School of Pharmacy Institut Teknologi Bandung Biologically active peptides and proteins are becoming an increasingly important class of LATAR BELAKANG m g g y mp f drugs. Their use for human and animal treatment is problematic, however, because some of these drugs are generally ineffective when taken orally 2 STUDI PREFORMULASI Formulasi protein/peptida sangat berbeda dengan formulasi obat lainnya karena struktur protein (1 2 3 4) yang reaksi obat lainnya, karena struktur protein (1,2,3,4) yang reaksi degradasinya tidak satu tahap, hasil degradasi tidak bisa dideteksi dengan hanya 1 metode analisis Saat pengembangan formulasi harus diperhatikan: Struktur protein Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas kimia dan f y g p g fisika Teknik yang digunakan untuk stabilisasi protein Studi preformulasi: Mempelajari data fisikokimia protein dan eksipiennya Evaluasi kelarutan Evaluasi stabilitasnya Mempelajari metode analisisnya Pemahaman data kelarutan, stabilitas, dan titik isoelektrik akan menentukan pH yang paling sesuai pada saat pengembangan formulasi 3 PROTEIN Senyawa organik makromolekul (BM 5500 220.000 dalton atau 50 2000 asam amino) Tersusun dari asam amino-asam amino (BUILDING BLOCK) Ikatan yang menghubungkan asam amino satu dengan lainnya adalah ikatan peptida, menghubungkan gugus karbonil dengan gugus menghubungkan gugus karbonil dengan gugus amin 4 ASAM AMINO ESENSIAL 5 BIOSINTESIS PROTEIN Sintesis protein dikode oleh gen tertentu (genetic code) Setiap protein mempunyai sekuen (urutan) asam amino yang unik yang diturunkan dari sekuen nukleotida pengkode protein (genetic code) Kode gen merupakan rangkaian terdiri dari 3 nukleotida disebut kodon. Setiap kodon akan mengkode 1 asam amino STRUKTUR PROTEIN Primer: sekuen dari rantai asam-asam amino Sekunder: Jika sekuen asam amino dihubungkan oleh ikatan hidrogen dihubungkan oleh ikatan hidrogen Tersier Jika terjadi interaksi antara alfa heliks dan beta sheet.Struktur distabilisasi oleh ik hidrogen, jembatan garam, disulfida, dan inti hidrofobik Kuarterner Protein yang terdiri dari lebih dari 1 molekul protein: dimer, trimer, oligomer, baik homomer atau heteromer. 6 IKATAN KIMIA DALAM PROTEIN UNTUK STABILISASI PROTEIN Metabolisme: enzim, hormon FUNGSI PROTEIN (protein endogen = dihasilkan oleh tubuh) , Imunologi: antibodi, sitokin Pertumbuhan: hormon, faktor pertumbuhan Transport dan penyimpanan: hemoglobin Dan lain-lain Potensial sebagai obat 7 Karakteristik khusus senyawa protein Karakteristik khusus senyawa protein 1. Merupakan senyawa makromolekul yang sangat kompleks 2. Aktivitas biologinya sangat dipengaruhi oleh struktur dan konformasinya (primer, sekunder, tersier, dan kuarterner) tersier, dan kuarterner) 3. Sangat poten (dosis terapi sangat kecil) 4. Sangat tidak stabil oleh berbagai faktor Beberapa protein endogen diproduksi secara konstitutif (diproduksi pada kondisi SIFAT PRODUKSI PROTEIN ENDOGEN secara konstitutif (diproduksi pada kondisi normal): hormon, enzim, albumin Beberapa protein endogen diproduksi secara induktif (diproduksi hanya kalau ada stimulus): antibodi, sitokin, faktor pertumbuhan, enzim Beberapa protein diproduksi konstitutif Beberapa protein diproduksi konstitutif dan induktif: albumin, hormon, enzim 8 KENDALA PENGGUNAAN PROTEIN ENDOGEN SEBAGAI OBAT Jumlah protein yang diproduksi tidak mencukupi untuk terapi Produksi protein terinhibisi/menurun pada kondisi tertentu roduks prote n ter nh b s /menurun pada kond s tertentu PERLU ASUPAN/TAMBAHAN PROTEIN DARI LUAR TUBUH (PROTEIN EKSOGEN) PROTEIN EKSOGEN HARUS DIISOLASI KENDALA PENGGUNAAN PROTEIN EKSOGEN SEBAGAI OBAT Keterbatasan donor atau tidak memungkinkan secara etik secara etik Reaksi penolakan jika digunakan donor dari spesies yang berbeda PROTEIN REKOMBINAN 9 ORGANISME UNTUK REKOMBINASI PROTEIN TERAPI BAKTERI RAGI (YEAST) TANAMAN MAMALIA TERGLIKOSILASI ( d l ) TIDAK TERGLIKOSILASI (tid k d l ) (mengandung gugus gula) (tidak mengandung gugus gula) AKTIVITAS? STABILITAS? 10 DEGRADASI (PENGURAIAN PROTEIN) KIMIA FISIKA BIOLOGI 11 PROSES DEGRADASI PROTEIN DAPAT TERJADI SELAMA: ISOLASI ISOLASI PEMURNIAN PENYIMPANAN PENANGANAN LANJUT PENGGUNAAN PENYIAPAN BAHAN BAKU PROTEIN REKOMBINAN DEGRADASI PROTEIN DAPAT MENYEBABKAN PROTEIN KEHILANGAN AKTIFITASNYA 12 FAKTOR KIMIA PENYEBAB DEGRADASI PROTEIN Reaksi kimia dapat merusak protein sehingga aktivitas biologinya hilang Sumber pemicu reaksi kimia p Air Keasaman/kebasaan (pH) Bahan tambahan yang digunakan dalam formulasi Pelarut pembantu suhu senyawa garam ion-ion logam mekanik (pengocokan) konsentrasi protein 13 Protein disusun oleh rantai polipetida membentuk p p struktur 3 dimensi yang unik Struktur protein distabilisasi oleh kombinasi interaksi elektrostatik dan hidrofobik, dengan fleksibilitas molekul pada struktur bagian dalam yang tinggi Dalam larutan, struktur molekul dapat terganggu jika kondisi lingkungan berubah termasuk perubahan dalam ukuran molekulnya. Stabilitas protein dalam larutan Reaksi kimia pemicu instabilitas protein Deamidasi Hidrolisis Hidrolisis Isomerisasi Deglikosilasi Oksidasi Reaksi Maillard 14 Contoh reaksi degradasi protein Degradasi protein kondisi Pemotongan (cleavage) bFGF sangat asam D id i hEGF t l b Deamidasi hEGF netral basa Deamidasi bFGF netral basa Deamidasi insulin pH < 5 Deamidase RNase A pH tinggi Oksidasi rhPTH pH 10 Suksinimidasi bFGF pH 4 - 5 (DENATURASI) Adalah perubahan lipatan global dari protein (gangguan Adalah perubahan lipatan global dari protein (gangguan pada struktur molekul tertingginya, yaitu struktur tersier) Denaturasi juga sering terjadi karena perubahan pada struktur sekundernya. 15 Agregasi dan presipitasi AGREGASI Proses utama dari instabilitas fisika. k k k Bentuk non-native self association dari suatu protein yang masih berada dalam larutan dan secara visibel tidak dapat terlihat dengan mata telanjang Pada kondisi tertentu, struktur sekunder, tersier dan kuarterner protein dapat berubah, menyebabkan agregasi Aktivitas Kelarutan Imunogenesitas berubah PRESIPITASI Suatu proses makroskopik yang menghasilkan perubahan yang visibel (peningkatan viskositas atau kekeruhan pada larutan) Faktor fisik penyebab agregasi dan presipitasi Suhu (peningkatan atau penurunan) Kekuatan ion Reaksi polimerisasi (kovalen) dan agregasi (nonkovalen) berperan terhadap pembentukan presipitat yang tidak larut Kekuatan ion mekanik (Vorteks) pH Penambahan pelarut organik, surfaktan 16 Perubahan suhu menyebabkan hilangnya struktur natif protein: natif protein: Ikatan hidrogen menjadi lemah Interaksi hidrofobik menjadi kuat Gaya nonkovalen terganggu Protein menjadi lebih fleksibel menyebabkan rot n m nja h f s m ny a an unfolding parsial Frekuensi kolisi (tumbukan) meningkat menghasilkan agregat 17 pH dari larutan protein merupakan faktor paling penting dalam menentukan struktur protein. pH rendah menurunkan stabilitas sebagai akibat pH rendah menurunkan stabilitas sebagai akibat terjadinya interaksi elektrostatik yang dipicu oleh peningkatan muatan positif dari protein. pH tinggi menurunkan stabilitas melalui tolak-menolak muatan negatif dari protein. Kebanyakan protein menunjukkan stabilitas maksimum pada atau mendekati titik isoelektrik, di mana muatan netto protein adalah netral Banyak protein membentuk struktut unfolded pada pH asam (2-3) Reversibilitas agregat protein Reversibel dapat dilarutkan kembali dalam zat pereduksi/pendenatur p p Tidak reversibel tidak dapat dilarutkan kembali dalam zat pereduksi/pendenatur Dalam farmasi jika unfoleded protein tidak dapat kembali ke keadaan natifnya melalui refolding mis dengan penurunan suhu, maka denaturasinya disebut irreversible Karakteristik fisika agregat yang reversibel dan tidak reversibel adalah sama Struktur agregat reversibel: secara energi lebih stabil, susunannya lebih teratur, serta lebih longgar 18 EKSIPIEN PADA FORMULASI PROTEIN 1. SISTEM DAPAR Dapar yang bisa digunakan untuk formulasi protein: p y g g p Fosfat (pH 6,2-8,2) Asetat (pH 3,8 5,8) Sitrat (pH 2,1 6,2; pK 3,15 dan 6,4) Suksinat (pH 3,2 6,6; pK 4,2 dan 5,6) Histidin (pK 1,8;6 dan 9) Glisin (pK 2,35 dan 9,8) (p ) Arginin (pK 2,18 dan 9,1) Trietanolamin (pH 7-9) Tris-hidroksimetilaminometan (pK 8,1) Maleat Fungsi dapar dalam formulasi: Menjaga stabilitas sediaan dan bioaktivitas protein Mempengaruhi kelarutan protein, selain kekuatan ion Muatan protein ~ titik isoelektrik 0 pada pH di titik isoelektriknya + pada pH di bawah titik isoelektriknya + pada pH di bawah titik isoelektriknya - Pada pH di atas titik isoelektriknya Pendaparan sangat dekat dengan titik isoelektrik tidak disarankan 19 2. KELARUTAN PROTEIN Kelarutan protein: sangat larut, agak larut, tidak larut bergantung pada urutan asam amino dan konformasinya Kelarutan asam amino berbanding terbalik dengan Kelarutan asam amino berbanding terbalik dengan ukuran dan bagian nonpolarnya Kelarutan protein ditentukan oleh kemampuan gugus polar berinteraksi dengan air Kelarutan protein umumnya minimum pada titik isoelektriknya karena muatannya 0 sehingga interaksi antara protein-protein menjadi maksimum antara protein protein menjadi maksimum Dipengaruhi: pH Jenis eksipien yang digunakan Suhu 3. PENGAWETAN SEDIAAN Sediaan mengandung protein rentan terkontaminasi ik b s hi t k k mikroba, sehingga pengawet merupakan komponen penting terutama untuk multiple dose Pemilihan pengawet merupakan faktor kritik karena dapat mempengaruhi stabilitas fisik sediaan (presipitasi atau turbiditi larutan) Contoh: NaHSO3 sebagai pengawet sediaan injeksi menyebabkan degradasi insulin pada pH 4-7 20 JENIS EKSIPIEN 1.Albumin (human serum albumin, HSA) Protein (BM 66,4 kDa) berperan dalam ikatan dengan berbagai macam senyawa Karena kelarutan dan stabilitasnya luar biasa, albumin banyak digunakan sebagai eksipien (stabiliser dan mencegah adsorpsi peptida atau protein lain pada berbagai permukaan) Albumin mencegah adsorpsi protein lain pada permukaan karena kompetisi adsorpsi dengan protein lain di mana albumin lebih cenderung teradsorpsi (preferentially adsorption) Kekurangan albumin sebagai eksipien: Mengganggu analisa protein lain Kemungkinan kontaminasi oleh patogen (diatasi Kemungkinan kontaminasi oleh patogen (diatasi dengan pengembangan rekombinan HSA) 21 2. Asam amino Fungsi: Mengurangi adsorpsi Mengurangi adsorpsi Menghambat agregasi Menstabilkan protein terhadap denaturasi karena panas Meningkatkan kelarutan protein Asam amino yang sudah digunakan untuk y g g formulasi protein: glisin, arginin, alanin 3. Karbohidrat Senyawa gula berfungsi menstabilkan protein terhadap situasi stres: panas, liofilisasi Stabilisasi protein oleh gula adalah dari efeknya terhadap struktur air Melindungi agregasi protein yang dipicu oleh lembap Contoh: sukrosa, maltosa, laktosa, trehalosa - Sukrosa, Dapat meningkatkan tegangan permukaan air oleh karenanya meningkatkan stabilitas protein oleh karenanya meningkatkan stabilitas protein Zat yang paling efektif melindungi hemoglobin dari oksidasi spontan menjadi methemoglobin selama proses liofilisasi dan penyimpanan 22 4. Zat pengkhelat Beberapa anion dan kation dapat berikatan dengan protein dan menurunkan kelarutannya p y Fungsi zat pengkhelat: Menghilangkan ion-ion tersebut dan mempertahankan kelarutan protein Menghambat reaksi oksidasi gugus sulfidril dari protein yang dipicu oleh logam Meningkatkan stabilitas terhadap agregasi yang Meningkatkan stabilitas terhadap agregasi yang dipicu oleh pana Contoh pengkhelat: EDTA 5. Siklodekstrin Siklodekstrin adalah senyawa karbohidrat tapi mempunyai mekanisme stabilisasi yang lebih unik dibandingkan karbohidrat lain Fungsi: Meningkatkan kelarutan protein Menstabilkan protein (mencegah agregasi) Pembawa dalam sistem penghantaran protein 23 Struktur siklodekstrin Struktur ring siklodekstrin menjadikannya mempunyai kemampuan membentuk kompleks inklusi karena sifat hidrofobik dari bagian dalamnya dalamnya Ukuran kantung sekitar 5-10 Siklodekstrin yang paling banyak dipakai adalah siklodekstrin (walaupun kelarutan dalam air sangat rendah) Asam amino aromatik dapat membentuk kompleks Asam amino aromatik dapat membentuk kompleks dengan siklodekstrin 24 6. Alkohol polihidrat Contoh: gliserol, eritritol, arabitol, xylitol, sorbitol, manitol Fungsi: stabilisasi protein (mencegah agregasi) F g p (m g g g ) 7. Polietilen glikol Fungsi: Mengurangi adsorpsi protein pada permukaan Meningkatkan stabilitas protein (fisik + kimia) Meningkatkan stabilitas protein (fisik + kimia) Meningkatkan kelarutan protein Melalui ikatan kovalen 8. Senyawa Garam Berfungsi meningkatkan kelarutan protein pada kekuatan ion rendah (salting in) akan pada kekuatan ion rendah (salting in) akan tetapi jika konsentrasi garam terlalu tinggi, maka terjadi kompetisi antara ion dan protein untuk molekul air menghasilkan penurunan kelarutan protein (salting out) Konsentrasi garam harus diperhatikan 25 9. Surfaktan Surfaktan berfungsi meningkatkan stabilitas protein pada kondisi optimal Surfaktan yang paling banyak digunakan dalam Surfaktan yang paling banyak digunakan dalam formulasi protein adalah tween 80 Pada pemakaian tween 80 perlu diperhatikan cemaran peroksida karena peroksida dapat mempercepat degradasi protein Mekanisme stabilisasi protein oleh surfaktan diduga melalui preferential absorption pada diduga melalui preferential absorption pada permukaan Tanpa surfaktan dimerisasi agregasi + surfaktan, tidak terjadi agregasi 26 Pangsa pasar protein rekombinan Pertimbangan preformulasi dan penapisan bentuk molekul yang formulable tuntutan keberhasilan formulasi sediaan protein g p p m berkembang pesat Eksipien penstabil dan peranannya dalam mencapai waktu simpan yang sesuai Teknik yang mengindikasikan stabilitas (memonitor pembentukan atau peningkatan cemaran p p y g Modifikasi struktur Substitusi asam amino meningkatkan termostabilitas Glikosilasi (menambahkan gugus gula) meningkatkan k k i ik f k ki ik i i li ik bili karakteristik farmakokinetik, resistensi proteolitik, stabilitas termal Pembentukan ikatan disulfida: perlindungan protein terhadap denaturasi Pegilasi (+ PEG) dapat meningkatkan kelarutan, menurunkan imunogenisitas, meningkatkan t1/2 dan menurunkan toksisitas 27 28 Cryoprotectants : mencegah pembentukan kristal es saat menyimpan protein pada suhu -20C Penambahan eksipien y p p p Contoh krioprotektan: senyawa gula (non-reducing sugar), poliol, Inhibitor protease untuk mencegah degradasi proteolitik Antimikroba (natrium azide, NaN3) pada konsentrasi akhir 0.02-0.05% (w/v) atau timerosal pada konsentrasi akhir 0.01% Logam pengkhelat (EDTA) pada konsentrasi akhir 1-5 mM untuk Logam pengkhelat (EDTA) pada konsentrasi akhir 1-5 mM untuk mencegah oksidasi yang dikatalisis oleh logam Zat pereduksi (DTT, ditiotritiol dan merkaptoetanol, 2-ME) pada konsentrasi akhir 1-5 mM untuk mempertahankan protein dalam keadaan tereduksi dengan mencegah oksidasi sistein, Cys. Polimer seperti serum albumin, siklodekstrin: mencegah adsorpsi permukaan protein Asam-asam amino, seperti histidin dan metionin: antioksidan 29 Formulasi sediaan protein rekombinan Sediaan cair Sediaan padat Mengontrol ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel dalam sediaan cair protein merupakan hal yang sangat sulit. Formulasi dalam sediaan kering (lebih diminati) Spray-drying Freeze drying/ liofilisasi Teknologi cair superkritik Protein yang stabil selama proses dan penyimpanan 30 Proses Spry freeze drying/liofilisasi untuk formulasi sediaan protein serbuk Atomisasi larutan protein + pembawa Atomisasi larutan protein + pembawa ke dalam nitrogen cair dispersi kasar Pemindahan dispersi padat ke precooled freeze dryer Pengeringan menggunakan Stabilitas protein tetap terjamin: Struktur Aktivitas reconsitutable program standar freeze drying Liofilisat protein Kadar air < 3% 31 Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam proses liofilisasi protein 1 Jenis dan konsentrasi krioprotektan 1. Jenis dan konsentrasi krioprotektan 2.Konsentrasi protein 3.Konsentrasi bulking agent Contoh formulasi tripsinogen dengan liofilisasi Pengaruh konsentrasi terhadap aktivitas produk akhir Liofilisasi versus stabilitas protein : aktivitas 32 Pengaruh konsentrasi lioprotektan Pengaruh konsentrasi lioprotektan 33 Pengaruh konsentrasi protein AAPS PharmsciTech 2005 Liofilisasi versus stabilitas protein : agregasi J .Pharm.Sci., 2001, 90 34 Pengaruh jenis dan konsentrasi lioprotektan J .Pharm.Sci., 2001, 90 Pengaruh konsentrasi protein 35 Liofilisasi versus rekonstitusi Pengaruh konsentrasi protein terhadapa struktur liofilisat Konsentrasi protein Pengaruh konsentrasi protein terhadap waktu rekonstitusi 10 min setelah rekonstitusi 36 Sediaan protein liofilisat Sediaan protein liofilisat Freeze dryer Sistem penghantaran Merupakan bagian integral dari pengembangan produk farmasi terutama untuk biomolekul. Berperan tidak hanya dalam pengaturan siklus hidup suatu molekul tapi juga pada aspek farmakologinya Salah satu tantangan dalam terapi menggunakan protein adalah b im n sist m p n h nt n n t p t bagaimana sistem penghantaran yang tepat Nyaman bagi pengguna Efektif Efisien 37 Sistem penghantaran pertama dan yang masih dipertahankan sampai sekarang untuk protein dan peptida RUTE INJEKSI Ketidaknyamanan penggunaan Merupakan rute invasif Jaminan yang tinggi akan sterilitas sediaan peptida Jaminan yang tinggi akan sterilitas sediaan Biaya dan keterbatasan penggunaan LIMITATION 1. Penghantaran protein melalui paru-paru (pulmonary delivery): untuk insulin 2. Penghantaran melalui oral :terutama untuk pengobatan Alternatif sistem penghantaran protein terapetik g p g jangka panjang: MOST TARGET Penggunaan carrier untuk menghindari degradasi GI Strategi pengembangan untuk meningkatkan absorpsi 3. Penghantaran melalui nasal Merupakan pengembangan terkini penghantaran protein melalui absorpsi transmukosa, sangat efektif protein melalui absorpsi transmukosa, sangat efektif dan tidak iritan Peluang pasar untuk sediaan protein terapetik 38 39 40 TUJUAN FORMULASI PROTEIN Secara umum sama dengan tujuan formulasi senyawa obat: 1 k k k d 1. Meningkatkan penerimaan kepada pasien 2. Meningkatkan stabilitas dan efikasi 3. Memudahkan penggunaan 4. Meningkatkan performan