Anda di halaman 1dari 12

Model-model Pengembangan Kurikulum 1.

Model-model Pengembangan Kurikulum Pengembangan kurikulum sendiri dapat dilihat sebagai proses membuat keputusan program dan memperbaiki produk keputusan tersebut yang di dasarkan pada kontinuitas evaluasi (Wiwik dalam Oliva 1992:160). Pengembangan kurikulum ialah pada adanya kontinuitas evaluasi. Kaitannya dengan suatu sistem pendidikan dan sistem pengelolaan yang dianutnya. Sukmadnata (1977:161) mengungkap ada beberapa model pengembangan kurikulum, yaitu: a. The administrative model, merupakan model yang gagasan pengembangannya datang dan para administrator dan menggunakan prosedur administrasi b. The grass roots model merupakan model yang inisiatif pengembangannya datang dan pengajar atau sekolah. c. Beauchamps system. merupakan model yang dikembangkan oleh Beauchamp dengan mempertimbangkan lima aspek yakni (1) arena (2) personalia (3) organisasi dan prosedur (4) implementasi dan (5) evaluasi. d. The demonstration model, merupakan model grass roots berskala kecil, yang dilakukan secara formal ataupun kurang formal. e. Tabas inverted model, model pengembangan yang bersfat induktif. f. Rogerss interpersonal relations model merupakan model pengembangan kurikulum dilihat dan perkembangan dan perubanan inclividu g. The systematic action-reaserch model, model yang didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. h. Terakhir emerging technical models, suatu model pengembangan kurikulum yang dipengaruhi oleh perkembangan iptek serta nilai efisiensi dan efektivitas dalam bisinis. Model serupa dari penjelasan di atas adalah 1. Model Tyler Pengembangan kurikulum model Tyler dapat ditemukan dalam buku yang berjudul Basic Principle of Curriculum and Intruction yang menyatakan bahwa model pengembangan kurikulum lebih bersifat bagaimana cara merancang suatu kurikulum, sesuai dengan tujuan dan misi instituisi pendidikan. Dengan demikian model tyler ini hnaya memberikan dasar- dasar pengembangannya saja.

Menurut Tyler ada 4 yang dianggap fundamental untuk mengembangkan kurikulum, yaitu :

1) Menentukan Tujuan

Dalam penyusunan suatu kurikulum, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama dan utama , sebab tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan 2) Menentukan Pengalaman Belajar Menentukan pengalaman belajar (learning experiences) adalah aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman belajar pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa, yaitu :

- Pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin di capai. - Setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa. - Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa. - Dalam suatu pengalaman belaajr dapat mencapai tujuan yang berbeda 3) Mengorganisasi Pengalaman Belajar Merancang suatu kurikulum adalah mengorganisasikan pengalaman belajar baik dalam bentuk unit mata pelajaran, maupun dalam bentuk program. Langkah pengorganisasian ini sangatlah penting, sebab denangan pengorganisasian yang jelas akan memberikan arah bagi pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang nyata bagi siswa.

Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar, yaitu :

- Pengorganisasian secara vertikal Pengorganisasian secara vertikal adalah menghubungkan pengalaman belajar dalam satu kajian yang sama dalam tingkat yang berbeda.

Contoh : Pengorganisasian pengalaman belajar yang menghubungkan antara bidang geografi di kelas lima dan geografi di kelas enam.

- Pengorganisasian secara horisontal Pengorganisasian secara horisontal adalah menghubungkan pengalaman belajar dalam bidang geografi dan sejarah dalam tingkat yang sama.

2. Evaluasi Proses evaluasi merupakan langkah yang sangat penting untuk mendapatkan informasi tentang ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi memegang peranan sangat penting, sebab dengan evalusi dapat ditentukan apakah kurikulum yang digunakan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah atau belum. Ada dua aspek yang perlu diperhatikan sehubungan dengan evaluasi , yaitu;

- Evaluasi harus menilai apakah telah terjadi perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. - Evaluasi sebaiknya menggunkan lebih dari satu alat penilaian dalam suatu waktu tertentu.

Model Taba Model laba menitik beratkan kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagi suatu proses perbaikan dan penyempurnaan. Lima langkah pengembangan kurikulum model terbalik dari Taba adalahs sebagai berikut.

1. Menghasilkan unit _ unit percobaan ( pilot unit ) melalui langkah langkah: - Mendiagnosis kebutuhan kebutuhan - Memformulasikan tujuan - Memilih isi - Mengorganisasi isi - Memilih pengalam belajar - Mengorganisasi pengalaman belajar - Menentukan alat evaluasi serta prosedur yang harus dilakukan siswa - Menguji keseimbnagan serta prosedur yang harus dilakukan siswa. 2. Menguji coba untit ekperimen untuk memperoleh data dalam rangka menentukan validitas dan kelayakan penggunaanya 3. Merevisi dan mengonsolidasikan unit unit eksperimen berdasarkan data yang diperoleh dalam uji coba. 4. Mengembangkan keseluruhan kerangka kurilulum. 5. Implementasi dan disemilasi kurikulum yang teruji.

Model Oliva Model Oliva menggambarkan bahwa kurikulum harus bersifat simpel, komprehensif dan sistematik. Menurut Oliva tampak model pengembangan kurikulum terdiri dari 10 komponen, yaitu :

- Perumusan filosofis, sasaran, misi serta visi lembaga pendidikan, yang kesemuanya bersumber dari analisis kebutuhan siswa, dan kebutuhan masyarakat - Analisis kebutuhan masyarkat di mana sekolah itu berada, kebutuhan siswa dan urgensi dari disiplin ilmu yang harus diberikan oleh sekolah. - Tujuan umum dan khusus bagaimana mengorganisasikan rancangan dan mengimplementasikan kurikulum - Bagaimana menjabarkan atau perbedaan antara tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran - Menetapkan strategi pembelejaran untuk mencapai tujuan - Pengembangan kurikulum - Mengimplementasikan strategi pembelajaran - Pengembangan kurikulum kembali - Menyempurnakan alat atau teknik penilaian - Evaluasi terhadap pembelajaran dan evalusi kurikulum

Model Beauchamp Model Beauchamp dinamakan sistem Beauchamp kare diciptakan dan dikembangkan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan lima langkah dlam proses pengembangan kurikulum

1. Menetapkan wilayah atau arena yang akan melakukan perubahan suatu kurikulum. 2. Menetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam proses pengembangan kurikulum. 3. Menetapkan prosedur yang ditempuh, yaitu dalam hal merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar serta menetapkan evaluasi. 4. Implementasi kurikulum.

5. Melaksanakan evaluasi kurikulum yang menyangkut ; Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru di sekolah Evaluasi terhadap desain kurikulum Evaluasi keberhasilan anak didik Evaluasi sistem kurikulum

Model Wheeler Menurut Wheeler, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang membentuk lingkaran. Proses pengembangan kurikulum terjadi secara terus-menerus. Wheeler berpendapat, pengembangan kurikulum terdiri atas lima tahap, yakni :

1. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus. 2. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakaukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam langkah pertama 3. Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar. 4. Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar. 5. Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan. Model Nicholls Menurut Nicholls, ada lima langkah pengembangan kurikulum , yaitu :

1. Analisis situasi 2. Menentukan tujuan khusus 3. Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran 4. Menentukan dan mengorganisasi metode 5. Evaluasi

Model Dynamic Skilbeck Menurut Skilbeck model ini diperuntukkan untuk setiap guru yang ingin mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.

Langkah langkah pengembangan kurikulum adalha sebagai berikut :

a. Menganalisis situasi b. Memformulasikan tujuan c. Menyusun program d. Interpretesi dan implementasi e. Monitoring, feedback, penilaian, dan rekontruksi. 2. Prinsip prinsip pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sesuai dengan Permendiknas, no 22 tahun 2006 tentang standar isi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah dengan berpedoman pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut. a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.

b. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial, ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan dan memperhatikan pengembangan integritas pribadi, kecerdasan spiritual, keterampilan berpikir (thingking skill), kreatifitas sosial, kemampuan akademik, dan keterampilan vokasional.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian kurikulum dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

f. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, non formal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

g. seimbang antar kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan global, nasional, dan lokal untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan global, nasional, dan

lokal harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan perkembangan era globalisasi dengan tetap berpegang pada motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

3. Persamaan dan Perbedaan Modul dan Buku Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisikan materi, metode, batasan-batasan , dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru (Handayani Nuriah, 2008 : 1). Pembelajaran dengan sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut. setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, bagaimana melakukan, dan sumber belajar apa yang harus digunakan. modul meripakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam setiap modul harus : (1) memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya; (2) memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh; dan (3) memfokuskan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur. pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar membaca dan mendengar tapi lebih dari itu, modul memberikan kesempatan untuk bermain peran (role playing), simulasi dan berdiskusi. materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta didik dapat menngetahui kapan dia memulai dan mengakhiri suatu modul, serta tidak menimbulkan pertanyaaan mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari. setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar. Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan beberapa komponen, diantaranya : (1) lembar kegiatan peserta didik; (2) lembar kerja; (3) kunci lembar kerja; (4) lembar soal; (5) lembar jawaban dan (6) kunci jawaban. Komponen-komponen tersebut dikemas dalam format modul, sebagai berikut.

pendahuluan; yang berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai setelah belajar, termasuk kemampuan awal yang harus dimiliki untuk mempelajari modul tersebut.

tujuan Pembelajaran; berisi tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai peserta didik, setelah mempelajari modul. Dalam bagian ini dimuat pula tujuan terminal dan tujuan akhir, serta kondisi untuk mencapai tujuan. tes Awal; yang digunakan untuk menetapkan posisi peserta didik dan mengetahui kemampuan awalnya, untuk menentukan darimana ia harus memulai belajar, dan apakah perlu untuk mempelajari atau tidak modul tersebut. pengalaman Belajar; yang berisi rincian materi untuk setiap tujuan pembelajaran khusus, diikuti dengan penilaian formatif sebagai balikan bagi peserta didik tentang tujuan belajar yang dicapainya. sumber Belajar; berisi tentang sumber-sumber belajar yang dapat ditelusuri dan digunakan oleh peserta didik. tes Akhir; instrumen yang digunakan dalam tes akhir sama dengan yang digunakan pada tes awal, hanya lebih difokuskan pada tujuan terminal setiap modul. Buku adalah salah satu sumber bacaan, berfungsi sebagai sumber bahan ajar dalam bentuk materi cetak (printed material). Secara umum buku dibedakan menjadi 4 jenis; yaitu: a. Buku sumber yaitu buku yang biasa dijadikan rujukan, referensi, dan sumber untuk kajian ilmu tertentu, biasanya berisi suatu kajian ilmu yang lengkap, b. Buku Bacaan, adalah buku yang hanya berfungsi untuk bahan bacaan saja, misalnya novel, cerita, legenda, dll, c. Buku Pegangan, yaitu buku yang bisa dijadikan pegangan guru atau pengajar dalam melakukan proses pengajaran d. Buku bahan ajar, yaitu buku ynag disusun, untuk proses pembelajaran, dan beisi bahan- bahan atau materi yang diajarkan. Buku pelajaran, adalah bahan atau materi pelajaran yang dituangkan secara tertulis dalam bentuk buku yang digunakan sebagai bahan pegangan belajar dan mengajar baik sebagai pegangan pokok maupun pelengkap.Pembelajaran dengan sistem buku memiliki karakteristik sebagai berikut Chedo Wardoyo (2010: 1).

a. setiap buku dirancang untuk dipasarkan secara luas dan lebih transparan.

b. buku tidak wajib atau harus memberikan latihan atau tugas dalam penerapannya.

c. tidak ada rangkuman secara jelas tentang kemungkinan ketidakpahaman pembaca.

d. gaya penulisan naratif tetapi tidak komunikatif dan isi yang disajikan sangat padat.

e. tidak memiliki mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari pembaca

4. Hal- hal yang melatarbelakangi pentingnya guru mengembangkan materi ajar sebagai berikut. Menurut UU No.2 Tahun 2003 guru merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan, dan melaksanakan proses pembelajran, menilai, dn melakukan bimbingan dan pelatihan Pengembangan materi ajar merupakan salah satu aktivitas yang perlu dilakukan guru dalam upaya meningkatkan kompetensi profesional Menurut Pusbuk, rata- rata 50 % buku pelajaran memiliki kualitas yang memenihi syarat untuk digunakan di sekolah Buku pelajaran masih berisi kumpulan materi yang belum diolah secara berarti. Faktor- faktor kemenarikan, ketertaan, kemudahan, keberdayaan pikiran, dan kreativitas belum dikembangkan Bahasa yang digunakan belum tertata dengan baik sehingga siswa dipersulit oleh buku. Bahan ajar dalam bentuk kompilasi dari berbagi sumber yang sejalan dengan rumusan kompetensi dalam silabus merupakan salah satu pilihan bagi program studi, disamping buku teks utama. Dalam mengembangkan bahan ajar ada empat hal penting yang harus dipertimbangkan, yakni. a. approaches. Pendekatan adalah cara mendefinisikan apa yang perlu dipelajari oleh peserta didik dan bagaimana mempelajarinya. b. syllabus. Silabus pada dasarnya merupakan seleksi dan organisasi bahan ajar. c. techniques. Teknik adalah cara bagaimana bahan ajar disajikan kepada peserta didik. d. excercises. Latihan adalah cara bagaimana peserta didik melakukan latihan latihan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya (Nunan, 1991).. 5. Delapan langkah desain pelajaran bahasa Hutchinson (1987 : 74) menyatakan delapan komponen tersebut adalah. a. mengidentifikasi murid atau pelajaran, b. menyiapkan teori atau isi pembelajaran, c. menganalisis situasi pembelajaran, d. menganalisis sasaran yang akan dicapai,

e. menampilkan teori bahasa, f. mengidentifikasi keinginan pokok pembelajaran, g. mengidentifikasi kemampuan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk digunakan dalam pencapaian target dan h. menulis materi untuk menjabarkan potensi yang dimiliki. 6. Ciri-ciri buku pelajaran yang baik. Cunningsworth dalam ( Revell, 1995 : 98) prinsip buku yang baik adalah. a. keakuratan dan kesahihan sangat penting b. struktur dan fungsi sangat diperlukan c. tata bahasa merupakan tahapan untuk peningkatan d. kosakata juga sangat penting e. bahasa dan isi tulisan untuk penguasaan f. siswa belajar lebih tentang pembelajaran bahasa Indonesia g. buku harus sesuai dengan kontek pembelajaran h. buku harus sesuai dengan keterkaitan keadaan dalam pembelajaran i. keempat keterampilan harus diterapkan j. siswa dituntut aktif berbicara dan menyimak k. buku harus sekomprehensif mungkin 7. Hubungan materi pelajaran dengan pembelajaran yang efektif Hutchinson (1987 : 107) dalam bukunya English for Specific Purposes Mengemukakan bahwa prinsip aktual dalam menuliskan materi, agar materi yang diajarkan sesuai dan pemebelajaran menjadi efektif. a) materi menyediakan rangsangan untuk pembelajaran, b) materi membantu untuk mengorganisasi proses mengajar dan pembelajaran, c) materi menggabungkan sebuah tampilan bahasa yang alami dalam pembelajaran, d) materi menghasilkan pembelajaran yang alami, e) materi mempunyai fungsi yang sangat berguna dan f) materi mengandung model yang baik dan memiliki kegunaan dalam penerapan berbahasa.

Chedo Wardoyo. 2010. Pengembangan Bahan Ajar., http://bocahkemplu. blogspot.com/2010/09/pengembangan-bahan-ajar.htmls. Diunduh tanggal 13 Desember 2010

Cunningsworth, Alan. 1995. Choosing Your Coursebook. Oxford: Heinemann. Handayani Nuriah. 2008. Modular Instruction. Diunduh tanggal 13 Desember 2010, http://pesutcity.wordpress.com/2010/04/17/ Modular Instruction.

Hutchinson, Tom and Waters, Alan. 1987. English for Specific Purposes. Cambridge : Sydney.

N.N. 2010. Bagaimana Agar Naskah Anda Menarik Perhatian Penerbit http://www. authorstream.com/ Presentation/Freedom-27026-4-Buku-yang-baik-Bagaimana-agar-naskah-Andamenarik-perhatian-penerbit-Apa-harus-dan-unik-teks-kriteri-as-Entertainment-ppt-powerpoint/

Wachyu Sundayana. 2009. Pengembangan Kurikulum Pendidikan dan Silabus Berbasis Kompetensi di Lingkungan Program Studi Tadris Bahasa Inggris dalam Konteks Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan. Disajikan pada Bedah Kurikulum Prodi Tadris Bahasa Inggris, Jurusan Tarbiyah, STAIN Prof. Dr. H. Mahmud Yunus Batusangkar.

Wiwik Haryani, P. 2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Berpikir. Jurnal Borneo, Vol. 1 No.1 Juli 2007 halaman 4.

Anda mungkin juga menyukai