Firman Nur Alam 2009730019 STASE BEDAH RSUD CIANJUR Pembimbing : dr. Maya Sofa, Sp.B
Anatomi Appendix
Fisiology Appendix
Appendiks dipandang sebagai organ sisa tanpa fungsi yang tidak diketahui
Appendiks merupakan organ imunologi yang aktif mensekresi imunoglobulin Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut associated Lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA
Appendisitis
Apendisitis
peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering.
Epidemiologi
Insiden apendisitis akut di Negara maju lebih tinggi daripada di Negara berkembang. dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun jarang dilaporkan. Insidens tertinggi pada umur 20-30 tahun, setelah itu menurun.
Etiology Appendisitis
Foreign object Fecalith Neoplasma
Hiperplasia Lymphoid
Obstruksi Lumen
Parasit
Patogenesis
Appendiks obstruksi Obstruksi appendiks merupakan kejadian awal yang paling sering pada appendisitis. Hiperplasia dari folikel limfoid submukosa sekitar 60% penyebab obstruksi (paling sering pada remaja). Pada orang dewasa yang lebih tua dan anak-anak, fecalith adalah penyebab paling sering (35%). Tekanan Intraluminal Meningkatnya tekanan intraluminal akibat obstruksi lumen appendiks menyebabkan sekresi mukosa meningkat, pertumbuhan bakteri yang berlebihan, dinding appendiks menipis karna terjadi distensi dan terjadi obstruksi limfatik dan vena. Nekrosis dan Perforasi Nekrosis dan perforasi terjadi ketika aliran arteri terganggu.
Patogenesi s Appendisitis
obstruksi vena
Trombosis
Symptoms - Nyeri visceral berpindah ke perut kanan bawah - Nyeri somatik ( peritonitis lokal) - Mual dan muntah
Symptoms
Nyeri abdomen diffus di epigastrium atas atau regio umbilicalis kemudian terlokalisasi di kuadran kanan bawah (RLQ) Mual Muntah Anoreksia Sulit buang air besar atau diare
Signs
Direct rebound tenderness (Mc.Burneys point) Rovsings sign (+) Iliopsoas sign (+) Obturator sign (+) Dunphy sign (+)
Symptoms
Signs
Laboratory values
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemerikasaan laboartorium
Urinalysis Abdominal X-Ray USG CT Scan
Pemeriksaan Fisik
Direct rebound tenderness (Mc.Burneys point) Demam Rovsings sign Iliopsoas sign Obturator sign Dunphy sign
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Complete Blood Count (CBC) Leukocytosis (10.000-18.000/mm3) dengan polymorphonuclear (PMN) predominan Jika white blood count (WBC) > 18.000/mm3 pikirkan adanya perforasi dengan atau tanpa abses
Urinalysis
WBCs atau RBCs mungkin ditemukan jika adanya iritasi VU atau ureter karena inflamasi appendiks Bakteriuria
Imaging
Abdominal X Ray (AXR) terlihat Appendicolith/fecalith CT scan abdominal (+) Bila ditemukan dilatasi appendix > 6 mm, penebalan appendix (+) palsu jika terlihat inflamasi periappendix, dilatasi tuba fallopi, insipissated stool, overlying fat (-) palsu jika inflamasi terbatas diatas appendix, retrocecal ceacum, appendix besar, perforasi (appendix compressible)
Differential Diagnosis
Appendisitis akut Gastroenteritis Infeksi Traktus Urinarius
Prognosis
Bila ditangani dengan baik, prognosis apendiks adalah baik. Secara umum angka kematian pasien apendiks akut adalah 0,2-0,8%, yang lebih berhubungan dengan komplikasi penyakitnya daripada akibat intervensi tindakan.
Terapi Appendisitis
Preoperative Resusitasi cairan Antibiotik Appendectomy Konservatif
Bedrest total Diet cair, lunak, rendah serat
Komplikasi
Perforasi
. . .TERIMA KASIH. . .