Anda di halaman 1dari 11

AKUNTANSI SYARIAH

NAMA : RADI JULIANNOOR NIM : C1C110005

S-1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2012

SEJARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI SYARIAH


Perkembangan Akuntansi Syariah
Pada awalnya akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti yaitu bagian dari ilmu pengetahuan yang berhubunggan dengan masalah hokum alam dan perhitungan yang bersifat kebenaran absolute.Penemuan metode baru dalam akuntansi selalu mengalami penyesuaian dengan kondisi tertentu sehingga dalam perkembanggan selanjutnya ilmu akuntansi lebih cenderung dengan ilmu social. Islam juga memandang akuntansi tidak hanya sekedar ilmu yang bebas menilai untuk melakukan pencatatan dan pelaporan saja, akan tetapi sebagai alat untuk menjalankan nilai-nilai islam sesuai ketentuan syariah. Negara madinah merupakan letak awal perkembangan islam yaitu pada tahun 622 m atau tahun 1 H. Hal ini didasari oleh konsep bahwa seluruh muslim adalah bersaudara tanpa memandang ras, suku, warna kulit, dan golongan lainnya, sehingga kegiatan kenegaraan dilakukan secara gotong royong atau kerja sama karnanya Negara tersebut tidak memiliki pemasukan dan pengeluaran. Bentuk sekertariat didirikan akhir tahun 6 H Nabi Muhammad SAW bertindak sebagai kepala Negara dan juga sebagai ketua Mahkama Agung. Mufti besar dan panglima perang tertinggi bertindak sebagai penanggung jawab administrasi Negara. Pada abad 7 rasul mendirikan baitul maal. Fungsinya sebagai penyimpanan ketika adanya pembayaran wajib zakat dan usur (pajak pertanian dari muslim) dan adanya perluasan wilayah atau jizia yaitu pajak perlindungan dari non muslim, dan juga adanya kharaj yaitu pajak pertanian, non muslim. Nabi telah menunjukan petugas qadi (banyak) yaitu sejumlah 42 orang di bagi menjadi empat bagian yaitu; dan sekertaris, pencatat administrasi, yaitu: Sekretaris pernyataan Sekretaris hubungan pencatat tanah Sekretaris perjanjian Sekretaris peperangan

Akuntansi di Kalangan Bangsa Arab Sebelum Islam Dari studi sejarah peradaban arab, tampak sekali betapa besarnya perhatian bangsa arab pada akuntansi. Hal ini terlihat pada usaha tiap pedagang arab untuk mngetahi dan menghitung barang dagangannya, sejak mulai berangkat sampai pulang kembali. Hitungan ini dilakukan untuk mengetahui perubahan pada keuangannya. Setelah berkembangnya negeri, bertambahnya kabilah-kabilah, masuknya imigran-imigran dari negri tetangga, dan berkembangnya perdaganan serta timbulnya usaha-usaha interven si perdagangan, semakin kuatlah perhatian bangsa arab terhadap pembukuan dagang untuk menjelaskan utang piutang. Orang-orang yahudipun (pada waktu itu) sudah biasa menyimpan daftar-daftar (faktur) dagang. Semua telah nampak jelas dalam sejarah peradaban bangsa arab.

Jadi, konsep akuntansi dikalangan bangsa arab pada waktu itu dapat dilihat pada pembukuan yang berdasarkan metode penjumlahan statistik yang sesuai dengan aturan-aturan penjumlahan dan pengurangan.Untuk mengerjakan pembukuan ini, ada yang dikerjakan oleh pedagang sendiri dan ada juga yang menyewa akuntan khusus. Pada waktu itu seorang akuntan disebut sebagai katibul amwal (pencatat keuangan) atau penanggung jawab keuangan.

Konsep akuntansi pada awal munculnya Islam


Setelah munculnya islam di semenanjung arab dibawah kepemimpinan Rasulullah saw, serta telah terbentuknya daulah islamiyah di madinah, mulailah perhatian Rasulullah untuk membersihkan muamalah maaliah (keuangan) dari unsur-unsur riba dan dari segala bentuk penipuan, pembodohan,perjudian, pemerasan, monopoli, dan segala usaha pengambilan harta orang lain secara batil. Bahkan Rasulullah lebih menekankan pada pencatatan keuangan. Rasulullah mendidik secara khusus beberapa orang sahabat untuk menangani profesi ini dan mereka diberi sebutan khusus, yaitu hafazhatul amwal (pengawas keuangan). Diantara bukti seriusnya persoalan ini adalah dengan diturunkannya ayat terpanjang didalam AlQur'an, yaitu surah al-Baqarah ayat 282. Ayat ini menjelaskan fungsi-fungsi pencatatan (Kitabah), dasar-dasarnya dan manfaat-manfaatnya, seperti yang diterangkan oleh oleh kaidahkaidah hukum yang harus dipedomani dalam hal ini. Para sahabat Rasul dan pemimpin umat islam juga menaruh perhatian yang tinggi terhadap pembukuan (akuntansi) ini, sebagai mana yang terdapat dalam sejarah khulafaur-rasyidin. Adapun tujuan pembukuan bagi mereka di waktu itu adalah untuk menetahui utang-utang dan piutag serta keterangan perputaran uang, seperti pemasukan dan pegeluaran. Juga, difungsikan untk merinci dan menghitung keuntungan dan kerugian, serta untuk menghitung harta keseluruhan untuk menentukan kadar zakat yang harus dikeluarkan oleh masing-masing individu.Diantara undang-undang akuntansi yang telah diterapkan pada waktu itu ialah undang-undang akuntansi untuk perorangan, perserikatan, akuntansi wakaf, hak-hak pelarangan penggunaan harta (hijir), dan anggaran negara. Dengan melihat sejarah peradaban islam diatas, jelaslah bahwa ulama-ulama fiqih telah mengkhususkan masalah keuangan ini kedalam pembahasan khusus yang meliputi kaidahkaidah, hukum-hukum, dan prosedur-prosedur yang harus di ikuti Zaman Empat Khalifah a. Abu Bakar Assidiq Pada masa pemerintahan Abu Bakar, pengelolaan Baitul Maal masih sangat sederhana, dimana pemerintahan dan pengeluaran dilakukan secara seimbang, sehingga hamper tidak pernah ada sisa. b. Umar bin Khattab

pada masa pemerintahan Umar bin Khattab sudah dikenalkan dengan istilah Diwan yaitu tempat dimana pelaksana duduk, bekerja dan dimana akuntansi dicatat dan disimpan yang berfungsi untuk mengurusi pembayaran gaji. Khalifah Umar menunjukkan bahwa akuntansi berkembang dari suatu lokasi ke lokasi lain sebagai akibat dari hubungan antar masyarakat. Selain itu Baitul Maal sudah diputuskan di daerah-daerah taklukan islam. c. Utsman bin Affan pada masa pemerintahan khalifah Utsman, memperkenalkan tentang istilah khittabat alRasull wa sirr yaitu berarti memelihara pencatatan rahasia. Dalam hal pengawasan pelaksanaan agama dan moral lebih difokuskan kepada muhtasib yaitu orang-orang yang bertanggung jawab atas lembaga al hisbah, misalnya mengenai timbangan, kecurangan dalam penjualan, orang yang tidak banyak hutang dan juga termasuk ke dalam perhitungan ibadah bahkan termasuk memeriksa iman, dan juga masih banyak yang lain yang termasuk perhitungan atau sesuatu ketidak adilan didunia ini untuk semua mahluk d. Ali Bin Abi Thalib Pada masa pemerintahan Ali yaitu adanya system administrasi Baitul Maal difokuskan pada pusat dan lokal yang berjalan baik seperti, surplus pada BM dibagikan secara professional sesuai dengan ketentuan rasulallah Saw. Adanya surplus ini menunjukkan bahwa proses pencatatan dan pelaporan berlangsung dengan baik. Khalifah Ali memilki konsep tentang pemerintahan, administrasi umum dan masalah-masalah yang berkaitan dengannya secara jelas. Konsep tersebut lebih dijelaskan dalam surat yang ditunjukan kepada Malik Ashter Bin Harith. Surat itu menggambarkan kebijakan terhadap konsep-konsepnya yang ditiru secara luas dalam administrasi publik.

Praktik Akuntansi Pemerintahan Islam


Kewajiban zakat berdampak pada pendirian Baitulmal oleh Rasulullah, yang berfungsi sebagai lembaga penyimpan zakat beserta pendapatan lain yang diterima negara. Pada masa pemerintahan Rasulullah memilik 42 pejabat yang digaji dan terspesialisasi dalam peran dan tugas tersendiri. Praktik akuntansi pada zaman Rasulullah baru berada pada tahap penyiapan personal yang menangani fungsi-fungsi lembaga keuangan negara. Pada masa tersebut, harta kekayaan yang diperoleh negara langsung didistribusikan setelah harta tersebut diperoleh. Dengan demikian, tidak terlalu diperlukan pelaporan atas penerimaan dan pengeluarannya. Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, penerimaan negara meningkat secara signifikan. Dengan demikian, kekayaan negara yang disimpan juga semakin besar. Para sahabat merekomendasikan perlunya pencatatan untuk pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran negara. Kemudian, Khalifah Umar bin Khattab mendirikan unit khusus bernama Diwan yang

bertugas membuat laporan keuangan sebagai bentuk akuntabilitas Khalifah atas dana Baitulmal yang menjadi tanggungjawabnya. Selanjutnya, reliabilitas laporan keuangan pemeritahan dikembangkan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz berupa praktik pengeluaran bukti penerimaan uang. Kemudian, Khalifah Al Walid bin Abdul Malik mengenalkan catatan dan register yang terjilid dan tidak terpisah seperti sebelumnya. Evolusi perkembangan pengelolaan buku akuntansi mencapai tingkat tertinggi pada masa Daulah Abbasiah. Akuntansi diklasifikasikan pada beberapa spesialisasi, antara lain; akuntansi peternakan, akuntasi pertanian, akuntansu bendahara, akuntansi konstruksi, akuntansi mata uang, dan pemeriksaan buku (auditing). Pada masa itu, sistem pembukuan telah menggunakan model buku besar, yang meliputi : a. Jaridaj al-Kharaj (mirip receivable subsidiary ledger), merupakan pembukuan pemerintah terhadap piutang pada individu atas zakat tanah, hasil pertanian, serta hewan ternak yang belum dibayar dan cicilan yang telah dibayar. Piutang dicatat disatu kolom dan pembayaran cicilan dikolom yang lain. b. Jaridah an-Nafaqat (jurnal pengeluaran), mencatat pengeluaran c. Jaridah al-Mal (jurnal dana), mencatat penerimaan dan pengeluaran d. Jaridah al-Musadareen, pembukuan yang digunakan untuk mencatat penerimaan denda atau sita dari individu yang tidak sesuai syariah, termasuk dari pejabat yang korup. Adapun untuk pelaporan, telah dikembangkan berbagai laporan akuntansi, antara lain : a. Al-Khitmah, menunjukkan total pendapatan dan pengeluaran yang dibuat perbulan b. Al-Khitmah al-Jameah, laporann keuangan komperhensif yang berisikan gabungan antara laporan laba rugi dan neraca yang dilaporkan di akhir tahun. Dalam perhitungan dan penerimaan zakat, utang zakat diklasifikasikan dalam laporan keuangan menjadi tiga kategori, yaitu collecteble debts, doubtful debts, dan uncollectable debts.

Hubungan Peradaban Islam dengan Buku Pacioli


Sejak abad VIII, Bangsa Arab berlayar sepanjang pantai Arabi dan India, singgah di Italia dan menjual barang dagangan yang mewah yang tidak diproduksi oleh Eropa. Buku Pacioli di dasarkan pada tulisan Leonard of Piza, orang Eropa pertama yang menerjemahkan buku Algebra (pada saat itu ditulis dalam bahasa Arab), yang berisikan dasar-dasar mengenai bookkeeping. Bookkeeping sebenarnya telah dipraktekkan pertama kali oleh para pedagang dan berasal dari Mesir. Pada akhir abad XV, Eropa mengalami standstill dan tidak dapat ditemukan adanya kemajuan yang berarti dalam metode akuntansi.

Istilah Zornal (sekarang journal) telah lebih dahulu digunakan oleh kekhalifahan Islam dengan Istilah Jaridah untuk buku catatan keuangan. Double entry yang ditulis oleh Pacioli, telah lama dipraktekkan dalam pemerintahan Islam. Dari runtutan penjelasan di atas, jelaslah bahwa akuntansi di dunia Islam telah berkembang dan dipraktekan jauh sebelum terbitnya buku Summa de Arithmetica Geometrica, Proportioni et Proportionalita pada tahun 1494 M karya Lucas Pacioli yang oleh barat diklaim sebagi bapak akuntansi modern. Dalam perkembangannya, klaim barat tersebut ternyata banyak diragukan oleh para peneliti. Keraguan tersebut di dasarkan pada: a. Pandangan yang mengatakan bahwa tempat tumbuhnya system pencatatan berpasangan masih diperdebatkan. Ini berarti bahwa tempat tumbuhnya system tersebut bukanlah di Italia. b. Pacioli menyebutkan dalam bukunya bahwa system pencatatan sudah ada sejak lama, tetapi ia tidak menyebutkan sejak kapan dan di mana system ini telah ada sejak lama. Apakah itu di Italia pada saat itu, ataukah di tempat lain. Demikian, bab yang terdapat dalam buku Pacioli tentang akuntansi hanyalah salah satu bentuk nukilan dari apa yang ada pada saat itu beredar di antara para murid dan guru di sekolah arimatika dan perdagangan. Dengan demikian, Pacioli hanyalah penukil pencatat terhadap apa yang beredar pada saat itu. c. Dalam sejarah Islam, lebih satu abad sebelum diterbitkannya buku Pacioli, di dunia Islam telah ada manuskrip yang ditulis pada tahun 1363 M. manuskrip ini adalah karya seorang penulis muslim yang bernama Abdullah bin Muhammad bin Kiyah al-Mazindarani, dan diberi judul Risalah Falakiyah Kitab as-Siyaqat. Beberapa kaidah dalam manuskrip tersebut yang terkait dengan praktik double entry adalah; 1. Harus mencatat pemasukan disebelah kanan dengan mencatat sumber-sumber pemasukan tersebut. 2. Harus mencatat pengeluaran di sebelah kiri dan menjelaskan pengeluaran-pengeluaran tersebut. d. Beberapa ahli sejarah barat menyimpulkan bahwa masyarakat yang dimaksud oleh Pacioli dalam bukunya adalah masyarakat bahkan pemerintah Italia. Pendapat ini oleh Zaid dipandang bertentangan dengan fakta yang terkait mengenai tidak o[erasionalnya angka Romawi untuk di gunakan dalam praktik akuntansi yang sedemikian maju. Sedangkan masyarak Muslim pada waktu itu telah mengembangkan penggunaan angka nol. Dan pada saat itu juga telah ditemukan dan dikembangkannya ilmu aljabar oleh ilmuwan Muslim yang sangat berkaitan dengan teknik double entry bookkeeping.

Berbagai Pendekatan dalam Mengembangkan Akuntansi Syariah 1. Pendekatan Induktif Berbasis Akuntansi Kontemporer

Pendekatan ini biasa disingkat dengan pendekatan induktif, yang dipelopori oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution). Pendekatan ini menggunakan tujuan akuntansi keuangan Barat yang sesuai dengan organisasi bisnis Islam dan mengeluarkan bagian yang bertentangan dengan ketentuan syariah. Argumen yang mendukung pendekatan ini menyatakan bahwa pendekatan ini dapat diterapkan dan relevan dengan intitusi yang memerlukannya. Selain itu, pendekatan ini sesuai dengan prinsip ibaha (boleh) yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang terkait dalam bidang muamalah boleh dilakukan sepanjang tidak ada larangan yang menyatakannya. Adapun argumen yang menentang pendekatan ini menyatakan bahwa ini tidak bisa diterapkan pada masyarakat yang kehidupannya wajib berlandaskan pada wahyu dan dipandang merusak karena mengandung asumsi yang tidak Islami. 2. Pendekatan Deduktif dari Sumber Ajaran Islam Pendekatan deduktif ini dipelopori oleh beberapa pemikir akuntansi syariah, antara lain Iwan Triyuwono, Akhyar Adnan, Gaffikin dan beberapa pemikit lainnya. Mereka berpandangan bahwa tujuan akuntansi syariah adalah pemenuhan kewajiban zakat. Pendekatan ini diawali denngan menentukan tujuan berdasarkan prinsip ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah. Kemudian tujuan tersebut dignakan untuk mengembangkan akuntansi kontemporer. Argumen yang mendukung pendekatan ini menyatakan bahwa pendekatan ini akan memminimalisasi pengaruh pemikiran sekuler terhadap tujuan dan akuntansi yang dikembangkan. Adapun argumen yang menentang menyatakan bahwa pendekatan ini sulit dikembangkan dalam bentuk praktisnya. 3. Pendekatan Hibrid Pendekatan ini didasarkan pada prinsipsyariah yang sesuai dengan ajaran Islam dan persoalan masyarakat yang akuntansi syariah mungkin dapat bantu menyelesaikan. Pendekatan ini dipelopori oleh pemikir akuntansi syariah Shahul Hameed. Pendekatan Hibrid secara parsial telah diterapkan di lingkungan beberapa perusahaan konvensional. Pendekatan ini mengapresiasi perkembangan akuntansi sosial dan lingkungan di Eropa dalam tiga dekade terakhir, dan menganggap itu perlu diaplikasikan dalam akuntansi syariah. Dan selanjutnya yang perlu dilakukan oleh pemikir akuntansi Islam adalah mengembangkan triple bottom line menjadi fourt bottom line (ekonomi, sosial, lingkungan, dan kesesuaian syariah).

Tujuan Akuntansi Syariah


Akuntansi memiliki bebeerapa tujuan yakni sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Merelisasikan kecintaan kepada Allah SWT Memastikan Akuntabilitas Mempermudah proses evaluasi Untuk menyampaikan informasi yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman baik material batin maupun spiritual

Tujuan-tujuan akuntansi diatas tidak hanya berlaku untuk pemerintahan saja akn tetapi bagi perusahaan. Akuntansi ini lebih berorientasi pada laporan kegiatan yang menghasilkan laba / rugi atau surplus/ deficit dan menyelesaikan kebutuhan Negara. Perhitungan akuntansi ini bersifat moneter dan nonmoneter.Ada tujuh system akuntansi yang dijalankan oleh Negara islam seperti yang diungkapkan oleh Al-Khawarizmy dan Al-Mazendarany yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Sistem akuntansi untuk kebutuhan hidup Sistem akuntansi uuntuk konstruksi Sistem akuntansi untuk pertanian Sistem akuntansi gudang Sistem akuntansi mata uang Sistem akuntansi peternakan Sistem akuntansi perbebdaharaan

Dalam Negara islam pencatatan memiliki beberapa prosedur yang wajib diikuti serta pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan atas aktivitas dan pencatatan yang tidak seimbang. Jika ditemukan kesalahan maka orang yang bertanggung jawab harus menggantinya. Prosedur-prosedur yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1. 2. Transaksi harus dicatat setelah terjadi. Transaksi harus dikelompokan berdasarkan jenisnya. Semua transaksi yang sejenis dan sama harus dikelompokan pada pengelompokan yang sama. Penerimaan akan dicatat disisi disebelah kanan dan pengeluaran dicatat disisi sebelah kiri.Sumber-sumber penerimaan harus dijelaskan dan dicatat.

3.

4.

Pembayaran harus dicatat dan diberikan penjelasaan yang memadai disisi kiri halaman yaitu berupa penjelasan awal dari debit dan kredit. Pencatatn transaksi harus dilakukan dan dijelaskan secara hati-hati. Tidak diberikan jarak penulisan disisi sebelah kiri, dan harus diberi garis penutup (atarkeen). Koreksi atas transakasi yang telah dicatat tidak boleh dengan cara menghapus atau menulis ulang. Jika akun telah ditutup, maka akan diberi tanda tentang hal tersebut Seluruh transaksi dicatat dibuku jurnal (Al-Jaridah) akan dipindahkan pada buku khusus berdasarkan pengelompokan transaksi.

5. 6.

7.

8. 9.

10. Orang yang melakukan pencatatan untuk pengelompokan berbeda dengan orang yang melakukan pencatatan harian, 11. Saoldo (Alhaseel) diperoleh dari selisi. 12. Laporan aharus disusun setiap bulan dan setiap tahun . Laporan harus cukup detail dan memuat yang penting. 13. Pada setiap akhir tahun, laporan yang disampaikan harus dijelaskan dari seluruh informasi secara detail barang dan dana yang berada dibawah wewenangnya. 14. Laporan yang disusun akan diperiksa dan dibandingkan denhan tahun sebelumnya dan akan disimpan di dewan pusat

Akuntansi Setelah Runtuhnya Khilafah Islamiyah


Runtuhnya Khilafah Islamiyah serta tidak adanya perhatian dari pemimpin-pemimpin islam untuk mensosialisasikan hukum islam, serta dengan dujajahnya kebanyakan nagara islam oleh negara-negara eropa, telah menimbulkan perubahan yang sangat mendasardisemua segi kehidupan ummat islam, termasuk di bidang muamalah keuangan.Pada fase ini perkembangan akuntansi didominasi oleh pikiran pikiran barat. Para muslim pun mulai menggunakan sistem akuntansi yang dikembangkan oleh barat. Untuk mengetahui bagai mana perkembangan akuntansi pada fase ini, mungkin dapat membaca pada buku-buku teori akuntansi Kebangkitan Baru dalam Akuntansi Islam Kebangkitan islam baru telah menjangkau bidang muamalah secara umum, dan bidang-bidang finansial, serta lembaga-lembaga keuangan secara khusus. sekelompok pakar akuntansi muslim telah mengadakan riset dan studi-studi ilmiah

tentang akuntansi menurut islam. Perhatian mereka lebih terkonsentrasi pada beberapa bidang, yaitu bidang riset, pembukuan, seminar atau konverensi, pengajaran dilembaga-lembaga keilmuan dan perguruan tinggi, serta aspek implementasi pragmatis. Berikut ini adalah sebagian dari usaha awal di masing-masing bidang: 1. Kebangkitan akuntansi islam dalam bidang riset sudah terkumpul beberapa tesis magister serta disertasi doktor dalam konsep akuntansi yang telah dimulai sejak tahun 1950 dan masih berlanjut sampai sekarang. Diperkirakan tesis dan disertasi tentang akuntansi yang terdapat di Al-Azhar saja sampai tahun 1993 tidak kurang dari 50 buah. Disamping itu telah juga dilakukan riset-riset yang tersebar di majalah-majalah ilmiah. 2. Kebangkitan akuntansi islam dalam bidang pembukuan. Para inisiator akuntansi islam kontemporer sangat memperhatikan usaha pembukuan konsep ini. Hal ini dilakukan supaya orang-orang yang tertarik pada akuntansi dapat mengetahui kandungan konsep islam dan pokok-pokok pikiran ilmiah yang sangat berharga, sehingga kita tidak lagi memerlukan ide-ide dari luaratau mengikuti konsep mereka (barat). 3. Kebangkitan akuntansi islam di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi Konsep akuntansi islam mulai masuk kesekolah-sekolah dan perguruan tinggi sejak tahun 1976, yaitu fakultas perdagangan Universitas Al Azhar untuk program pasca sarjana, dalam mata kuliah Akuntansi perpajakan dan Evaluasi Akuntansi. Situasi ini terus berlanjut, hingga tahun 1978 dibuka beberapa jurusan dalam cabang-cabang ilmu akuntansi islam di berbagai perguruan tinggi di timur tengah. Dan hal ini berlanjut sampai sekarang diberbagai belahan dunia, termasuk indonesia. 4. Kebangkitan akuntansi islam dalam aspek implementasi Implementasi akuntansi islam mulai dilakukan sejak mulai berdirinya lembaga-lembaga keuangan yang berbasiskan syariah. Hal ini menyebabkan mau tidak mau lembaga keuangan syariah tersebut harus menggunakan sistem akuntansi yang juga sesuai syariah. Puncaknya saat organisasi akuntansi islam dunia yang bernama Accounting and Auditing

DAFTAR PUSTAKA

himasi.blogspot.com nammattonuniversity.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai