Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Fistula preauricula
Terjadi bila terdapat kegagalan penggabungan tuberkel kesatu dan tuberkel kedua. Merupakan kelainan herediter yang bersifat dominan. Sering ditemukan didepan tragus berbentuk bulat atau lonjong dengan ukuran seukuran pensil. Dari muara fistel sering keluar cairan yang berasal dari kelenjar sebasea.
Pada mikrotia, daun telinga bentuknya lebih kecil dan tak sempurna, sering disertai tidak terbentuknya (atresia) liang tlinga dan kelainan tulang pendengaran. Penyebabnya belum diketahui dengan jelas. Diduga faktor genetik, infeksi virus, intoksikasi bahan kimia dan obat teratogenik. Pemeriksaan fungsi pendengaran dan CT-Scan tulang temporal dengan resolusi tinggi diperlukan untuk menilai keadaan telinga tengah dan telinga dalam.
Daun telinga tampak lebih lebar dan menonjol. Fungsi pendengaran tidak terganggu.
Biasanya disebabkan oleh trauma. Terdapat kumpulan darah di antara perikondrium dan tulang rawan. Kumpulan darah ini harus dikeluarkan secara steril guna mencegah terjadinya infeksi yang nantinya dapat menyebabkan perikondritis. 2. Perikondritis
Radang pada tulang rawan yang menjadi kerangka daun telinga. Terjadi karena trauma akibat kecelakaan, operasi daun telinga yang terinfeksi dan sebagai komplikasi pseudokista daun telinga. Bila pengobatan dengan antibiotik gagal, dapat terjadi komplikasi berupa mengkerutnya daun telinga akibat hancurnya tulang rawan yang menjadi kerangka daun telinga (cauliflower ear).
3. Pseudokista
Benjolan di daun telinga yang disebabkan adanya kumpulan cairan kekuningan di antara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga. Pasien datang ke dokter, dengan keluhan benjolan di daun telinga yang tidak nyeri dan tidak diketahui penyebabnya. Kumpulan cairan ini harus dikeluarkan secara steril untuk mencegah terjadinya perikondritis. Kelainan Liang Telinga 1. Serumen
Serumen ialah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debu. Dalam keadaan normal serumen terdapat di sepertiga luar liang telinga karena kelenjar tersebut hanya ditemukan di daerah ini. Konsistensinya biasanya lunak, tetapi kadang-kadang kering. Dipengaruhi oleh faktor keturunan, iklim, usia dan keadaan lingkungan. Serumen dapat keluar sendiri dari liang telinga akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah membran timpani menuju ke luar serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah. Walaupun tidak mempunyai efek anti bakteri ataupun anti jamur, serumen mempunyai efek proteksi. Serumen mengikat kotoran, menyebarkan aroma yang tidak disenangi serangga. Gumpalan serumen yang menumpuk di liang telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran berupa tuli konduktif.
2. Benda asing di liang telinga Pada anak kecil sering ditemukan kacang hijau, manik, mainan, karet penghapus dan terkadang baterai. Pada orang dewasa yang relatif sering ditemukan adalah kaas cotton bud yang tertinggal, potongan korek api, patahan pensil, kadang-kadang ditemukan serangga kecil seperti semut dan nyamuk. Usaha mengeluarkan benda asing pada anak, harus dipegang sedemikian rupa sehingga tubuh dan kepala tidak dapat bergerak bebas. Bila binatang masih hidup, harus dimatikan dulu dengan memasukkan tampon basah ke liang telinga lalu meneteskan cairan (misalnya rivanol atau obat anastesi lokal) lebih kurang 10 menit. Setelah binatang mati, dikeluarkan dengan pinset atau diirigasi dengan air bersih yang hangat. Benda asing berupa baterai, sebaiknya jangan dibasahi mengingat efek korosif yang ditimbulkan.
3. Otitis eksterna
Radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang mempermudah radang telinga luar adalah perubahan pH di liang telinga yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Predisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma ringan ketika mengorek telinga. Otitis Eksterna Akut Terdapat 2 kemungkinan otitis eksterna akut yaitu Otitis eksterna sirkumskripta dan Otitis ekterna difus.
a. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel=bisul) Terjadi infeksi pada kelenjar pilosebaseus sehingga membentuk furunkel. Penyebabnya biasanya staphylococcus aureus atau staphylococcus albus. Gejalanya ialah nyeri hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan loggar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul penekanan perikondrium. Rasa nyeri juga dapat timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat gangguan pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbt liang telinga. Terapi tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotika dalam salep seperti polymixin B atau bacitracin atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol). Kalau dinding furunkel tebal, dilakukan insisi, kemudian dipasang salir/drain untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan antibiotika secara sistemik, hanya diberikan obat simtomatik seperti analgetik dan obat penenang.
b. Otitis ekterna difus Biasanya mengenai kulit liang telinga 2/3 dalam. Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Penyebab biasanya golongan pseudomonas, staphylococcus albus, escherichia coli dan sebagainya. Otitis ekterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis. Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung musin (lendir) seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media. Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga. Memasukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik.
4. Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembapan yang tinggi di daerah tersebut. Yang tersering adalah pityrosporum, aspergillus. Kadang-kadang ditemukan juga kandida albikans atau jamur lain. Pityrosporum menyebabkan terbentuknya sisik yang menyebabkan ketombe dan merupakan faktor predisposisi otitis eksterna bakterialis. Gejala biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga tapi sering pula tanpa keluhan. Pengobatannya dengan membersihkan liang tlinga. Larutan asam aseat 2% dalam alkohol, larutan iodium povidon 5% atau tetes telinga yang mengandung campuran antibiotik dan steroid yang diteteskan ke liang telinga. Kadang diperlukan obat anti jamur (salep) diberikan secara topikal yang mengandung nistatin, klotrimoksazol.