Anda di halaman 1dari 5

Laporan Kasus Komuda di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta

Disusun oleh : Jamaluddin Ahmad Ali Masud (20120310243)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PENDIDIKAN DOKTER 2012

Nama dan No. Mhs Rumah Sakit

: Jamaluddin Ahmad Ali Masud (20120310243) : RS PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta

1. Pengalaman : Seorang perempuan bernama Ibu. Tri Antari berusia 60 tahun di bawa keluarganya ke RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta dengan keluhan utama diare dan perut sakit, yang disertai dengan demam, nausea, diare sekali, nyeri ulu hati, rasa tidak enak di perut dan sendawa. Pada anamnesis tidak ditemukan riwayat penyakit maupun alergi. Pada

pemeriksaan Vital Sign suhu 37,30C, BP 130/90, RR 18 kali/menit, denyut nadi 86 kali/menit. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan. Pada pemeriksaan lab di dapatkan kadar Hb 12,5 g/dl, AL 14,0 , Bilirubin Total 0,7 , Bilirubin Direk 0,4 , Bilirubin Indirek 0,30. Pada penanganan dilakukan IV line dan di berikan Inf. Asering, Inf. Ranitidin 1 amp dan Inf. Scopamin 1 amp serta pemberian obat oral Parasetamol, Antasida Syr dan Tantrum Verde. Dan oleh dokter di diagnosis cholelitiasis yang berkomplikasi kolesistitis dan akan dilakukan operasi cholecystektomi. 2. Masalah yang di kaji : Kenapa dokter memberikan obat Antasida Syr ? Apakah akan berpengaruh terhadap keadaan pasien ? Jelaskan ? 3. Analisa : Gejala yang awal muncul pada keaadaan pasien adalah Dispepsia. Dispepsia adalah istilah yang digunakan untuk suatu sindrom atau kumpulan gejala/keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, perut rasa penuh/begah. Keluhan ini tidak perlu semua ada pada tiap pasien, dan bahkan pada satu pasien pun keluhan dapat berganti atau bervariasi baik dari segi jenis keluhan maupun kualitasnya (Djojoningrat, IPD FKUI). Pada pasien ini gejala dispepsianya di tunjukan berupa perut sakit, nausea, nyeri ulu hati, rasa tidak enak di perut dan sendawa. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan dispepsia seperti penyakit pada hati, pancreas, system bilier : hepatitis, penkreatitis, kolesistitis kronik dan pada penyakit sitemik : diabetes militus, penyakit tiroid, dan penyakit jantung coroner. Pada pasien ini di diagnosis cholesistiasis yang berlanjut menjadi kolesistitis sehingga

menimbulkan dyspepsia. Dyspepsia ini mengakibatkan rasa tidaknyaman di perut di karenakan peningkatan produksi asam lambung (HCL), karena pada pasien timbul nausea sehingga pasien enggan untuk makan (anoreksia) dan mengakibatkan produksi asam lambung meningkat. Asam lambung disekresikan oleh sel parietal yang terletak di dalam kelenjar oksintik korpus utama lambung dan sel inilah satu-satunya yang menyekresikan asam lambung. Keasaman cairan yang disekresi sangat asam hingga kadar pH serendah 0,8 dan skresi asam lambung ini berada dalam pengaturan oleh sinyal endrokin dan saraf ( Gyton & Hall). Keadaan asam inilah yang sering membuat rasa tidak nyaman dan kadang juga memacu rasa mual. Sehingga perlu adanya penanganan untuk menetralkan keadaan yang sangat asam di dalam lambung. Pada pasien dokter memberikan obat syirup antacid untuk menetralkan keadaaan asam lambungnya. Antacid ini bekerja menetralkan asam lambung (HCL) sehingga berguna menghilangkan rasa tidak enak di lambung dan nyeri tukak peptic. Antacid tidak mengurangi HCL yang dikeluarkan lambung, tetapi peninggian pH akan menurunkan aktivitas pepsin. Beberapa antacid, misalnya aluminium hidroksida, diduga menghambat pepsin secra langsung. Kapasitas menetralkan asam dari berbagai antacid pada dosis terapi bervariasi, tetapi umumnya pH lambung tidak sampai di atas 4, yaitu kedaan yang jelas menurunkan aktivitas pepsin; kecuali pemberiannya sering dan terus-menerus. Mula kerja antacid sangat bergantung pada kelarutan dan kecepatan netralisasi asam; sedangkan masa pengosongan lambung sangat menentukan masa kerjanya (farmakologi terapi, fkui). Umumnya antacid merupakan basa lemah. Senyawa oksi-alumunium (basa lemah) sukar untuk meninggikan pH lambung lebih dari 4, sedangkan basa yang lebih kuat seperti magnesium hidroksida secara teoritis dapat meninggikan pH sampai 9, tetapi kenyataanya tidak terjadi. Antacid dibagi dalam dua golongan yaitu antacid sistemik dan antasid nonsistemik. Antacid sistemik, misalnya natrium bikarbonat, diabsorbsi dalam usus halus sehingga menyebabkan urin bersifat alkalis. Dan contoh antacid nonsistemik ialah sediaan magnesium, alumunium, dan kalsium (farmakologi terapi, fkui). Antacid yang diberikan kepada pasien dapat mengurangi gejala-gejala yang di sebabkan karena kadar HCL yang meningkat dalam lambung, karena antacid dapat menetrlisir keadaan

asam yang disebabkan oleh HCL yang meningkat. Sehingga pemberian antacid ini tepat untuk meringankan keadaan pasien. . 4. Dokumentasi Nama Usia Pekerjaan Alamat Tanggal masuk : Ny. Tri Antari : 60 tahun : IRT (Ibu Rumah Tangga) : Ngawen, RT 03, RW 11, Godean, Sleman, D.I.Yogyakarta. : 14 Desember 2013

No Rekam Medis : 05-22-25 Tanggal operasi : 21 Desember 2013 Tanggal keluar :-

Hasil Pemeriksaan Laboratorium PEMERIKSAAN PPT APTT HbsAg Bilirubin Total Bilirubin Direk Bilirubin Indirek Hb Leukosit Netrofil Segmen Limfosit Salmonela typhi H HASIL 13,5 26,6 Reaktif 0,7 0,4 0,3 12,5 19,2 81 12 1/80 FLAG Tinggi Tinggi Tinggi SATUAN Detik Detik mg/dl mg/dl mg/dl g/dl rb/ul % % NILAI NORMAL 12 18 20 - 40 Non-Reaktif 0,1 1,2 <0,3 0,1 0,7 12 16 4 10 25 60 20 40 Negatif

5. Refrensi : ________. 2007 . Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Dpartemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Gyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Sudoyo, Aru W,. dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternalPublishing.

Dokter Pembimbing FKIK UMY

( dr. Denny Anggoro Prakoso, M.Sc )

Anda mungkin juga menyukai