Bagaimana Membentuk Kepribadian Islam? Ini adalah pertanyaan yang paling penting di masa sekarang. Sebab, umat Islam yang telah lama kehilangan bentuk kehidupan Islam yang menyeluruh secara riil ini memang telah kehilangan kepribadian mereka. Bahkan gambaran tentang kepribadian Islam pun banyak yang mereka tak mengetahui. Sebagaimana telah dibahas dalam sesi pertama bahwa kepribadian Islam atau syakhshiyyah Islamiyyah dalam diri seseorang terwujud manakala ia telah bertekad untuk memiliki pola berfikir Islami ( aqliyyah Islamiyyah) dan pola pengendalian tingkah laku yang Islami ( nafsiyyah Islamiyyah). Dan tekad seperti itu dalam diri seorang muslim tentunya muncul karena dia memiliki a idah Islamiyyah. Dari sini dapat dipahami bahwa pembentukan syakhshiyyah Islamiyyah dalam diri seseorang dapat ditempuh melalui dua tahapan. Pertama, mengintroduksikan a idah Islamiyyah kepada diri seseorang agar dia jadikan a idah atau pandangan hidupnya. Kedua, seorang muslim yang telah memiliki a idah Islamiyyah itu bertekad menjadikan a idah Islamiyyah itu sebagai landasan (qaidah) dalam melakukan proses berfikirnya sehingga dia memiliki pola berfikir Islami (aqliyyah Islamiyyah) sekaligus menjadikan a idah itu sebagai landasan (qaidah) dalam mengatur dan mengendalikan tingkah lakunya serta keinginan!keinginannya (nafsiyyah Islamiyyah). Setelah terbentuk syakhshiyyah Islamiyyah dalam diri seorang muslim bukan berarti dia terus diam berpangku tangan. "ustru dia harus merawat dan membina atau mengembangkan kepribadiannya. Sebab, dalam memberikan status kepribadian Islam atau belum, tidak ditinjau dari segi kualitas kepribadiannya, melainkan ditinjau dari segi apakah ia telah bertekad memiliki a liyyah Islamiyyah dan nafsiyyah Islamiyyah atau tidak. #rtinya, apabila orang sudah bertekad menjadikan a idah Islamiyyah sebagai landasan berfikirnya berarti dia telah memiliki a liyyah Islamiyyah$ tanpa diperhitungkan apakah dia telah hafal #l %ur&an '( ju) ataukah baru bisa menghafal #l *atihah dan +%ulhu, buat shalat$ apakah dia hafal ribuan hadits dengan sanad dan matannya ataukah baru mengetahui potongan hadits "innamal a'maalu binniyyaat"$ apakah dia menguasai fi ih mad)hab Syafi&i ataukah cuma tahu beberapa hukum pokok seperti haramnya mencuri dan minum khamer atau wajibnya shalat dan haji tanpa mengerti dalil!dalilnya. "uga seorang muslim dikatakan telah memiliki nafsiyyah Islamiyyah manakala ia telah bertekad menjadikan a idah Islamiyyah sebagai landasan yang mengatur keinginan dan tingkah lakunya$ tanpa diperhitungkan apakah dia gemar bertahajjud ataukah masih sebatas melaksanakan shalat lima waktu$ apakah dia sudah rajin puasa Senin!-amis atau bahkan puasa Dawud ataukah masih sebatas puasa .amadlan$ apakah dia sudah rajin menolong orang dan membantu kesulitan finansialnya ataukah sebatas mengeluarkan )akat fitrah. Semuanya sama disebut memiliki syakhshiyyah Islamiyyah, hanya saja berbeda kualitasnya. /entu saja setiap muslim selalu bercita!cita menjadi orang yang berkepribadian luhur, orang yang alim lagi shalih, memiliki kepribadian yang mendekati kesempurnaan. Di sinilah, perlunya pembinaan dan pengembangan kepribadian Islam.
Menancapkan Aqidah yang Produktif -arena syakhshiyyah Islamiyyah fondasinya adalah a idah Islamiyyah, maka setiap muslim yang telah bertekad memiliki a idah Islamiyyah hendaknya meninjau kembali a idahnya0 benarkah a idahnya telah merupakan a idah a liyyah yang muncul dari proses berfikir sebagaimana yang dianjurkan Imam #s Syafi&i r.a. di atas1 "ika belum, maka dia harus mengoreksinya dengan memikirkan alam semesta dan mencari jawab siapa yang berada di balik alam semesta, kehidupan, dan manusia1 2engapa demikian1 Sebab, pemikiran yang menyeluruh tentang alam, kehidupan, dan manusia, segala sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia, yang ada setelah kehidupan dunia serta hubungan antara kehidupan dunia dengan segala sesuatu yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia itu merupakan pemikiran yang paling mendasar (fikrah asasiyah). 3emikiran semacam inilah yang menjadi pangkal bagi penyelesaian masalah! masalah hidup. Dan dengan menjadikan fikrah asasiyah sebagai a idah seorang muslim, maka dia akan bisa berfikir dan berbuat dalam rangka mengatasi segala problema yang dihadapinya. Sebagai contoh a idah yang menggerakkan seseorang atau suatu umat adalah a idah Islamiyyah yang telah menerangi para shahabat .asulullah saw. yang sebelumnya hidup dalam kegelapan jahiliyyah. 2ereka sadar bahwa hidup tidak hanya di dunia saja, melainkan akan berlanjut kepada kehidupan akhirat yang merupakan tempat pembalasan dari amal baik dan buruk manusia di dunia. 2ereka sadar bahwa yang layak disembah bukanlah 4ata, 5))a, 2anata dan batu!batu berhala lainnya yang tak memberikan mudlarat maupun manfaat$ yang layak disembah adalah #llah .abbul &alamiin. 2ereka bergiat dalam ibadah, mensucikan diri dari lumpur!lumpur perbuatan hina yang pernah mereka lakukan atau saksikan di )aman jahiliyyah$ bahkan mereka terus!menerus berjuang mengakkan agama #llah S6/ dengan dakwah dan jihad fi sabilillah. Itulah buah a idah yang benar, yang tidak membuat pikiran jumud dan beku, tapi justru membuat pikiran dan jiwa!jiwa yang produktif. "ika a idah Islamiyyah diperoleh melalui proses mengamati dan meneliti kebenaran a idah itu (baik dengan dalil a li maupun na li) maka pribadi seorang muslim akan memiliki 7italitas yang tinggi. 8amun jika a idah Islam yang dimilikinya hanyalah warisan dari generasi terdahulu lewat dikte dan hafalan, maka a idah itu tak menggerakkan dirinya sama sekali. Bahkan pikiran dan tingkah lakunya bisa!bisa diarahkan dan dikontrol oleh pandangan!pandangan hidup lainnya yang bertebaran di muka bumi ini. Inilah realitas yang terjadi pada kebanyakan umat Islam di berbagai negeri Islam dewasa ini. Bayangkan, dengan ilah, nabi, kitab suci, dan kiblat yang satu mereka terpecah belah dalam lebih dari 9( negara dengan ragam hidup bernegara dan bermasyarakat yang berbeda!beda. 3adahal #llah S6/ telah menyeru mereka untuk bersatu padu dan berpegang teguh pada agama Islam, sebagaimana firman8ya0
-, ( ) * + % & ' $ # ! " -, < = > ; ) 8 < : $ 6 8 9 * + 7 $ ) , 6 3 4 5 2 1" $ 0 # / $ . * + ! " & ? : ! " ) / > % ! )
"Berpegang teguhlah kalian kepada tali (agama) Alah dan janganlah kalian bercerai berai! dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh musuhan! maka Allah mempersatukan hatimu! lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah "rang "rang yang bersaudara# dan kamu telah berada di tepi jurang neraka! lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya$ %emikianlah Allah menerangkan ayat ayat &ya kepadamu! agar kamu mendapat petunjuk$" (%S. #li Imran :('). ;leh karena itu, harus ada pembenahan masalah!masalah a idah dalam diri umat ini agar mereka menemukan 7italitasnya kembali.
Meningkatkan Kualitas Berfikir Sebagaimana telah dikatakan bahwa seorang muslim yang telah membentuk kepribadian Islamnya tidak berarti telah selesai kewajibannya. Ia harus melestarikannya dan membinanya atau mengembangkan kepribadiannya. Dalam hal ini dia harus meningkatkan kualitas berfikir Islaminya serta meningkatkan ketaatannya kepada #llah sehingga nafsiyyahnya pun menjadi tinggi. Dalam hal meningkatkan kualitas berfikir Islaminya dia harus menyadari bahwa proses berfikir adalah mempertemukan antaran fakta (al 'aaqi') dan informasi (al ma'luumaat). Dan berfikir Islami itu berarti mempertemukan dua komponen berfikir itu dengan landasan berfikir ( qaidah fikriyyah) a idah Islamiyyah. #rtinya, dia hanya akan menggunakan informasi!informasi Islam atau informasi!informasi yang dibenarkan oleh Islam dalam menilai fakta yang dihadapinya. #gar seorang muslim dapat mempertemukan informasi!informasi Islam dalam menilai fakta!fakta yang dihadapinya, dia harus mencurahkan tenaga untuk mempelajari ilmu!ilmu keislaman (tsaqafah Islamiyyah), baik itu ilmu tentang a idah Islamiyyah atau ilmu tauhid, teks!teks #l %ur&an beserta tafsirnya serta ilmu!ilmu yang berkaitan dengan #l %ur&an, teks!teks hadits beserta syarahnya maupun ilmu!ilmu yang berkaitan dengan sunnah .asulullah saw. itu, ilmu fi h dan ushul fi h, ilmu bahasa #rab, dan ilmu!ilmu Islam lainnya. "adi seorang muslim harus meningkatkan penguasaannya terhadap informasi!informasi Islam yang bersumber pada #l %ur&an dan Sunnah .asulullah saw. Dua sumber yang merupakan satu!satunya nash!nash syara& itulah yang harus menjadi perhatian utama kaum muslimin yang hendak meninggikan kualitas berfikirnya sebab keduanyalah simpanan pemikiran yang paling tinggi yang beredar di kalangan manusia dan menjadi satu!satunya sumber petunjuk bagi hidup dan kehidupan manusia. Dalam hal ini #llah S6/ berfirman0
2ateri!materi tsa ofah Islamiyyah harus dipelajari secara mendalam, mengingat tsa ofah ini mempunyai akar pemikiran!pemikiran yang betul!betul mendalam, dan membutuhkan kesabaran bagi siapapun yang mempelajarinya. 3roses mendalami tsa ofah merupakan suatu proses berpikir yang membutuhkan kesungguhan otak untuk mencapai tingkat pemahaman. Dalam proses tersebut dibutuhkan usaha memahami teks!teks kalimatnya, menyelami faktanya, serta usaha memadukan fakta tersebut dengan informasi!informasi yang tercantum dalam teks!teks kalimatnya. 2isalnya, seorang muslim diwajibkan menemukan (memeluk) a idahnya dengan menggunakan akal, tidak boleh menerima (taslim) begitu saja. Dengan demikian, mutlak diperlukan usaha berpikir dalam mempelajari dasar!dasar a idah. =ukum!hukum syara yang terkandung dalam nash!nash #l!%ur&an dan #s!Sunnah harus di!istimbath!kan (dicarikan ketetapan hukumnya) dengan cara memahami fakta yang menjadi persoalan, nash yang berhubungan dengan persoalan tersebut, dan penerapan nash atas fakta persoalan tersebut. Istimbath jelas merupakan akti7itas berpikir. Bahkan, orang awam yang ingin mengambil suatu hukum yang akan diamalkan, kendati ia tidak tahu dalilnya, perlu juga melakukan usaha berpikir untuk sekedar mengetahui persoalan dan hukum yang tepat untuk mengatasi persoalan tersebut. =al ini dilakukan agar ia tidak salah mengambil hukum yang sebenarnya. "adi, untuk memiliki tsa ofah Islamiyyah, baik para mujtahid maupun orang!orang awam, semuanya harus melakukan usaha secara bersungguh! sungguh. #kti7itas berpikir yang mendalam tersebut merupakan ciri khas Islam. Dan itulah yang telah diwujudkan .asulullah dalam mengkader para shahabat, sehingga bangsa #rab yang buta huruf !!saat itu yang mampu baca tulis hanya sekitar :> orang!! menjadi bangsa yang cemerlang dalam bidang pemikiran dan penemuan!penemuan baru. .asulullah mengajarkan kepada mereka (para shahabat) pemikiran yang paling mendasar, yaitu pemikiran yang menyeluruh tentang kehidupan, manusia dan alam semesta, tentang perkara!perkara sebelum adanya dunia dan sesudahnya serta hubungan antar ketiganya. .asulullah mengenalkan di dalam pembinaannya suatu tradisi berpikir yang merupakan f"ll"' up dari pemahaman terhadap pemikiran yang paling mendasar tersebut. Bahkan, beliau merangsang para shahabatnya dengan memberikan penilaian lebih kepada akti7itas berpikir daripada akti7itas ibadah ritual. Dan itulah yang dipahami, dirasakan menjadi tradisi para shahabat. Diriwayatkan dari #mr bin #bdi %ais0 "Aku mendengar dari dua atau tiga "rang shahabat yang mengatakan+ '*esungguhnya cahaya iman adalah ibadah'$ (4ihat -itab Ad %urul ,antsur, Imam Suyuthi, "u) II, halaman <(@). 8amun demikian, shahabat .asulullah yang terkenal dengan hadits!hadits musta balnya, =ud)aifah bin Aaman r.a., meriwayatkan bahwa mencari ilmu dan mendalaminya lebih utama dibandingkan dengan ibadah. Beliau mengatakan0 "Keutamaan ilmu lebih baik dari keutamaan ibadah"$ (=. /habrany, lihat buku -arghib 'at -arhib! Al ,und.ir, halaman :('). Diriwayatkan dari 5mar bin #l -haththab r.a. bahwa dia berkata0 /*ungguh matinya seribu "rang ahli ibadah! yang senantiasa sh"lat malam dan puasa di siang hari! lebih remeh daripada matinya se"rang alim yang mengetahui halal dan haram yang ditentukan Allah *0-1 (lihat #n 8abhani, As *yakhshiyyah Al Islamiyah "u) IIB:?). Membina Jiwa yang aat Kepada Allah
Seorang muslim yang memiliki syakhshiyyah Islamiyyah hendaknya membina nafsiyyahnya agar memiliki nafsiyyah Islamiyyah yang luhur dengan jalan menggiatkan akti7itas ibadah seperti shalat, d)ikir, membaca #l %ur&an, pergi haji atau umroh, dan melaksanakan ketaatan!ketaatan lainnya. Bagaimana cara efektif agar seorang muslim dapat senantiasa meningkatkan ketaatan dirinya kepada #llah S6/1
Pertama, dia harus faham bahwa dirinya memiliki potensi hidup ( thaqah haya'iyyah) berupa gharai. dan hajatul udl'iyyah. #da tiga jenis ghari)ah, yaitu0 ghari.atul baqa' (naluri mempertahankan diri), ghari.atun &au' (naluri melangsungkan keturunan), dan ghari.atut tadayyun (naluri beragama). 2asing!masing ghari)ah memiliki wujud khas pemunculannya. Chari)atul ba a& misalnya, secara riil dan terwujud dalam perilaku pembelaan diri (difa'), seperti mengusir penjajah keluar dari tanah air, menangkis pukulan seseorang, mempertahankan harta dari perampok, mempertahankan tuduhan! tuduhan dan fitnah yang dilontarkan oleh orang yang ingin menjatuhkan. 2ubbus siyaadah atau cinta kekuasaan merupakan manifestasi lain dari naluri ini. *enomena lain yang bisa dikatakan sebagai wujud dari ghari)ah ba a& adalah hubbut tamalluk (gemar memiliki harta). -ita jumpai para buruh dan pegawai keluar pagi hari dan kembali di sore hari bekerja mencari nafkah untuk anak, isteri dan keluarganya. 2ereka berjuang untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan. #pabila seseorang sudah bisa makan enak, cukup sandang, tempat tinggal ada, maka ia akan berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas yang dimilikinya tersebut. Itulah kesenangan yang dikejar dan ingin dimiliki manusia sebagaimana firman #llah 0
Sebaliknya, seseorang yang tadinya biasa!biasa saja, mengembang hatinya dan tumbuh keberaniannya untuk mengambil keputusan dan tumbuh rasa tanggung jawabnya setelah mendapatkan kesempatan memimpin sekelompok karyawan. Seorang kakek yang sudah lanjut usia berjalan tertatih!tatih mengambil air wudlu dari pancuran pada suatu pagi, sementara alunan ad)an sayup!sayup terdengar merdu dibawa angin dari kejauhan yang dikumandangkan dari mesjid di desa seberang. Sementara, seseorang, siapapun orangnya, secara alami akan merasa lapar dan haus manakala simpanan cadangan karbohidrat dan air di dalam tubuhnya menipis, sehingga mengganggu keseimbangan proses metabolisme tubuhnya. 2ekanisme ini bekerja dalam tubuh manusia secara alamiah, tanpa sedikitpun ada faktor luar$ ada tidak ada makanan dan minuman. Sebaliknya, seseorang yang kenyang perutnya tidak akan pernah seketika menjadi lapar walaupun disodorkan kepadanya makanan le)at yang dihidangkan oleh bintang film yang cantik. Sebaliknya, seseorang akan merasa lapar walaupun dihibur dengan kata!kata yang lemah lembut dan simpatik dari seorang gadis cantik. Ia butuh makanan, bukan butuh kata!kata. "ika tuntutan ini tidak dipenuhi dalam jangka waktu yang lama, matilah dia. Demikianlah tabiat haajatul udl'iyyah$ memaksa dan tidak mau kompromi. #dapun keinginan!keinginan yang muncul dari dorongan ghari)ah tidaklah wajib dipenuhi. -einginan itu masih bisa dikompromikan, dipalingkan, bahkan dihilangkan sama sekali. Seorang yang beringas dan menyimpan dendam masih bisa ditenangkan dan disadarkan kembali. Ia tidak akan mati karena tidak melampiaskan dendam kesumatnya. "uga, seseorang tidak perlu bunuh diri hanya karena ditinggal kekasihnya menikah dengan lelaki lain. -alaupun ia mati bunuh diri, tidak berarti ia mati karena ditinggal kekasihnya, melainkan semata!mata ia mencelakakan dirinya, dan ajalnya telah tiba. =ati seorang hamba #llah pun bisa kering dan gersang, bahkan keras bagaikan batu manakala hati itu tidak pernah mendapat sentuhan!sentuhan ayat!ayat #llah dan peringatan!peringatan para muballigh. Ketiga, selalu menghubungkan potensi hidup yang dimilikinya dan karakter! karakternya dengan peraturan #llah S6/ tentang pemenuhan kebutuhan hidup manusia. 5ntuk itu, keterikatan dirinya kepada daya yang selalu mengikatkan dirinya kepada peraturan #llah S6/ selalu dibinanya dengan sebaik!baiknya. #pa itu1 3endekatan diri kepada #llah S6/ (taqarrub ilallah), baik dengan amalan!amalan yang diwajibkan #llah maupun dengan amalan!amalan yang disunnahkannya. Di dalam sebuah hadits %udsy .asulullah saw. bersabda0 #llah S6/ berfirman0 "%an tiada bertaqarrub (mendekat) kepada Ku se"rang hamba dengan sesuatu yang lebih Kusukai daripada menjalankan ke'ajibannya$ %an tiada henti hentinya se"rang hamba Ku mendekatkan diri kepada Ku dengan perbuatan sunnah sunnah nafilah! sehingga Aku mencintainya$ Kalau Aku sudah mencintainya! maka Aku akan menjadi pendengarannya yang ia mendengarkan dengannya dan aku akan menjadi penglihatannya yang ia melihat dengannya# dan Aku akan menjadi tangannya yang ia pergunakan# dan Aku akan menjadi kakinya yang ia berjalan dengannya" (Sahih Bukhari, DIB?@?!?@>). Dengan cara itulah seorang muslim akan memiliki nafsiyyah Islamiyyah yang tinggi dan terpuji. Dengan demikian, perpaduan kualitas a liyyah Islamiyyah yang tinggi dan jernih serta nafsiyyah yang tinggi dan terpuji akan membentuk syakhshiyyah Islamiyyah yang luhur dan unggul. ;leh karena itu, menurut Syekh /a iyyuddin #n 8abhani dalam kitabnya As *ykahshiyah al Islamiyyah "u) IB:9, ada tiga langkah dalam metode pembentukan dan pengembangan kepribadian Islam dalam diri seseorang. Pertama, diintroduksikan a idah Islamiyyah pada diri seseorang dengan teknik introduksi yang sesuai dengan kategori a idah itu, yakni sebagai a idah a liyyah.
Kedua, mengajaknya bertekad bulat untuk menegakkan bangunan cara berfikir dan cara mengatur kecenderungan di atas pondasi a idah Islamiyyah yang telah menghunjam di dalam hatinya. Ketiga, mengembangkan kepribadiannya dengan cara membakar semangatnya untuk serius dan sungguh!sungguh dalam mengisi pemikirannya dengan kesempurnaan tsa afah Islamiyyah dan mengamalkannya dalam seluruh aspek kehidupannya dalam rangka melaksanakan ketaatan!ketaatan kepada #llah S6/. 2etode seperti inilah yang pernah diterapkan .asulullah saw. Beliau saw. mendakwahkan a idah Islamiyyah sebagai pandangan hidup baru kepada masyarakat #rab jahiliyyah penyembah berhala. ;rang yang mendengar dan berfikir jernih menerima a idah itu. Dari hari ke hari a idah itu semakin kuat menghunjam dalam jiwa mereka. Setelah sekian lama memonitor cara berfikir dan cara pengendalian kecenderungan mereka, .asulullah saw. bersabda0