan, Kontraktor harus telah selesai melakukan perbaikan,
Perpustakaan Unika
146


perubahan, pembangunan kembali, pembetulan kerusakankerusakan,
kekurang sempurnaan, penyusutanpenyusutan dan kesalahan yang telah
ditemukan dalam Berita Acara Penyerahan Pertama Pekerjaan sesuai yang
diminta secara tertulis oleh Pimpinan Proyek, berdasarkan hasil
pemeriksaan Panitia Penyerahan Pertama Pekerjaan sebelum berakhirnya
Jangka Waktu Pemeliharaan tersebut, kecuali keausan yang wajar.

( 3 ) Semua pekerjaan tersebut harus dilaksanakan oleh Kontraktor dengan biaya
sendiri, bilamana menurut pendapat Direksi hal itu diperlukan, karena
penggunaan bahanbahan atau cara pengerjaan yang tidak sesuai dengan
Dokumen Kontrak, atau berhubung dengan kelalaian Kontraktor dalam
memenuhi kewajiban menurut Kontrak.
Tetapi apabila menurut pendapat Direksi hal itu timbul karena sebab yang
lain, maka biaya pekerjaan tersebut dianggap sebagai pekerjaan tambahan.

( 4 ) Jika Kontraktor tidak berhasil mengerjakan pekerjaan tersebut sebagaimana
diminta oleh Direksi, maka Pemilik berhak melaksanakan pekerjaan itu
dengan tenaga kerjanya sendiri, atau dengan Kontraktor lain, bilaman
pekerjaan tersebut harusnya menjadi kewajiban Kontraktor, maka dalam hal
ini biaya pekerjaan tersebut menjadi tanggungan Kontraktor.

( 5 ) Setelah berakhirnya Jangka Waktu Pemeliharaan dan setelah semua
kewajiban Kontraktor sesuai ayat (2) pasal ini dipenuhi, Panitia tersebut
dalam Pasal 36 Ayat (2) berdasarkan pemeriksaan Pekerjaan mengeluarkan
Berita Acara Pemeriksaan Akhir Pekerjaan.
Jangka waktu pemeliharaan ditentukan selama 90 (sembilan puluh) hari
kalender untuk jembatan jalan kabupaten dan jalan desa serta 180 (seratus
delapan puluh) hari kalender untuk jembatan jalan propinsi.
Masa pemeliharaan dihitung sejak penyerahan pertama pekerjaan sesuai
yang terdapat pada Berita Acara Penyerahan Pertama Pekerjaan
pemeliharaan Kontraktor wajib menyerahkan jaminan sebesar 5 % dari nilai
Perpustakaan Unika
147


kontrak selama masa pemeliharaan. Sehabis masa pemeliharaan jaminan
pemeliharaan dapat diambil kembali dari Pemimpin Proyek.

PASAL 40
BERITA ACARA PENYERAHAN AKHIR PEKERJAAN

( 1 ) Kewajiban Kontraktor tidak boleh dianggap selesai sebelum Berita Acara
Penyerahan Akhir Pekerjaan disetujui oleh Pemimpin Proyek dan diterima
oleh Pemilik yang menyatakan bahwa Pekerjaan telah selesai dan dipelihara
sesuai dengan Kontrak.

( 2 ) Apabila Pemimpin Proyek berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Akhir
Pekerjaan, yang dibuat oleh Panitia, berpendapat bahwa Kontraktor telah
memenuhi semua kewajiban Jangka Waktu Pemeliharaan, maka Pemimpin
Proyek selambatlambatnya dalam waktu 6 (enam) hari setelah dipenuhinya
semua kewajiban Jangka Waktu Pemeliharaan, wajib mengeluarkan Berita
Acara Penyerahan Akhir Pekerjaan.

PASAL 41
JENIS KONTRAK

( 1 ) Apabila Kontrak didasarkan atas sistem Harga Total Tetap (lump sum),
maka dalam hal demikian Kontraktor menerima pembayaran atas dasar
harga yang tercantum dalam kontrak.

( 2 ) Apabila Kontrak didasarkan atas sistem Harga Satuan (Unit Price) maka
volume pekerjaan yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga harus
dianggap sebagai pedoman dalam mengajukan harga penawaran. Dalam hal
demikian Kontraktor menerima pembayaran atas dasar Harga Satuan
dikalikan dengan volume pekerjaan yang nyatanyata dilaksanakan di
Perpustakaan Unika
148


lapangan atau didasarkan hasil pengukuran dan pemeriksaan bersama
(mutual check).

PASAL 42
PERUBAHAN, PENAMBAHAN, PENGURANGAN PEKERJAAN

( 1 ) Pemimpin Proyek dapat melakukan beberapa perubahan rencana Pekerjaan
atau bagian Pekerjaan yang dianggap perlu atau dianggap lebih baik, dan
Pemimpin Proyek mempunyai wewenang menetapkan pada Kontraktor
untuk melaksanakannya dan Kontraktor harus melaksanakan hal hal
sebagai berikut :
a. Menambah atau mengurangi Pekerjaan yang tercantum dalam
Dokumen Kontrak.
b. Menghapus sebagian Pekerjaan.
c. Mengubah mutu atau macam Pekerjaan.
d. Mengubah elevasi, kedudukan dan dimensi dari bagian bagian
pekerjaan.
e. Melaksanakan Pekerjaan tambah yang diperlukan untuk
menyelesaikan seluruh Pekerjaan dan pekerjaan tambah tersebut tidak
akan mempengaruhi berlakunya Kontrak.

( 1 ) Perubahanperubahan pekerjaan tidak boleh dilaksanakan oleh Kontraktor
tanpa suatu perintah perubahan. Perintah perubahan tersebut harus diberikan
secara tertulis oleh Pemimpin Proyek, setelah mendapatkan usulan dari
Direksi.
Dalam keadaan mendesak Pemimpin Proyek dapat memeberikan perintah
perubahan secara lisan, setelah mendapat masukan dari Direksi dan untuk
selanjutnya dalam waktu 3 x 24 jam sejak perintah lisan tersebut Direksi
wajib memintakan persetujuan / pengesahan tertulis dari Pemimpin Proyek.
Perintah tersebut harus dianggap sebagai perintah perubahan.

Perpustakaan Unika
149


( 2 ) Kontraktor wajib melaksanakan setiap perubahan bagian Pekerjaan seperti
telah dijelaskan dalam ayat (1) diatas tanpa harus memperhatikan besarnya
pekerjaan tambah kurang yang terjadi dibandingkan terhadap kontrak asli.
Kontraktor tidak berhak mengajukan perubahan harga satuan yang telah
tercantum dalam Dokumen Kontrak.

( 3 ) Bila harga satuan bagian Pekerjaan dimaksud dalam ayat (1) tidak
tercantum dalam Dokumen Kontrak, maka harga satuan baru dapat
ditetapkan atas persetujuan bersama.

PASAL 43
HAMBATAN YANG MENGAKIBATKAN TAMBAHAN BIAYA

( 1 ) Apabila dalam melaksanakan pekerjaan, Kontraktor menjumpai kondisi
fisik di lapangan yang nyatanyata menghambat Kontraktor melaksanakan
pekerjaannya, sedangkan kondisi fisik tersebut tidak dapat diramalkan
sebelumnya sekalipun oleh Kontraktor pada umunya yang sudah
berpengalaman, maka Kontraktor harus segera memberitahukan secara
tertulis keadaan tersebut kepada Direksi.

( 2 ) Segera setelah Direksi memeriksa dan menyetujui pemberitahuan tersebut
atas persetujuan Pemimpin Proyek, maka Direksi akan memerintahkan
tindakantindakan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dan untuk
pekerjaanpekerjaan ini biayanya ditanggung oleh Pemilik.

( 3 ) Direksi / Pemimpin Proyek akan membantu Kontraktor dalam hal mengatasi
hambatan / masalah beserta akibatnya yang terjadi demi kelancaran
pelaksanaan pekerjaan.



Perpustakaan Unika
150


PASAL 44
PERBAIKAN PERBAIKAN MENDESAK

( 1 ) Bila terjadi kerusakan terhadap pekerjaan atau bagian pekerjaan oleh karena
kegagalan atau peristiwa lain, baik selama Jangka Waktu Pelaksanaan
maupun selama Jangka Waktu Pemeliharaan, Direksi segera
memberitahukan hal tersebut secara tertulis kepada Kontraktor dengan
tembusan kepada Pemimpin Proyek dan memerintahkan Kontraktor untuk
segera melaksanakan perbaikan.

( 2 ) Bila Kontraktor tidak bersedia untuk segera melaksanakan perbaikan
tersebut pada Ayat (1) pasal ini, maka Pemimpin Proyek dapat menugaskan
pihak ketiga untuk melakukan perbaikan tersebut atas beban dan tanggung
jawab Kontraktor.

( 3 ) Tetapi apabila menurut pendapat Direksi dan disetujui oleh Pemimpin
Proyek hal itu timbul karena yang lain bukan kesalahan Kontraktor, maka
biaya tersebut harus dibayar sebagai pekerjaan tambahan.

PASAL 45
PERALATAN KONSTRUKSI, PEKERJAAN SEMENTARA DAN BAHAN

( 1 ) Semua Peralatan Konstruksi, Pekerjaan Sementara dan Bahan yang
disediakan oleh Kontraktor, jika dibawa ke lapangan harus dianggap hanya
dimaksudkan untuk pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dan Kontraktor
tidak boleh memindahkan, menyerahkan dan menjual barangbarang
tersebut atau sebagian daripadanya tanpa ijin tertulis dari Pemimpin Proyek.
Ijin tersebut tak dapat dibatalkan tanpa alasan.

Perpustakaan Unika
151


( 2 ) Pemilik harus dibebaskan setiap waktu dari tanggung jawab atas kehilangan
atau kerusakan Peralatan Konstruksi, Pekerjaan Sementara atau Bahan yang
digunakan untuk pelaksanaan Pekerjaan.

PASAL 46
KEMAJUAN PEKERJAAN

( 1 ) Seluruh Bahan, Peralatan Konstruksi dan tenaga kerja yang harus
disediakan oleh Kontraktor, serta cara, kecepatan pelaksanaan dan
pemeliharaan Pekerjaan harus diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga
dapat diterima oleh Direksi.

( 2 ) Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian Pekerjaan pada suatu waktu
menurut penilaian Direksi telah terlambat untuk mengejar penyelesaian
dalam Jangka Waktu Pelaksanaan yang telah ditentukan atau diperpanjang,
maka Direksi harus memberitahukan secara tertulis kepada Kontraktor
dengan tembusan kepada Pemimpin Proyek agar mengambil langkah
langkah yang perlu diambil yang disetujui Direksi guna meningkatkan laju
Pekerjaan.

( 3 ) Jika Kontraktor gagal mengambil langkahlangkah yang perlu untuk
memperlancar kemajuan Pekerjaan, maka Pemimpin Proyek berhak untuk
melaksanakan sebagian atau beberapa bagian pekerjaan dengan menyuruh
seseorang atau dengan Kontraktor lain, guna menyelesaikan Pekerjaan pada
waktu yang telah ditetapkan atau yang telah diperpanjang, atas beban dan
tanggung jawab Kontraktor.

( 4 ) Dalam hal Pekerjaan harus dilaksanakan pada malam hari sebagai akibat
dari kekurangan lancaran laju Pekerjaan, Kontraktor harus menyediakan dan
memelihara fasilitas penerangan yang cukup agar memungkinkan pekerjaan
dapat berlangsung secara memuaskan tanpa adanya bahaya. Semua
Perpustakaan Unika
152


pengaturan penerangan ini harus memuaskan Direksi dan biayanya
dibebankan kepada Kontraktor.

( 5 ) Ketentuan peraturan perundangundangan dibidang perburuhan yang
berlaku mengenai Pekerjaan selama waktuwaktu tersebut dalam Ayat (4)
pasal ini harus dipatuhi dipenuhi oleh Kontraktor.

PASAL 47
LAPORAN

( 1 ) Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Laporan terperinci dalam
formulir pada waktuwaktu yang telah ditentukan oleh Direksi yang antara
lain mencantumkan susunan staf pelaksana, jumlah dari berbagai macam
tenaga kerja menurut waktuwaktu yang diperlukan oleh Kontraktor di
lapangan, keteranganketerangan tentang Peralatan Konstruksi dan lain
lain.

( 2 ) Kontraktor berkewajiban uantuk mempersiapkan dan menandatangani
laporan harian yang berisi :
a. Jumlah dan macam bahan atau barang yang ada di lapangan dan belum
dipakai.
b. Jumlah tanaga kerja untuk setiap macam tugas dan / atau ketrampilan.
c. Jumlah dan jenis peralatan yang masih dapat digunakan dan yang rusak.
d. Jenis bagian Pekerjaan dan Pekerjaan Permanen yang dilaksanakan.
e. Taksiran volume Pekerjaan Permanen yang dilaksanakan.
f. Keadaan cuaca termasuk hujan, angin, banjir dan peristiwaperistiwa
alam lain yang mempengaruhi kelangsungan pekerjaan.
g. Catatan lain yang berkenan dengan pelaksanaan, perubahan desain dana
lainlain. Laporan harian tersebut harus diserahkan kepada Direksi
untuk diperiksa dan disahkan. Laporan harian yang disahkan yang
Perpustakaan Unika
153


merupakan rekaman kejadian dan kenyataan disekitar pelaksanaan
pekerjaan dan harus disimpan dengan baik oleh Direksi dan Kontraktor.

( 3 ) Dalam hubungannya dengan pasal ini juga, Kontraktor berkewajiban untuk
mempersiapkan dan menyediakan :
a. Laporan mingguan yang mencatat perihal macam pekerjaan dan
kemajuan pekerjaan.
b. Laporan bulanan yang mencatat perihal hasil pelaksanaan pekerjaan.
c. Rencana kerja mingguan yang memuat rencana kerja Kontraktor
dalam 1 (satu) minggu mendatang, termasuk perkiraan volume
pekerjaan, personel dan jumlah peralatan untuk mendukung
pencapaian volume pekerjaan yang direncanakan tersebut.
d. Buku harian yang setiap saat harus tersedia di kantor lapangan dimana
sewaktuwaktu Direksi dapat memberikan perintah dan catatan
catatan dan sebagainya dalam Buku Harian tersebut.

PASAL 48
PENILAIAN KEMAJUAN PEKERJAAN

( 1 ) Direksi memastikan dan menentukan prestasi Pekerjaan yang dikerjakan
sesuai dengan Dokumen Kontrak.

( 2 ) Apabila Direksi akan melakukan pemeriksaan, Kontraktor harus datang dan
membantu melakukan pemeriksaan terebut serta wajib memberikan
keterangan yang mungkin diperlukan. Hasil pemeriksaan prestasi Pekerjaan
dicantumkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Prestasi Pekerjaan yang
dibuat oleh Direksi.

( 3 ) Apabila Kontraktor tidak datang atau sengaja tidak datang maka
pemeriksaan yang dikerjakan oleh Direksi dan yang disetujui Pemimpin
Perpustakaan Unika
154


Proyek, wajib diakui sebagai pemeriksaan yang benar atas prestasi
Pekerjaan.

( 4 ) Dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari setelah pemeriksaan tersebut,
Kontraktor wajib menyatakan persetujuan / penolakan terhadap hasil
pemeriksaan tersebut.

PASAL 49
UANG MUKA

( 1 ) Kontraktor berhak mendapatkan dari Pemimpin Proyek uang muka sebesar
20 % dari nilai kontrak setelah kontraktor menyerahkan jaminan uang
muka.

( 2 ) Agar uang muka tersebut benarbenar digunakan untuk persiapan Pekerjaan
proyek yang bersangkutan, maka Kontraktor harus mengajukan permohonan
yang disertai Rencana penggunaan uang muka tersebut untuk diperiksa
Direksi.

( 3 ) Setelah persetujuan Direksi, Kontraktor menyampaikan jamianan uang
muka yang jumlahnya sama besar dengan nilai uang muka. Jaminan uang
muka diberikan oleh Penjamin dan mulai berlaku sejak uang muka
dibayarkan sampai lunasnya pembayaran kembali uang muka.

( 4 ) Pembayaran kembali uang muka dilakukan dengan cara memotong
pembayaran angsuran bulanan secara sebanding. Garansi Bank dapat diganti
sesuai dengan sisa uang muka yang belum dikembalikan.

( 5 ) Dalam hal Kontraktor melakukan penyimpangan dari penggunaan uang
muka maka Pimpinan Proyek dapat memberikan peringatan tertulis sebagai
kelalaian dalam pemenuhan ketentuan kontrak.
Perpustakaan Unika
155



TATA CARA PEMBAYARAN

PASAL 50
PEMBAYARAN ANGSURAN BULANAN

( 1 ) Semua pembayaran dalam Kontrak dilakukan dengan cara Angsuran,
berdasarkan Berita Acara Bulanan yang diajukan oleh Kontraktor dan yang
telah disetujui secara tertulis oleh Pemimpin Proyek sesuai dengan
kemajuan pekerjaan yang telah dicapai.

( 2 ) Selambatlambatnya pada setiap akhir bulan, Kontraktor harus mengajukan
pembayaran sementara dengan mengirimkan Berita Acara Bulanan
bersamasama dengan dokumen pendukungnya kepada Direksi untuk
memperoleh persetujuan, sesuai dengan ketentuanketentuan dalam ayat ini
dan dalam spesifikasi umum.
Berita Acara Bulanan merupakan ringkasan dari nilai kotor (grossvolume)
dari semua pekerjaan yang telah diselesaikan sejak pekerjaan dimulai, yang
dihitung dari kwantitas pekerjaan yang diukur dan Harga Satuan masing
masing, bersamasama dengan setiap pekerjaan tambahan yang telah
diselesaikan berdasarkan Change Order.
Dalam Berita Acara juga dihitung dalam jumlah bersih yang dapat
dibayarkan sementara kepada Kontraktor dengan penguranganpengurangan
sebagai berikut:
a. Jumlah kotor dari Sertifikat Bulanan sebelumnya.
b. 10 % (sepuluh per seratus) dari selisih yang dihitung berdasarkan
pengurangan yang ditetapkan pada (1) di atas, yang akan ditahan
sebagai jaminan.
c. Angsuran untuk pembayaran kembali Uang Muka sesuai dengan Pasal
49.
Perpustakaan Unika
156


d. Pengurangan lainnya, seperti pajak, biaya biaya yang diperlukan
menurut Hukum atau Kontrak atau keperluan lainnya.
e. Semua denda menurut Pasal 38.
f. Semua pengurangan lainnya yang dimiliki Kontraktor sesuai dengan
bunyi Syarat syarat Umum Kontrak.

( 3 ) Selambatlambatnya 7 (tujuh) hari setelah menerima permintaan
Pembayaran Bulanan sesuai dengan ayat (2) di atas, Direksi akan
menandatangani Berita Acara Bulanan atas sejumlah uang yang diminta
atau sejumlah uang yang seharusnya diberikan.

Bila Direksi mendapatkan kesalahan pada Berita Acara Bulanan maka
Direksi dapat memperbaiki nilai Berita Acara itu dan segera
memberitahukan secara tertulis kepada Kontraktor dengan memberikan
rincian dan alasan perbaikan atau, mengembalikan kepada kontraktor untuk
diperbaiki dan dikirim kembali.

Berita Acara Bulanan yang disiapkan dengan cara ini dan ditandatangani
oleh Kontraktor dan Direksi, akan disahkan oleh Pemimpin Proyek dan
dikirimkan kepada Pemilik sebelum hari kesepuluh pada bulan selanjtnya.
Pemilik akan melakukan pembayaran kepada Kontraktor selambat
lambatnya 90 (sembilan puluh) hari setelah tanggal Berita Acara Bulanan

( 4 ) Permintaan pembayaran sementara dikirimkan oleh Kontraktor sesuai
dengan Ayat (2) pada pasal ini dapat termasuk didalamnya pembayaran
sementara untuk bahanbahan yang diperlukan dalam pekerjaan, yang sudah
dikirim ke lapangan dan disimpan sesuai dengan syaratsyarat yang
ditentukan. Pembayaran sementara yang demikian dapat dilakukan hingga
80 (delapan puluh) % dari nilai bahan yang bersangkutan seperti tercantum
dalam Perincian Analisis Harga Satuan Kontraktor untuk bahan di
lapangan.
Perpustakaan Unika
157



Pembayaran selanjutnya menurut ayat ini akan disesuaikan pada
pembayaran angsuran selanjutnya sebagai bahan yang termasuk ke dalam
Pekerjaan dan dibayar berdasarkan Harga Satuan Kontrak.

( 5 ) Uang yang ditahan sebesar 10 (sepuluh) per seratus yang dikurangkan dari
Berita Acara Bulanan seperti pada Ayat (2) di atas, akan dibuatkan Berita
Acara Pembayaran oleh Pemimpin Proyek dalam pembayaran angsuran
setelah diterbitkannya Berita Acara Serah Terima Sementara Pekerjaan
seperti yang disebutkan dalam Pasal 37.

PASAL 51
KEADAAN PAILIT, PENUNDAAN PEMBAYARAN HUTANG, DAN
PERWALIAN

( 1 ) Apabila Kontraktor dinyatakan dalam keadaan pailit, atau padanya diberi
penundaan pembayaran hutang atau dalam keadaan perwalian, maka dengan
persetujuan Pemimpin Proyek Pekerjaan dapat diteruskan oleh kurator atau
wali atau oleh ahli waris/para ahli waris Kontraktor.

( 2 ) Kurator, wali atau ahli waris/para ahli waris Kontraktor, dalam waktu 8
(delapan) hari setelah keadaan tersebut pada Ayat (1) terjadi, harus
memberitahukan kepada Pimpinan Proyek tentang kesediaan mereka untuk
meneruskan dan menyelesaikan Pekerjaan.

( 3 ) Apabila tawaran itu diterima, maka kurator, wali atau ahli waris/para ahli
waris memperoleh segala hak dan kewajiban Kontraktor.

( 4 ) Sambil menunggu keputusan tentang penerusan atau penyelesaian Pekerjaan
sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) pasal ini, Direksi berhak untuk
mengambil segala tindakan pencegahan kerusakan pada Pekerjaan yang
Perpustakaan Unika
158


telah dilaksanakan atau untuk mencegah kenaikan biaya yang masih harus
dikeluarkan disebabkan karena terhentinya Pekerjaan.

( 5 ) Apabila Pekerjaan diteruskan oleh kurator, wali atau ahli waris/para ahli
waris, maka biaya sehubungan dengan pekerjaan tersebut pada Ayat (4)
pasal ini akan diperhitungkan kemudian.

( 6 ) Apabila tawaran untuk meneruskan Pekerjaan tidak diterima dan tidak
tercapai persetujuan antara kedua belah pihak tentang harga pekerjaan yang
telah dikerjakan sesuai dengan Dokumen kontrak, maka oleh Pemilik dapat
ditunjuk Panitia Arbitrase sesuai Pasal 54. Panitia Arbitrase tersebut
meneliti secepat mungkin mengenai prestasi dan harga pekerjaan yang telah
dikerjakan sesuai dengan Dokumen Kontrak, termasuk bahan yang teruji
tetapi belum terpakai, dihitung sesuai dengan anggaran pekerjaan yang
tercantum dalam Dokumen Kontrak. Dalam hal ini Jaminan Pelaksanaan
menjadi milik Negara.

( 7 ) Direksi memberitahukan kurator, wali atau ahli waris/para ahli waris
Kontraktor dalam waktu secepat mungkin secara langsung atau disampaikan
pada domisili yang dipilih, mengenai tanggal pemeriksaan yang akan
dilakukan, jika diinginkan mereka dapat hadir pada tanggal pemeriksaan.
Segera setelah diadakan pemeriksaan, dilaksanakan pembayaran setelah
dipotong biaya bagi Panitia Arbitrase tersebut diatas. Dengan demikian
tanggung jawab kurator , wali dan ahli waris/para ahli waris Kontraktor
selesai.

( 8 ) Apabila tawaran untuk meneruskan pekerjaan tidak atau tidak tepat
dilaksanakan pada waktunya oleh kurator, wali atau ahli waris/para ahli
waris Kontraktor, maka Pemimpin Proyek berwenang memutuskan kontrak.
Dalam hal ini jaminan pelaksanaan menjadi milik Negara.

Perpustakaan Unika
159


( 9 ) Pemimpin Proyek tidak akan melakukan hal tersebut Ayat (8) pasal ini
sebelum memberitahukan secara tertulis kepada kurator, wali atau ahli
waris/para ahli waris Kontraktor dan dalam waktu tiga hari memberi
kesempatan kepada mereka untuk akhirnya mengambil tindakan menurut
Ayat (2) pasal ini.

( 10 ) Apabila Pekerjaan menurut ketetapan dalam Ayatayat (8) dan (9) pasal ini
tidak diteruskan oleh kurator, wali atau ahli/para ahli waris Kontraktor,
maka Pemimpin Proyek berwenang memutuskan kontrak.

PEMUTUSAN KONTRAK

PASAL 52
PEMUTUSAN KONTRAK

( 1 ) Apabila Kontraktor tidak bertindak sesuai dengan ketentuanketentuan
Kontrak atau perintah Direksi atau Kontraktor dalam waktu yang telah
ditetapkan tidak memulai pelaksanaan Pekerjaan, maka Direksi dapat
menentukan waktu yang wajar dalam mana Kontraktor masih diberi
kesempatan uantuk memenuhi kewajibankewajibannya.

( 2 ) Apabila Kontraktor tidak mentaati peringatan yang dimaksud dalam Ayat
(1) pasal ini, atau kalau dalam pelaksanaan selanjutnya ia masih saja
melakukan hal atau kelalaian yang sama, dan setelah diberi peringatan
tertulis tiga kali berturutturut dengan tenggang waktu 15 (lima belas) hari,
maka dengan sendirinya ia dianggap dalam keadaan lalai, dan Pemimpin
Proyek berhak memutuskan Kontrak secara sepihak.

( 3 ) Apabila Kontraktor terlambat menyelesaikan Pekerjaan sedemikan rupa
sehingga denda-denda yang dikenakan akibat keterlambatan tersebut
diperkirakan akan mencapai maksimum maka Direksi dapat menentukan
Perpustakaan Unika
160


waktu yang wajar dalam mana Kontraktor masih diberi kesempatan untuk
memenuhi kewajiban-kewajibannya. Apabila Kontraktor gagal
menyelesaikan Pekerjaan dalam batas waktu yang telah ditentukan tersebut
pada ayat ini maka Pemimpin Proyek berwenang untuk memutuskan
Kontrak.

( 4 ) Dalam hal terjadi pemutusan Kontrak berdasarkan pasal ini, tanpa
mengurangi hak Kontraktor untuk memperoleh pembayaran bagi Pekerjaan
yang telah dikerjakan, maka Kontraktor wajib membayar dendadenda dan
hutang-hutang yang terhutang pada saat pemutusan kontrak. Selain itu
Pemilik akan mencairkan Jaminan Pelaksanaan dan menyetorkannya ke Kas
Negara.

( 5 ) Apabila Kontraktor mengundurkan diri setelah penandatanganan Kontrak
atau dalam waktu pelaksanaan Pekerjaan, maka Kontrak dinyatakan putus
dan berlaku ketentuan dalam ayat (4) pasal ini.

( 6 ) Untuk pelaksanaan pemutusan Kontrak tersebut pasal ini Kontraktor dan
Pemimpin Proyek / Pemilik sepakat untuk mengesampingkan ketentuan
pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia.

( 7 ) Untuk semua perintah, suratsurat yang disampaikan dengan perantara juru
sita, gugatan dan tuntutan di muka Pengadilan setelah diputuskan Kontrak,
Pemilik dan Kontraktor tetap berdomisili di tempat yang telah dipilihnya
dalam Kontrak.

PASAL 53
KERUGIAN AKIBAT KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)

( 1 ) Kontraktor tidak bertanggung jawab atas kerugian yang diakibatkan oleh
Keadaan Memaksa (Force Majeure) yaitu keadaan yang luar biasa yang
Perpustakaan Unika
161


terjadi di luar kemampuan dan kesalahan Kontraktor, seperti gempa bumi,
banjir besar, tanah longsor, kebakaran, huru-hara, dan sabotase, yang
terhadapnya Kontraktor tidak mampu untuk mencegah dan mengambil
tindakantindakan pengamanan sebelumnya. Semua peristiwa tersebut di
atas harus dikuatkan dengan surat pernyataan dari yang berwjib setempat
yang menyatakan benar telah terjadi peristiwa Force Majeure yang
mengakibatkan kerusakan tersebut.

( 2 ) Pemilik wajib membayar kepada Kontraktor prestasi pekerjaan serta bahan-
bahan / barang lain yang akan menjadi milik proyek, atau pekerjaan yang
belum diperhitungkan dalam angsuran pembayaran yang mengalami
kerusakan akibat Force Majeure.

( 3 ) Apabila terjadi salah satu dari keadaan memaksa yang dimaksud dalam
Ayat (1) pasal ini, maka Kontraktor harus segera memberitahu untuk minta
persetujuan tentang adanya keadaan memaksa, dan merundingkan dengan
Direksi tentang tindakantindakan pengamanannya. Apabila Direksi tidak
mungkin dihubungi maka Kontraktor harus segera mengambil tindakan
pengamanan.

( 4 ) Biayabiaya bagi pelaksanaan tindakantindakan yang dimaksud dalam
Ayat (3) pasal ini dibayar kembali kepada Kontraktor, kecuali :
a. Kontraktor tidak melaksanakan tindakan pengamanan yang
seharusnya dapat dilaksanakan.
b. Kontraktor lalai untuk segera dalam jangka waktu selambat
lambatnya 7 (tujuh) hari sejak kejadian memberitahukan secara
tertulis kepada Direksi tentang kejadiankejadian yang dimaksud
dalam Ayat (3) pasal ini.



Perpustakaan Unika
162


PERSELISIHAN

PASAL 54
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

( 1 ) Setiap perselisihan atau sengketa yang timbul dari atau yang berhubungan
dengan Kontrak, diutamakan penyelesaiannya melalui musyawarah untuk
memperoleh mufakat.

( 2 ) Apabila perselisihan / sengketa masih belum dapat diselesaikan melalui
musyawarah maka perselisihan diselesaikan melalui Panitia Arbitrase.

( 3 ) Apabila digunakan Panitia Arbitrase maka Panitia Arbitrase tersebut terdiri
dari seorang Arbiter sebagai anggota yang ditunjuk oleh Pemilik, seorang
Arbiter lain sebagai anggota yang ditunjuk oleh Kontraktor, dan seorang
Arbiter lagi sebagai ketua merangkap anggota yang ditunjuk oleh kedua
anggota tersebut di atas.

( 4 ) Bila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak ditunjuknya Panitia belum
mendapat kesepakatan mengenai ketua Panitia Arbitrase tersebut, maka
kedua belah pihak menyerahkan penunjukkan ketua kepada Ketua
Pengadilan Negeri dari domisili yang tercantum dalam Kontrak.

( 5 ) Keputusan Panitia Arbitrase tersebut mengikat kedua belah pihak.

( 6 ) Semua penyelenggaraan Arbitrase dilaksanakan berdasarkan peraturan
Arbitrase yang berlaku.

( 7 ) Selama proses penyelesaian perselisihan dengan cara musyawarah,
Arbitrase atau pada Pengadilan Negeri, Kontraktor diharuskan meneruskan
Pekerjaan sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditetapkan atau menurut
Perpustakaan Unika
163


perintah Pemilik, dengan memperhitungkan biaya yang akan ditetapkan
sebagai hasil musyawarah Arbitrase atau Keputusan Pengadilan Negeri.

LAIN LAIN

PASAL 55
SURAT MENYURAT

Surat menyurat antara Pemilik, Pemimpin Proyek atau Direksi dan Kontraktor
harus dilakukan dengan pengiriman langsung disertai tanda terima yang dibubuhi
tanggal, tanda tangan dan nama jelas penerima. Untuk keperluan tersebut
Kontraktor wajib memberi alamat kantor Lapangan yang jelas. Dalam surat
menyurat tersebut dipakai bahasa Indonesia yang baik, benar dan singkat tetapi
jelas maksud dan tujuannya.

PASAL 56
BEA DAN PAJAK

( 1 ) Semua bea, pajak, cukai dan pungutan lain oleh Pemerintah sehubungan
dengan Pekerjaan ini menjadi beban dan tanggung jawab Kontraktor. Untuk
pembayaran itu Kontraktor tidak menerima pembayaran tamabahan dari
Pemimpin Proyek.

( 2 ) Bea Materai Kontrak harus ditanggung oleh Kontraktor.

PASAL 57
PASAL DALAM SYARAT SYARAT KHUSUS

Syaratsyarat Kontrak yang tercantum dalam 5.2 Syaratsyarat Khusus
merupakan pasalpasal dan ayatayat tambahan pada pasal dari 5.1 Syaratsyarat
Perpustakaan Unika
164


Umum dan pengertian ataupun penafsirannya harus lebih diutamakan dari pasal
pasal pada 5.1 Syaratsyarat Umum.

4.2 Syarat-syarat Khusus

1. JAMINAN PELAKSANAAN
Penawar yang ditunjuk sebagai pemenang untuk Pelelangan pekerjaan ini
harus menyerahkan Jaminan Pelaksanaan dalam waktu 15 (lima belas) hari
setelah diterbitkannya Surat Keputusan Pemenang Pelelangan. Jaminan
Pelaksanaan berupa Surat Jaminan dari Bank Pemerintah atau BankBank
lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan RI (seperti tercantum dalam
lampiran 6) sebesar 10 % dari Nilai Kontrak.
Jaminan Pelaksanaan mempunyai masa berlaku sampai dengan Penyerahan
Kedua (selesai masa pemeliharaan).
Contoh Jaminan Pelaksanaan dapat dilihat pada Buku 1 instruksi kepada
Peserta Lelang lampiran B3. PT Jasa Raharja hanya dapat dipakai untuk
menerbitkan Jaminan Uang Muka dan Jaminan Penawaran dengan
menggunakan formform lampiran (khusus).

2. ASURANSI TENAGA KONTRAKTOR
a. PIHAK KEDUA berkewajiban mengadakan usahausaha untuk
menjamin keamanan dan keselamatan kerja para pekerja dalam
pelaksanaan pekerjaan.
b. PIHAK KEDUA berkewajiban membayar iuran ASTEK sebesar ....
% dari Nilai Kontrak yang dibayarkan kepada Perum Astek pada
Bank Pembangunan Indonesia (BAPPINDO) yang terdekat dengan
kantor Pemimpinan Proyek, bila tidak ada BAPPINDO dapat
disetorkan ke Bank Pemerintah. Besarnya pembayaran sebanding
dengan angsuran pembayaran harga kontrak yang telah diterima
Kontraktor.

Perpustakaan Unika
165



3. SURAT KETERANGAN DAN PEMBAYARAN
a. Uang Muka
Pemborong diberi hak mengambil Uang Muka sebesar maximum 20%
dari Nilai Kontrak dengan menyerahkan Jaminan Uang Muka dari
Bank Pemerintah atau Bankbank dan lembaga keuangan lainnya
yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
Permintaan uang muka perlu dilengkapi dengan surat pernyataan
perincian penggunaan uang, disertai copy kontrak pembelian material
(antara lain semen, besi beton, pasir, dll) dan mobilisasi alat yang
besarnya minimum 20 % dari besar uang muka. Uang muka tersebut
hanya digunakan untuk pekerjaan dalam proyek yang bersangkutan.
b. Jumlah minimum asuransi pihak ketiga
Kontraktor diwajibkan mengasuransikan Tenaga Personil Direksi
sebanyakbanyaknya 6 (enam) orang pada asuransi tenaga kerja
(Astek) sesuai dengan peraturan yang berlaku.

4. KEWENANGAN / ORGANISASI KONTRAKTOR
Setiap paket pekerjaan harus dibawahi oleh seorang Site Manager /
Engineer yang diberi wewenang dalam hal teknik dan administrasi (tidak
merangkap). Dan Direktur / Kepala Cabang atau Kuasa Direktur / Kepala
Cabang harus berkedudukan di Semarang.

5. PEMAKAIAN PRODUKSI DALAM NEGERI
Untuk melaksanakan pekerjaan ini, para Kontraktor sejauh mungkin
menggunakan bahanbahan produksi dalam negeri dengan persetujuan
Direksi dan tidak menyimpang terhadap ketentuanketentuan tentang
penggunaan produksi dalam negeri seperti yang tercantum dalam Lampiran
2 Keppres No.29/1984.


Perpustakaan Unika
166



6. KERJA SAMA DENGAN GOLONGAN EKONOMI LEMAH (GEL)
a. Kontraktor diwajibkan untuk mengadakan / melakukan kerja sama
dengan pemborong Perusahaan Golongan Ekonomi Lemah (GEL)
sebagai Sub Kontraktor atau Leveransir dalam pelaksanaan pekerjaan
tersebut.
b. Pekerjaan yang di sub kontrakkan adalah bukan merupakan pekerjaan
pokok / utama.
c. Kontraktor agar menyerahkan daftar Pemborong / Perusahaan
Golongan Ekonomi Lemah dari Pemerintah Daerah setempat yang
ditunjuk sebagai Sub Kontraktor tersebut.
d. Tanggung jawab untuk pekerjaanpekerjaan yang disubkan kepada
Sub Kontraktor, tetap ada Kontraktor.
e. Untuk pekerjaan pintu air dapat disubkan kepada Pihak Ketiga yang
sudah berpengalaman pada bidangnya, contoh seperti PT Barata
Indonesia Tegal, atau Perusahaan lain yang memenuhi syarat tetapi
sebelumnya harus ada persetujuan dari PIHAK KESATU.

7. PENAMBANGAN BAHAN GALIAN
a. Kontraktor diharuskan mematuhi dan mengikuti Peraturan Pemerintah
Daerah, mengenai usaha penambangan bahan galian golongan C
beserta petunjuk pelaksanaannya. Dan hal hal yang berkaitan
dengan masalah tersebut agar telah diperhitungkan didalam harga
satuan pekerjaan.
b. Prosedur pengusahaan Bahan bangunan yang termasuk material
penambangan golongan C :
1. Bila Kontraktor bermaksud mengusahakan / mengadakan sendiri
material bahan bangunan yang termasuk golongan C maka
Kontraktor:
Harus mempunyai ijin (SIPD) dari Pemda Tingkat I Jateng dan
bertanggung jawab terhadap pembayaran retribusinya.
Perpustakaan Unika
167


2. Bila Kontraktor akan memakai jasa pemasok (supplier) untuk
pengadaan material bangunan yang termasuk golongan C maka :
Pemasok yang dipakai harus mempunyai ijin (SIPD) dan
bertanggungjawab terhadap pembayaran retribusinya.
3. Pengurusan pembayaran retribusi kepada yang berwenang
menjadi tanggung jawab Kontraktor sesuai dengan peraturan
peraturan yang berlaku dan jika diperlukan PIHAK KESATU
dapat membantu memberikan surat pengantar / rekomendasi.
4. Kontraktor harus menyerahkan buktibukti pembayaran
retribusi tersebut kepada PIHAK KESATU / Pemimpin Proyek
pada setiap pengajuan pembayaran angsuran bulanan.
5. Jumlah pembayaran retribusi beserta jenis material yang harus
dibayar sesuai dengan PERDA No. 7 th. 1985.
6. Biaya yang dikeluarkan untuk retribusi ini harus sudah tercakup
di dalam harga penawaran Kontraktor.

8. PEMAKAIAN JALAN YANG ADA
a. Dalam hal samasama melaksanakan pekerjaan, setiap Kontraktor
harus memberi kesempatan kepada Kontraktor lain melaksanakan
pekerjaannya (kerja sama) yang dikoordinir oleh Pemimpin Proyek.
b. Dalam pembuatan jalan inspeksi baru atau perbaikan jalan inspeksi
lama yang belum ada pohon perlindungan, Kontraktor diharuskan
menanam pohon pelindung dari jenis Angsana dengan jarak 50 m
pada sisi jauh dari tanggul / saluran.
c. Bila mempergunakan jalan desa atau jalan inspeksi sebagai jalan
masuk ke lokasi kerja dan untuk transportasi material maka (tekanan
gandar) muatan maximum kendaraan (truk) tidak boleh lebih dari 4
ton.
Dan perbaikan kembali jalan tersebut seperti semula menjadi
tanggungan Kontraktor. Kontraktor harus memperhatikan halhal
sebagai berikut :
Perpustakaan Unika
168


1. Kecuali bilamana ditentukan lain dalam 7 (tujuh) hari sesudah
dikeluarkannya pemberitahuan bahwa pekerjaan dapat dimulai,
Kontraktor harus mengambil alih dan memelihara jalan masuk,
jalan logistik dan jalan inspeksi sesuai usulan dalam penawaran
yang akan dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan.
2. Kontraktor harus membuat persiapanpersiapan yang diperlukan,
antara lain perkuatan jalan dan jembatan dalam waktu 10
(sepuluh) hari setelah penyerahan pekerjaan dan memperoleh ijin
dari yang berwenang atau pemilik untuk menggunakan jalan yang
dimaksud tersebut dan mematuhi setiap peraturan dari pihak yang
berwenang atau pemilik.
3. Selama dalam pelaksanaan Kontraktor harus memperhatikan
keadaan jalan beserta bangunan yang terkait untuk selalu dalam
keadaan layak dipakai oleh masyarakat dan pada penyerahan
pekerjaan akhir keadaan jalan beserta bangunan yang terkait
minimal kembali seperti pada keadaan sebelum pekerjaan
dimulai.
4. Semua jenis pengeluaran akibat ketentuan pada ayat ini sudah
termasuk didalam harga penawaran Kontraktor.
5. Kontraktor tidak akan mengajukan biaya tambahan dan segala
macam claim dari pihak ke III yang berhubungan dengan
pemakaian jalan yang dimaksud dalam ayat ini.

4.3 Syarat-syarat Administrasi

PASAL 1
JAMINAN LELANG

1. Jaminan lelang (Tender Garansi) berbentuk Surat Jaminan BPD Jawa Tengah
atau Bank Pemerintah yang ditunjuk sebesar
Rp......................(.........................).
Perpustakaan Unika
169


2. Bagi pemborong yang ditunjuk, jaminan lelang dapat diambil setelah 6 (enam)
hari sejak Pengumuman Pemenang Lelang.

3. Bagi pemborong yang mendapatkan pekerjaan, tender garansi diberikan
kembali setelah/pada saat Jaminan Pelaksanaan diterima oleh Pimpinan
Proyek.

PASAL 2
JAMINAN PELAKSANAAN

1. Jaminan pelaksanaan adalah sebesar 10% dari nilai kontrak.

2. Jaminan pelaksanaan diterima oleh pemimpin proyek pada saat pemborong
menerima SPK.

3. Jaminan pelaksanaan dapat dikembalikan jika pekerjaan sudah diserahkan
yang pertama kalinya dan diterima baik oleh pemimpin proyek (disertai Berita
Acara Penyerahan Pertama).

PASAL 3
RENCANA KERJA (TIME SCHEDULE)

1. Pemborong harus membuat rencana kerja pelaksanaan pekerjaan yang
disetujui oleh pemimpin proyek selambat-lambatya 1 (satu) minggu setelah
SPK diterbitkan serta daftar nama pelaksana yang diserahkan untuk
menyelesaikan pekerjaan yang bersangkutan.

2. Pemborong diwajibkan melaksanakan pekerjaan menurut rencana kerja
tersebut.


Perpustakaan Unika
170


3. Pemborong tetap bertanggungjawab atas penyelesaian pekerjaan tepat pada
waktunya.

PASAL 4
LAPORAN HARIAN DAN LAPORAN MINGGUAN

1. Badan Pengawas (DPU) tiap minggu supaya mengirimkan kepada Pemberi
Kerja (DPU Bina Marga Semarang) dan tindasan kepada yang bersangkutan
mengenai maju mundurnya pekerjaan disertai laporan banyaknya orang-orang
yang bekerja setiap harinya, yang tindasannya ditujukan kepada Kepala
Direktorat Jendral Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Jawa Tengah.
Laporan harian, mingguan dan bulanan oleh Badan Pengawas dan dilegalisir
oleh pemimpin proyek dan pemborong wajib membantunya.

2. Penilaian prestasi kerja atas dasar pekerjaan yang sudah diselesaikan tidak
termasuk adanya bahan-bahan di tempat pekerjaan dan tidak atas dasar
besarnya pengeluaran uang.

3. Contoh blanko laporan harian dan mingguan dasar berhubungan dengan DPU
Jawa Tengah.

PASAL 5
PEMBAYARAN

(Diatur dengan Pemborong yang melaksanakan)
A. Pembayaran akan dilaksanakan sebagai berikut :
1. Angsuran I (Pertama)
Dibayar 30% (tiga puluh persen), jika pekerjaan telah mencapai 35% (tiga
puluh lima persen).


Perpustakaan Unika
171


2. Angsuran II (Kedua)
Dibayar 30% (tiga puluh persen), jika pekerjaan telah mencapai 65%
(enam puluh lima persen).
3. Angsuran III (Ketiga)
Dibayar 35% (tiga puluh lima persen), jika pekerjaan telah mencapai 100%
(seratus persen) dan seluruh pekerjaan sudah diserahkan untuk yang
pertama kalinya dan dapat diterima baik oleh Direksi, serta jaminan
pelaksanaan dapat diambil.
4. Angsuran IV (keempat)
Dibayar 5% (lima persen), jika batas waktu pemeliharaan telah berakhir
dan sudah diserahkan untuk kedua kalinya (penyerahan terakhir) dan dapat
diterima dengan baik oleh pihak Direksi.

B. Tiap pengajuan pembayaran angsuran harus disertai Berita Acara Pemeriksaan
Pekerjaan dilampiri daftar hasil Opname Pekerjaan dan foto-foto dokumenter
dalam album.

PASAL 6
SURAT PERJANJIAN PEMBORONG (KONTRAK)

1. Biaya Materai Surat Perjanjian Pemborong/Kontrak sebesar 1% (satu persen)
dari harga borongan dan biaya dipikul oleh pemborong dan 2 (dua) kontrak
asli diberi materai Rp 6000,00. Sedang yang lain cukup dengan tanda tangan
dan cap.

2. Surat perjanjian Pemborong (Kontrak), dibuat rangkap 22 (dua puluh dua) atas
biaya dari Pemborong, dengan catatan 12 (dua belas) buku lengkap dengan
gambar detail sedang yang 10 (sepuluh) buku dengan gambar pokok.

3. Konsep dibuat oleh pemimpin proyek sedangkan lampiran-lampirannya dan
seluruh kontrak disiapkan oleh Pemborong berisi antara lain :
Perpustakaan Unika
172


a. Surat undangan lelang
b. Bestek dan RKS
c. Berita Acara Aanwijzing
d. Berita Acara Pembukuan Surat Penawaran
e. Berita Acara Evaluasi
f. SPK
g. Surat Penawaran Bermeterai
h. Daftar RAB
i. Daftar Analisa
j. Daftar harga satuan bahan dan upah kerja
k. Daftar harga satuan pekerjaan
l. Fotokopi referensi bank yang masih berlaku
m. Fotokopi Fiskal dan NPWP yang masih berlaku
n. Fotokopi Ijin Usaha dari Kanwil Depperdag Jawa Tengah
o. Fotokopi jaminan lelang
p. Surat pengakuan kualifikasi dari klasifikasi yang masih berlaku (fotokopi)
q. Time Schedule
r. Gambar pelaksanaan terdiri dari 12 (dua belas) ganda gambar komplit dan
10 (sepuluh) ganda gambar diperlukan
s. Fotokopi jaminan pelaksanaan
t. Fotokopi Surat Kesanggupan bekerja sama dengan pengusaha golongan
ekonomi lemah
u. Gambar pelaksanaan terdiri dari 12 (dua belas) ganda lengkap dan 10
(sepuluh) ganda gambar-gambar pokok
v. Surat keterangan mendaftarkan pekerjaan pada PERUM ASTEK

PASAL 7
PENYERAHAN PEKERJAAN

1. Jangka waktu penyerahan pakerjaan selama hari kalender, termasuk hari
besar/raya dan hari minggu.
Perpustakaan Unika
173



2. Pekerjaan dapat diserahkan untuk pertama kalinya jika pekerjaan telah selesai
100% dan dapat diterima baik oleh pemimpin proyek, dengan disertai Berita
Acara dan dilampiri daftar kemajuan pekerjaan pada penyerahan untuk
pekerjaan ini, keadaan halaman serta bangunan pekerjaan bersih seluruhnya
secara visual.

3. Sewaktu diadakan penelitian dan pemeriksaan secara teknis dalam rangka
penyerahan pertama kali maka surat Permohonan Pemeriksaan Teknis yang
diajukan kepada pemimpin proyek supaya dilampiri :
a. Daftar kemajuan pekerjaan 100% yang ditanda tangani oleh DPU.
b. 1 (satu) album berisi foto-foto berwarna ukuran pos, yang menyatakan
prestasi pekerjaan 100%.
c. Surat permohonan teknis yang dikirim kepada pemimpin proyek ataupun
tembusannya yang diajukan kepada pengelola harus sudah dikirim
selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sebelum batas waktu penyerahan
pertama kalinya.
d. Dalam penyerahan pekerjaan yang pertama kalinya dan jika terdapat
pekerjaan instalasi listrik, maka pihak pemborong harus mengajukan
kepada pemimpin proyek surat pengesahan dari PLN. Jika pihak
pemborong tidak dapat mengajukan surat pengesahan tersebut kepada
pemimpin proyek, maka penyerahan yang pertama kalinya ditangguhkan
dulu.

PASAL 8
MASA PEMELIHARAAN

1. Jangka waktu pemeliharaan adalah 60 kali kalender penyerahan pertama.

2. Jika dalam masa waktu pemeliharaan terjadi kerusakan-kerusakan akibat
kurang sempurnanya di dalam mutu bahan yang digunakan, maka pemborong
Perpustakaan Unika
174


harus segera memperbaiki dan menyempurnakan kembali setelah pihak
pemborong diperingatkan atau diberitahukan yang pertama kali secara terulis
oleh pemimpin proyek.

PASAL 9
PERPANJANGAN WAKTU PENYERAHAN

1. Surat permohonan perpanjangan waktu penyerahan pertama yang dilakukan
kepada pemimpin proyek harus sudah diterima baik, selambat-lambatnya 15
(lima belas) hari sebelum batas waktu penyerahan pertama kali berakhir dan
surat tersebut dilampiri dengan :
a. Data yang lengkap
b. Time Schedule baru

2. Surat permohonan perpanjangan waktu penyerahan tanpa data yang lengkap
tidak dipertimbangkan.

3. Permohonan perpanjangan waktu penyerahan pekerjaan yang pertama kali
dapat diterima oleh pemimpin proyek, jika :
a. Adanya pekerjaan tambahan atau pengurangan yang tidak dapat dielakkan
lagi setelah atau sebelum kontrak ditanda tangani oleh kedua belah pihak.
b. Adanya surat perintah tertulis dari pemimpin proyek tentang pekerjaan
tambahan.
c. Adanya surat perintah dari pemimpin proyek tentang pekerjaan untuk
sementara waktu dihentikan.
d. Adanya force majeur (bencana alam, gangguan keamanan,pemogokan)
kejadian dimana harus diteguhkan oleh Kepala Daerah setempat dengan
surat pernyataan.
e. Adanya gangguan curah hujan yang terus menerus di tempat pekerjaan
yang secara langsung mengganggu pekerjaan yang diperkuat oleh Direksi
Lapangan.
Perpustakaan Unika
175


f. Pekerjaan tidak dapat dimulai tepat pada waktunya yang telah ditentukan
karena tanah yang akan dipakai untuk bangunan belum dibebaskan secara
sah.

PASAL 10
SANKSI/DENDA

1. Jika batas waktu penyerahan pekerjaan yang pertama kalinya dilampauinya,
maka pemborong dikenakan sanksi/denda pembayaran denda sebesar 0/00
(satu permil) sampai sebanyak-banyaknya 5% (lima persen) dari harga
borongan per hari keterlambatan. Uang denda tersebut harus dilunasi pada
waktu pembayaran penyerahan angsuran pertama.

2. Jika ada perintah untuk mengerjakan tambahan dan tidak disebutkan waktu
pelaksanaannya, maka jangka waktu pelaksanaan tidak dapat diperpanjang.

PASAL 11
PEKERJAAN TAMBAHAN DAN PENGURANGAN

1. Harga untuk pekerjaan yang diperintahkan secara terulis oleh pemimpin
proyek, pemborong supaya mengajukan kepada pembayaran tambahan.

2. Setelah pekerjaan tambahan dikerjakan, pemborong supaya mengajukan
kepada pemimpin proyek dapat diperhitungkan apakah pekerjaan tersebut
dapat terbayar atau tidak.

3. Didalam mengajukan daftar RAB pekerjaan tambahan ditambahkan 10%
keuntungan pemborong dari Bouwshoom dan pajak jasa 2,5% dari jumlah
(Bouwshoom+keuntungan pemborong).

Perpustakaan Unika
176


4. Untuk perhitungan pekerjaan tambahan dan pengurangan menggunakan harga
satuan yang telah dimasukkan dalam penawaran/kontrak.

5. Jika harga satuan pekerjaan belum tercantum dalam Surat Penawaran yang
diajukan, maka akan diselesaikan secara musyawarah.

PASAL 12
DOKUMENTASI

Badan Pengawas (DPU Semarang) membantu pemimpin proyek menyelesaikan
pendaftaran bangunan Pemerintah pada Badan Arsip di Jakarta yang terdiri dari :
1. Gambar situasi sesuai dengan pelaksanaan berskala 1:500 sebanyak 8 lembar.
2. Gambar denah sesuai dengan pelaksanaan skala 1:200 sebanyak 8 lembar.
3. Daftar perhitungan luas bangunan.
4. Akte/keterangan tanah sebanyak 8 lembar.
5. As bulit drawing.
6. Fotokopi dan berita acara penyerahan pertama dan kedua.

PASAL 13
PENCABUTAN PEKERJAAN

1. Pada pencabutan pekerjaan, pemborong hanya dapat dibayar dari pekerjaan
yang telah diperiksa serta disetujui oleh pemimpin proyek sedangkan harga-
harga bahan bangunan yang berada di tempat pekerjaan menjadi resiko
pemborong sendiri.

2. Penyerahan bagian-bagian pekerjaan atau seluruh pekerjaan kepada
pemborong lain tanpa ijin tertulis dari pemimpin proyek, tidak diijinkan.



Perpustakaan Unika
177


4.4 Syarat Teknis
4.4.1 Pekerjaan Tanah dan Pembongkaranpembongkaran
4.4.1.1 Macam Pekerjaan
Pekerjaan tanah mencangkup pekerjaanpekerjaan yang sehubungan
dengan penggalian dan penimbunan atau pembuangan tanah, batubatu atau
material lain dari atau ke tempat proyek untuk pelaksanaan pembuatan saluran air,
selokan, oprit, pembuangan materialmaterial yang digunakan, lapisan tanah atas,
pembuangan bekasbekas longsor, yang kesemuanya disesuaikan dengan
spesifikasi ini, dan mengikuti gambar rencana dalam hal kedudukan, kemiringan
dan bentuk penampang.

4.4.1.2 Umum
a. Penjelasan tentang sifat tanah
Keterangan tentang sifatsifat macammacam tanah yang diperlihatkan pada
gambar rencana atau yang di dapat oleh kontraktor sebagai hasil diskusi
dengan direksi atau sumber lainnya harus tidak salah taksiran sebagai hal yang
sudah pasti yang dapat di pakai sebagai dasar penyusunan harga penawaran.
Kontraktor harus melihat sendiri ke tempat pekerjaan pada waktu
mempersiapakan harga penawaran tersebut dan menyakinkan tentang macam
tanah, keadaan lapisan, volume, lokasi dan lainlain kemungkinan untuk dapat
memenuhi syaratsyarat spesifikasi.
Peserta lelang kemudian mempersiapkan harga penawaran atas dasar hasil
penilainnya. Setelah penandatanganan kontrak tidak dibenarkan adanya claim
yang diakibatkan karena kesalahan penilaian tersebut.
b. Galian
Semua pekerjaan galian harus dikerjakan sesuai dengan spesifikasi galian
tersebut diatas syaratsyarat kerja yang menyangkut bidang lain, mengikuti
ketentuanketentuan letak, piel, kemungkinan bagian jalan dan dimensi seperti
yang dicantumkan pada gambar rencana atau petunjuk direksi.


Perpustakaan Unika
178


4.4.1.3 Jumlah Pekerjaan
Jumlah pekerjaan dari bermacammacam galian dan timbunan yang akan
diperhitungkan pembiayaannya dalam gambar rencana, gambargambar standard,
gambargambar profil melintang dan memanjang, yang disahkan oleh direksi.
Galian / timbunan yang dikerjakan diluar pembatasanpembatasan itu tidak akan
diberikan pembayaran.
Direksi akan menentukan kemiringan dan landai pada timbunan dan atau
galian dalam pelaksanaan sesudah diketahui secara pasti tentang sifatsifat tanah
yang bersangkutan.
Bentuk sebenarnya dari galian dan atau timbunan dalam hal ini akan
diukur dan dicatat oleh kontraktor. Direksi akan memeriksa kembali catatan ini
dan bila sesuai akan membubuhkan tanda tangan persetujuan dan akan dipakai
sebagai dasar pembayaran nanti. Galian dan timbunan diluar yang ditentukan
tidak akan dibayar. Kelebihan penggalian harus ditimbun kembali sesuai dengan
petunjuk direksi dengan material base atau sub base tanpa harus dibayar lagi. Sisa
timbunan dapat dibiarkan begitu saja atau harus dipindahkan kesemuanya
tergantung keputusan direksi.

4.4.1.4 Pengukuran Hasil Kerja
Jumlah pekerjaan tanah yang akan dibayar dilihat dari banyaknya kubikasi
material diukur dari tempat asalnya dan diperhitungkan dengan cara luas ujung
ratarata (average end area method), kecuali bila kesalahannya melebihi atau
kurang dari 5 % dibandingkan dengan cara perhitungan prisma, dalam hal dimana
direksi akan menentukan cara perhitungan yang lebih teliti
a. Pembongkaran rintanganrintangan
Harga satuan yang disebut dalam kontrak untuk semua macam galian harus
sudah sudah termasuk pembongkaran materialmaterial dalam bentuk apapun
yang terdapat pada galian sesuai dengan yang dicantumkan pada gambar
rencana, membongkar dan memindahkan menurut ketentuan direksi. Material
tersebut dapat berupa : tembok lama, pemasangan batu, beton, batubatuan
keras, perkerasan jalan lama dan sebagainya.
Perpustakaan Unika
179


Hanya batu besar dengan ukuran lebih dari 0,5 m
3
atau bangunan pemasangan
batu bata, beton yang berukuran lebih besar dari 1m
3
akan dibayarkan sesuai
dengan mata pembiayaan untuk galian batu dari pembongkaran yang
tercantum dalam harga kontrak.
b. Pemindahan/pembongkaran tanah atau batuan lepas
Tanah lepas atau batuan lepas harus dipindahkan / dibongkar dari lereng
lereng timbunan / galian sesuai dengan petunjuk direksi. Pembayaran untuk
pekerjaan itu termasuk galian tanah biasa.

4.4.2 Galian Tanah Biasa
4.4.2.1 Definisi Dan Lingkup Kerja
Galian tanah biasa mencangkup semua galian yang bukan galian batu,
galian untuk konstruksi atau galian material/bahan baku

4.4.2.2 Pengukuran Hasil Kerja
Cara pengukuran hasil pekerjaan adalah jumlah kubikasi dari material
yang akan digali, yang dihitung dengan cara luas ujung ratarata, atau perhitungan
prisma. Material tersebut harus diukur pada keadaan aslinya sebelum pelaksanaan
galian atau cara lain yang disetujui oleh direksi.
Profil penampang dengan skala yang tepat dan lengkap dengan detailnya
harus dibuat oleh kontraktor di atas kertas kalkir, diperiksa oleh direksi, dan bila
memenuhi syarat dapat disetujui. Kesemuanya ini kemudian akan menjadi dasar
pembiayaan.
Kontraktor harus menyerahkan pada direksi sebanyak 3 ( tiga ) copy dari
gambar kalkir yang telah disetujui itu beserta perhitungan kubikasinya.

4.4.2.3 Dasar Pembayaran
Galian tanah biasa seperti yang dimaksud sebagai galian tanah biasa
dimana saja disebut dalam spesifikasi ini akan dibayarkan tersendiri dalam hal
hal seperti dibawah ini :
Perpustakaan Unika
180


a. Bila material sebagai hasil galian untuk jalan ini ditentukan secara tertulis oleh
direksi, sebagai material yang diinginkan untuk dipakai sebagai bahan
timbunan.
b. Bila material sebagai hasil galian untuk jalan ini berjumlah lebih besar dari
yang diperlukan untuk konstruksi timbunan akan tetapi dalam hal dimana
material tersebut bukan material yang lebih dikarenakan adanya galian
tambahan (open barrow pit) yang dikerjakan oleh kontraktor untuk
kepentingannya sendiri seperti yang disebutkan dalam spesifikasi ini.
Tanpa mengartikan lain dari yang dimaksud dalam spesifikasi ini untuk
menghitung jumlah kubikasi keperluan timbunan seperti yang dimaksukan pada
spesifikasi ini, maka kubikasi timbunan tersebut perlu dikoreksi dengan faktor
pemadat 0,85 untuk tiap tanah biasa dan faktor pengembangan 1,2 untuk batu
batuan. Bila direksi menghendaki agar hasil dari galian tanah biasa akan dipakai
untuk bahan baku bagi pekerjaan lainnya ( misalnya batubatuan atau batu pecah
guna pelaksanaan pekerasan untuk beton ), pekerjaan tersebut tidak akan dibayar
tersendiri tapi termasuk dalam harga penawaran untuk satuan pekerjaan yang
menggunakan bahan baku tersebut. Jumlah pekerjaan galian tanah biasa akan
dicantumkan dalam harga penawaran dan disebutkan dalam nomor mata
pembiayaan seperti dibawah ini. harga tersebut mencangkup pembiayaan untuk
pekerjaan yang disebutkan dalam spesifikasi ini, dan pembiayaan lain yang perlu
menyelesaikan pekerjaan tersebut
Nomor mata pembiayaan dan uraian satuan
Galian tanah biasa m. kubik

4.4.3 Subgrade
4.4.3.1 Ketentuan
Subgrade adalah bagian yang akan mendukung subbase atau, bila
subbase tidak ada yang akan mendukung kontruksi pekerasan. Subgrade meliputi
lebar dari pada jalan termasuk bahu jalan dan tempat parkir seperti yang terlihat
pada gambar rencana atau yang disebut disini. Subgrade dibedakan menurut
kedudukannya yang akan menentukan caracara pengerjaan yang akan diuraikan
Perpustakaan Unika
181


4.4.3.2 Pelaksanaan
1. Mal lengkung dan mal datar
Kontraktor harus menyiapkan mal lengkung dan mal datar untuk memeriksa
ketelitian pekerjaan
2. Pekerjaan persiapan
Goronggorong, pipapipa peresapan dan konstruksikonstruksi sekunder
lainnya yang terletak dibawah subgrade, termasuk timbunan pengisi lubang
lubang galian, bila perlu 30 cm dibawah subgrade harus sudah diselesaikan
sebelum pekerjaan untuk subgrade dimulai.
Selokanselokan, pipapipa peresapan, pengaliran air dan konstruksi ujung
untuk pipapipa itu harus sudah dapat bekerja secara sempurna agar
pengaliran air lancar dan tidak menyebabkan kerusakan pada subgrade.
Pekerjaan untuk subgrade tidak boleh dimulai sebelum pekerjaanpekerjaan
persiapan ini disetujui oleh direksi.
3. Tingkat pemadatan
Semua material sampai kedalaman 30 cm di bawah subgrade harus dipadatkan
sampai 100% dari maksimum kepadatan ( kering) yang didapat dari percobaan
AASHTO T-99
4. Subgrade pada tanah galian
Bila subgrade terletak pada tanah galian harus diusahakan agar bentuk
melintang dan memanjangnya sesuai dengan ketentuan spseifikasi. Tapi pada
peil lebih tinggi dari piel akhir nanti agar ada persiapan bila ada penurunan
sebagai akibat dari pemadatan.
Tanah tersebut harus dipadatkan dengan alat pemadat hingga mencapai
kepadatan seperti yang disebut pada spesifikasi ini.
Pengaturan kadar air dilaksanakan dengan sprinkel truck atau pengeringan
sebagai mana kebutuhannya untuk mencapai sesuatu kepadatan yang
maksimal, bila sifat tanah tersebut tidak memungkinkan mencapai CBR
minimum seperti yang disyaratkan di dalam perencanaan, maka material
material yang tidak baik harus dibuang dan diganti dengan yang memenuhi
syarat sampai kedalaman tertentu yang akan ditetapkan dengan pemeriksaan
Perpustakaan Unika
182


CBR. Pembongkaran dan pembuangan material yang tidak sesuai tersebut akan
diperhitungkan sebagai galian biasa dan diatur dalam spesifikasi ini.
5. Subgrade ada galian batu
Bila subgrade terletak pada galian batu, batubatuan tersebut harus digali
sampai pada bentuk yang sesuai, melintang maupun memanjang dan diperiksa
dengan mal datar. Tidak akan diadakan pembayaran pada galian yang lebih
dalam dari yang telah ditentukan dan kontaktor harus membuang semua batu
batuan yang lepas dan menambahkan material berbutir kasar yang dipadatkan
dan dibentuk sedemikian rupa (diperiksa dengan mal datar). Agar
permukaannya sesuai kembali dengan gambar rencana atau petunjuk direksi.
Pada subgrade tersebut tidak diperbolehkan adanya tonjolan batu yang lebih
besar dari 4 cm.
6. Subgrade pada timbunan
Bila subgrade terletak pada timbunan, material yang akan ditempatkan terletak
pada timbuan, material yang akan ditempatkan pada bagian atas timbunan
tersebut sampai kedalaman 30 cm di bawah permukaan subgrade harus
memenuhi syarat kepadatan seperti tersebut diatas. Alat pemadat yang
berukuran tepat, yang disetujui oleh direksi, dapat digunakan untuk pemadatan
dan kadar air harus diatur agar didapat berat (kering) pada seperti yang
disyaratkan pada spesifikasi ini.
Agar diperhatikan untuk hanya menggunakan materialmaterial yang
memenuhi syarat untuk subgrade. Bila materialmaterial yang ada tidak cukup
baik terlanjur digunakan harus dibongkar lagi dan diganti sabagai mana
seharusnya tanpa tambahan pembayaran.
Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan subgrade akan diawasi sepenuhnya
oleh direksi untuk setiap tahapan dari pekerjaan dan bila dipandang perlu
membongkar/ mengganti atau mengulangi kembali pekerjaan tersebut agar
didapat kepadatan seperti yang disyaratkan.
Pekerjaanpekerjaan itu tidak akan dibayarkan secara tersendiri mengenai
macammacam pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi termasuk dalam harga
penawaran untuk pembiayaan yang sesuai.
Perpustakaan Unika
183


7. Perlindungan terhadap pekerjaan yang telah selesai
Tiap bagian pekerjaan subgrade yang telah diselesaikan harus dilindungi agar
tidak mengering, pecahpecah dan atau tanpa kerusakan lain yang disebabkan
karena kurang diperhatikan oleh pihak kontraktor, harus diperbaiki seperti
yang akan diperhatikan oleh direksi tanpa adanya tambahan pembiayaan.
8. Lalu lintas dan perbaikanperbaikan
Kontraktor bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari lewatnya lalu
lintas pada subgrade yang telah selesai dikerjakan, dimana dalam arah tertentu
yang dipandang perlu lalu lintas tersebut dapat dicegah untuk melewatinya asal
telah disediakan jalan lain atau dengan cara pelaksanaan setengah jalan.
Kontraktor harus membatasi volume pekerjaan subgrade sesuai dengan jumlah
alatalat yang ada. Kontraktor harus mengusahakan juga agar pekerjaan
subgrade secepat mungkin disusul dengan pekerjaan subbase atau base, sebab
pekerjaan subgrade yang telah selesai apabila dibiarkan terlalu lama dan tidak
segera ditutup dengan pekerjaanpekerjaan selanjutnya akan mengalami
kerusakankerusakan tersebut sebelum pekerjaan subbase atau base akan
dikerjakan, tanpa tambahan pembiayaan.

4.4.3.3 Pengukuran Hasil Kerja
Jumlah pekerjaan yang diperhitungkan untuk pembayaran pekerjaan ini
ditentukan menurut jumlah luas (meter persegi) dari subgrade yang telah selesai
dikerjakan menurut ketentuanketentuan yang telah disebutkan tadi dan telah
diterima dengan baik oleh direksi.
Subgrade yang terletak pada timbunan tidak akan dibayar secara tersendiri
tetapi termasuk dalam pekerjaan timbunan badan jalan.

4.4.3.4 Dasar Pembayaran
Jumlah pekerjaan seperti yang disebutkan diatas akan dibayar menurut
harga satuan yang tercantum dalam harga penawaran masingmasing untuk tiap
macam sesuai seperti yang akan disebutkan dibawah ini, dimana pembayaran
Perpustakaan Unika
184


tersebut meliputi semua pembiayaan yang perlu atau umumnya diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan sebaikbaiknya, kecuali untuk halhal dibawah ini :
a. Pekerjaan subgrade pada timbunan sudah termasuk dalam mata pembiayan
dan konstruksi timbunan
b. Pemindahan/pembuangan material yang lebih atau tidak memenuhi syarat
untuk pekerjaan subgrade akan dibayarkan dalam mata pembiayaan sesuai
dengan itu pada kontruksi timbunan, atau dianggap galian biasa sebagaimana
menurut kenyataan :
Nomor mata pembiayaa uraian satuan
1. Pekerjaan subgrade pada galian m. kubik
2. Pekerjaan subgrade pada galian batu m. kubik
3. Pekerjaan subgrade pada timbunan m. kubik

4.4.4 Sub Base
4.4.4.1 Uraian
Subbase adalah bagian dari konstruksi perkerasan jalan yang terletak di
antara subgrade dan base. Lebar dan tebalnya seperti tersebut dalam gambar
rencana.

4.4.4.2 Material
Peserta lelang sebelumnya harus menentukan sendiri akan tempat, jumlah
dan keserasian bahan yang ada untuk digunakan sebagai bahan subbase. Harus
juga diperhitungkan biaya sehubungan dengan pengambilan, pengangkutan dan
penyaringan bila perlu yang kesemuanya itu harus juga tercangkup dalam satuan
harga bahan subbase yang diajukan pada harga penawaran.
Kontraktor selambatlambatnya 30 hari sebelum dimulainya pekerjaan
subbase harus sudah mengajukan kepada direksi suatu pernyataan yang
menerangkan tempat asal dan komposisi dari material yang digunakan sebagai
subbase, dimana sifatsifat material tersebut harus memenuhi persyaratan yang
akan disebutkan selanjutnya kepada spesifikasi disesuaikan dengan kebutuhannya
menurut spesifikasi ini.
Perpustakaan Unika
185



a. Pemeriksaan, Testing dan Persetujuan
Sebagai keharusan, sebelum dimulainya pekerjaan penggalian bahan,
kontraktor harus menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium yang diakui
oleh direksi mengenai sifat sifat bahan.
Pengambilan bahan untuk keperluan pemeriksaan, biaya yang perlu untuk
pemeriksaan tersebut akan ditanggung oleh kontraktor. Pengambilan contoh
bahan untuk pemeriksaan dihadiri oleh direksi atau wakil yang ditunjuk
olehnya dimana sebagian dari bahan itu akan disimpan oleh direksi ditempat
pekerjaan sebagai contoh.
Semua sumber material harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari
direksi, tetapi bagaimanapun tidak boleh diartikan secara sempit bahwa bahan
bahan dari sumber tersebut telah mencakup syarat, kecuali bila dikerjakan
menurut petunjuknya.
Agar mutu campuran/bahan tetap dalam batas yang diberikan, kontraktor harus
mempunyai seorang geolog yang berpengalaman dan disetujui oleh direksi.
Geolog tersebut dibawah pengawasan direksi seperti laboratorium lapangan
yang digunakan keperluan tersebut.
Harus diadakan buku harian yang berisi seharihari tentang pemeriksaan yang
dilaksanakan seharihari tentang pemeriksaan dan pengamatan dengan
ketentuan direksi. Semua material yang digunakan harus disetujui oleh direksi.
Bila gradasi atau sifatsifat material tidak sesuai dengan yang disyaratkan,
direksi berhak menolak dan kontraktor harus segera menyingkirkan dari tempat
pekerjaan
b. Penggudangan/Penyimpangan Material
Penyimpanan dan penggudangan material hendaknya sesuai dengan
spesifikasi.
c. Syarat Material
Material yang digunakan harus menuruti persyaratan kelas A, B dan C untuk
subbase seperti yang diterangkan pada gambar rencana atau keterangan direksi.
Perpustakaan Unika
186


Semua material harus bersih dari kotorankotoran, bahanbahan organik dan
bahanbahan yang tidak dikehendaki.
Agregat untuk subbase kelas A terdiri dari batu pecah, kerikil pecah atau
kerikil dengan kualitas seperti yang disebutkan dalam AASHTO M.147
Persyaratan gradasi
ASTM Standard Sieves Prosentase Berat yang Lewat
3
1
1

3
/
8

no. 4
no. 8
n. 30
no. 40
no.200
100
60 90
45 78
40 70
24 56
13 45
6 36
2 22
2 18
0 10
Bila menggunakan kerikil pecah, tidak kurang dari 50 % berat partikel yang
tertinggal pada ayakan no. 4 harus mempunyai paling tidak satu bidang
pecahan.
Kecuali ditentukan lain, prosentase yang lewat ayakan no 200 harus tidak lebih
2/3 dari prosentase yag lewat ayakan no. 40
Subbase kelas B terdiri dari campuran kerikil, pecahan batu yang mempunyai
berat jenis yang seragam denganpasir lanau lempung yang menuruti
persyaratan di bawah ini :
Material
ASTM Standard Sieves Prosentase Berat yang Lewat
2
1
1

3
/
8

no. 4
no. 8
no. 30
no. 40
no.200
100
70 100
55 85
50 85
40 80
30 60
20 60
20 50
10 30
5 15

Perpustakaan Unika
187


Prosentase berat yang lewat untuk mesingmasing ayakan dapat dikoreksi oleh
direksi bila digunakan batu pecah dengan macammacam berat jenis.
a. batas cair (AASHTO T 89) 25 max
b. index plastis (AASHTO T 91) 6 max
c. kadar lempung ( AASHTO T 176) 25 max
d. kehilangan berat dari partikel
yang tertinggal pada ayakan ASTM no. 12 (AASHTO T 96) 40 max
e. kepadatan kering maksimum min. 2,0 g/cu. cm
(AASHTO T 180)

4.4.4.3 Pelaksanaan
1. Pekerjaan Persiapan untuk subgrade
Subgrade akan dibuat, dipersiapkan dan dikerjakan seperti yang disebut diatas,
sebelum subbase ditempatkan. Tebal dari subbase ditentukan oleh gambar
rencana.
2. Pencampuran dan Pembuatan
Kecuali ditentukan lain, bila kontraktor pengerjaan pencampuran material
subbase harus menuruti salah satu cara di bawah ini, dengan bahanbahan
pembantu bila perlu seperti disyaratkan pada gambar rencana
Cara dengan alat pencampuran stasioner
Agregat dan air dicampur didalam suatu mixer jumlah air diatur selama
pencampuran agar mencapai kadar air yang sesuai untuk keperluan pemadatan
yang memenuhi syarat. Setelah proses pencampuran, material diangkut
ketempat pekerjaan, dijaga agar kadar air tetap dalam batasbatas yang
disyaratkan dan dihampar dilapangan untuk segera dipadatkan.
Cara Dengan Alat Pencampuran Yang Berjaan.
Setelah material untuk masingmasing ditempatkan dengan mesin penyebar
(spreader) atau alat lain, kemudian dilakukan pencampuran dengan alat
pencampuran berjalan. Selama itu air bila perlu ditambah agar dicapai kadar air
optimum.
Cara dengan pencampuran setempat (mixed on Place)
Perpustakaan Unika
188


Setelah material untuk masingmasing lapisan ditempatkan, pencampuran
dilakukan dengan motor grader atau alat lain pada kadar air yang dikehendaki.
Subbase material akan dipadatkan memaksimal mungkin dapat dicapai dengan
alatalat yang ada. Tebal lapisan itu umumnya tidak boleh lebih dari dari 20
cm setelah jadi.
Lebih dari satu lapis, tiap lapisan yang terdahulu harus sudah dipadatkan
secukupnya sebelum penempatan lapisan selanjutnya.
Penempatan material akan dimulai dari tempat yang ditunjukan oleh direksi.
Alatalat yang digunakan hendaknya dari tipe yang dapat memberikan hasil
yang unifrom, rata. Penumpukan-penumpukan material tersebut hendaknya
dengan ukuran dan jarak agar bila dilakukan perataan dan pemadatan tercapai
tebal yang mendekati persyaratan gambar rencana.
Bila dilakukan pembongkaran di suatu tempat pada lapisan yang telah selesai
dipadatkan hendaknya dilakukan pada seluruh lebar dan tebal lapisan itu agar
tidak menimbulkan kepadatan yang sama
3. Penebaran Dan Pemadatan
Segera setelah dilakukan penebaran material dan peralatan, tiap lapis segera
dipadatkan pada seluruh lebar jalan dengan mesin gilas (three stell rollers),
mesin gilas roda karet (pneumatic tired rollers), atau alat pemadat lain yang
disetujui oleh direksi untuk dipakai. Penggilasan dilakukan dari tepi menggeser
ketengah, berjalan paralel terus dengan as jalan dan diusahakan berlangsung
terus tanpa berhenti sampai seluruh permukaan selesai digilas.
Bila terjadi pelendutan atau halhal yang tidak wajar pada suatu tempat, harus
segera dilakukan perbaikan dengan cara membongkar tempat tersebut dan
mengganti atau menambahkan material lain dan menggilasnya kembali
sehingga rata dengan permukaan yang dikehendaki.
Pada tepitepi curb, dindingdinding dan pada tempattempat yang tidak dapat
dicapai oleh mesin gilas harus dipadatkan dengan alatalat tangan yang tepat
(tamper, compactor).
Lapisan yang akan dipadatkan tersebut harus digilas dan dipangkas sedemikian
agar permukaan berbentuk sesuai dengan gambar rencana
Perpustakaan Unika
189


Material subbase dipadatkan hingga maksimum yang dipadatkan pada
pemeriksaan AASHTO T.1. method D kepadatan tersebut dicapai pada
kepadatan tebalnya.
Direksi akan melakukan pengukuran pada tempattempat yang dipilihnya
selama pelaksanaan pekerjaan untuk memeriksa tebal jadi yang disyaratkan
pada kepadatan maksimum.
Pembuatan lubanglubang untuk keperluan pengukuran itu dan pengisiannya
kembali dilakukan oleh kontraktor atau wakil yang ditunjuk olehnya.

4.4.4.4 Cara Mengukur Hasil Kerja
Selain pembiayaan untuk membayar ganti rugi, kontraktor harus juga
membiayai halhal yang perlu atau diminta oleh pihak yang bersangkutan atas
pengambilan material untuk subbase tersebut.
Penguasa bangunan dalam keadaan apapun tidak akan dibebani dengan
pembiayaan lain selain yang disebut pada harga kontrak. Jumlah yang akan
dibayar adalah kubik meter dari lapisan subbase yang telah dikerjakan dan
dipadatkan sesuai dengan syarat pada rencana dan petunjuk direksi.

4.4.4.5 Dasar Pembayaran
Jumlah pekerjaan yang diukur dengan cara seperti diatas, akan dibayar
berdasarkan harga satuan kontrak untuk tiap mata pembiayaan yang sesuai dengan
spesifikasinya, dimana harga tersebut mencangkup semua pembiayaan yang perlu,
dan halhal lain yang merupakan keharusan untuk dapat dicapai hasil kerja yang
sebaik baiknya.

4.4.5 Base
4.4.5.1 Uraian
Base adalah bagian dari pekerasan jalan yang terletak diantara subase dan
lapisan penutup. Lebarnya akan ditentukan menurut gambar rencana atau seperti
yang ditentukan oleh direksi.

Perpustakaan Unika
190


4.4.5.2 Syarat Material
Material yang digunakan harus menuruti persyaratan kelas A, B dan C
untuk subbase seperti yang diterangkan pada gambar rencana atau keterangan
direksi. Semua material harus bersih dari kotorankotoran, bahanbahan organik
dan bahanbahan yang tidak dikehendaki.
Kerikil pecah atau batu pecah untuk lapisan base kelas A, B, hendaknya
terdiri dari hasil pemeriksaan pemecahan kerikil atau batu. Bila ditentukan
demikian oleh direksi, maka untuk bahan kerikil sebelumnya harus diayak terlebih
dahulu sehingga agregat hasil dari pemecahan kerikil tersebut tidak kurang dari
80 % beratnya sendiri dari partikel yang mempunyai sekurangkurangnya satu
bidang pecahan
Agregat base coare harus menuruti pesyratan dibawah ini :
a. Kekerasan (toughness ASTM D 3) min 6 %
b. Kehilangan berat dengan max 10 %
percoban sodium sulfat ( AASHTO T 104)
c. Kehilangan berat dengan max 12 %
percobaan magnesium sulfat Soundness (AASHTO T 104)
d. Kehilangan berat akibat Abrasi sesudah 500 putaran ( AASHTO 96) max 40 %
e. Bagianbagian batu yang lunak (ASTM C 235) max 5 %
f. Gumpalangumpalan lengkung ( AASHTO T 112) max 5 %

Agergat base kelas A terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah menurut
persyaratan sebagai berikut :
ASTM Standard Sieves Prosentase berat yang lewat
2
2
1
1

100
90 100
35 70
0 15
0 5

Material campuran untuk bahan kelas A ini harus terdiri dari material alam yang
diayak halus atau pasir yang mempunyai daya ikat cukup dan gumpalan
Perpustakaan Unika
191


gumpalan lempung atau bahan lain yang tidak dikehendaki dan harus menuruti
persyaratan gradasi dibawah ini
ASTM Standard Sieves Prosentase berat yang lewat
3/8
No. 4
No. 100
Index Plastis (AASHTO T 91)
Kadar Lempung (AASHTO T 176)
100
85 100
10 30
max 6
min 3

4.4.5.3 Pelaksanaan
1. Pekerjaan pendahuluan pada permukaan subbase
Bila base harus diletakkan pada lapisan subbase maka permukaan subbase
tersebut harus sudah sempurna dikerjakan, dibentuk sesuai dengan gambar
rencana dan dibersihkan dari segala bentuk kotoran atau bahanbahan yang
dikehendaki
2. Pencampuran dan pengerjaan
Semua cara dan syarat yang disebutkan pada artikel 6.01 @ 2 dan 3 harus
diikuti, kecuali tebal maksimum dimana disyaratkan tidak lebih dari 20 cm
setelah selesai pemadatan
3. Cara Pengukuran Hasil Kerja
Selain dari pembiayaan untuk ganti rugi, kontraktor harus mengatur dan bila
perlu membiayai halhal yang perlu atau dikehendaki oleh pemilik tanah
sehubungan dengan pengambilan material base itu dan dalam hal apapun
penguasa bangunan tidak boleh dibebani dengan pembiayaan lain selain harga
kontrak.
Jumlah yang akan dibayarkan adalah jumlah meter kubik dari lapisan biasa
yang telah dikerjakan dengan mengikuti semua persyaratan yang ada. Volume
yang dihitung akan didasarkan pada ukuran teoritis untuk tebal dan lebarnya
lapisan dan ukuran menurut kenyataan adalah panjangnya. Volume tersebut akan
dihitung sampai tiga angka dibelakang koma (desimal)
Selama pelaksanaan, tebal lapisan harus selalu dengan teliti dikontrol
untuk mendapatkan tebal yang ditentukan, selisih tebal yang ditentukan dengan
Perpustakaan Unika
192


yang telah dipadatkan tidak boleh lebih dari satu sentimeter bila dilakukan
pengukuran tebal dengan menggunakan mal lengkung dan mal datar.

4.4.5.6 Dasar Pembiayaan
Jumlah yang ditentukan secara di atas, akan dibayar menurut harga satuan
yang akan diuraikan di bawah ini yang juga akan tercantum dalam harga
penawaran, dimana harga tersebut harus sudah mencangkup untuk pembiayaan
pembiayaan dan semua pengeluaranpengeluaran yang perlu seperti yang
ditentukan dari spesifikasi ini agar tercapai hasil kerja yang sebaikbaiknya
Nomor mata pembiayaan dan uraian satuan
(1) Base Kelas A m. kubik

4.4.6 Lapisan Aspal Beton (AC ) Dan Lapisan Pondasi Atas (ATB)
4.4.6.1 Uraian
Pekerjaan ini akan mencangkup pengadaan lapisan pondasi yang terdiri
dari agregat dan material aspal yang dicampur di pusat pencampur serta
menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas pondasi yang telah
disiapkan dan sesuai dengan persyaratan ini yang memenuhi bentuk sesuai dalam
gambar dalam hal ketinggian, penampang memanjang dan melintangnya atau
sesuai dengan perintah direksi
Semua campuran dirancang dengan menggunakan prosedur khusus yang
diberikan dalam spesifikasi ini, untuk menjamin bahwa perkiraaan rancangan
yang berkenaan dengan kadar bitumen efektif minimum, rongga udara, stabilitas,
flesibilitas dan ketebalan film aspal benarbenar terpenuhi. Dalam hal ini penting
diingat bahwa metoda konfesional dalam merancang aspal beton, yang dimulai
dari mendapatkan kepadatan agregat maksimum yang paling mungkin, tidak
boleh digunakan karena pendekatan cara ini pada umumnya tidak akan
menghasilkan campuran yang disyaratkan dalam spesifikasi ini.



Perpustakaan Unika
193


4.4.6.2 JenisJenis Campuran Aspal
Jenis campuran aspal dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditentukan
pada gambar rencana atau seperti yang diperintah oleh direksi.
a. Lapisan aspal beton/Laston (AC)
Laston yang direncanakan menurut spesifikasi ini setara dengan laston
(spesifikasi Bina Marga 13/PT/B/1983) dan digunakan untuk jalanjalan
dengan lalu lintas berat, tanjakan pertemuan jalan dan daerahdaerah lainnya
dimana permukaan menanggung beban roda yang berat kadar bitumen
campuran ini lebih tinggi dari umumnya yang digunakan pada daerah yang
beriklim dingin, tetapi untuk menjamin peningkatan keawetan dan ketahanan
kelelahan oleh sebab itu dirancang dengan prosedur khusus yang diberikan
dalam spesifikasi ini.
b. Asphalt Treated Base (ATB)
Asphalt Treated Base (ATB) adalah khusus diformulasi untuk meningkatkan
keawetan dan ketahanan kelelahan penting diketahui bahwa setiap
penyimpangan dari spesifikasi ini, khususnya dalam kadar rencana perkerasan
rendah memungkinkan tidak berlakunya rencana perkerasan proyek dan
memerlukan pelapisan ulang yang lebih tebal.

4.4.6.3 Syarat Material
Agregat Umum
a. Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus dari suatu sifat yang
sedemikian rupa bahwa campuran aspal, yang diproposikan sesuai dengan
rumus campuran kerja, akan mempunyai suatu kekuatan yang tersimpan tidak
kurang daripada 75 % bila diuji untuk kehilangan kohesi yang diakibatkan
dari gerak air sesuai dengan diakibatkan dari gerak air sesuai dengan
AASHTO T.165 77 dan T 245 78.
b. Direksi akan menyetujui semua agregat sebelum digunakan dalam pekerjaan.
Bahanbahan harus ditumpuk sesuai dengan persyaratanpersyaratan.
c. Sebelum memulai pekerjaan maka kontraktor harus menempatkan sekurang
kurangnya 40 % dari seluruh persyaratanpersyaratan agregat pecah untuk
Perpustakaan Unika
194


campurancampuran bitumen. Sesudah itu kontraktor harus memeprtahankan
tumpukantumpukan agregat pecah yang cukup untuk sekurangkurangnya 40
% dari pekerjaan yang tersisa
d. Direksi dapat meyetujui, atau mengarahkan penggunaan agregatagregat yang
tidak memenuhi persyaratanpersyaratan gradasi partikel dengan ketentuan
bahwa campurancampuran aspal yang diproduksi yang memenuhi sifatsifat
campuran
e. Setiap agregat akan dimasukkan kedalam instalasi pencampur melalui cold
feed bi yang terpisah. Pra pencampuran agregatagregat yang berlainan jenis
atau berlainan sumber tidak diijinkan.

Agregat Kasar
a. Agregat kasar secara umum harus sesuai dengan persyaratanpersyaratan
gradasi dibawah dan harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah atau suatu
campuran yang sesuai dari bahanbahan macam itu dengan kerikil ilmiah
yang bersih :
Ukuran
Mm
Saringan
(ASTM)
Saringan
Campuran Normal
Prosen Berat yang
Lolos
20
12,7
9,5
4,75
0,075


3/8
No. 4
No. 200
100
20 100
0 55
0 10
0 - 1
100
95 100
50 100
0 50
0 5

b. Agregat kasar harus terdiri dari bahan yang bersih, kuat, awet dan bebas dari
kotoran atau unsur lain yang tidak dikehendaki dan harus mempunyai suatu
prosentase keausan tidak lebih daripada 40 % pada 500 putaran sebagaimana
ditentukan oleh AASHTO T 96
c. Jika diperlukan pada lima putaran dari sodium soundness test sesuai dengan
AASHTO T104, maka agregat kasar harus mempunyai suatu kehilangan berat
tidak lebih daripada 12 %
Perpustakaan Unika
195


d. Bila diperlukan pada pengujianpengujian pelapisan dan pengelupasan, sesuai
dengan AASHTO T 182, maka agregat tersebut harus mempunyai suatu areal
yang terlapisi tidak kurang daripada 95%

Agergat Halus
a. Agregat halus, termasuk setiap bahan pengisi mineral yang dapat
ditambahkan, harus sesuai dengan persyaratanpersyaratan gradasi dibawah
dan harus terdiri dari satu atau lebih pasir alam atau batu pecah atau
kombinasi hasil saringan batu pecah (abu mesin pemecah) biasanya akan
diperlukan untuk menghasilkan suatu campuran yang ekonomis memenuhi
sifatsifat campuran ditetapkan seperti dibawah ini :
Ukuran
(mm)
Saringan
(STM)
Jenis
Campura
n
AC dan ATB
9,5
4,75
2,36
600 micron
75 micron
3/8
No. 4
No. 8
No. 30
No. 200
100
90 100
80 100
25 100
3 11

b. Agregat halus harus terdiri dari partikelaprtikel yang bersih, kuat, bebas dari
gumpalangumpalan atau bolabola tanah liat, atau dari bahanbahan lainnya
yang tidak dikehendaki. Hasil saringan batu harus diproduksi dari batu yang
memenuhi persyaratanpersyaratan kualitas untuk agregat kasar yang seperti
diberikan diatas.

Bahan Pengisi (AASHTO M 17)
a. Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu kapur, abu dolomite, semua portland,
atau unsur mineral non plastis lainnya dari sumbersumber yang disetujui oleh
Engineer. Bahan pengisi harus bebas dari bahan asing atau lainnya
b. Bahan pengisi harus kering dan bebas dari gumpalangumpalan dan bila diuji
dengan penyaringan basah dan berisi tidak kurang daripada 75 % berat
Perpustakaan Unika
196


partikelaprtikel yang lolos dari suatu saringan 75 mikron ( dan lebih disukai
tidak kurang dari 85 % )
c. Kapur (kapur tohor, kapur sirih) dapat digunakan sebagai pengisi dan ini
dapat digunakan sebagai suatu bahan pengisi dan ini dapat memperbaiki daya
tahan campuran, menambah pelapisan partikelaprtikel agregat dan membantu
mencegah pengelupasan. Tetapi disebabkan berbagai variasi kualitas dari
banyak sumber kapur dan suatu kecenderungan kapur untuk membentuk
gumpalangumpalan, maka masalahmasalah ini dapat timbul selama
penakaran. Sebagai tambahan pengembangan kapur karena hidrasi dapat
menyebabkan keretakan dari campuran tersebut bila kadar kapurnya terlalu
tinggi. Oleh karena itu jika kapur digunakan maka proporsi maksimum yang
diperkenankan harus 1,0 % dari berat jumlah campuran aspal total
d. Campuran yang diajukan dengan menggunakan bahan pengisi harus
mempunyai suatu indeks kekuatan minimum yang tersisa 75 % bila diuji
dengan AASHTO 165 77 dan T 245 78.

Bahan Bitumen
Bahan bitumen harus sesuai dengan persyaratanpersyaratan dari AASHTO
M 226 78 tabel 2, yang mempuyai suatu kehilangan maksimum pada pemanasan
1,0 % dan suatu penetrasi minimum pada residu 50 % dari nilainya sebelum
pemanasan

Bahan Tambahan
Suatu unsur perekat dan anti pengelupasan harus ditambahkan pada bahan
bahan bitumen sebagaimana diarahkan atau disetujui oleh direksi. Prosentase yang
diperlukan dari bahan tambahan harus dicampuran secara menyeluruh dengan
bahan bitumen sesuai denmgan instruksi pabrik dan selama waktu yang
diperluaskan untuk menghasilkan suatu campuran yang homogen.



Perpustakaan Unika
197


4.4.6.4 Sumber Penyediaan
a. Direksi harus menyetujui sumbersumber penyediaan agregat dan bahan
pengisi mineral sebelum pengiriman bahan tersebut. Contohcontoh dari
masingmasing harus diajukan sebagaimana diarahkan.
b. Dalam memilih sumbersumber agregat, kontraktor harus memperhitungkan
bitumen yang dapat hilang oleh absorbsi kedalam agergat, dan menjamin
bahwa agregat paling sedikit dari yang tersebia secara lokal adalah yang
digunakan. Variasivariasi dalam kadar bitumen yang berasal dari perbedaan
derajat absorbsi bitumen oleh agregat, dalam hal manapun tidak akan
dipandang sebagai dasar untuk merundingkan kembali harga satuan pelapisan
aspal permukaan.
c. Kontraktor harus mengajukan untuk persetujuan suatu contoh bahan bitumen
yang ia usulkan untuk digunakan dalam pekerjaan, bersamasama dengan
suatu pernyataan mengenai sumber dan sifatsifatnya. Persetujuan harus
diperoleh secara tertulis sebelum setiap bahan bitumen yang diwakili oleh
contoh yang diajukan akan digunakan oleh kontraktor, kecuali direksi
memberikan persetujuan harus diajukan akan diwakili oleh contoh yang
diajukan akan digunakan oleh kontraktor, kecuali direksi memberikan
persetujuannya secara tertulis untuk menggunakan bahan alternatif. Dalam hal
terakhir bahan yang digunakan harus sesuai dalam semua segi dengan
persyaratan persyaratan di dalam ini. Pencampuran bahanbahan bitumen
dari berbagai kilang minyak (refineries) tidak akan dieprkenankan.

4.4.6.5 Campuran
1. Komposisi Umum Campuran
Perpustakaan Unika
198


Pada dasarnya campuran bitumen akan terdiri dari agregat mineral kasar,
agregat mineral halus dan bahan bitumen. Dalam beberapa hal, penambahan
dari suatu bahan pengisi mineral mungkin diperlukan untuk menjamin bahwa
sifatsifat campuran bitumen memenuhi persyaratanpersyaratan dalam artikel
diatas. Pada umumnya jumlah bahan pengisian mineral yang digunakan dalam
campuran harus serendah mungkin dan praktis
2. Kadar Bitumen
Kadar bitumen campuran harus ditetapkan sedemikian rupa hingga kadar
bitumen efektif (yaitu setelah kehilangan oleh absorbsi agregat) tidak akan
kurang daripada nilai minimum yang ditetapkan. Prosentase bitumen
sebenarnya akan ditambahkan pada campuran tersebut harus ditetapkan oleh
direksi waktu ia menyusun campuran kerja dan akan tergantung pada daya
absorbsi agregat yang digunakan. Nilai yang ditetapkan demikian tersebut
harus didasarkan pada data pengujian yang diberikan kontraktor.
3. Proporsi Komponen Agregat
a. Komponenkomponen campuran agregat harus ditetapkan berkenaan dengan
fraksi fraksi rencana yang diperlukan, yang dirumuskan sebagai berikut :
Fraksi Agregat Kasar : Prosentase jumlah campuran berdasarkan berat
terdiri dari bahan yang tertahan pada saringan
2,36 mm
Fraksi Agregat Halus : Prosentase jumlah campuran berdasarkan berat
campuran yang terdiri dari bahan yang lolos
dari saringan 2,36 mm tetapi tertahan pada
saringan 75 mikron
Fraksi Bahan pengisi : Prosentase jumlah campuran berdasarkan berat
yang terdiri dari bahan yang lolos dari saringan
75 mikron
b. Harus dicatat bahwa fraksifraksi rencanan ini pada umunya tidak akan
sama sebagaimana proporsiproposi panakaran yang diperlukan dari agregat
kasar, pasir dan bahan pengisi yang ditambahkan. Dalam penentuan
campuran yang ditambahkan. Dalam penentuan campuran yang tepat dari
Perpustakaan Unika
199


berbagai agregat dan bahan pengsisi yang tersedia untuk menghasilkan
fraksifraksi rencana yang diisyaratkan maka gradasi dari setiap agregat
dan bahan pengisi yang tersedia harus ditentukan oleh penyaringan basah
untuk menjamin suatu ukuran yang akurat dari bahan yang lolos dari
saringan 2,36 mm dan 75 mikron
c. Fraksifraksi rencana campuran harus terletak di dalam batas komposisi
umum yang diberikan dalam, tabel dibawah ini. tetapi direksi dapat
menyetujui atau mengarahkan penggunaan campuran diamana batasbatas
ini dilewati asal sifatsifat campuran yang ditetapkan dalam artikel dibawah
ini dapat dipenuhi :
KOMPONEN
CAMPURAN
PROSENTASE BERAT TOTAL
CAMPURAN ASPAL
AC ATB
Fraksi agregat kasar
(CA)
(> saringan no. 8)
Fraksi agregat halus
(FA)
( no. 8 s/d no. 200)
Fraksi filler
30-50

39 59

4,5 7,5
40 60

26
49,5

4,5
7,5

4.4.6.6 Penyesuaian Proporsi Campuran Dengan Campuran Percobaan
a. Kontraktor harus memperagakan kesesuaian semua agregat yang diusulkan
dan proporsiproporsi komponen campuran dan pengujian campuran
campuran percobaan dalam laboratorium dan juga dengan pengujian
campurancampuran percobaan yang dibuat dalam instalasi pencampuran
segera sebelum penghamparan campuran tersebut
b. Pengujianpengujian yang diperlukan akan meliputi gradasi, berat jenis dan
absorbsi air pada agregatagregat halus dan kasar yang akan digunakan,
maupun pengujianpengujian sifat agregat lainnya yang mungkin diperlukan
oleh direksi. Pengujianpengujian pada campuran bitumen. Pengujian
pengujian pada bitumen percobaan akan termasuk penentuan berat jenis
maksimum (AASHTO T 209 74) dan Pengujian Marshall (AASHTO T245 )
Perpustakaan Unika
200


c. Jika mungkin, maka campurancampuran percobaan akan dibuat seperti yang
berlaku dalam instalasi pencampuran segera sebelum penakaran. Untuk
instalasi penakar berat, contohcontoh agregat harus diambil dari instalasi hot
bins, sementara untuk instalasi pengumpan kontinyu (contious feed plants)
contohcontoh harus diambil dari coldfeed hoppers. Untuk campuran
campuran percobaan yang dibuat pada suatu tahapan yang lebih awal, yang
menggunakan agregat yang diambil contohnya dari tumpukantumpukan,
setiap rumus campuran kerja yang ditentukan harus dipertimbangkan secara
baik sampai dikonfirmasikan, atau disesuaikan sebagaimana diperlukan agar
sesuai dengan menggunakan gradasi dan sifatsifat agregat yang dapat
digunakan pada waktu pencampuran dalam instalasi
d. Pengujian campuran percobaan laboratorium harus dilaksanakan dalam tiga
langkah dasar, sebagai berikut :
i. Seksi suatu resep campuran nominal yang akan digunakan sebagai suatu
data referensi untuk campuran percobaan
ii. Pelaksanaan campurancampuran percobaan untuk memilih suatu resep
campuran yang optimum
iii. Konfirmasi campuran optimum dengan pengujian, dengan penyesuaian
dari resep campuran yang dipilih bila diperlukan
e. Sebelum percobaanpercobaan laboratorium dimulai, maka suatu resep
campuran nominal yang sesuai dengan bahanbahan campuran yang diusulkan
harus diperkirakan atas dasar pertimbangan rencana campuran teoritis,
proporsi campuran agregat nominal, kadar bitumen dan kadar bahan pengisi
yang ditentukan demikian kemudian harus digunakan sebagai titik permulaan
dan data referensi untuk variasivariasi campuran yang diperiksa dalam
percobaanpercobaan laboratorium. Jika diperkirakan secara akurat, maka ini
akan menyederhanakan dan meningkatkan ketepatan dari proses pengujian
cobacoba yang diperlukan dalam laboratorium. Prosedur yang akan
digunakan untuk perkiraan suatu resep campuran nominal yang sesuai adalah
sebagai berikut :
Perpustakaan Unika
201


i. Proposi penakaran campuran nominal akan ditetapkan dengan
memperhatikan bentuk kurvakurva gradasi untuk agregatagregat yang
sesuai secara cukup baik dengan batasbatas gradasi yang ditetapkan
ii. Kadar bahan pengisi nominal yang ditambahkan. Untuk mendapatkan
ketebalan lapisan tipis bitumen dan daya tahan campuran yang maksimal,
ukuran bahan pengisi dalam campuran halus dikurangi. Sesuai dengan itu,
kadar bahan pengisi nominal yang ditambahkan harus nol kecuali kriteria
batas yang lebih rendah dalam campuran nominal.
iii. Kadar bitumen nominal. Nilainilai laboratoris dari absorbsi air untuk
agregatagregat yang diusulkan harus digunakan untuk memperoleh suatu
perkiraan jumlah bitumen yang mungkin diabsorbsi oleh agregatagregat
kombinasi dalam campuran nominal. Bitumen yang diabsorbsi yang
dihitung demikian harus ditambahkan pada kadar bitumen efektif
minimum.

4.4.6.7 Pembuatan Dan Produksi Campuran
1. Kemajuan pekerjaan
Tidak ada penakaran campuran boleh dilaksanakan bila tidak tersedia peralatan
pengangkut, penghampar, finishing, atau tenaga kerja yang cukup untuk
menjamin suatu tingkat kemajuan pekerjaan tidak kurang daripada 60 % dari
kapasitas instalasi pencampur.
2. Persipan bahan bitumen
Bahan bitumen harus dipanaskan sampai suatu temperatur antara 140 C
160C dalam suatu tangki yang dirancang sedemikian rupa untuk menghindari
pemanasan setempat yang berlebihan dan menyediakan suatu persediaan bahan
bitumen yang terus menerus ke alat pencampuran dengan temperatur merata
sepanjang waktu
3. Persiapan agregat mineral
a. agregatagregat mineral untuk campuran harus dikeringkan dan dipanaskan
pada instalasi aspal sebelum dimasukkan kedalam alat pencampuran. Nyala
api yang digunakan untuk pengeringan dan pemanasan harus disesuaikan
Perpustakaan Unika
202


dengan selayaknya untuk menghindari kerusakan pada agregat dan untuk
menghindari kemungkinan terbentuknya suatu lapisan jelaga pada agregat.
b. Agregat segera setelah pemanasan harus disaring menjadi dua fraksi dan
diangkut ke dalam penampung yang terpisah siap untuk penakaran dan
pencampuran dengan bahan bitumen.
c. Waktu dicampur dengan bahan bitumen, agregat harus kering dan pada
suatu temperatur yang berada dalam batas antara yang ditetapkan untuk
bahan bitumen, tetapi tidak lebih dari 140 C diatas temperatur bahan
bitumen yang bersangkutan.
d. Bahan pengisi tambahan, bila diperlukan untuk memenuhi persyaratan-
persyaratan gradasi, dapat diproporsikan secara terpisah dari sebuah corong
curah kecil yang dipasang langsung diatas pencampur, atau diproposikan
dan dicampur dengan agregat halus lain atau dimasukkan kedalam elevator
panas atau dingin. Penaburan bahan pengisi diatas tumpukan agregat atau
menumpahkannya kedalam corong curah pada instalasi pemecah batu tidak
diperkenankan
4. Pengangkutan dan pengiriman ke lokasi pekerjaan
a. Campuran harus dikirim ke mesin menghampar pada suatu temperatur
dalam batasbatas mutlak.
b. Setiap kendaraan harus ditimbang setelah setiap pemuatan dari alat
pencampuran dan suatu catatan harus dibauat untuk berat bruto dan berat
netto dari setiap muatan. Muatanmuatan harus dikirim cukup untuk
memungkinkan penghamparan dan pemadatan campuran yang bersangkutan
dapat diselesaikan pada waktu hari masih terang, kecuali direksi
memberikan persetujuannya untuk bekerja malam hari dan penerangan yang
cukup disediakan.





Perpustakaan Unika
203


4.4.6.8 Penghamparan Campuran
1. Persiapan permukaan yang akan dilapisi
a. segera sebelum penempatan campuran bitumen permukaan yang ada harus
dibersihkan sari bahan lepas atau yang mengganggu dengan sebuah mesin
penyapu.
b. Bila pada permukaan yang akan ditutup terdapat ketidakrataan setempat,
pecah, menunjukkan ketidakstabilan, atau mengandung bahan pelapisan
lama yang telah berubah bentuk secara berlebihan atau tidak terikat secara
layak pada perkerasan yang ada dibawahnya, maka daerah yang rusak
tersebut harus dipapas (bladed) atau diiris rapi kembali (trimmed back).
2. Batang perata tepi (side screed)
Pada jalanjalan tanpa kerb dan jika diperintahkan oleh direksi, kayu atau
acuan lainnya harus dipasang pada garis dan elevasi disyaratkan pada tepi
daerah di atas mana pelapisan aspal permukaan akan ditempatkan.
3. Penghamparan dan penyelesaian
a. Sebelum operasioperasi penghamparan dimulai maka batangbatang perata
mesin penghampar dan dicetak menurut kelandaian, ketinggian, dan bentuk
penamp[ang melintang yang diminta, baik meliputi seluruh lebar jalur
kendaraan atau meliputi sebagian lebar jalur sebagaimana dapat dikerjakan
dengan mesinmesin penghampar yang digunakan
b. Mesin pengahampar harus dioperasikan pada suatu kecepatan yang tidak
menimbulkan retakretak, koyakan atau segala bentuk ketidak rataan
lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus mengikuti apa
yang disetujui oleh direksi
c. Bila terjadi suatu pemisahan/segregasi, koyakan atau alur pada permukaan,
maka mesin penghampar harus dihentikan sampai penyebabnya telah
ditentukan dan diperbaiki. Bagianbagian permukaan yang memiliki bahan
kasar atau yang segregasi dapat diperbaiki dengan penghamparan bahan
bahan halus dan penggarukan secara halus. Penggarukan harus dihindarkan
sejauh mungkin/ Partikelpartikel kasar tidak boleh dihampar diatas
permukaaan yang telah rata
Perpustakaan Unika
204


d. Perhatian harus diberikan untuk mencegah campuran menggumpal dan
mendingin pada isiisi corongtuang (hopper) atau ditempat lain dari mesin
penghampar. Bila pada suatu waktu jalan harus dilapisi setengah lebar,
maka jarak pelapisan setengah lebar yang pertama harus diperpanjang
melampaui setengah lebar kedua sebagaimana diarahkan oleh direksi.

4.4.6.9 Pemadatan
1. Segera setelah campuran dihampar dan dicetak permukaan harus diperiksa dan
setiap ketidakrataan harus disesuaikan. Temperatur campuran yang
dihamparkan dalam keadaan lepas harus dimonitor dan penggilasan harus
dilakukan dalam batasbatas viskositas bitumen
2. Penggilasan campuran harus terdiri dari tiga operasi pelaksanaan yang
terpisah sebagai berikut :

1. Penggilasan awal 0 - 10 menit
2. Penggilasan sekunder/lanjutan 10 - 20 menit
3. Penggilasan akhir 20 - 45 menit

3. Penggilasan awal dan penggilasan akhir atau penyelesaian seluruhnya harus
dilaksanakan dengan mesin gilas beroda baja. Penggilasan sekunder atau
lanjutan harus dikerjakan dengan mesin gilas untuk penggilasan awal harus
beroperasi dengan roda depan (drive roll) sedekat mungkin dengan mesin
penghampar.
4. Penggilasan sekunder atau lanjutan harus dilaksanakan secepat dan sepraktis
mungkin setelah penggilasan awal dan harus dikerjakan sementara campuran
masih pada suatu temperatur yang akan menghasilkan suatu pemadatan yang
maksimum, penggilasan akhir harus dikerjakan sementara bahan yang
bersangkutan masih berada dalam suatu kondisi yang cukup dekat dikerjakan
sehingga semua bekas jejak roda mesin gilas dapat dihilangkan.
5. Kecepatan mesin penggilas tidak boleh lebih dari 4 km/jam untuk mesin gilas
beroda baja dan 6 km/jam untuk mesin gilas yang menggunakan ban
Perpustakaan Unika
205


bertekanan angin. Setiap saat mesin gilas tersebut harus cukup lambat untuk
menghindari terjadinya perpindahan (displacement) campuran panas. Jalur
penggilasan tidak boleh diubah dengan tibatiba begitu pula arah penggilasan
tidak diputar balik dengan tibatiba.

4.4.6.10 Pengukuran Dan Pembayaran
1. Pengukuran
a. Kuantitas pelapisan aspal permukaan yang diukur untuk pembayaran
merupakan jumlah meter persegi yang telah dihampar dan diterima, dihitung
sebagai perkalian panjang bagian yang bersangkutan dan lebar yang
diterima.
b. Kuantitas yang diterima untuk pengukuran tidak boleh meliputi daerah -
daerah dimana pelapisan aspal permukaan lebih tipis daripada ketebalan
yang disyaratkan atau setiap bagian yang mengelupas, membelah, sepanjang
tepitepi perkerasan
c. Ketebalan dari pelapisan aspal permukaan yang diukur untuk pembayaran
dalam segala hal harus merupakan ketebalan nominal rencana yang
diperlihatkan dalam gambar rencana. Dalam hal ini direksi telah menyetujui
atau menerima suatu pelapisan yang lebih tipis yang cukup layak dari segi
teknis, maka pembayaran untuk pelapisan aspal permukaan akan diadakan
menggunakan suatu harga satuan yang diubah yaitu sama dengan :


Tidak ada penyesuaian harga satuan akan diadakan untuk ketebalan yang
diterima yang melebihi ketebalan nominal rencana yang diperlihatkan dalam
gambar rencana, kecuali penambahan khusus diarahkan atau disetujui oleh
direksi secara tertulis sebelum pelapisan aspal permukaan dihampar.
d. Lebar daerahdaerah pelapisan aspal permukaan yang diukur harus
sebagaimana yang diperlihatkan dalam gambar rencana atau sebagaimana
disetujui direksi dan harus ditentukan dengan meteran survei yang
dilaksanakan oleh kontraktor dibawah pengawasan direksi. Pengukuran
rencana nominal ketebalan
diterima yang nominal ketebalan
penawaran satuan harga
Perpustakaan Unika
206


pengukuran harus diambil tegak lurus terhadap garis sumbu jalan dan harus
tidak memperhitungkan setiap bahanbahan yang tipis atau bahan yang
tidak memuaskan lainnya sepanjang tepitepi pelapisan aspal pemukaan
yang dihampar. Jarak membujur nilai pengukuran adalah sebagaimana
diarahkan oleh direksi tetapi harus berjarak beraturan dan paling sedikit
suatu pengukuran untuk setiap 20 meter. Lebar yang akan digunakan dalam
menghitung luas daerah untuk pembayaran untuk suatu bagian perkerasan
yang diukur harus merupakan ratarata hasil pengukuran lebar yang telah
diambil dan disetujui
e. Panjang pelapisan aspal permukaan yang digunakan dalam pelapisan ulang
perkerasan jalan harus diukur sepanjang garis sumbu jalan, dengan
menggunakan prosedurprosedur teknik pengukuran standar.
f. Kadar bitumen ratarata dari campuran kerja sebagaimana diperoleh dari
pengujianpengujian ekstraksi laboratoris yang ditetapkan dalam artikel
diatas, harus sama dengan atau lebih besar daripada kadar bitumen yang
ditetapkan dalam rumus campuran kerja dari direksi untuk semua pelapisan
aspal permukaan dengan kadar bitumen ratarata yang diukur dengan kadar
bitumen ratarata yang diukur kurang daripada nilai yang ditetapkan maka
pembayaran untuk pelapisan aspal permukaan akan diadakan menggunakan
suatu harga satuan .
2. Pembayaran
Kuantitas yang ditentukan sebagaimana diberikan diatas, dibayar menurut
harga penawaran per satuan pengukuran untuk jenisjenis pembayaran yang
diberikan di bawah ini dan tercantum dalam daftar penawaran , hargaharga
dan pembayaran mana merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan,
pembuatan, pencampuran dan penempatan semua bahanbahan, termasuk
semua tenaga kerja, peralatan, pengujianpengujian, alatalat dan ongkos
ongkos tambahan yang diperlukan dan biasa untuk penyelesaian dengan
layak pekerjaan yang ditetapkan dalam pasal ini


Perpustakaan Unika
207


Nomor Uraian Satuan
1 Aspal beton meter kubik
2. ATB meter kubik


4.5 Pengendalian Bahan
4.5.2 Uraian Umum
Untuk memperoleh hasil konstruksi yang dapat dipertanggung jawabkan
maka mutu bahan untuk konstruksi harus sesuai dengan standar kualitas yang
ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian mutu dengan jalan pengujian-pengujian
yang teliti dapat digunakan sebagai parameter yang menunjukkan kualitas suatu
pekerjaan.

4.5.3 Pengujian Kekentalan Adukan Beton
Pengujian kekentalan adukan beton (slump test) ini digunakan untuk
mengetahui kekentalan beton (viskositas) sebelum dituangkan ke dalam areal
pengecoran. Apabila beton terlalu kental maka pada saat penuangan ke areal
pengecoran sulit dan akan terjadi sarangsarang kerikil. Sedangkan apabila terlalu
encer, beton akan mudah dituangkan ke areal pengecoran, tetapi kuat tekannya
endah karena akan memperbesar kemungkinan terjadinya bleeding atau keluarnya
air semen dari beton meupun segregasi (pemisah butir).
Nilai slump untuk adukan beton yang baik adalah sebesar 10 2 (8
sampai 12 cm). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan kerucut Abrams.
Kerucut Abrams merupakan kerucut terpancung dan terbuat dari baja dengan
ukuran tinggi 30 cm, diameter atas 10 cm, dan diameter bawah 20 cm. Langkah-
langkah pengujian slump adalah sebagai berikut :
1. sample diambil langsung dari truck mixer dengan menggunakan ember
yang tidak menyerap air,
2. sebelum diisi dengan sample, permukaan kerucut dibersihkan dan dibasahi
dengan air dan diletakkan di atas plat baja,
Perpustakaan Unika
208


3. sample dimasukkan ke dalam kerucut dalam tiga tahap, tiap tahap setinggi
10 cm dan tiap tahap ditusuktusuk dengan besi tulangan sebanyak 10 kali,
4. setelah lapisan paling atas selesai dan diratakan, slump didiamkan selama
30 detik, kemudian kerucut diangkat dengan hatihati, sehingga sample di
dalam kerucut akan mengalami penurunan pada puncaknya,
5. penurunan puncak sample segera diukur. Penurunan ini disebut niali slump
yang merupakan ukuran kekentalan adukan beton tersebut. Makin besar
nilai slump, berarti makin encer. Demikan juga sebaliknya, makin kecil
nilai slump maka adukan beton semakin kental.

4.5.4 Pengujian Kuat Tekan Beton (Compression Test)
Compression test adalah pengujian terhadap kuat tekan beton dengan cara
pengmbilan contoh adukan. Kemudian dibuat benda uji silinder atau kubus
dengan beberapa adukan yang dibuat sehingga mencerminkan variasi mutu beton
atau kuat tekan beton karakteristik yang disyaratkan selama proses pembuatan
beton berlangsung.
Yang dimaksud dengan kuat tekan beton karakteristik yang disyaratkan
adalah kekuatan tekan dimana dari sejumlah hasil pemeriksaan benda uji,
kemungkinan adanya kekuatan yang kurang dari itu sebatas 5 % saja. Dengan
demikian adukan yang diambil sebagai sample harus dapat mewakili adukan
beton yang digunakan.
Pada proyek jembatan ini pengujian kuat tekan beton menggunakan
contoh benda uji dari kubus beton ukuran 15 x 15 x 15 cm. Benda uji ini diperoleh
dengan mengambil adukan beton tiap truck mixer yang datang pada saat akan
dimulai pengecoran. Langkahlangkah pembuatan benda uji adalah sebagai
berikut :
1. pada cetakan dioleskan minyak terlebih dahulu agar nantinya beton tidak
melekat pada cetakan sehingga mempermudah pelepasan beton dari cetakan,
2. cetakan diisi dengan adukan beton, pengisian terbagi dalam tiga lapisan dan
tiap lapisan ditusuktusuk hingga padat.
Perpustakaan Unika
209


Untuk mendapatkan nilai kuat tekan beton karakteristik (
bk
), maka suatu mutu
beton tertentu dibuat minimal 15 benda uji. Untuk selanjutnya benda uji tersebut
diperiksa dengan compression mechine test. Hasil pemeriksaan dengan sejumlah
besar benda uji tersebut, nilainya akan menyebar sekitar satu nilai ratarata nilai
tertentu. Penyebaran dari hasilhasil pemeriksaan ini akan besar atau kecilnya
tergantung pada tingkat kesempurnaan dari pelaksanaannya. Ukuran besar
kecilnya penyebaran dari nilainilai hasil pemeriksaan adalah deviasi standar
(
sd
). Makin baik mutu pelaksanaannya makin kecil deviasi standarnya.
Suatu mutu beton dinyatakan memenuhi syarat apabila dari hasil pemeriksaan
kuat tekan beton karakteristik melebihi mutu beton yang ditentukan. Misalnya
mutu beton K225 dikatakan memenuhi syarat apabila pemeriksaan kuat tekan
beton karakteristik menunjukkan hasil lebih dari 225
kg
/
cm
2
.
Tindakantindakan yang diambil apabila hasil pemeriksaan benda uji
menunjukkan mutu beton yang tidak memenuhi syarat adalah :
1. apabila dari hasil pemeriksaan bendabenda uji ternyata kekuatan tekan beton
karakteristik yang disyaratkan tidak tercapai, maka apabila pengecoran beton
belum selesai, pengecoran harus segera dihentikan dan dalam waktu singkat
harus diadakan percobaan nondestruktif pada bagian konstruksi yang
kekuatan betonnya meragukan itu, untuk pemeriksaan kekuatan beton yang
benarbenar terjadi. Untuk itu, dapat dilakukan pengujian mutu dengan palu
beton atau dapat diperiksa bendabenda uji yang diambil (dibor). Apabila dari
percobaanpercobaan ini diperoleh suatu nilai kekuatan tekan beton
karakteristik yang minimal adalah ekivalen 80 % dari nilai kekuatan tekan
beton karakteristik yang disyaratkan untuk bagian konstruksi itu, maka bagian
konstruksi tersebut dapat dianggap memenuhi syarat,
2. apabila dari percobaan suatu nilai kekuatan beton karakteristik yang minimal
80 % dari nilai kekuatan beton karakteristik yang disyaratkan maka bagian
konstruksi tersebut dapat dianggap memenuhi syarat dan pengecoran beton
yang dihentikan dapat dilanjutkan kembali,
3. apabila dari hasil percobaanpercobaan nondestruktif diperoleh suatu nilai
kekuatan tekan beton karakteristik yang tidak memenuhi syarat pada ayat 1
Perpustakaan Unika
210


dan 2, maka bagian konstruksi yang bersangkutan hanya dapat dipertahankan
dan pengecoran beton yang dihentikan dapat dilanjutkan kembali. Apabila
kekuatan tekan beton yang sesungguhnya menurut hasil percobaan non-
destruktif benarbenar dapat dipenuhi dengan salah satu atau kedua tindakan
berikut dengan memperhatikan :
a. mengadakan perubahanperubahan pada rencana semula sehingga
pengaruh beban pada bagian konstruksi tersebut dapat dikurangi,
b. mengadakan penguatanpenguatan pada konstruksi semula yang dapat
dipertanggungjawabkan, apabila kedua tindakan di atas tidak dapat
dilaksanakan, maka dengan perintah dari Pengawas Ahli, pelaksana harus
segera membongkar beton dari konstruksi tersebut.

4.5.5 Pengendalian Proporsi Campuran / Adukan
Campuran untuk adukan beton menggunakan acuan dari job mix formula.
Acuan ini disusun untuk mengetahui rancangan campuran beton guna
mendapatkan mutu beton yang direncanakan.

4.5.6 Perawatan Beton
Maksud dan tujuan perawatan beton adalah sebagai berikut :
a. agar beton mencapai kekuatan yang diharapkan sesuai dengan syaratsyarat
yang ditentukan,
b. mencegah terjadinya retakretak pada permukaan beton, karena terlalu cepat
berlangsungnya penguapan air pada saat beton masih muda,
c. agar kekuatan beton bertambah selama dilakukan perawatan dengan selalu
memberikan air pada permukaan beton yang baru.
Sedangkan cara perawatan beton yang biasa dan bisa dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. tetap membiarkan beton tersebut dalam tertahan, sampai dengan waktu yang
ditetapkan / tentukan,
b. menggunakan pembahasan dengan air atau membasahi permukaan beton
dengan air,
Perpustakaan Unika
211


c. menggunakan penutup yang kedap air seperti kertas waterproof atau plastik,
dengan keuntungan adalah bahan penutup ini adalah ringan dan mudah
penggunaannya, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelembaban beton,
d. berusaha menahan penguapan, dengan cara menutup permukaan beton dengan
karung goni basah.

4.5.7 Penggunaan Vibrator
Halhal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan beton vibrator adalah :
a. tongkat penggetar harus dimasukkan dalam penggunaan beton secara vertikal
atau kemiringan 45
o
,
b. tongkat penggetar tidak boleh digerakkan horisontal karena apabila hal
tersebut terjadi akan dapat memisahkan bahanbahan campuran,
c. tongkat penggetar tidak boleh mengenai cetakan / bekisting atau mengenai
beton yang sudah mengeras, paling dekat 5 cm dari beton yang sudah
mengeras serta tulangannya dihindari dari tongkat penggetar,
d. tongkat penggetar tidak boleh digetarkan sepanjang tongkat penggetar, pada
umumnya mempunyai panjang 30 50 cm. Sehingga untuk pengecoran pada
bagian tebal dilakukan secara bertahap lapis demi lapis,
e. tongkat penggetar dapat ditarik dari adukan atau bagian yang digeatarkan
apabila adukan sudah nampak mengkilap pada sekitar penggetar, dimana air
sudah memisahkan diri dari agregat. Penarikan tongkat penggetar dilakukan
secara perlahanlahan supaya bekas dari penggetaran dapat terisi agregat lagi,
f. jarak dalam melakukan penggetaran harus diatur sedemikian rupa sehingga
rata keseluruh bagian.

4.5.8 Pengujian Sand Cone
Pengujian kepadatan langan dilakukan dengan percobaan sand cone.
Pelaksanaan percobaan sand cone adalah sebagai berikut:

Alat dan bahan:
1. botol transparan yang berisi pasir standar 4 (empat) liter,
Perpustakaan Unika
212


2. corong pasir kalibrasi diameter 16,51 cm,
3. pelat baja sebagai dudukan corong pasir berukuran 30,48 x 30,38 cm dan
berlubang pada bagian tengahnya dengan diameter 16,51 cm,
4. timbangan,
5. cetok, sendok besar,
6. kuas,
7. kantong plastik,
8. tatah,
9. palu,
10. cawan,
11. spiritus.

Prosedur percobaan:
1. menentukan berat isi pasir,
2. menentukan berat isi pasir dalam corong,
3. menentukan berat isi tanah di lapangan dengan cara:
a. permukaan tanah yang akan diperiksa diratakan,
b. pelat corong diletakkan pada tanah yang telah rata dan diperkuat dengan
paku di keempat sisinya,
c. menggali libang sedalam 10 (sepuluh) cm,
d. tanah galian dimasukkan dalam plastik dan ditutup agar kadar airnya tidak
berubah kemudian ditimbang,
e. alat dengan pasir didalamnya ditimbang,
f. alat diletakkan pada plat corong yang telah digali menghadap ke bawah.
Kran corong dibuka perlahan-lahan sehingga pasir masuk ke dalam lubang.
Setelah pasir berhenti mengalir kran ditutup dan ditimbang berat botol
berisi pasir + corong + sisa pasir,
g. tanah galian diambil sedikit untuk mengetahui kadar tanah asli.



Perpustakaan Unika
213


4.5.9 Pengujian Marshall
Pengendalian kualitas campuran aspal yang digunakan dalam proyek ini
adalah dengan melakukan pengujian Marshall. Kegunaan alat Marshall adalah
untuk menentukan stabilitas terhadap kelelehan plastis campuran aspal.
Stabilitas campuran aspal adalah kemampuan suatu campuran aspal untuk
menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram
atau pound.
Kelelehan plastis adalah perubahan bentuk suatu campuran aspal yang
terjadi akibat pembentukan sampai batas runtuh.
Percobaan Marshall dibedakan dalam pembuatan benda ujinya. Sample
pertama adalah sample yang digunakan saat perencanaan kadar aspal optimum
yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan dengan mencetak sample pada cetakan
Marshall.
Sample kedua diperoleh dari campuran aspal yang telah dihamparkan dan
dipadatkan dengan cara di bor untuk menguji apakah campuran aspal telah sesuai
dengan perencanaan.
Pelaksanaan pengujian aspal dengan percobaan Marshal adalah sebagai
berikut:
Alat dan bahan:
1. Cetakan benda uji sebanyak 3 (tiga) buah dengan diameter 4,
2. Extruder (alat untuk mengeluarkan benda uji)
3. Penumbuk dengan permukaan rata berbentuk silinder dengan berat 4,536 kg,
dan tinggi jatuh 45,7 cm,
4. Mesin tekan lengkap dengan kepala penekan berbentuk lengkung, cincin
penguji, dan arloji kelelehan,
5. Oven dengan pengatur suhu, bak perendam, panci, pengukur suhu, timbangan
, kompor, sendok pengaduk.

Prosedur pengujian:
A. Pembuatan sample,
1. memanaskan agregat,
Perpustakaan Unika
214


2. memanaskan aspal,
3. agregat dan aspal dicampur hinga campuran menjadi rata,,
4. perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk dibersihkan.
Kemudian kertas saring atau kertas pengisap yang sudah dipotong sesuai
dengan ukuran cetakan diletakkan diatas sample. Sample dimasukkan ke
dalam cetakkan (mold) dan ditusuk-tusuk dengan keras menggunakan
spatula yang dipanaskan atau diaduk dengan sendok semen 15 kali keliling
sisi tepinya dan 10 kali pada bagian tengahnya,
5. bagian leher dilepaskan dan bagian permukaan campuran diratakan dengan
sendok semen menjadi bentuk yang sedikit cembung,
6. cetakan diletakkan di atas landasan pemadatan, dalam pemegang cetakan,
7. pemadatan dilakukan dengan menggunakan alat penumbuk (compaction
hammer) sebanyak 75 kali (jalan kelas I) dengan tinggi jatuh 45,7 cm,
selama pemadatan sumbu palu pemadat di tahan agar selalu tegak lurus
pada alas cetakan,
8. keping alas dan leher dilepas kemudian alat cetak berisi benda uji
dibalikkan dan perlengkapannya dipasang kembali,
9. tumbukan kemudian dilakukan terhadap permukaan benda uji yang sudah
dibalik ini dengan jumlah tumbukan yang sama,
10. sesuadah pemadatan, keping alas dilepaskan dan alat pengeluar benda uji
(extruder) dipasang pada permukaan ujung ini,
11. benda uji dikeluarkan dengan hati-hati dan diletakkan di atas permukaan
rata yang halus kemudian dibiarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu
ruang.

B. Pengambilan Sample
1. permukaan jalan dibersihkan dari kotoran lepas,
2. sample diambil dari permukaan jalan yang rata,
3. alat pengebor diletakkan tegak lurus terhadap permukaan jalan, setelah itu
ditekan dan mulai diputar untuk mendapatkan sample campuran asapal
yang telah dihampar dan dipadatkan pada jalan tersebut,
Perpustakaan Unika
215


4. apabila cetakan sample sudah penuh, keluarkan sample tersebut.

Apabila sample sudah siap dilanjutkan prosedur percobaan Marshall sebagai
berikut:
1. sample didinginkan selama 24 jam dibersihkan dari kotoran dan ditimbang,
2. masing-masing benda uji diberi tanda pengenal,
3. tinggi benda uji diukur,
4. benda uji ditimbang,
5. benda uji direndam dalam air selama 24 jam, setelah itu sample ditimbang
di dalam air untuk mendapatkan isi,
6. untuk mendapatkan berat jenis kering jenuh yaitu dengan cara bagian luar
di lap dan ditimbang,
7. sample direndam dalam bak perendam selama 30-40 menit pada suhu 60
0

C. Setelah itu benda uji dikeluarkan dari bak perendam,
8. proses jack dilakukan dengan mesin tekan dan dicatat satuan pada arloji
stabilitas bila sudah mencapai keadaan maksimum (pada keadaan jarum
stabilitas sudah tidak naik lagi),
9. selubung tangkai arloji kelelehan dilepaskan pada saat pembebanan
mencapai maksimum dan dicatat nilai kelelehan yang dihasilkan oleh
jarum kelelehan tersebut,
10. setelah diadakan perhitungan dari pembacaan arloji, maka akan diketahui
nilai kadar aspal, prosentasi rongga, berat isi, dan stabilitas sample.

4.5.10 Pengendalian Waktu dan Biaya
Masalah waktu dapat menjadi tolak ukur keberhasilan suatu proyek.
Penggunaan watu yang kurang efektif dan ekonomis akibat tidak adanya
perencanaan yang baik akan menyebabkan suatu pekerjaan tidak dapat selesai
tepat pada waktunya.
Pedoman pengendalian waktu dalam proyek ini adalah time schedule yang
dilengkapi dengan network planning dan kurva S agar dapat dibaca urutan
Perpustakaan Unika
216


pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan tenaga kerja yang sesuai dengan jenis
pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
Dengan adanya pengendalian waktu, maka pelaksanaan pembangunan
proyek secara menyeluruh dapat terkoordanasi dan terkendali selain pengendalian
waktu, dalam pelaksanaan juga perlu diperhatikan keseimbangan antara biaya
yang dikeluarkan dengan kualitas pekerjaan yang dihasilkan karena akan
mempengaruhi kelancaran pembiayaan proyek.
Penggunaan anggaran proyek secara efisien merupakan salah satu cara
untuk menghemat pembiayaan proyek. Usaha pengendalian biaya dilakukan
dengan mencatat semua pengeluaran proyek.


Perpustakaan Unika
217
BAB V
ANALISA HARGA DAN LAIN LAIN

5.1 Perhitungan Volume Pekerjaan Jembatan
5.1.1 Volume Dinding Penahan Tanah Pasangan Batu Belah








Luas I =4,0 1 = 4,00 m
2

Luas II =(4,0 0,5)/2

= 1,00 m
2

Luas III =3,5 0,5

= 1,75 m
2

Total DPT = 6,75 m
2


Lebar dinding penahan tanah keseluruhan =6 meter
Volume =(6,75 6) 4 =162 m
3

5.1.2 Volume Galian Dinding Penahan Tanah, Abutmen, Wingwall









3,5 m
1,5 m
1 m
4 m
0,5 m

0,5 m
+
4,0 m
0,5 m

3,5 m
I
II
III
Perpustakaan Unika
218








Volume galian = {( 0,5 (10+16,5)) 3,25 9.6 2}
=826.8 m
3


5.1.3 Volume Urugan Abutmen, Wingwall dan Dinding Penahan Tanah
Volume =826,8 (21,73 9,6 2) (4 (1,5 0,5 4,75) +(0,5 4,75 1,5
1)) - (6,75 6 4) =229,771 m
3


5.1.4 Pekerjaan tiang pancang
5.1.4.1 Tiang Pancang Beton
25 tiang ; 1 tiang dengan panjang 30 m 1 abutment
panjang kebutuhan =25 30 m 2 =1500 m












5,5 m
4,0 m
10 m
3,25 m
45
Perpustakaan Unika
219
5.2 Analisa BOW

NO J ENIS BAHAN SATUAN HARGA
1 Tanah urug m
3
Rp 25,000.00
2 Pasir urug m
3
Rp 70,000.00
3 Pasir pasang m
3
Rp 110,000.00
4 Pasir beton m
3
Rp 130,000.00
5 Batu belah m
3
Rp 135,000.00
6 Split m
3
Rp 110,000.00
7 Portland cemen zak Rp 29,000.00
8 Paku kayu kg Rp 10,000.00
9 Kawat bendrat kg Rp 8,500.00
10 Besi beton kg Rp 7,500.00
11 Mutliplek 9mm lbr Rp 105,000.00
12 Pipa PVC 2" 3 meteran btg Rp 57,000.00
13 Aspal kg Rp 3,125.00
14 Elastomer buah Rp 150,000.00




NO URAIAN SATUAN HARGA
1 Pekerja /hari Rp 25,000.00
2 Mandor /hari Rp 35,000.00
3 Tukang batu /hari Rp 35,000.00
4 kepala tukang batu /hari Rp 40,000.00
5 Tukang besi /hari Rp 35,000.00
6 kepala tukang besi /hari Rp 40,000.00
7 Tukang kayu /hari Rp 35,000.00
8 Kepala tukang kayu /hari Rp 40,000.00
9 Tukang jalan /hari Rp 30,000.00
10 Tukang gali /hari Rp 25,000.00
11 Tukang masak aspal /hari Rp 25,000.00
12 Masinis /hari Rp 35,000.00
13 Pembantu masinis /hari Rp 30,000.00
14 Penjaga api /hari Rp 30,000.00







Perpustakaan Unika
220

5.3 Daftar analisa pekerjaan

A. Pekerjaan Persiapan

Koef Satuan Uraian Pekerjaan Harga Bahan/ Upah J umlah Harga
Rp Rp
1 M2 Pembersihan lapangan dan perataan 4250

Tenaga 4250
0.1 OH Pekerja 25000 2500
0.05 OH Mandor 35000 1750

1 M Pagar sementara dari seng gelombang tinggi 2 M 95250.50

Bahan 76758.50
1.25 Btg Kayu Dolken diameter 8 - 10 / 400 cm 14000 17500
2.5 Kg Portland Semen 725 1812.50
1.2 Lbr Seng Gelombang 3" - 5" 42000 50400
0.005 M3 Pasir Beton 130000 650
0.009 M3 Koral Beton 140000 1260
0.072 M3 Kayu 5/7 x 4 m Kayu Kruing 63000 4536
0.06 Kg Paku Biasa 2" - 5" 10000 600
0.45 Kg Meni Besi 18000 8100

Tenaga 18500
0.2 OH Tukang Kayu 35000 7000
0.4 OH Pekerja 25000 10000
0.02 OH Kepala Tukang 40000 800
0.02 OH Mandor 35000 700

1 M2 Pembuatan Gudang Semen dan Alat-alat 380462.50

Bahan 275712.50
1.7 Btg Kayu Dolken diameter 8 - 10 / 400 cm 14000 23800
0.21 M3 Kayu 800000 168000
0.3 Kg Paku Biasa 2" - 5" 10000 3000
10.5 Kg Portland Semen 725 7612.5
0.03 M3 Pasir Beton 110000 3300
0.05 M3 Koral Beton 140000 7000
1.5 Lbr Seng Gelombang BJ LS 32 42000 63000

Tenaga 104750
2 OH Tukang Kayu 35000 70000
1 OH Pekerja 25000 25000
0.2 OH Kepala Tukang 40000 8000
0.05 OH Mandor 35000 1750

1 M2 Pembuatan Kantor Sementara dg Lantai Plesteran 463900
Perpustakaan Unika
221

Bahan 295150
1.25 Btg Kayu Dolken diameter 8 - 10 / 400cm 14000 17500
0.18 M3 Kayu 800000 144000
0.85 Kg Paku Biasa 2" - 5" 10000 8500
1.1 Kg Besi Strip 9500 10450
35 Kg Portland Semen 725 25375
0.15 M3 Pasir Pasang 110000 16500
0.1 M3 Pasir Beton 130000 13000
0.15 M3 Koral Beton 140000 21000
30 Buah Batu bata Merah 215 6450
0.25 Lbr Seng Plat 11500 2875
2 Buah J endela Naco 8000 16000
0.08 M2 Kaca Polos 45000 3600
0.15 Buah Kunci Tanam 35000 5250
0.3 Buah Engsel 2500 750
0.06 Lbr Plywood 4 mm 85000 3900

Tenaga 168750
2 OH Tukang Kayu 35000 70000
1 OH Tukang Batu 35000 35000
2 OH Pekerja 25000 50000
0.3 OH Kepala Tukang 40000 12000
0.05 OH Mandor 35000 1750

B. Pekerjaan Tanah

1 M3 Galian Tanah Keras Sedalam 1 M 17795

Tenaga 17795
0.625 OH Pekerja 25000 15625
0.062 OH Mandor 35000 2170

1 M3 Galian Tanah Lumpur Sedalam 1 M 23480

Tenaga 23480
0.823 OH Pekerja 25000 20575
0.083 OH Mandor 35000 2905

1 M3 Galian Tanah Cadas Sedalam 1 M 35625

Tenaga 35625
1.25 OH Pekerja 25000 31250
0.125 OH Mandor 35000 4375

1 M3 Urugan Kembali 5465

Tenaga 5465
0.192 OH Pekerja 25000 4800
Perpustakaan Unika
222
0.019 OH Mandor 35000 665

C. Pekerjaan Beton

1 M3 Pekerjaan beton 331487

Bahan 265000
1 M3 Beton Ready Mix 265000

Tenaga 66487
0.1 OH Mandor 35000 3500
0.0333 OH K. Tukang Batu 40000 1332
0.333 OH Tukang Batu 35000 11655
2,000 OH Pekerja 25000 50000

1 M2
Membuat Lantai Kerja Beton Tumbuk 1Pc : 3Ps :
5Kr 46530

Bahan 16790
10 Kg Portland Semen 725 7250
0.026 M3 Pasir Beton 130000 3380
0.044 M3 Koral Beton 140000 6160

Tenaga 29740
1.15 OH Pekerja 25000 28750
0.02 OH Tukang Batu 35000 700
0.002 OH Kepala Tukang 40000 80
0.006 OH Mandor 35000 210

1 M2 Pasang Bekisting Untuk Lantai 196480

Bahan 175900
0.04 M3 Kayu Terentang 600000 24000
0.4 Kg Paku Biasa 2" - 5" 10000 4000
0.2 Ltr Minyak Belisting 18000 3600
0.015 M3 Balok Kayu Borneo 800000 12000
0.35 Lbr Plywood tebal 9 mm 138000 48300
6 Btg Dolken Kayu Galam diameter 8 - 10 cm/ 4 m 14000 84000

Tenaga 20580
0.3 OH Pekerja 25000 7500
0.33 OH Tukang Kayu 35000 11500
0.033 OH Kepala Tukang 40000 1320
0.006 OH Mandor 35000 210

Pek. 10 Cetakan Beton utk 1 M3 B. Bertulang 448500

Bahan 200000
0.4 Kayu Cetakan 400000 160000
4 Kg Paku 10000 40000
Perpustakaan Unika
223

Tenaga 248500
0.1 OH Mandor 35000 3500
0.5 OH K. Tukang Batu 40000 20000
5 OH Tukang Batu 35000 175000
2 OH Pekerja 25000 50000

1 M3 Membuat Beton dengan Mutu K-275 656300

Bahan 456800
400 Kg Portland Semen 725 290000
0.4 M3 Pasir Beton 130000 52000
0.82 M3 Koral Beton 140000 114800

Tenaga 199500
6 OH Pekerja 25000 150000
1 OH Tukang Batu 35000 35000
0.1 OH Kepala Tukang 40000 4000
0.3 OH Mandor 35000 10500

1 M2 Pasang Bekisting Untuk Kolom 195980

Bahan 175400
0.04 M3 Kayu Terentang 500000 24000
0.4 Kg Paku Biasa 2"- 5" 10000 4000
0.2 Ltr Minyak Bekisting 18000 3600
0.015 M3 Balok Kayu 4500000 67500
0.35 Lbr Plywood tebal 9 mm 138000 48300
2 Btg Dolkan Kayu Galam diameter 8 - 10 cm/ 4 m 14000 28000

Tenaga 20580
0.3 OH Pekerja 25000 7500
0.33 OH Tukang Kayu 35000 11550
0.033 OH K. Tukang Kayu 40000 1320
0.006 OH Mandor 35000 210

1 M2 Bongkar Bekisting
1/3 harga pasang bekisting

1 Kg Pembesian dgn Besi Ulir 7936

Bahan 7477.5
1.05 Kg Besi Beton Ulir 7000 7350
0.015 Kg Kawat Beton 8500 127.5

Tenaga 458
0.007 OH Pekerja 25000 175
0.007 OH Tukang Besi 35000 245
0.0007 OH Kepala Tukang 40000 28
0.0003 OH Mandor 35000 10.5
Perpustakaan Unika
224

D. Pekerjaan Pondasi

1 M Tiang pancang beton diam 50 mm 350000

1 Titik Pemotongan Beton 250000

E. Pekerjaan Bondek

1 M2 Bondek +Pasang 1200000

F. Pekerjaan
Baja

1 Kg Besi Profil ( 12 M) 5500

1 Btg L 90 x 90 x 9 ( 6 M) 425000

10% Ongkos Kirim +Pasang

5% Baut

F. Pekerjaan J alan

Biaya Menggilas 18962500

Bahan 12687500
25 Hr Bahan bakar, pemeliharaan 27500 687500
30 Hr Sewa mesin gilas 400000 12000000

Tenaga 6275000
25 OH Masinis 35000 875000
25 OH Pembantu Masinis 30000 750000
30 OH Penjaga Api 30000 900000
150 OH Pekerja 25000 3750000

100 M2 Lapis Pondasi Bawah 1966923.75

Bahan 1260000
8 M3 Batu Pecah 140000 1120000
2 M3 Pasir Urug 70000 140000

Tenaga 706923.75
0.375 OH Mandor 35000 13125
7.5 OH Pekerja 25000 187500
0.0267 OH Biaya Penggilas 18962500 506298.75

1 M2 Lapis Pondasi Bawah
0.01 1966923.75 19669.2375
Perpustakaan Unika
225

1 M2 Lapis Base Course 19636.25

Bahan 7700
0.02 M3 Batu Pecah 140000 2800
0.07 M3 Pasir Urug 70000 4900

Tenaga 11936.25
0.019 OH Mandor 35000 665
0.375 OH Pekerja 25000 9375
0.0001 Biaya Penggilas 18962500 1896.25

1 M3 Laston (ATB) 451896.25

Bahan 451896.25
1 M2 Laston (ATB) 450000 450000
0.0001 Biaya Penggilas 18962500 1896.25

1 M3 Laston (AC) 851896.25

Bahan 851896.25
1 M2 Laston (AC) 850000 850000
0.0001 Biaya Penggilas 18962500 1896.25

















Perpustakaan Unika
226
5.4 Uraian rencana anggaran biaya

No Uraian Pekerjaan Volume Analisa Jumlah
Harga
A PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Pembersihan lapangan 1000 M2
J umlah harga :
1000 x 4250 Rp 4,250,000.00
2 Pekerjaan darurat Ls Ls Rp 20,000,000.00
3 Pengukuran lapangan Ls Ls Rp 3,000,000.00
4 Kantor dan gudang 32 M2
J umlah harga kantor :
12 x 463900 Rp 5,566,800.00
J umlah harga gudang :
20 x 380462.5 Rp 7,609,250.00
5 Pengadaan air kerja Ls Ls Rp 2,000,000.00
6 Keamanan dan jaga malam Ls Ls Rp 3,000,000.00
7 Mobilisasi alat Ls Ls Rp 60,750,000.00
8 Papan nama proyek Ls Ls Rp 500,000.00
9 Administrasi dan dokumentasi Ls Ls Rp 7,000,000.00
J umlah A Rp 113,676,050.00

B PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH
1 Galian tanah abutment 1718.496 M3
J umlah harga tanah keras :
1 x 9 x 13.6 x 17795 x 2 Rp 4,356,216.00
J umlah harga tanah lunak :
4.5 x 9 x 13.6 x 23480 x 2 Rp 25,865,568.00
J umlah harga tanah cadas :
1.52 x 9 x 13.6 x 35625 x 2 Rp 13,255,920.00
2 Ongkos pancang 50 Ttk
J umlah harga :
50 x 250000 Rp 12,500,000.00
3 Pemancangan dan Cutting pile 1800 M
J umlah harga :
1800 x 350000 Rp 630,000,000.00
4 Bekesting lantai kerja ( Tebal 5 cm) 3.12 M2
J umlah harga :
3.12 x 196480 Rp 613,017.60
5 Pengecoran lt kerja ( Tebal 5 cm) 115.2 M2
J umlah harga :
115.2 x 46530 Rp 5,360,256.00
6 Bongkar bekesting 3.12 M2
J umlah harga :
1/3 x 613017.6 Rp 204,339.20
7 Penulangan Pile cap 1650.2 Kg
J umlah harga :
1650.2 x 7936 Rp 13,095,987.20
8 Bekesting Pile cap 78 M2
J umlah harga :
Perpustakaan Unika
227
78 x 46615 Rp 3,635,970.00
9 Pengecoran Pile cap 144 M3
J umlah harga :
144 x 401250 Rp 57,780,000.00
10 Bongkar bekesting 78 M2
J umlah harga :
1/3 x 3635970 Rp 1,211,990.00
11 Penulangan abutment 8537.214 Kg
J umlah harga :
8537.214 x 7936 Rp 67,751,330.30
12 Bekesting abutment 488.088 M2
J umlah harga :
488.088 x 195980 Rp 95,655,486.24
13 Pengecoran abutment 417.23 M3
J umlah harga :
417.23 x 656300 Rp 273,828,049.00
14 Bongkar bekesting 488.088 M2
J umlah harga :
1/3 x 95655486 Rp 31,885,162.08
15 Penulangan Wing wall 8.9505 Kg
J umlah harga :
8.9505 x 656300 Rp 5,874,213.15
16 Bekesting wing wall 75.816 M2
J umlah harga :
75.816 x 172480 Rp 13,076,743.68
17 Pengecoran wing wall 9.828 M3
J umlah harga :
9.828 x 656300 Rp 6,450,116.40
18 Bongkar bekesting wing wall 75.816 M2
J umlah harga :
1/3 x 1307674.68 Rp 435,891.56
19 Urugan tanah abutment 1131.856 M3
J umlah harga :
1131.856 x 5465 Rp 6,185,593.04
20 Pemadatan tanah 1131.856 M3
J umlah harga :
1131.856 x 14250 Rp 16,128,948.00
21 Penulangan plat injak 5416.32 Kg
J umlah harga :
5416.32 x 7936 Rp 42,983,915.52
22 Bekesting plat injak 9.68 M2
J umlah harga :
9.68 x 196480 Rp 1,901,926.40
23 Pengecoran plat injak 9.6 M3
J umlah harga :
9.6 x 656300 Rp 6,300,480.00
24 Bongkar bekesting 9.68 M2
J umlah harga :
1/3 x 1901926.4 Rp 633,975.46
J umlah B Rp 1,336,971,094.83
Perpustakaan Unika
228

C PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
1 Pabrikasi
IWF 400 x 200 x 8 x 13 27720 Kg
J umlah harga :
27720 x 5500 Rp 152,460,000.00
IWF 400 x 400 x 13 x 21 121776 Kg
J umlah harga :
121776 x 5500 Rp 669,768,000.00
IWF 800 x 300 x 16 x 30 31812 Kg
J umlah harga :
31812 x 5500 Rp 174,966,000.00
L 90 x 90 x 9 94 Batang
J umlah harga :
94 x 425000 Rp 39,950,000.00
2 Elastomer 10 Buah
J umlah harga :
10 x 500000 Rp 5,000,000.00
3 Pengiriman dan pasang 188.188 Ton
J umlah harga :
10 % x 188.188 x 5511212.192 Rp 103,714,400.00
Pasang baut
0.5 % x 188.188 x 5511212.192 Rp 5,185,720.00
4 Pemasangan bondek 480 M2
J umlah harga :
480 x 1200000 Rp 576,000,000.00
5 Bekesting lt kendaraan 23.84 M2
J umlah harga :
23.84 x 196480 Rp 4,684,083.20
6 Pengecoran beton lt kendaraan 96 M3
J umlah harga :
96 x 656300 Rp 63,004,800.00
7 Bongkar bekesting lt kendaraan 23.84 M2
J umlah harga :
1/3 x 4684083.2 Rp 1,561,361.07
8 Bekesting lt trotoir 30.6 M2
J umlah harga :
30.6 x 196480 Rp 6,012,288.00
9 Pengecoran beton lantai trotoir 15 M3
J umlah harga :
15 x 401250 Rp 6,018,750.00
10 Bongkar bekesting lt kendaraan 30.6 M2
J umlah harga :
1/3 x 6012288 Rp 200,409.60
11 Pasang pipa sandaran 100 M
J umlah harga :
100 x 351000 Rp 35,100,000.00
J umlah C Rp 1,843,625,811.87



Perpustakaan Unika
229
D PEKERJAAN OPRIT JEMBATAN
1 Pasangan batu kali DPT oprit 1012.5 M3
J umlah harga :
1012.5 x 294764 Rp 298,448,550.00
2 Urugan tanah biasa 576.75 M3
J umlah harga :
576.75 x 5465 Rp 3,151,938.75
3 Lapis pondasi bawah 504.78 M3
J umlah harga :
504.78 x 19669.237 Rp 9,928,753.51
4 Lapis base course 288.49 M3
J umlah harga :
288.49 x 19636.25 Rp 5,664,919.57
5 Lapis permukaan 100.97 M3
J umlah harga :
100.97 x 451896.3 Rp 45,631,616.86
6 Pengaspalan jl jembatan 57.74 M3
J umlah harga :
57.74 x 851896.3 Rp 49,157,472.14
J umlah D Rp 411,983,250.83

E PEKERJAAN PELENGKAP
1 Pekerjaan marka jalan Ls Ls Rp 10,000,000.00
J umlah E Rp 10,000,000.00
















Perpustakaan Unika
230
5.5 RENCANA ANGGARAN BIAYA

No Uraian Pekerjaan Volume Analisa Harga Jumlah
Satuan Harga
A PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Pembersihan Lapangan 1000 M2 Rp 4,250.00 Rp 4,250,000.
2 Pekerjaan darurat Ls Ls Rp 20,000,000.00 Rp 20,000,000.
3 Pengukuran Lapangan Ls Ls Rp 3,000,000.00 Rp 3,000,000.
4 Kantor dan Gudang 32 M2 Rp 844,362.50 Rp 13,176,050.
5 Pengadaan air kerja Ls Ls Rp 2,000,000.00 Rp 2,000,000.
6 Keamanan dan J aga malam Ls Ls Rp 3,000,000.00 Rp 3,000,000.
7 Mobilisasi alat Ls Ls Rp 60,750,000.00 Rp 60,750,000.
8 Papan nama proyek Ls Ls Rp 500,000.00 Rp 500,000.
9 Administrasi dan dokumentasi Ls Ls Rp 7,000,000.00 Rp 7,000,000.
J umlah A Rp 113,676,050.

B PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH
1 Galian tanah abutment 1718.496 M3 Rp 23,480.00 Rp 43,477,704.
2 Pekerjaan tiang pancang 50 Ttk Rp 250,000.00 Rp 642,500,000.
3 Lantai kerja 2.88 M3 Rp 46,530.00 Rp 6,177,612.
4 Pekerjaan pile cap 144 M3 Rp 401,250.00 Rp 75,723,947.
5 Pekerjaan abutment 417.23 M3 Rp 656,300.00 Rp 469,120,027.
6 Pekerjaan wing wall 9.828 M3 Rp 656,300.00 Rp 25,836,964.
7 Urugan tanah abutment 1131.856 M3 Rp 5,465.00 Rp 6,185,593.
8 Pemadatan tanah 1131.856 M3 Rp 14,250.00 Rp 16,128,948.
9 Pekerjaan plat injak 9.6 M3 Rp 656,300.00 Rp 51,820,297.
J umlah B Rp 1,336,971,094.

C PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
1 Pabrikasi 188.188 Ton Rp 5,000.00 Rp 1,037,144,000.
2 Elastomer 10 Bh Rp 500,000.00 Rp 5,000,000.
3 Perakitan & pengiriman 188.188 Ton Rp 5,511,212.19 Rp 108,900,120.
4 Pemasangan bondek 480 M2 Rp 1,200,000.00 Rp 576,000,000.
5 Lantai kendaraan 96 M3 Rp 656,300.00 Rp 67,693,990.
6 Lantai trotoir 15 M3 Rp 401,250.00 Rp 12,037,594.
7 Pipa sandaran 100 M Rp 351,000.00 Rp 35,100,000.
J umlah C Rp 1,841,875,704.

D PEKERJAAN OPRIT JEMBATAN
1 Pasangan batu kali DPT oprit 1012.5 M3 Rp 294,764.00 Rp 298,448,550.
2 Urugan tanah biasa 576.75 M3 Rp 5,465.00 Rp 3,151,938.
3 Lapis pondasi bawah 504.78 M3 Rp 19,669.24 Rp 9,928,753.
4 Lapis base course 288.49 M3 Rp 19,636.25 Rp 5,664,919.
5 Lapis permukaan (ATB) 100.97 M3 Rp 451,896.30 Rp 45,631,616.
6 Pengaspalan jalan jembatan (AC) 57.74 M3 Rp 851,896.30 Rp 49,157,472.
J umlah D Rp 411,983,250.

E PEKERJAAN PELENGKAP
1 Pekerjaan Marka J alan Ls Ls Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.
Perpustakaan Unika
231
J umlah E Rp 10,000,000.














Perpustakaan Unika
232
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Sebagai akhir dari penyusunan tugas akhir, kami kemukakan beberapa
kesimpulan dari keseluruhan laporan sebagai berikut :

1. Pertumbuhan dan perhubungan suatu daerah menuntut adanya
penyediaan system perhubungan yang mampu mendukung pergerakan
dan interaksi antar daerah tersebut.

2. Perencanaan sarana jembatan harus didasarkan pada ketentuan teknis
yang ada, tanpa mengabaikan masalah nonteknis dan kondisi wilayah
setempat.

3. Setelah dilakukan analisis terhadap data-data yang ada, maka rencana
pembangunan jembatan Kali Welo menggunakan data sebagai berikut :

a) Struktur utama :Baja profil- Gelagar memanjang : 400 x 200 x 8 x 13
- Gelagar melintang : 800 x 300 x 16 x 30
- Gelagar induk : 400 x 400 x 13 x 21
b) Bentang jembatan : 50 M
c) Lebar jembatan : 9,6 M
d) Abutment : 2 buah
e) Pondasi : Tiang pancang 50 Cm
f) Waktu pelaksanaan proyek : 31 Minggu

6.2 Saran

1. Data-data perencanaan sedapat mungkin diperoleh dengan akurat dan
selanjutnya dijadikan dasar dalam perencanaan yang sesuai dengan peraturan
dan ketentuan yang berlaku, sehingga hasil perencanaan dapat
di pertanggungjawabkan.

2. Pelaksanaan pekerjaan harus disesuaikan dengan sumber rencana, rencana kerja
dan syarat-syarat, rencana anggaran biaya serta Time schedule sehingga efisien
dan sesuai dengan maksud dan tujuan yang hendak dicapai.

Akhirnya kami berharap semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi semua pihak.

Perpustakaan Unika
DAFTAR PUSTAKA

Abdat J (1970), Perencanaan Geometrik Jalan Raya, HMS ITB Bandung

Anonim (1970), Peraturan Muatan Untuk Jembatan Jalan Raya, Yayasan
Badan
Penerbit Pekerjaan Umum

Anonim (1970), Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, Departemen
Pekerjaan Umum, J akarta

Anonim (1984), Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia,
PenerbitYayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan,
J akarta

Anonim (1987), Peraturan Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan
Raya, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, J akarta

Anonim (1987), Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
Dengan Metode Analisa Komponen, Badan Penerbit Pekerjaan
Umum J akarta

Anonim (2001), Kursus Singkat Perencanaan Struktur Baja Dengan
Metode LRFD, Laboratorium Mekanika Struktur, Pusat
Penelitian antar Universitas Ilmu Bangunan ITB, Bandung

Bowles J.E, Analisa dan Desain Pondasi, Erlangga

Gunawan, Rudi, (1987), Tabel Profil Konstruksi Baja, Kanisius,
Yogyakarta

Margaret & Gunawan (1999), Teori Soal Dan Penyelesaian Beton
Pratekan, Delta Teknik Group, J akarta

Margaret & Gunawan (1999), Teori Soal Dan Penyelesaian Konstruksi
Baja I, Delta Teknik Group, J akarta

Margaret & Gunawan (1999), Teori Soal Dan Penyelesaian Konstruksi
Baja II, Delta Teknik Group, J akarta

Soemargono, Veen V.D & Struyk H.J (1995), Jembatan, Pradnya
Paramita, J akarta

Subarkah I (1979), Jembatan Baja, Idea Dharma, Bandung

Perpustakaan Unika

Anda mungkin juga menyukai