Anda di halaman 1dari 17

ISLAM dan ESTETIKA

Makalah Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh :

(Kelompok 10)
Andis Aditiya Andryan Setya Ramadhan Rachmat Bayu Nugraha Santi Rahma Sari 11521050 11521023 11521008 11521053

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia 2011
1

KATA PENGANTAR
Assalmualaikum Wr. Wb. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah yang berjudul Islam dan Estetika ini, bertujuan untuk mengetahui estetika islam yang sangat menakjubkan dan besar dampaknya untuk kelangsungan hidup manusia di masa depan. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, itu dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas. Namun berkat bantuan dan dorongan serta bimbingan dari Bapak dosen mata kuliah Pengantar Pendidikan Agama Islam, serta berbagai bantuan dari berbagai pihak, akhirnya pembuatan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulis berharap dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca umumnya serta semoga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan datang.

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang............. 1.2 Rumusan Masalah............ 1.3 Tujuan Penulisan.......... 1.4 Metode Pengumpulan Data................. 1.5 Sistematika Penulisan..............

1 2

3 4 4 4 5

BAB II : PEMBAHASAN 2.1 Definisi Estetika............. 2.2 Nilai-nilai Estetika dalam Al-Quran......... 2.3 Nilai-nilai Estetika dalam Seni.............. 2.4 Bentuk Estetika di Alam Semesta......... 6 8 11 13

BAB III : PENUTUP 3.1 Kesimpulan............... 3.2 Daftar Pustaka..............


3

15 16

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Estetika dalam islam bisa diartikan sebagai sebuah upaya untuk menuturkan kebesaran Ilahi yang mengungkapkan berbagai aspek kehidupan yang tidak bisa dibayangkan dengan akal dan pikiran sebagaimana proses tersebut bisa terjadi tetapi bisa membuat kita yakin dan percaya bahwa yang bisa menciptakan itu semua hanyalah Allah SWT. Beberapa hal yang menyangkut tentang gambaran seluruh alam semesta, tumbuhan, hewan dan juga pribadi manusia yang semua itu disajikan dalam bentuk Al Quran dan diwujudkan dalam bentuk yang sangat menkjubkan yang bisa mengubah kehidupan manusia ke arah yang lebih baik dan seluruh alam ini terbentanglah ayat-ayat-Nya yang bisa diumpamakan sebagai kitab agung atau sebuah karya sastra yang ditulis oleh Sang Pencipta dengan kalam-Nya di atas lembaran terpelihara. Di dalam dunia ini banyak sekali pandangan-pandangan mengenai estetika sehingga arti dari estetika tersebut berbeda-beda. Misalnya dalam pandangan Kristen, hanya menganggap sebagai media untuk menyalurkan aspirasi terpendam dan bukan sebagai bentuk persembahan agung pada sang pencipta. Berbeda lagi dengan pandangan dari budaya barat, yang lebih menonjolkan bentuk lekuk tubuh wanita telanjang bahkan sedang melakukan persetubuhan. Menurut Oliver Leaman menyebutkan tiga argumen kuat tentang estetika islam yaitu, penggambaran visual yang kreatif berakibat pada dikuasainya akal pikiran, pemusatan pada gambaran yang menghambat pemahaman hakikat segala sesuatu, dan yang terakhir yaitu bahwa nabi mencela segala bentuk pemberhalaan. Hal tersebut menjelaskan bahwa estetika islam sangat menghargai dan memikirkan tentang hubungan kreatifitas otak manusia dengan moralitas untuk menghasilkan karya yang indah, suci dan bisa dihargai sebagai karya seni yang sebenarnya. Tapi menurut pandangan Islam sendiri, estetika lebih menonjolkan satu-kesatuan bentuk yang berulang-ulang sehingga tercipta sesuatu yang harmonis dan seimbang. Keteraturan itu gambaran sebagai pengantar jiwa manusia ke Allah SWT.
4

1.2 Rumusan Masalah Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah definisi Estetika 2. Nilai-nilai Estetika yang terkandung di dalam Al-Quran 3. Nilai-nilai Estetika dalam Seni 4. Bentuk Estetika yang menakjubkan di alam semesta (keajaiban alam) 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulis membuat makalah yang berjudul Islam dan Estetika adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui definisi Estetika 2. Mengetahui nilai-nilai Estetika yang terkandung dalam Al-Quran 3. Mengetahui nilai-nilai Estetika dalam seni 4. Mengetahui bentuk-bentuk Estetika di alam semesta 1.4 Metode Pengumpulan Data Dalam penyusunan makalah ini, perlu sekali pengumpulan data serta sejumlah informasi aktual yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas. Sehubungan dengan masalah tersebut dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan
5

data, yang pertama browsing di Internet, kedua dengan membaca media cetak dan dengan pengetahuan yang penulis miliki. 1.5 Sistematika Penulisan Makalah Masalah Pengangguran di Indonesia ini disusun dengan urutan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Pada bagian ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan. Bab II Pembahasan Pada bab ini dijelaskan secara rinci tentang pembahasan yang terdiri dari definisi estetika, nilai-nilai estetika yang terkandung dalam Al-Quran, nilai-nilai estetika dalam seni, bentukbentuk estetika yang ada di alam semesta (keajaiban dunia). Bab III Penutup Bab terakhir ini memuat kesimpulan dan solusi terhadap masalah islam dan estetika.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Estetika Estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Sedangkan estetika secara etimologi berasal dari Yunani, dari kata yang dibaca aisthetike, di gunakan pertama kali oleh Alexander Gottlieb Baumgarten pada 1735, yang berarti ilmu tentang hal yang bisa dirasakan lewat perasaan. Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut memengaruhi penilaian terhadap keindahan. Misalnya pada masa romantisme di Perancis, keindahan berarti kemampuan menyajikan sebuah keagungan. Pada masa realisme, keindahan berarti kemampuan menyajikan sesuatu dalam keadaan apa adanya. Pada masa maraknya de Stijl di Belanda, keindahan berarti kemampuan mengkomposisikan warna dan ruang dan kemampuan mengabstraksi benda. Namun pada masa kini, keindahan bisa berarti tiga hal, yaitu : 1. Studi mengenai fenomena estetis 2. Studi mengenai fenomena persepsi 3. Studi mengenai seni sebagai hasil pengalaman estetis

Perkembangan lebih lanjut menyadarkan bahwa keindahan tidak selalu memiliki rumusan tertentu, tetapi berkembang sesuai keinginan masyarakat terhadap ide yang dimunculkan oleh pembuat karya. Karena itulah selalu dikenal dua hal dalam penilaian keindahan, yaitu the beauty, suatu karya yang memang diakui banyak pihak memenuhi standar keindahan dan the ugly, suatu karya yang sama sekali tidak memenuhi standar keindahan dan oleh masyarakat banyak biasanya dinilai buruk, namun jika dipandang dari banyak hal ternyata memperlihatkan keindahan.
Dalam hadist Rasulullah menyebutkan Allah itu Indah dan menyukai keindahan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa estetika juga ada dan berpengaruh penting dalam islam dan seni. Ada beberapa tokoh islam yang memiliki pandangan tersendiri mengenai arti penting dari estetika itu sendiri. antara lain :

Sayyid Hussein Nasser memiliki pandangan tentang estetika yaitu kemampuan berbahasa atas serapan pengalaman mistik sebagai scientia sacra (tradisi seni suci) yang memandang realitas tertinggi sebagai kemutlakan, ketakterbatasan dan kesempurnaan. Keindahan yang dihubungkan dengan semua hipotesis tentang riil merupakan refleksi kemutlakan dalam keteraturan dan tatanan ketakterhinggan dalam pengertian batin dan misteri, yang menuntut kesempurnaan. Jadi, dengan kata lain estetika adalah suatu bentuk keteratuaran yang tak terbatas untuk mencapai kesempurnaan Ilahi. Abu Hamid Muhammad Alghazali Altusi adalah seorang tokoh ulama' yang luas ilmu pengetahuannya dan merupakan seorang pemikir besar dalam sejarah falsafah islam dan dunia. Al Ghazali membagi keindahan menjadi beberapa tingkat yaitu, keindahan inerawi dan natsani (sensual) yang disebut juga keindahan lahir, keindahan imajinatif dan emotif, keindahan aqliyah atau rasional, keindahan ruhaniah atau irfani, dan yang terakhir yaitu keindahan ilahiyah atau transendental. Nurcholis Majid atau yang biasa disapa Cak Nur merupakan cendekiawan muslim dan merupakan ikon pergerakan muslim di Indonesia. Cak Nur berpandangan bahwa manusia hidup dalam keberagaman termasuk keberagaman beragama. Dalam Al Quran sendiri telah dijelaskan
8

bahwa umat muslim harus bisa menjaga toleransi beragama debgan umat agama lain. Cak Nur meyakini islam adalah agama pada tiap masa dan tempat sebagai definisi universal islam itu sendiri.

Sayyid Qutub Ibrahim Hussein Syazili, lahir pada 9 Oktober 1906, di Mosyah, dalam wilayah Asyut. Beliau merupakan pemikir, pujangga, penulis, sasterawan, juga ulama ulung di Mesir pada kurun ke-20. Sebagai penulis, Sayyid dikatakan paling banyak dicetak bukunya. Karyanya masih terus diterbitkan hingga kini malah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Terutama tafsirnya Fi Zilalil Quran (Di Bawah Lindungan al-Quran) yang dianggap karya agung oleh kebanyakan ulama. Sebagaimana petikan mukadimah tafsir tersebut yang berbunyi: Kehidupan di bawah lindungan al-Quran itu nikmat. Nikmat yang tidak akan dinikmati selain orang yang merasakannya. 2.2 Nilai-nilai Estetika dalam Al-Quran Sudah menjadi hukum alam, jiwa manusia cenderung untuk mendapatkan kesenangan dari benda-benda yang indah dan cantik. Namun, kecenderungan mewujudkan dalam dirinya berkembang sesuai dengan keyakinan agama serta kearifan masing-masing manusia. Meyakini bahwa Allah adalah pencipta segala keindahan, manusia beriman akan merasa sangat bahagia mendapatkan kecantikan ini dan berupaya sebaik mungkin untuk mensyukuri kemahakuasaan dan keelokan ciptaan-Nya. Kerinduan mereka akan surga menunjang kemampuan untuk menikmati kecantikan. Terlebih lagi, dengan menekuni penggambaran AlQur`an tentang siksaan neraka dan membandingkannya akan membantu manusia beriman mensyukuri nilai-nilai estetika, yang memberikan rasa suka cita pada jiwa mereka. Ayat-ayat Al-Qur`an yang berkaitan dengan surga juga berperan sebagai bimbingan bagi makhluk beriman, karena ayat-ayat itu menguraikan nilai-nilai estetika dan kecantikan yang Allah sudah pilihkan untuk mereka. Inilah bentuk-bentuk kecantikan dan estetika yang menyenangkan Allah. Lebih dari itu, Dia sudah berjanji untuk memberi rahmat
9

kepada hamba-hamba-Nya dengan kemolekan semacamnya kelak di surga. Dalam cahaya tandatanda inilah, orang-orang beriman coba menciptakan satu lingkungan seperti yang digambarkan terdapat di surga, untuk mereka nikmati sendiri di dunia ini, sehingga dengan demikian memperoleh pola hidup yang ditandai dengan melimpahnya keindahan. Salah satu anugerah Allah kepada orang-orang beriman di dunia ini adalah barang-barang perhiasan. Allah menciptakan emas dan perak untuk dijadikan perhiasan, mutiara, bahan-bahan pakaian indah bernilai, dan banyak benda lainnya yang disebutkan di dalam Al-Qur`an, semuanya untuk menghibur dan menyenangkan manusia. Keindahan yang akan Allah anugerahkan di surga kepada hamba-hamba-Nya yang sesungguh-sungguhnya tulus ikhlas adalah disanjung, "Mereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak," (al-Insaan [76]: 21) Di dalam ayat ini, Allah menekankan perhatian kita pada nilai keindahan sutra dan tenunannya. Sebagaimana ayat yang disebutkan, perhiasan perak adalah salah satu ornamen yang Allah ciptakan untuk umat manusia. Sebagai contoh, gelang-gelang perak banyak disebutkan pada ayat-ayat lain. Ayat lain menjelaskan keindahan kalung emas dan mutiara : "Sesungguhnya, Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutra." (alHajj [22]: 23) Allah sudah mengindikasikan bahwa mutiara adalah barang hiasan terkenal yang akan dianugerahkan kepada orang-orang beriman penghuni surga, sebagai pahala. Imbalan untuk semua keindahan itu, kepada manusia hanya dituntut sikap mensyukuri kepada Allah dan hidup di dunia menurut perintah-perintah-Nya dan menjauhi apa pun laranganNya. Mereka yang mematuhinya akan dikaruniai surga dan akan menerima berkah dan
10

keindahan-keindahan tidak terbatas untuk selama-lamanya. Kalau tidak, mereka dibolehkan memanfaatkan untuk sementara segala sesuatu yang tersedia di bumi, yang tak satu pun darinya bakal menolong mereka di hari perhitungan, ketika semua manusia harus menghitung semua perbuatan mereka selama berada di dunia ini. Di akhir penghitungan, mereka ini berhak dijebloskan ke neraka, tempat penyiksaan abadi dan tak tertanggungkan pedihnya. Allah, Dia yang telah menciptakan manusia dalam bentuk terindah, juga memberikan ilham kepada mereka agar mereguk kesenangan dari berbagai macam kecantikan. Di antara semua ciptaan, hanya manusia saja yang mendapat iradah mengenal konsep "kecantikan". Manusia tidak saja menikmati barang-barang cantik, tapi juga berusaha membuatnya. Melalui sejumlah tanda di dalam Al-Qur`an, Allah memberikan penghargaan kepada estetika, kecantikan, dan kemolekan, dan memberikan dorongan kepada hamba-hamba-Nya untuk menikmati itu semua. Di dalam al-Qur'an Dia menyatakan bahwa karunia-Nya, "Katakanlah, 'Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?' Katakanlah, 'Semuanya itu disediakan bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja di hari kiamat)." (al-A'raaf [7]: 32) Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat tersebut, semua kecantikan dan barang apa pun yang menyedapkan di dunia disediakan untuk manusia beriman yang dapat mensyukuri nikmat itu. Sebaliknya, di hari kemudian, banyak benda lainnya yang tak terbandingkan indah dan megahnya akan khusus jadi milik mereka.

Setiap keindahan adalah karya seni milik Allah semata, Pencipta segala sesuatu. Itu sebabnya semua keindahan menakjubkan orang-orang beriman, dan mengapa semua orang beriman mensyukuri Allah atas semua karunia itu, dan makin tambah dekat kepada-Nya. Beberapa rincian berkaitan dengan kehidupan Nabi Sulaiman a.s. mengungkap beberapa isyarat

11

tentang hal ini. Di dalam ayat berikut, Nabi Sulaiman a.s. menjelaskan mengapa beliau menggandrungi kekayaan, kekuasaan, dan kemuliaan, "Maka ia berkata, 'Sesungguhnya, aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan.'" (Shaad [38]: 32) Seperti diperjelas oleh ayat ini, harta milik, kemuliaan, dan kekayaan, yang semuanya mungkin menggiring orang kafir pada kesesatan, hanya diperuntukkan kepada orang beriman agar mensyukuri Allah dan mendapatkan kesenangan-Nya. 2.3 Nilai-nilai Estetika dalam Seni Allah Menganugerahkan Keindahan

Salah satu anugerah Allah kepada orang-orang beriman di dunia ini adalah barang-barang perhiasan. Allah menciptakan emas dan perak untuk dijadikan perhiasan, mutiara, bahan-bahan pakaian indah bernilai, dan banyak benda lainnya yang disebutkan di dalam Al-Qur`an, semuanya untuk menghibur dan menyenangkan manusia. Keindahan yang akan Allah anugerahkan di surga kepada hamba-hamba-Nya yang sesungguh-sungguhnya tulus ikhlas adalah disanjung,

"Mereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak," (al-Insaan [76]: 21)

Di dalam ayat ini, Allah menekankan perhatian kita pada nilai keindahan sutra dan tenunannya. Sebagaimana ayat yang disebutkan, perhiasan perak adalah salah satu ornamen yang Allah ciptakan untuk umat manusia. Sebagai contoh, gelang-gelang perak banyak disebutkan pada ayat-ayat lain. Ayat lain menjelaskan keindahan kalung emas dan mutiara,

12

"Sesungguhnya, Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutra." (alHajj [22]: 23)

Allah sudah mengindikasikan bahwa mutiara adalah barang hiasan terkenal yang akan dianugerahkan kepada orang-orang beriman penghuni surga, sebagai pahala.

Imbalan untuk semua keindahan itu, kepada manusia hanya dituntut sikap mensyukuri kepada Allah dan hidup di dunia menurut perintah-perintah-Nya dan menjauhi apa pun larangan-Nya. Mereka yang mematuhinya akan dikaruniai surga dan akan menerima berkah dan keindahankeindahan tidak terbatas untuk selama-lamanya. Kalau tidak, mereka dibolehkan memanfaatkan untuk sementara segala sesuatu yang tersedia di bumi, yang tak satu pun darinya bakal menolong mereka di hari perhitungan, ketika semua manusia harus menghitung semua perbuatan mereka selama berada di dunia ini. Di akhir penghitungan, mereka ini berhak dijebloskan ke neraka, tempat penyiksaan abadi dan tak tertanggungkan pedihnya.

Dekorasi

Allah, Dia yang telah menciptakan manusia dalam bentuk terindah, juga memberikan ilham kepada mereka agar mereguk kesenangan dari berbagai macam kecantikan. Di antara semua ciptaan, hanya manusia saja yang mendapat iradah mengenal konsep "kecantikan". Manusia tidak saja menikmati barang-barang cantik, tapi juga berusaha membuatnya.

Melalui sejumlah tanda di dalam Al-Qur`an, Allah memberikan penghargaan kepada estetika, kecantikan, dan kemolekan, dan memberikan dorongan kepada hamba-hamba-Nya untuk menikmati itu semua. Di dalam al-Qur'an Dia menyatakan bahwa karunia-Nya,

"Katakanlah, 'Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?'
13

Katakanlah, 'Semuanya itu disediakan bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja di hari kiamat)." (al-A'raaf [7]: 32)

Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat tersebut, semua kecantikan dan barang apa pun yang menyedapkan di dunia disediakan untuk manusia beriman yang dapat mensyukuri nikmat itu. Sebaliknya, di hari kemudian, banyak benda lainnya yang tak terbandingkan indah dan megahnya akan khusus jadi milik mereka.

Setiap keindahan adalah karya seni milik Allah semata, Pencipta segala sesuatu. Itu sebabnya semua keindahan menakjubkan orang-orang beriman, dan mengapa semua orang beriman mensyukuri Allah atas semua karunia itu, dan makin tambah dekat kepada-Nya. Beberapa rincian berkaitan dengan kehidupan Nabi Sulaiman a.s. mengungkap beberapa isyarat tentang hal ini. Di dalam ayat berikut, Nabi Sulaiman a.s. menjelaskan mengapa beliau menggandrungi kekayaan, kekuasaan, dan kemuliaan,

"Maka ia berkata, 'Sesungguhnya, aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan.'" (Shaad [38]: 32)

Seperti diperjelas oleh ayat ini, harta milik, kemuliaan, dan kekayaan, yang semuanya mungkin menggiring orang kafir pada kesesatan, hanya diperuntukkan kepada orang beriman agar mensyukuri Allah dan mendapatkan kesenangan-Nya.

2.4 Bentuk Estetika di Alam Semesta Alam memiliki keindahan yang tidak dapat terukur. Hingga saat ini pun belum ada manusia yang mampu menilai dan mengukur keindahan alam di dunia. Bagaimanapun canggihnya manusia dalam berkarya, ternyata belum ada yang bisa menggantikan ciptaan alam semesta. Manusia boleh bangga dengan hasil ciptaan manusia. Pada saat manusia suntuk kemungkinan yang dituju yaitu keindahan alam bukan keindahan gedung, bangunan pencakar langit dsb. Ini bukti bahwa manusia tidak terlepas dari keidahan alam yang nota bene adalah
14

lingkungannya, tempat hidup makhluk hidup. Alam memiliki keindahan yang tidak dapat terukur. Hingga saat ini pun belum ada manusia yang mampu menilai dan mengukur keindahan alam di dunia. Satu hal yang membuat hati menjadi lapang dan tenang adalah merenungkan keindahan ciptaan Allah Yang Maha Agung di alam semesta, melihat, serta menikmati "kitab yang terbentang" ini. Allah telah berfirman mengenai ciptaan-Nya itu :

Lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah {QS. An-Naml: 60}. Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sesembahan-sesembah an(mu) selain Allah. {QS. Luqman: 11}. Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi". {QS. Yunus: 101}. Rabb Kami ada (Rabb) yang telah memberikan kepada sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian Dia memberinya petunjuk. {QS. Thaha: 50). Maka Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik. {QS. Al-Mu'minun: 14}.

15

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan Estetika membahas hal yang berkaitan dengan refleksi kritis terhadap nilai-nilai atas sesuatu yang disebut indah. Keindahan tidak hanya terbatas pada seni dan alam tapi juga pada moral dan intelektual. Moral yang indah tentunya moral yang baik dan intelek yang indah adalah intelek yang benar, semua itu merupakan nilai positif yang saling terkait sesuai ajaran agama Islam. Dan setiap keindahan adalah karya seni milik Allah semata, Pencipta segala sesuatu. Itu sebabnya semua keindahan dan barang apa pun yang menyedapkan di dunia disediakan untuk manusia beriman yang dapat mensyukuri nikmat Allah atas semua karunia tersebut.

16

Daftar Pustaka
http://musiqalbu.blogspot.com/2006/11/ungkapkan-estetika-seni-dalam-syiar.html http://ceritalily.blogspot.com/2010/10/bestetika-islam-menurut-pandangan-tokoh.html http://www.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1986:estetikadalam-islam&catid=35:artikel-dosen&Itemid=210 http://www.goodreads.com/book/show/3359452-estetika-islam http://ahmadsamantho.wordpress.com/2010/02/23/pemikiran-awal-estetika-seni-lukis-dalamislam/ http://www.minangforum.com/Thread-PENDIDIKAN-SENI-BERBASIS-ESTETIKA-ISLAM http://mswibowo.blogdetik.com/2009/04/27/nilai-estetika-di-tengah-tatanan-dunia/

17

Anda mungkin juga menyukai