Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN I.

1 Latar Belakang Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang kedokteran/biomedis telah berjalan puluhan tahun yang lalu. Sebagai pola kebijaksanaan pembangunan keselamatan manusia di dunia adalah adanya Deklarasi Helsinki,yang dihasilkan oleh Sidang Kesehatan Dunia ke 16 di Helsinki, Finlandia, pada tahun 1964 (Sulaksono, M.E., 1987). Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis/ keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, di samping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia (Sulaksono, M.E., 1987). Farmakologi merupakan sifat dari mekanisme kerja obat pada sistem tubuh termasuk menentukan toksisitasnya. Bentuk sediaan dan cara pemberian merupakan penentu dalam memaksimalkan proses absorbsi obat oleh tubuh karena keduanya sangat menentukan efek biologis suatu obat seperti absorpsi, kecepatan absorpsi dan bioavailabilitas (total obat yang dapat diserap), cepat atau lambatnya obat mulai bekerja (onset of action), lamanya obat bekerja (duration of action), intensitas kerja obat, respons farmakologik yang dicapai serta dosis yang tepat untuk memberikan respons tertentu (Anonim I., 2008). Obat sebaiknya dapat mencapai reseptor kerja yang diinginkan setelah diberikan melalui rute tertentu yang nyaman dan aman seperti suatu obat yang memungkinan diberikan secara intravena dan diedarkan di dalam darah langsung dengan harapan dapat menimbulkan efek yang relatif lebih cepat dan bermanfaat. Jalur pemakaian obat yang meliputi secara oral, rektal, dan parenteral serta yang lainnya harus ditentukan untuk mencapai efek yang maksimal (Anonim I., 2008).

Mencit merupakan hewan yang sudah tidak asing lagi bagi manusia. Tetapi sebagian besar manusia bahkan dikalangan mahasiswa pun tidak menegetahui bagaimana cara memperlakukan mencit dengan benar. Oleh karena itu dilakukanlah suatu percobaan, yang dimana percobaan ini mengenai bagaimana pemberian obat pada hewan dalam hal ini hewan uji yang digunakan adalah mencit. Karena mencit merupakan tikus rumah yang mudah ditangani dan memiliki sifat penakut atau fotofobik, sedangkan tikus tidak bersifat fotofobik, lebih resisten terhadap infeksi, dan jika merasa tidak aman akan menjadi liar dan galak, kemudian tikus jika menggigit sangat dalam dan gigitannya sulit dilepaskan. Dalam memilih hewan uji, sebelumnya kita harus mengetahui bagaimana cara memperlakukan mencit dengan benar, harus mengetahui sifatsifat hewan yang akan diujikan, serta bagaimana cara memberikan obat kepada hewan tersebut. Pada praktikum kali ini, hewan yang akan dijadikan percobaan adalah mencit (Mus musculus), kita akan mempraktikkan bagaimana cara pemberian obat yang benar pada mencit dengan beberapa cara. Oleh karena itu, kita melakuakn percobaan ini agar kita dapat mengetahui bagaimana cara pemberian obat pada hewan uji dengan benar. Ada beberapa cara pemberian obat yang paling sering digunakan salah satunya adalah cara pemberian ORAL (peros) yang merupakan cara pemberian obat yang sebagaian besar digunakan dalam terapi. Cara pemberian secara oral merupakan terminology DITELAN dimaksudkan bahwa obat masuk melalui mulut dan langsung menuju ke saluran pencernaan (gastrointestinal tract = lambung atau usus) baik bersifat sistemik maupun local dalam tubuh. Dibandingkan cara lain, maka cara ini yang paling aman, tidak sulit, menyenangkan dan aman dalam hal pemberian obat. Hal yang tidak menguntungkan dengan cara ini adalah respon obat lambat, absorpsi tidak teratur tergantung factor interaksi obat-makanan dalam saluran cerna.

I.2 Tujuan Percobaan a. Untuk mengetahui teknik cara pemberian oral terhadap hewan uji b. Untuk mengetahui dengan tepat obat telah sampai di saluran pencernaan hewan uji I.3 Prinsip Percobaan Percobaan dilakukan berdasarkan pemberian secara oral terhadap hewan uji.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Dasar Teori Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Jenis ini sekarang ditemukan di seluruh dunia karena pengenalan oleh manusia. Mencit peliharaan memiliki periode kegiatan selama siang dan malam. Tikus memakan makanan manusia dan barang-barang rumah tangga. Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae (tikus-tikusan) yang berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah dan dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya menggigiti mebel dan barang-barang kecil lainnya, serta bersarang di sudut-sudut lemari. Hewan ini diduga sebagai mamalia terbanyak kedua di dunia, setelah manusia. Mencit sangat mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibuat manusia, bahkan jumlahnya yang hidup liar di hutan barangkali lebih sedikit daripada yang tinggal di perkotaan. Mencit kadang-kadang disimpan sebagai hewan peliharaan dan mewah. Namun, sebagian besar tikus diperoleh dari peternak hewan laboratorium untuk digunakan dalam penelitian biomedis, pengujian, dan pendidikan. Bahkan, tujuh puluh persen dari semua hewan yang digunakan dalam kegiatan biomedis tikus. Melebihi dari 1000 saham dan strain tikus telah dikembangkan, serta ratusan mutan saham yang digunakan sebagai model penyakit manusia. Dalam hal genetika, mouse adalah mamalia dicirikan paling lengkap (Anonim, 2011). Hewan mencit atau Mus musculus adalah tikus rumah biasa termasuk ke dalam ordo rodentia dan family muridae. Mencit merupakn hewan yang tidak mempunyai kelenjar keringat, jantung terdiri atas empat ruang dengan dinding atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang tebal. Percobaan dalam menangani hewan yang akan diuji cenderung memiliki karakteristik yang berbeda, seperti mencit penakut dan fotofobik, cenderung sembunyi dan berkumpul dengan sesama, mudah ditangani, lebih aktif pada malam hari,

aktifitas terganggu dengan adanya manusia, laju respirasi 163/menit sedangkan pada hewan tikus sangat cerdas, mudah ditangani, tidak bersifat fotofobik, lebih resisten terhadap infeksi, kecenderungan berkumpul dengan sesama kurang, jika makanannya kurang atau diperlakukan secara kasar akan menjadi liar dan galak. Pada mencit dan tikus persamaannya gigi seri

padakeduanya seringdigunakan untuk mengerat/menggigit benda-benda yang keras. Pemberian obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai dengan program pengobatan dari dokter. Pemberian obat per oral merupakan pemberian obat paling umum dilakukan karena relatif mudah dan praktis serta murah. Kerugiannya ialah banyak faktor dapat mempengaruhi bioavailabilitasnya (faktor obat, faktor penderita, interaksi dalam absorpsi di saluran cerna). Intinya absorpsi dari obat mempunyai sifat-sifat tersendiri. Beberapa diantaranya dapat diabsorpsi dengan baik pada suatu cara penggunaan, sedangkan yang lainnya tidak. Selain pemberian topikal untuk mendapatkan efek lokal pada kulit atau membran mukosa, penggunaan suatu obat hampir selalu melibatkan transfer obat ke dalam aliran darah. Tetapi, meskipun tempat kerja obat tersebut berbeda-beda, namun bisa saja terjadi absorpsi ke dalam aliran darah dan dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Absorpsi ke dalam darah dipengaruhi secara bermakna oleh cara pemberian. Memilih rute penggunaan obat tergantung dari tujuan terapi, sifat obatnya serta kondisi pasien. Oleh sebab itu perlu mempertimbangkan masalah-masalah seperti berikut: a. Tujuan terapi mengkehendaki efek lokal atau efek sistemik b. Apakah kerja awal obat yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya lama

c. Stabilitas obat di dalam lambung dan atau usus d. Keamanan relatif dalam penggunaan melalui bermacam-macam rute e. Rute yang tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokter f. Kemampuan pasien menelan obat melelui oral (Anief, M., 1994). Bentuk sediaan obat yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan efek terapi/obat. Bentuk sediaan obat dapat memberi efek obat secara lokal atau sistemik. Efek sistemik diperoleh jika obat beredar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah, sedangkan efek lokal adalah efek obat yang hanya berkerja setempat misalnya salep. (Anief, M., 1994). Efek sistemik dapat diperoleh dengan cara: a. oral melalui saluran gastrointestinal atau rektal b. parenteral dengan cara intravena, intramuskular dan subkutan c. inhalasi langsung ke dalam paru-paru Efek lokal dapat diperoleh dengan cara: a. intraokular, intranasal, aural, dengan jalan diteteskan pada mata, hidung, telinga b. intrarespiratoral, berupa gas masuk paru-paru c. rektal, uretral, dan vaginal dengan jalan dimasukkan ke dalam dubur, saluran kencing dan kemaluan wanita, obat meleleh atau larut pada keringat badan atau larut dalam cairan badan. Rute penggunaan obat dapat dengan cara: a. melalui rute oral b. melalui rute parenteral c. melalui rute inhalasi d. melalui rute membran mukosa seperti mata, hidung, telinga, vagina dan sebagainya.

II.2 Uraian Bahan 1. Aquadest Nama Resmi : Aquadestillata Nama Lain RM/BM Pemerian Kegunaan : Air Suling : H2O/ 18,02 : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa : Kontrol

II.3 Uraian Hewan Uji II.3.1 Karakteristik hewan uji mencit (Mus musculus) Mencit adalah hewan yang berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah yang banyak, mudah ditangani. Bersifat patogit (takut dengan cahaya). Cenderung berkumpul dengan sesamanya, aktif pada malam hari, suhu tubuh 37,40C. Bila diperlakukan harus secara halus, mudah dikendalikan, tetapi mudah pula menggigit, mencit jantan yang baru, bila dimasukkan dalam kelompok yang stabil maka akan saling berkelahi dan mencit betina yang sedang menyusui, bila anaknya dipegang dengan tangan maka induknya akan memakan anaknya. Mencit bisa mencapai umur 2-3 tahun, maka hidupnya beranak 7-18 bulan menghasilkan 6-10 persalinan (hitter). Dengan jumlah yang lahir 11-12 ekor. Lama kehamilan 3 minggu (20-21 hari).

II.3.2 Klasifikasi Mencit (Mus musculus) Kingdom : Animalia Phylum Class Subclass Ordo Famili Genus Spesies : Chordata : Mamalia : Cheria : Rhodentia : Muridae : Mus : Mus muscul

BAB III METODE KERJA III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat : Spuit oral (baca:spet) Maag slang (stomach tube) Feeding tube Gelas kimia Timbangan berat badan hewan uji

III.1.2 Bahan : Aquadest Bahan lain yang dapat memberikan tanda atau kode pada hewan uji

III.2 Prosedur Kerja 1. Ditimbang berat badan hewan uji (mencit) 2. Diberi tanda hewan uji pada punggung dengan asam pikrat atau bahan lain yang tidak berbahaya/aman yang oleh hewan uji tidak dapat menghilangkan tanda tersebut 3. Dihitung dosis pemberian obat pada mencit yang telah ditimbang 4. isiapkan dosis pemberian hewan uji (spuit oral yang oral untuk mencit) MENCIT, tangan kiri. Ibu jari dan telunjuk menjepit tengkuk, pastikan kepala mencit tidak menoleh kebelakang, kokoh menghadap kedepan, kemudian kelingking dan jari manis menjepit ekor dan tangan kanan memegang spuit oral untuk dimasukkan ke dalam mulut hewan uji tersebut.

5. Dimasukkan kedalam mulut spuit oral atau selang secara perlahan-lahan pastikan obat masuk kedalam saluran pencernaan (bukan paru), setelah obat masuuk tarik perlahan-lahan spuit atau slang. 6. Setelah diberikan perlakuan hewan uji dimasukkan kedalam kandang atau tempat yang terpisah (isolasi) dari kandang semula, untuk memudahkan pengamatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Pengamatan Mencit (Dosis pemberian 1ml/30 g Berat Badan)
Replikasi Hewan Uji 4 (IIII) 6 (- I) 8 (- III) 3 (III) 5 (-) 7 (- II) 2 (II) 10 (- -) 14 (- - IIII) Berat Badan (gram) 26 gram 25 gram 27 gram 25 gram 26 gram 27 gram 23 gram 30 gram 21 gram Dosis (ml) 0,86 0,83 0,9 0,83 0,86 0,9 0,76 1 0,7 Keterangan

IV.2 Perhitungan Dosis - Kode 4 26/30 1ml = 0,86 ml - Kode 6 25/30 1ml = 0,83 ml - Kode 8 27/30 1ml = 0,9 ml - Kode 3 25/30 1ml = 0,83 ml - Kode 5 26/30 1ml = 0,86 ml - Kode 7 27/30 1ml = 0,9 ml - Kode 2 23/30 1ml = 0,76 ml - Kode 10 30/30 1ml = 1 ml - Kode 14 21/30 1ml = 0,7 ml

IV.3 Pembahasan Pada percobaan kali ini dilakukan cara pemberian secara oral pada hewan uji (mencit). Yang pertama kita lakukan adalah memegang mencit dengan benar yaitu dengan mengangkat ujung ekor mencit dengan tangan kanan dan mengeluarkannya dari kandang dan mnyimpannya di tempat yang permukaannya kasar (misalnya rem kawat pada penutup kandang), kemudian menjinakkannya. Jangan sampai mencit stress dan ketakutan. Lalu mengelus-elus mencit dengan jari telunjuk tangan kiri, dan mengikuti terus arah pergerakan mencit. Kemudian setelah mencit tenang kita menarik kulit pada bagian tengkuk mencit dengan jari tengah dan ibu jari tangan kiri, dan tangan kanan memegang ekornya lalu membalikkan tubuh mencit sehingga menghadap ke atas dan menjepit ekor dengan kelingking dan jari manis tangan kiri, dimana posisi kepala mencit menengadah dan mulutnya sedikit terbuka, sonde oral (jarum tumpul) ditempatkan pada langit langit mulut atas mencit kemudian memasukkan perlahan sampai ke esophagus dan cairan obat dimasukkan. Pemberian obat dilakukan pada 3 ekor mencit. Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat suntik yang dilengkapi jarum berujung tumpul, yang telah diisi cairan obat (aquades) sesuai dengan perhitungan. Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil perhitungan dosis pada mencit, yaitu kode 4 dengan dosis 0,86 ml, kode 6 dengan dosis 0,83 ml, kode 8 dengan dosis 0,9 ml, kode 3 dengan dosis 0,83 ml, kode 5 dengan dosis 0,86 ml, kode 7 dengan dosis 0,9 ml, kode 2 dengan dosis 0,76 ml, kode 10 dengan dosis 1 ml, kode 14 dengan dosis 0,7 ml.

BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: Cara pemberian obat secara oral dilakukan dengan cara memasukkan spuit secara perlahan-lahan kedalam saluran pencernaan (bukan paru) Diperoleh hasil perhitungan dosis pada mencit, yaitu kode 4 dengan dosis 0,86 ml, kode 6 dengan dosis 0,83 ml, kode 8 dengan dosis 0,9 ml, kode 3 dengan dosis 0,83 ml, kode 5 dengan dosis 0,86 ml, kode 7 dengan dosis 0,9 ml, kode 2 dengan dosis 0,76 ml, kode 10 dengan dosis 1 ml, kode 14 dengan dosis 0,7 ml.

VI.2 Saran Dalam melakukan praktikum sebaiknya lebih berhati-hati dalam pemberian secara oral kepada hewan uji dan berhati-hati dalam pembacaan skala spuit agar dosis yang diberikan tepat dan tercapai efek yang dikehendaki.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun. 2013. Penuntun Praktikum Farmakologi. Makassar: Politeknik Kesehatan Jurusan Farmasi

Rika. 2013. Pemberian Obat pada Mencit. www. Pemberian Obat Pada Mencit _ Rika.htm diakses pada tanggal 01 Oktober 2013 Anief, M., 1994. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ernal. 2013. Cara Penanganan Hewan Percobaan dan Rute Pemberian Obat. www. Pharmafemme CARA PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN DAN RUTE PEMBERIAN OBAT.htm diakses pada tanggal 01 Oktober 2013 Anonim. 2011. Mencit. http://www.wikipedia/ensiklopedia/mencit/html. Diakses pada tanggal 02 Oktober 2013 Sulaksono, M.E., 1987. Peranan, Pengelolaan dan Pengembangan Hewan Percobaan. Jakarta.

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/16_PerkembangbiakanHewanPercob aan.pdf/16_PerkembangbiakanHewanPercobaan.html diakses pada tanggal 02 Oktober 2013

LABORATORIUM FARMAKOLOGI FARMASI JURUSAN FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR CARA PEMBERIAN SECARA ORAL

NAMA MAHASISWA / NIM


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. ANGGITA DEWI YULIANINGSIH DIAN PERMADANI IRWAN HARIS MUH. SYARIFURISMAN NURUL ANISA SUCI FEBRIANI YANTI SARI SYAM

:
( PO.71.3.251.11.1.005 ) ( PO.71.3.251.11.1.014 ) ( PO.71.3.251.11.1.016 ) ( PO.71.3.251.11.1.025 ) ( PO.71.3.251.11.1.029 ) ( PO.71.3.251.11.1.036 ) ( PO.71.3.251.11.1.044 ) ( PO.71.3.251.11.1.050 )

KELOMPOK

II

JURUSAN FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR 2013

Anda mungkin juga menyukai