Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri (mandi), membersihkan ruangan tempat tinggalnya, menyiapkan makanan dan minuman sampai dengan aktivitas-aktivitas lainnya. Dalam jaringan hidup, air merupakan medium untuk berbagai reaksi dan proses ekskresi. Air merupakan komponen utama baik dalam tanaman maupun hewan termasuk manusia. Tubuh manusia terdiri dari 60-70% air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Juga hara-hara dalam tanah hanya dapat diserap oleh akar dalam bentuk larutannya. Oleh karena itu kehidupan ini tidak mungkin dapat dipertahankan tanpa air (Achmad, 2004). Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air (Effendi, 2003). Kebutuhan akan air bersih semakin hari semakin meningkat seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk disuatu wilayah/kota. Berbagai kendala akan dihadapi untuk memenuhi kebutuhan air bersih mengingat pola hidup masyarakat yang kurang memperhatikan aspek lingkungan seperti membuang

2 sampah tidak pada tempatnya, pembuangan limbah tanpa melalui proses Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan alih fungsi hutan yang seringkali menyebabkan sedimentasi pada dasar perairan yang pada akhirnya akan memberikan dampak negatif baik langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan alami. Pemanfaatan secara langsung air sungai untuk berbagai kebutuhan perlu mendapat perhatian khusus dengan memperhatikan parameterparameter kualitas air yang masih dapat diperkenankan agar dapat menghindari potensi bahaya yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat yang

memanfaatkan air sungai. Sungai Mahakam yang merupakan sungai utama di Kalimantan Timur, saat ini perlu adanya perhatian baik dari pemerintah maupun masyarakat. Karena Sungai Mahakam merupakan sumber utama pemasok air untuk kehidupan masyarakat terutama masyarakat Samarinda. Dengan begitu, maka perlu dilakukan analisa kualitas air dengan parameter Oksigen Terlarut (DO) dan Padatan Terlarut Total (TDS).

3 II. Tujuan Adapun tujuan dilakukannya analisa Oksigen Terlarut (DO) dan Padatan Terlarut Total yaitu mampu mengoperasikan alat pengukur DO dan TDS, serta mampu mengukur DO dan TDS sampel larutan.

BAB II PEMBAHASAN

I. Oksigen Terlarut (DO) dan Padatan Terlarut Total (TDS) a. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah konsentrasi gas oksigen yang terkandung dalam larutan (sampel air). Semua makhluk hidup membutuhkan oksigen tidak terkecuali mereka yang hidup dalam air. Kehidupan akuatik seperti ikan, mendapatkan oksigennya dalam bentuk oksigen terlarut. Tanpa adanya oksigen terlarut pada tingkat konsentrasi tertentu banyak jenis organisme akuatik tidak akan ada dalam air. Banyak ikan mati dalam perairan tercemar bukan diakibatkan oleh toksitasi zat pencemar langsung, tetapi karena kekurangan oksigen sebagai akibat dari digunakannya gas tersebut pada proses penguraian/penghancuran zat pencemar (Achmad, 2004). Sumber oksigen terlarut dalam air berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer, arus atau aliran air melalui air hujan serta aktifitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton (Silalahi, 2010).

b. Padatan Terlarut Total (TDS) Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid) atau TDS adalah bahan-bahan terlarut (diameter <10-6 mm) dan koloid (diameter 10-6 mm 10-3 mm) yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 m (Rao, 1992 dalam Effendi, 2003). Padatan Terlarut Total (TDS = Total Dissolved Solid), jumlah padatan yang mempunyai ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi, seperti senyawa anorganik dan organik. TDS mencerminkan jumlah kepekatan padatan dalam suatu sampel air yang dinyatakan dalam mg per liter (Siswanto, 2003).

5 iI. Prosedur Pengukuran DO dan TDS a. Prosedur Pengukuran DO 1. Alat dan Bahan Intelligent meter YK-2001PH Elektroda DO Baterai 9 V Gelas Beaker Tisu Aquades Larutan Sampel Air Sungai Mahakam

2. Prosedur Tekan tombol Power pada alat Intelligent meter yang telah terhubung dengan eletroda DO. Tekan tombol O2 mg/L (tombol B) dan memilih fungsi % O2 sehingga layar akan menunjukkan symbol dari % O2. Menekan tombol zero (tombol C) sekali, dan LCD akan

menunjukkan nilai zero (0). Menunggu selama 5 menit atau kurang sampai pembacaan nilai pada layar stabil dan tidak berfluktuasi. Menekan tombol CAL (tombol D) kemudian akan menunjukkan nilai pasti. Menekan tombol O2 mg/L (tombol B) untuk memilih fungsi DO maka layar akan menunjukkan symbol dari mg/L. Memasukkan elektroda DO ke dalam sampel air sampai layar menunjukkan angka yang stabil. Catat hasil pengukuran yang tertulis di layar. Ulangi pengukuran 3 kali.

6 b. Prosedur pengukuran TDS 1. Alat dan Bahan Intelligent meter YK-2001PH Elektroda TDS Baterai 9 V Gelas Beaker Tisu Aquades Larutan Sampel Air Sungai Mahakam

2. Prosedur Tekan tombol Power pada alat Intelligent meter yang telah terhubung dengan eletroda TDS. Tekan tombol CD/TDS (tombol C) untuk mengoperasikan fungsi TDS, sehingga muncul tulisan P pada layar bagian bawah. Tunggu hingga alat memunculkan angka 0.00 pada layar. Masukkan larutan sampel pada gelas Beaker 60 mL. Masukkan elektroda TDS ke dalam larutan sampel, tunggu hingga nilai TDS stabil (berhenti). Catat nilai TDS tersebut. Ulangi langkah tersebut 3 kali. Cuci dan bersihkan elektroda dengan aquades kemudian keringkan dengan tisu.

7 III. Hasil Pengukuran DO dan TDS a. Hasil Oksigen Terlarut (DO) Pengukuran DO1 = 7,5 mg/L (30,2% Oksigen di Air) Pengukuran DO2 = 7,3 mg/L (30,1% Oksigen di Air) Pengukuran DO3 = 6,3 mg/L (30,0% Oksigen di Air) Sehingga, DOrata-rata = = = 7,03 mg/L

Berdasarkan dengan hasil pengukuran yang dilakukan sebanyak 3 kali, dan didapatkan nilai rataan DO 7,03 mg/L, maka mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 (Lampiran 1) untuk hasil sampel air Sungai Mahakam melewati standar baku mutu kualitas air dengan nilai standar baku mutu Oksigen Terlarut (DO) sebesar 6 mg/L.

b. Hasil Padatan Terlaut Total (TDS) Pengukuran TDS1 = 29,9 ppm Pengukuran TDS2 = 30,0 ppm Pengukuran TDS3 = 30,0 ppm Sehingga, TDSrata-rata = = = 29,97 ppm

Berdasarkan dengan hasil pengukuran yang dilakukan sebanyak 3 kali, dan didapatkan nilai rataan TDS yaitu 29,97 ppm. Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 (Lampiran I), nilai Padatan Terlarut Total (TDS) untuk sampel air Sungai Mahakam memenuhi standar baku mutu kualitas air yaitu dengan kadar maksimum sebesar 1000 mg/L (ppm).

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai rataan DO yang melewati baku mutu Oksigen Terlarut, dapat diperkirakan karena sampel air Sungai Mahakam yang diambil dangkal atau dekat dengan endapan dan atau disekitar pengambilan sampel air banyak mengandung bahan-bahan organik yang melimpah sehingga

dibutuhkan Oksigen Terlarut (DO) yang besar untuk menguraikan bahanbahan organik tersebut. 2. Dengan nilai TDS rataan yang didapatkan, telah memenuhi baku mutu kualitas air. Namun nilai 29,97 ppm sangat jauh dari baku mutu kualitas air yaitu 1000 ppm (mg/L) sehingga dapat dikatakan kandungan TDS pada sampel air Sungai Mahakam yang diuji rendah, hal itu diduga disebabkan oleh semakin berkurangnya senyawa kimia yang terdapat di dalam air.

9 B. Saran Untuk memperoleh nilai DO dan TDS yang lebih detail, maka perlu dilakukan penelitian dan pengukuran lanjutan pada daerah Sungai Mahakam dengan lokasi dan titik berbeda serta dengan jangka waktu yang lebih panjang. Sehingga dapat diperoleh data yang lebih baik dan sesuai dengan keadaan lingkungan yang sebenarnya.

10

DAFTAR PUSTAKA

Taufiq, R. 2012. Modul Pengukuran TDS (Total Dissolved Solid / Padatan Terlarut Total). Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Program Studi Manajemen Lingkungan. Samarinda. (Tidak diterbitkan). Taufiq, R. 2012. Modul Pengukuran Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen / DO). Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Program Studi Manajemen Lingkungan. Samarinda. (Tidak diterbitkan). Widi, H. 2012. Analisa Sifat Fisika dan Kimia Air Permukaan Pada Sub

DAS Karang Mumus Kota Samarinda. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Program Studi Manajemen Lingkungan. Samarinda (Tidak diterbitkan berupa Karya Ilmiah).

Anda mungkin juga menyukai