BAB IV
MENGHITUNG AKAR-AKAR PERSAMAAN
Dalam banyak usaha pemecahan permasalahan, seringkali harus diselesaikan
dengan menggunakan persamaan-persamaan matematis, baik persamaan linier,
persamaan kuadrat, ataupun persamaan suku banyak. Oleh karena itu
pengetahuan dan pemahaman tentang langkah-langkah penyelesaian suatu
persamaan akan sangat bermanfaat.
Pembahasan pada bagian ini akan membantu memahami teknik penyelesaian
persamaan kuadrat dan persamaan suku banyak. Dalam pembahasan
penyelesaian persamaan suku banyak akan ditinjau tentang empat metoda yang
dapat diterapkan, yaitu metoda Fixed Point Iteration, metoda Succesice
Bisection, metoda Secant, metoda Newton.
4.1. Menghitung Akar-akar Persamaan Kuadrat
Bentuk umum persamaan kuadrat adalah dinotasikan sebagai berikut ini :
AX
2
+BX +C =0
Perlu diperhatikan, bahwa dalam bentuk umum persamaan kuadrat tersebut
harga koefisien A tidak boleh sama dengan 0 (nol). Hal ini dapat dipahami,
karena jika A bernilai 0 (nol), maka persamaan tersebut bukan lagi disebut
persamaan kuadrat tetapi merupakan persamaan linier. Sedangkan harga
koefisien B dan konstanta C dimungkinkan mempunyai harga negatif, positif,
atau 0 (nol).
Ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi pada hasil penyelesaian pada suatu
persamaan kuadrat. Kemungkinan pertama, persamaan kuadrat mempunyai dua
harga akar-akar persamaan real dan berbeda. Kemungkinan kedua, persamaan
kuadrat mempunyai dua akar persamaan real dimana keduanya mempunyai nilai
yang sama / kembar. Kemungkinan ketiga, persamaan kuadrat tersebut
2
mempunyai akar-akar imajiner (akar bilangan negatif). Ketiga kondisi tersebut
ditentukan oleh nilai disikriminan pada persamaan kuadrat yang akan dihitung
akar-akar persamaannya. Nilai disikriminan pada suatu persamaan kuadrat
adalah dihitung dengan formula sebagai beriku ini :
DISKRIMINAN =B
2
4AC
Dalam kemungkinan kondisi yang pertama, apabila disikriminan persamaan
kuadrat berharga positif, maka akan diperoleh akar-akar persamaan kuadrat
yang real dan nilainya berbeda. Masing-masing akar persamaan adalah dihitung
dengan formula sebagai berikut :
A
N DISKRIMINA B
X
2
1
+
=
A
N DISKRIMINA B
X
2
2
=
Berikut diberikan contoh persamaan dimana diskriminannya bernilai positif,
sehingga mempunyai dua harga akar-akar persamaan real dan berbeda.
Contoh :
2X
2
+5X +2 =0
Dari persamaan tersebut, diketahui harga koefisien A =2, koefisien B =5, dan
konstanta C =2. Harga diskriminan pada persamaan tersebut dapat dihitung
sebagai berikut :
DISKRIMINAN =B
2
-4AC
=5
2
- 4 x 2 x 2
=25 16
=9
Karena diskriminan persamaan berharga positif, maka harga akar-akar
persamaannya adalah dua bilangan real yang berbeda yaitu sebagai berikut :
A
N DISKRIMINA B
X
2
1
+
=
3
5 . 0
22
9 5
=
+
=
A
N DISKRIMINA B
X
2
2
=
2
22
9 5
=
=
Dari hasil perhitungan di atas, maka harga akar-akar persamaan kuadrat yang
diperoleh adalah X1 =-0.5 dan X2=-2
Dalam kemungkinan kondisi yang kedua, apabila diskriminan persamaan kuadrat
berharga 0 (nol), maka akar-akar persamaan kuadratnya adalah dua bilangan
real dengan harga yang sama / kembar. Dengan kalimat lain berarti persamaan
tersebut hanya mempunyai satu harga saja yaitu X1 =X2 =X12. Dalam kasus ini
harga akar-akar persamaan kuadratnya adalah dihitung dengan formula sebagai
berikut ini :
A
B
X
2
12
=
Berikut diberikan contoh sebuah persamaan kuadrat dimana diskriminannya
bernilai nol, sehingga mempunyai akar-akar persamaan real dan harganya sama
/ kembar.
Contoh :
X
2
+6X +9 =0
Dari persamaan tersebut, diketahui harga koefisien A =1, koefisien B =6, dan
konstanta C =9. Harga diskriminan pada persamaan tersebut adalah sebagai
berikut :
DISKRIMINAN =B
2
-4AC
4
=6
2
- 4 x 1 x 9
=36 36
=0
Karena diskriminan persamaan kuadrat berharga nol, maka harga akar-akar
persamaannya adalah dua bilangan real yang sama yaitu sebagai berikut :
A
B
X
2
12
=
3
1 2
6
=
=
x
J adi harga akar-akar persamaan kuadrat tersebut adalah X12 =-3
Dalam kemungkinan ketiga, apabila harga diskriminan persamaan kuadrat
bernilai negatif, maka maka akar- akar persamaan kuadrat bersifat imaginer.
Berikut diberikan contoh sebuah persamaan kuadrat dimana diskriminannya
bernilai negatif, sehingga mempunyai akar-akar persamaan yang bersifat
imaginer.
Contoh :
2X
2
+X +2 =0
Dari persamaan tersebut, diketahui harga koefisien A =1, koefisien B =1, dan
konstanta C =2. Harga diskriminan pada persamaan tersebut adalah sebagai
berikut :
DISKRIMINAN =B
2
-4AC
=1
2
- 1 x 1 x 2
=1 8
=- 8
Karena diskriminan persamaan berharga negatif, maka harga akar-akar
persmaannya adalah imaginer. Hal ini dapat dipahami karena untuk menghitung
5
akar-akar persamaan kuadrat selalu melibatkan hasil perhitungan yang diperoleh
dari harga akar kuadrat dari diskriminan pada persamaan kuadratnya.
Sedangkan nilai dari akar suatu bilangan negatif adalah bilangan imaginer,
sehingga akar-akar pada persamaan kuadrat yang mempunyai diskriminan
negatif akan menghasilkan suatu bilangan imaginer.
Secara logika, penyelesaian permasalahan untuk menghitung akar-akar
persamaan kuadrat adalah dimulai dengan membaca data-data masukan untuk
koefisien-koefisien pada A dan B dan konstanta persamaan pada C. J ika harga
koefisien A bernilai nol, maka pembacaan data-data masukan harus diulangi
karena jika A bernilai nol, maka bukan merupakan persamaan kuadrat. Langkah
selanjutnya adalah menghitung harga diskriminan persamaan. Harga diskriminan
yang diperoleh akan menentukan harga pada akar-akar persamaannya.
J ika diskriminan bernilai positif, maka proses dilanjutkan untuk menghitung akar-
akar persamaan kuadrat yang berupa dua bilangan real yang berbeda. J ika
diskriminan bernilai nol, maka proses dilanjutkan untuk menghitung akar-akar
persamaan kuadrat yang berupa dua bilangan real yang sama / kembar. Namun
jika diskriminan bernilai negatif, maka proses dilanjutkan untuk memberikan
pesan bahwa harga akar-akar persamaan kuadrat adalah bilangan imaginer.
Harga-harga akar persamaannya adalah dihitung dengan menggunakan formula-
formula sebagaimana telah dijelaskan pada uraian di atas.
Proses selanjutnya adalah tinggal mencetak hasil-hasil perhitungan yang
diperoleh tersebut. Proses logik seperti ini dapat digambarkan dalam flowchart
prosedur sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.1.
Pada Gambar 4.1, A, B, dan C merupakan variabel-variabel untuk menyimpan
data-data masukan untuk koefisien-koefisien dan konstanta pada persamaan
kuadrat. DISK digunakan sebagai variabel untuk menyimpan harga diskriminan.
Sedangkan X1, X2, dan X12 adalah variabel-variabel yang digunakan untuk
menyimpan harga akar-akar persamaan kuadrat hasil perhitungan yang
dilakukan.
6
MULAI
Baca A,B,C
DISK=B
2
4xAxC
DISK >0
X1 =((-B) +SQRT(DISK)) /(2xA)
X2 =((-B) - SQRT(DISK)) /(2xA)
DISK =0
X12 =(-B) / 2xA
X12 X1, X2 Akar Imaginer
Selesai
YA
TIDAK
YA
TIDAK
Gambar 4.1 : Flowchart menghitung akar-akar persamaan kuadrat
Solusi dalam bentuk algoritma untuk menyelesaikan permasalahan menghitung
harga akar-akar persamaan kuadrat dapat dituliskan sebagai berikut ini :
Masukkan koefisien-koefisien dan konstanta persamaan kuadrat A, B, dan C
Harga A tidak sama dengan nol.
1. Mulai
2. Baca data
A, B, C
3. Hitung diskriminan persamaan
DISK =B^2 4 x A x C
4. Cek harga diskriminan
7
IF DISK >0
J ika ya, hitung akar-akar persamaan
X1 =((-B) +SQRT(DISK)) / (2 x A)
X1 =((-B) - SQRT(DISK)) / (2 x A)
Lanjutkan ke langkah-5
Cek harga diskriminan
IF DISK =0
J ika ya, hitung akar-akar persamaan
X12 =( -B ) / (2 x A)
5. Cetak hasil
X1 dan X2 atau X12 atau pesan (akar-akar imajiner)
6. Selesai
4.2. Menghitung Akar-akar Persamaan Suku Banyak
Persamaan suku banyak adalah suatu persamaan yang mempunyai pangkat
lebih dari 2 pada salah satu variabelnya. Beberapa contoh persamaan suku
banyak adalah sebagai berikut :
X
3
+3X +2 =0 .................... (1)
X
7
- 0.2X
3
+ 3X
2
+ 6X - 22 =0 .................... (2)
0.35X
6
- 5X
5
- 7X
3
+ 9.5 X
2
- 11.5 =0................... (3)
Untuk menghitung akar-akar persamaan suku banyak seperti di atas dapat
diselesaikan dengan beberapa cara, yaitu dengan menggunakan pendekatan
metoda Newton, pendektakan metoda Secant, pendekatan metoda Succesive
Bisecton, atau pendekatan metoda Fixed Point Iteration. Penyelesaian dengan
pendekatan metoda-metoda tersebut akan memberikan hasil yang cukup baik /
akurat. Sekalipun demikian, secara relatif kita dapat membandingkan tingkat
akurasi pada hasil perhitungannya. Selain itu, kita juga dapat membandingkan
efisiensi proses yang diperlukan utuk menemukan hasi penyelesaian akhirnya.
8
Dalam kasus tertentu mungkin pendekatan pada salah satu metoda akan relatif
lebih baik untuk dterapkan, namun bisa jadi akan relatif kurang baik jika terapkan
dalam kasus yang lainnya. Oleh karena itu, dalam penerapannya kita dapat
memilih dan menentukan salah satu pendekatan metoda yang paling tepat
sesuai dengan permasalahannya.
Persamaan yang dimiliki pada keempat pendekatan tersebut adalah dalam
mencari akar-akar persamaan akan memerlukan harga pendekatan awal sebagai
dasar bagi pencarian harga akar-akar persamaan yang sesungguhnya. Dari
harga awal tersebut kemudian dapat dihitung harga-harga pendekatan baru
dengan cara menggeser / menambah sedikit demi sedikit hingga pada akhirnya
akan ditemukan harga yang dicari. Harga akar-akar persamaan yang dicari
adalah harga-harga yang memenuhi bagi persamaan tersebut, yaitu harga-harga
yang membuat persamaan menjadi benar.
Suatu permasalahan yang perlu dipikirkan dalam menyelesaikan persamaan
suku banyak dengan menggunakan pendekatan pada metoda-metoda tersebut
adalah bagaimana menetapkan harga pendekatan awal yang tepat. Harga
pendektan awal mestinya suatu harga yang telah mendekati harga penyelesaian
sesungguhnya yang akan dicari. Untuk keperluan tersebut, kecakapan
pengetahuan tentang sifat-sifat fungsi akan membantu.
Dalam proses mencari penyelesaian suatu persamaan suku banyak juga sering
terjadi bahwa hasil akhir penghitungan akar-akar persamaan yang diperoleh tidak
tepat sekali jika disubstitusikan dalam persamaannya. Oleh karena itu, harga
yang dicari biasanya adalah suatu nilai yang mendekati sesuai dengan nilai
sesungguhnya yang membuat persamaan menjadi bernilai benar.
Cara yang dapat digunakan untuk menentukan harga pendekatan yang terbaik
adalah dengan memberikan suatu kriteria berupa suatu batas ketelitian yang
ditetapkan sehingga hasil perhitungan yang diperoleh dapat dianggap telah
memenuhi sebagai penyelesaian. Kriteria tersebut biasanya dapat dicek
menggunakan epsilon yang dilambangkan dengan simbol . Batas ketelitian yang
digunakan adalah suatu nilai yang sangat kecil hampir mendekati 0 (nol). Harga
9
akar-akar persamaan yang dicari dianggap telah ditemukan jika telah memenuhi
batas ketelitian yang dimaksud.
Permasalahan lain yang dapat terjadi dalam menyelesaikan persamaan suku
banyak adalah bahwa persamaan tersebut bisa jadi tidak mempunyai
penyelesaian, sehingga perhitungan yang dilakukan tidak akan menemukan
harga akar-akar persamaan yang sungguhnya. Dalam kasus-kasus penyelesaian
persamaan yang sangat kompleks bisa saja hal ini terjadi.
Untuk menyelesaikan persamaan suku banyak dengan pendekatan metoda-
metoda di atas memerlukan pengetahuan dan kecakapan tertentu dalam
menerapkan metoda yang digunakan. Sebagai contoh, jika kita akan
menggunakan pendekatan metoda Newton, maka kita dituntut untuk memahami
tentang fungsi derivatif dari persamaannya. Bagi seseorang mungkin hal ini akan
menimbulkan permasalahan dan menjadi hambatan dalam menerapkan metoda
tersebut.
Permasalahan yang lain masih mungkin terjadi dalam menyelesaikan suatu
persamaan suku banyak. Suatu ketika kita mungkin akan menerapkan
pendekatan metoda Fixed point Iteration, tetapi ternyata kita kesulitan
mengubah bentuk persamaannya.
Contoh :
3.5X
4
3.1X
3
- 0.5X
2
+ 0.25X =0.33
7
X ........... (4)
Persamaan (4) di atas akan menjadi sangat sulit kita ubah bentuknya menjadi
sebagai persamaan (1), (2), dan (3), yaitu suku sebelah kanan tanda sama
dengan bernilai nol (0).
Penyelesaian persamaan suku banyak dengan pendekatan keempat metoda
tersebut di atas sebenarnya dikembangkan berdasarkan suatu konsep model
matematis pengolahan data. Dalam konsep model matematis pengolahan data,
nilai pendekatan pada suatu tahap tertentu akan menjadi acuan bagi nilai
pendekatan pada tahapan selanjutnya. Konsep tersebut merupakan model
10
umum yang digunakan dalam pengolahan data. Gambar 4.2 menunjukkan
konsep model matematis pengolahan data tersebut.
Gambar 4.2 : Konsep model matematis pengolahan data
X
n
F(X
n)
X
n+1
Berdasarkan konsep model matematis pengoalahan data tersebut, maka proses
perhitungan yang terjadi di dalamnya merupakan suatu proses berulang yang
dapat dijabarkan menjadi rincian proses yang sama, yaitu seperti berikut ini :
X
1
Proses X
2
X
2
Proses X
3
X
3
Proses X
4
. .
. .
. .
X
n +1 =
F(X
n
)
Dalam model umum tersebut, X1 menyatakan harga pendekatan awal
penyelesaian yang kita tetapkan. Selanjutnya X1 diolah untuk mencari harga
pendekatan penyelesaian yang semakin baik, yaitu X2. Harga X2 kemudian
diolah kembali dan akan mendapatkan harga pendekatan penyelesaian yang
baru, yaitu X3. Demkian proses ini akan dilakukan terus -menerus hingga
ditemukan harga akar-akar persamaan yang dicari, yaitu ketika hasilnya telah
memenuhi kriteria batas ketelitian yang ditetapkan.
Cacah iterasi perulangan yang harus dilakukan (=n) dalam model umum tersebut
sebenarnya tidak pernah dibatasi. Namun demikian, untuk menghindari
terjadinya proses perulangan yang tidak pernah berhenti, maka dapat ditetapkan
batas tertentu misalnya sebanyak 20 kali. Alasannya adalah dengan cacah iterasi
perulangan yang ditetapkan tersebut, jika harga pendekatan awal X1 cukup baik,
maka harga akar-akar persamaan yang dicari akan dapat ditemukan.
11
4.2.1. Metoda Newton
Proses perhitungan akar-akar persamaan dengan pendekatan metoda Newton
dimulai dengan menetapkan harga pendekatan awal akar persamaan yang
diinputkan sebagai X, dan Epsilon (=) yaitu suatu harga yang sangat kecil yang
mendekati nol (0) yang ditetapkan sebagai batas ketelitian yang dikehendaki.
Proses berikutnya adalah melakukan proses berulang untuk menghitung nilai
penambahan untuk pendekatan penyelesaian baru yang lebih baik berdasarkan
harga awal X, yaitu harga akar-akar persamaan yang dicari.
Proses perulangan akan berhenti jika harga X telah konvergen, yaitu jika harga
multak F(X
n
) kurang dari harga batas ketelitian yang ditetapkan, artinya akar
persamaan telah ditemukan atau jika cacah perulangannya telah mencapai 20
kali.
Nilai-nilai pendekatan baru akar-akar persamaan pada metoda Newton
merupakan titik potong kurva F(X) pada sumbu X yang didekati dengan kurva
yang dibentuk berdasarkan pada pendekatan harga akar persamaan (=X) yang
mendahuluinya.
Harga pendekatan pada akar persamaan suku banyak dengan metoda Newton
pada iterasi-iterasi berikutnya adalah dihitung dengan formula sebagai berikut :
XR =X F(X) / F(X)
Keterangan:
XR : harga pendekatan akar persamaan untu iterasi berikutnya
X : harga estimasi akar persamaan estimasi sebelumnya
F(X) : fungsi X yang dicari akar-akar persamaannya
F(X) : fungsi derivatif dari F(X)
12
Gambar 4.3 : Mencari akar-akar persamaan suku banyak dengan
pendekatan metoda Newton
F(X)
X2 X3 X1
X
Y
Proses penentuan harga pendekatan akar-akar persamaan dengan meotda
Newton adalah ditunjukkan pada Gambar 4.3, sedangkan flowchart prosedurnya
ditunjukkan pada Gambar 4.4. Solusi dalam bentuk algoritma untuk menghitung
akar-akar persamaan suku banyak dengan pendekatan metoda Newton dapat
dituliskan sebagai berikut ini :
Masukan X sebagai harga awal akar-akar persamaan dan sebagai batas
ketelitian.
1. Mulai
2. Proses berulang langkah-2 sampai dengan langkah-4
FOR I =1 TO 20
3. Hitung harga pendekatan baru.
XR =X FX / F(X)
4. Cek konvergensi dengan membandingkan harga mutlak F(XR) dengan
IF | F(XR) | <
J ika Ya, cetak hasil
(XR, F(XR))
5. Simpan nilai pendekatan baru
X =XR
6. Cetak pesan
13
(Akar-akar persamaan tidak ditemukan dalam 20 iterasi)
7. Selesai
Mulai
Baca X,
FOR I =1 TO 20
XR =X F(X) / F(X)
|F(XR)| <