Anda di halaman 1dari 4

PAKISAJI- Kecelakaan kerja hingga merenggut empat nyawa terjadi di Pabrik Gula (PG) Kebonagung pukul 10.

30 pagi kemarin. Empat korban tewas itu adalah Pujianto, 30; Mujiono, 28; Harianto, 33; dan Armi Uspahadi, 25. Kesemuanya warga Desa Pesantren, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri. Mereka adalah pekerja CV Dinata Kediri yang sedang mengerjakan proyek membersihkan 10 palung milik PG Kebonagung. Tewasnya empat pekerja itu diduga kuat akibat menghirup gas beracun dari dalam palung (tandon gula). Sebab, keempat korban itu ditemukan sudah tak bernyawa di dalam palung. Dari data yang dihimpun Jawa Pos Radar Malang, pekerja pertama yang menjadi korban adalah Harianto. Dia yang masuk pertama ke palung dengan kedalaman 4 meter, lebar 3 meter, dan panjang 9 meter itu. Tujuannya membersihkan gula sisan (istilah endapan gula) yang menjadi kerak di dalam palung. Nah, baru saja Harianto masuk ke dalam palung itu, tiba-tiba dia lemas dan pingsan. Mengetahui rekan kerjanya pingsan, Pujianto, Mujiono, dan Armi berniat untuk menolong dengan cepat masuk ke dalam palung juga. Alih-alih bisa menolong Harianto, ketiganya justru mengalami nasib serupa. Mereka juga lemas dan pingsan.

Sementara mengetahui empat pekerja pingsan di dalam palung, rekannya yang lain akhirnya tak berani menolong. Sejumlah pekerja langsung melaporkan peristiwa itu ke polisi. Sayang ketika petugas dari kepolisian, PMI Kabupaten Malang, dan tim SAR tiba di lokasi, empat korban sudah tak bernyawa. Jasad korban langsung dilarikan ke RS Saiful Anwar Malang.

Harianto, wakil pimpinan PG Kebonagung menyatakan bahwa pengerjaan pembersihan gula sisan di palung itu memang ditenderkan setiap tahunnya. Pembersihan ini dilakukan setelah masa giling habis. Dan tahun 2013 ini, CV Dinata Kediri yang dapat proyek tersebut. Tender itu dilakukan pada awal Desember. Dan sejak 25 Desember lalu, CV Dinata memulai proyek itu dengan melibatkan 38 pekerja. Diperkirakan untuk membersihkan 10 palung di PG Kebonagung, dibutuhkan 10 hari. Menurut dia, di pabriknya itu ada 210 ton gula sisan tersebar di 10 palung. Hingga kemarin, CV Dinata sudah mengambil sekitar 70 ton gula sisan. Sesuai SOP (prosedur standar), setiap tahun memang kita tenderkan bagi perusahaan-perusahaan untuk membersihkan gula sisan hasil endapan gilingan per tahun, ujar Harianto. Terkait tanggung jawab adanya empat pekerja yang tewas itu, Harianto menjelaskan jika seluruh biaya proses evakuasi korban dan pemulangan jenazah ditanggung oleh PG Keboagung. Namun, untuk tanggung jawab yang lain, imbuh Harianto, PG Kebonagung akan berkomunikasi dulu dengan CV Dinata. Sementara Gatot Prabowo, kepala seksi proses PG Kebonagung menambahkan, endapan gula sisan memang bisa menimbulkan gas beracun. Biasanya PG Kebonagung menggunakan kipas angin yang diarahkan ke endapan gula untuk mengangkat gas yang ditimbulkan sebelum dibersihkan. Selain itu, para pekerja pembersih juga dibekali dengan masker untuk mencegah kontak langsung dengan gas beracun itu. Namun kemarin, selain tidak ada kipas angin, semua pekerja juga tak menggunakan masker. Sehingga, kecelakaan itu terjadi. Secara alami, memang endapan dari gula sisan bisa terjadi fermentasi sehingga bisa menimbulkan gas etanol, terang Gatot. Sebenarnya, ungkap Gatot, CV Dinata sudah tiga kali menjalin kerjasama membersihkan gula sisan hasil penggilingan PG Kebonagung. Dia yakin, seluruh pekerja sudah cukup pengalaman dan memahami prosedur yang dilakukan sebelum membersihkan gula sisan yang menjadi bahan baku kecap tersebut. Sementara Kapolsek Pakisaji AKP Amung Sri W. telah meminta pihak RSSA melakukan visum luar. Dari situ, kepolisian bisa memiliki data untuk mengungkap kasus tersebut. Selain meminta dilakukan visum luar, polisi akan memeriksa seluruh pegawai dari CV Dinata. Seluruh yang akan diperiksa berjumlah sekitar 30 pegawai. Pegawai yang bekerja sebenarnya ada 38, karena 4 pulang dan 4 sudah meninggal, kita besok (hari ini) akan meminta keterangan dari 30 pegawai itu, imbuh AKP Amung. Karena proses penyelidikan tersebut, kini kondisi pabrik telah disterilisasi oleh polisi. Seluruh aktivitas pembersihan terhadap gula sisan dihentikan untuk sementara. Menurut pengakuan Sugiono, 25, korban selamat ketika ditemui di RSSA kemarin, pada saat teman-temannya pingsan, dia sempat masuk ke palung. Maksudnya ingin menyelamatkan adiknya, Harianto, yang sudah tergeletak. Dia sempat menarik tangan lelaki lajang itu. Tetapi tarikannya lepas karena tangan Sugiono basah terkena air gula. Sugiono tak mampu lagi menolong karena dirinya sesak napas menghirup gas yang menyengat. Saya tidak ku at menarik tangan adikku. Saya sendiri selamat karena ditarik teman-teman, ujarnya.

Menurut dia, memang ada kebocoran gas di palung. Dari palung itulah gas beracun keluar. Hal sedana diungkapkan oleh Marsih (40), korban selamat lainnya. Menurutnya, ada yang tidak beres dengan palung itu. Karena saat dia masuk ke palung itu, langsung terhirup gas menyengat ke hidungnya. Padahal, empat hari sebelumnya, pada saat nangani palung yang lain tidak terjadi apa-apa. Dari tanggal 24 Desember kami di sana (PG Kebonagung) tidak terjadi apa-apa. Kok baru di palung kedua terjadi bencana ini, sesalnya.(cw3/cw4/c1/abm)

Sumber: http://radarmalang.co.id/empat-pekerja-tewas-di-pg-kebonagung-1362.htm (Diakses: Minggu, 2 Februari 2014; pukul 23.27 WIB)

Berdasarkan berita kecelakaan kerja yang terjadi di Pabrik Gula (PG) Kebonagung, Malang. Urutan terjadinya kecelakaan dapat terdiri dari beberapa langkah yaitu: 1. Inisiasi, peristiwa bermula saat beberapa pekerja akan membersihkan gula sisan (istilah endapan gula) di Pabrik Gula Kebonagung. 2. Propagasi, ketika salah satu pekerja (Harianto, 33) mulai turun ke palung yang memiliki kedalaman 4 meter tiba-tiba pingsan setelah menghirup gas dari endapan gula (dikarenakan tidak ada kipas angin untuk mengangkat/menghilangkan gas hasil fermentasi gula tersebut sebelumnya dan pegawai tidak mengenakan masker). Kemudian ketiga rekannya (Pujianto, 30; Mujiono, 28; dan Armi Uspahadi, 25) mencoba membantu, tetapi mereka ikut pingsan. 3. Terminasi, ketika pegawai lainnya melihat 4 rekannya pingsan di palung, mereka tidak berani menolongnya dan berinisiatif untuk menghubungi polisi.

Anda mungkin juga menyukai