Anda di halaman 1dari 3

Anggityariendy Ayu Mahardika (1M101500) Audit Intern Bank

Tugas 3
Kasus 1 Indikasi : Kenaikan kas yang signifikan , (lebih besar dari 25%). Setoran fiktif untuk kepentingan pengurus / pemilik dalam rangka perbaikan cash ratio. Modus Operandi : Pengurus/ pemilik melakukan setoran tunai untuk meningkatkan likuiditas, namun ditarik kembali dengan bon tunai tanpa dibukukan sehingga saldo kas dalam buku kas tidak berkurang. Teknik penulusuran : Yang harus diwawancarai oleh auditor internal adalah : Teller, Head Teller, Pemimpin Cabang .Mengapa demikian, karena seharusnya hal ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh unit independen dalam menegakkan pengendalian , seperti : 1. Setiap hari unit kontrol intern harus memeriksa transaksi transaksi yang berasal dari unit kas. 2. Secara periodik saldo fisik harus diperiksa SKAI. 3. Pemimpin cabang melakukan pemeriksaan kas dadakan. Kesalahan dilihat dari aspek pengendalian intern : Terbukti bahwa seluruh bagian yang bersangkutan tidak mematuhi standar dokumen dan catatan yang cukup , padahal jelas tertera bahwa : 1. Setiap setoran atau penarikan tunai harus dihitung dan dicocokkan dengan bukti setoran/ penarikan . Setiap bukti setoran / penarikan harus diberi cap identifikasi teller yang memproses. 2. Setiap transaksi HARUS DIBUKUKAN dengan baik dan dilengkapi dengan bukti pendukung seperti daftar mutasi cek , cah register( daftar persediaan uang tunai berdasarkan korpurs/masing2 pecahan). Begitu pula dari hal Kontrol Fisik atas Uang Tunai dan Catatan, terbukti pula bahwa Head teller pun tidak memeriksa saldo kas apakah sesuai dengan yang dilaporkan oleh teller atau tidak. Maka dari itu, auditor internal akan melakukan beberapa langkah- langkah untuk mengetahui bagaimana kasus ini terjadi dan penyelesainnya, yaitu : 1. Mencari tahu posisi kas pada neraca per tanggal audit pada periode audit yang telah disajikan dengan benar dan wajar

Anggityariendy Ayu Mahardika (1M101500) Audit Intern Bank 2. Melihat apakah seluruh ketentuan dan prosedur yang berlaku telah ditaati dan dilaksanakan sebagai mestinya atau belum 3. Menilai sistem pengendalian manajemen pada kegiatan tellr cukup memadai atau tidak. Langakah yang kami rekomendasikan untuk memperbaiki kesalahan : 1. Setiap selisih harus dapat diidentifikasi , dilaporkan kepada head teller dan pemimpin cabang, diinvestigasi dan dikoreksi. 2. Selisih uang tunai yang ada pada teller ataupun dalam khasanah(VAULT) harus dibuatkan Berita Acara selisih kas. Kasus 2 Indikasi : Ditemukan bahwa Kolektibilitas Kredit dilaporkan semuanya lancar. Adanya laporan yang tidak benar atau terjadi pemberian kredit tidak sesuai dengan prosedur yang seharusnya karena dilaksanakan melalui pihak lain diluar Bank. Modus Operandi : Bank memberikan kredit kepada debitur, namun prosesnya mulai dari pencarian debitur , analisis pemutusan , pencairan dan penagihan / pelunasan dilakukan oleh perusahaan pihak terkait dengan bank, sedangkan bank hanya sebagai penyedia dana saja. Teknik penulusuran : Yang harus diwawancarai adalah bagian analis kredit, pimpinan cabang, akuntansi. Ada beberapa hal yang ganjal dalam kasus ini, dan sudah jelas menyalahi prosedur yang ada. Tercantum dalam ketentuan umum bahwa seharusnya bank mematuhi ketentuan bank Indonesia tentang pedoman Penyusunan Kebijakan Perkreditan Bank, salah satunya adalah mengupayakan kebijakan kredit yang jelas yaitu melalui KPB (Kebijakan Perkreditan Bank) yang berperan sebagai panduan dalam pelaksanaan semua perkreditan bank. KPB harus dimiliki bank , minimal mencakup : Prinsip kehati - hatian, organisasi manajemen, persetujuan kredit, dokumentasi administrasi, dan penyelesaian kredit bermasalah. Di dalam prinsip kehati- hatian Perkreditan tercantum beberapa hal yang cukup kompleks seperti : Kebijakan pokok perkreditan (pengajuan dan agunan), kebijakan bank dalam pemberian kredit kepada pihak terkait / debitur besar (syarat), pencantuman kredit yang perlu dihindari bank, tata cara penilaian kualitas kredit, dsb. Namun, entah bagaiman caranya proses perkreditan ini ditangani oleh pihak luar bank, padahal kredit merupakan suatu kegiatan vital bank untuk operasional bank itu sendiri. Akan menimbulkan pengaruh yang besar, karena bank tidak menghiraukan prinsip kehati-hatian yang ditentukan Bank Indonesia pula. Langkah yang dilakukan oleh auditor internal :

Anggityariendy Ayu Mahardika (1M101500) Audit Intern Bank 1. Meneliti betul apakah kolektibilitas kredit terjadi dengan menganalisis peningkatan kredit yang tidak produktif pada beberapa periode sebelumnya dibandingkan dengan data pertanggal audit dilaksanakan apakah terjadi perubahan yang material. 2. Secara spesifik auditor juga harus bisa mengidentifikasi kredit-krdeit yang sebenarnya bermasalah namun oleh auditee dikelompokkan dalam kolektibilitas lancar dengan cara melakukan pengujian secara acak terhadap data keuangan nasabah untuk mengetahui apakah RO (relationship officer) telah melakukan evaluasi dengan akurat: - Perputaran piutang - Memburuknya posisi kas debitur - Terlalu banyak persediaan - DER yang tinggi - Memburuknya likuiditas nasabah - Penajaman analisis dengan menghitung Acid Test ratio (persediaan dikeluarkan) - Penurunan jumlah penjualan - Peningkatan penjualan tetapi ada penurunan laba. 3. Meneliti sebab sebab perubahan dan teliti nama nasabahnya berikut posisi kredit tunggakan dan kewajiban kewajiban kepada bank. 4. Teliti file kredit nasabah tersebut dan pilih secara acak nasabah yang akan diperiksa secara lebih mendalam. 5. Dari pemeriksaan tersebut, dapatkan pula gambaran kondisi terakhir debitur. Proses Penyelesaian : 1. Memutuskan hubungan dengan nasabah , yakni dengan cara menyatakan kredit nasabah macet dan melakukan penyelesaian dengan penjualan barang jaminan dan langkah langkah lain seperti likuidasi. 2. Melanjutkan hubungan dengan nasabah dengan cara; - Restrukturisasi kredit - Penjadwalan kembali atas kredit nasabah debitur sehingga nasabah bisa mencicil - Melakukan tambahan jredit baru sehingga usaha nasabah terbantu.

Anda mungkin juga menyukai