Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I.
IDENTITAS Nama Umur Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Alamat Tanggal Pemeriksaan No. RM : Tn. S : 45 tahun : Laki-laki : Islam : Buruh : Karanganyar :10 April 2012 : 01122197
II.
ANAMNESIS A. KELUHAN UTAMA Pandangan mata kiri kabur & terlihat baying-bayang
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien datang dengan keluhan pandangan mata kiri kabur seperti melihat bayangan sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu. Jika mata bergerak bayangan ikut bergerak, kabur dirasakan perlahan-lahan dan semakin bertambah parah saat ini. Saat ini pasien tidak ada masalah dalam daya lihat warnannya. Pasien tidak mengalami benturan pada mata maupun terkena zat kimia. Mual-muntah (-), mata nrocos (+) jika terkena sinar. Mata merah (-), nyeri mata (-), nyeri tekan (-), mata mengganjal (-), demam (-), pasien pertama kali berobat ke puskesmas kemudian dirujuk ke RSUD Karanganyar. Di RSUD Karanganyar tidak mendapat terapi dan didiagnosa sebagai katarak, karena keterbatasan sarana maka dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi.
Riwayat Diabetes Melitus Riwayat Alergi Riwayat Sakit Serupa Riwayat Pemakaian kacamata Riwayat Trauma Riwayat Operasi Mata
E. KESIMPULAN ANAMNESIS OS Proses Lokalisasi Sebab Perjalanan : : : : OD Gangguan Penglihatan Lensa Degeneratif Kronis Belum ditemukan
Komplikasi :
III. PEMERIKSAAN FISIK A. KESAN UMUM Keadaan umum baik, composmentis, gizi kesan cukup
B. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF OD Visus sentralis jauh Pinhole Koreksi Visus sentralis dekat Koreki tidak dilakukan tidak dilakukan 6/6 emetrop 6/30 visus tidak membaik non koreksi OS
Visus perifer Konfrontasi test Proyeksi sinar Persepsi warna : : tidak dilakukan normal baik tidak dilakukan normal baik
C. PEMERIKSAAN OBYEKTIF OD 1. Sekitar Mata Tanda Radang Luka Sikatrik Kelainan Warna Kelainan Bentuk :tidak ada :tidak ada :tidak ada :tidak ada :tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada OS
2. Pasangan Bola Mata dalam Orbita Heteroforia Strabismus Exoftalmus Enoftalmus 3. Ukuran Bola Mata Mikroftalmus Makroftalmus Ptosis Bulbi Atrofi Bulbi 4. Gerakan Bola Mata Temporal Superior Temporal Inferior Temporal Nasal Nasal Superior Nasal Inferior 5. Kelopak Mata :normal :normal :normal :normal :normal :normal normal normal normal normal normal normal :tidak ada :tidak ada :tidak ada :tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada :tidak ada :tidak ada :tidak ada :tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
:dalam batas normal dalam batas normal :tidak ada :tidak ada :10 mm tidak ada tidak ada 10 mm
6. Tekanan Intra Oculer Palpasi Tonometer Schiotz :TN :tidak dilakukan TN tidak dilakukan
7. Konjungtiva Palpebra Superior Oedem Hiperemis Sekret 8. Konjungtiva Fornix Oedem Hiperemis Sekret :tidak ada :tidak ada :tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada :tidak ada :tidak ada :tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
9. Konjungtiva Palpebra Inferior Oedem Hiperemis Sekret 10. Konjungtiva Bulbi Oedem Hiperemis Sekret Injeksi Konjungtiva Injeksi Siliar 11. Sklera Warna Penonjolan 12. Kornea Ukuran :12 mm 12 mm :putih :tidak ada putih tidak ada :tidak ada :tidak ada :tidak ada :tidak ada :tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada :tidak ada :tidak ada :tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
13. Camera Oculi Anterior Isi Kedalaman 14. Iris Warna Sinekia Anterior Sinekia Posterior 15. Pupil Ukuran Letak Bentuk Reflek Dierct Reflek Indirect 16. Lensa Ada/tidak Kejernihan :ada :jernih ada keruh di bagian tengah, warna putih, berupa bercak-bercak Letak Shadow test 17. Corpus Vitreum Kejernihan :tidak dilakukan tidak dilakukan :sentral :(-) sentral (+) :3 mm :sentral :bulat : (+) : (+) 3 mm sentral bulat (+) (+) :coklat :tidak ada :tidak ada coklat tidak ada tidak ada :jernih :normal jernih normal
Pupil Lensa
Corpus vitreum
tidak dievaluasi
tidak dievaluasi
V.
VII. TERAPI OS Phacoemulsifikasi/ Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler (EKEK)dengan IOL Lokal Anestesi
VIII.PLANNING Slitlamp USG Pengukuran tekanan bola mata Pemeriksaan jantung Pemeriksaan darah lengkap Biometri
IX. PROGNOSIS OD Ad vitam Ad sanam Ad fungsionam Ad cosmeticum OS Bonam Bonam Dubia Bonam
X.
GAMBAR
OD
OS
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA MATA Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadi akomodasi. Lensa berbentuk cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang. Pada keadaan normal, cahaya atau gambar yang masuk akan diterima oleh lensa mata, kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya atau gambar tadi akan diubah menjadi sinyal / impuls yang akan diteruskan ke otak melalui saraf penglihatan dan akhirnya akan diterjemahkan sehingga dapat dipahami. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa membentuk serat lensa secara terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya seat di bagian sentral sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang
paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang paling tua. Di bagian luar nukleus terdapat serat yang lebih muda disebut korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus disebut korteks anterior, sedangkan yang di belakang nukleus disebut korteks posterior. Nukleus memiliki konsistensi yang lebih keras dibandingkan korteks. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat Zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh equatornya pada badan siliar. Secara fisiologik, lensa memiliki sifat tertentu: 1. Kenyal atau lentur karena memegang peranan penting dalam akomodasi untuk menjadi cembung 2. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan 3. Terletak di tempatnya
Keadaan patologik lensa dapat berupa:
1. Kekenyalan berkurang pada orang tua sehingga mengakibatkan presbiopi 2. Keruh atau disebut katarak 3. Tidak berada di tempatnya atau subluksasi atau luksasi
B. KATARAK Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa, atau kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu yang lama. Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, tapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan dengan penyakit intraokular lainnya. Katarak juga dapat disebabkan oleh bahan toksik ataupu obat-obatan seperti eserin (0.25-0.5%), kortikosteroid, ergot dan antikolinesterase topikal. Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak, seperti : diabetes melitus, galaktosemia dan distrofi miotonik.
Katarak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Fisik Kimia Penyakit predisposisi Genetik dan gangguan perkembangan Infeksi virus di masa pertumbuhan janin Usia
Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan menurun secara progresif. Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu. Pada mata akan tampak kekeruhan lensa dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat. Kekeruhan juga dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lens seperti korteks dan nukleus. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan slit lamp, funduskopi pada kedua mata bila mungkin. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan sebelum dilakukan pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya tajam penglihatan. Pada katarak nuklear tipis dengan miopia tinggi akan terlihat tajam penglihatan yang tidak sesuai, sehingga mungkin penglihatan yang turun akibat kelainan pada retina dan bila dilakukan pembedahan akan memberikan hasil tajam penglihatan pasca bedah yang tidak memuaskan. Sebaliknya pada katarak kortikal posterior yang kecil, akan mengaibatkan penurunan tajam penglihatan yang sabgat berat pada penerangan yang sedang ataupun keras akan tetapi bila pasien berada di tempat gelap maka tajam penglihatan akan memperlihatkan banyak kemajuan. Pengobatan katarak adalah tindakan pembedahan. Setelah pembedahan lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa intraokular.
C. KATARAK SENILIS
Telah diketahui
ada
hubungannya
dengan
bertambahnya umur dan berkaitan dengan proses ketuaan yang terjadi di dalam lensa. Perubahan yang tampak adalah bertambah tebalnya nukleus dengan berkembangnya lapisan korteks lensa. Secara klinik, proses ketuaan lensa sudah tampak sejak terjadi pengurangan kekuatan lensa akibat mulai terjadinya sklerosis lensa yang timbul pada usia dekade 4 dalam bentuk keluhan presbiopi. Dikenal 3 bentuk katarak senil, yaitu katarak nuklear, kortikal dan kupuliform. 1. Katarak nuklear Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuning-kuningan menjadi coklat dan kemudian menjadi kehitam-hitaman. Keadaan ini disebut katarak brunesen atau nigra.
2. Katarak kortikal Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. 3. Katarak kupuliform Katarak kupuliform dapat terlihat pada stadium dini katarak kortikal atau nuclear. Kekeruhan terletak di lapis korteks posterior dan dapat memberikan gambaran piring. Makin dekat letaknya terhadap kapsul makin cepat bertambahnya katarak. Katarak ini sering sukar dibedakan dengan katarak komplikata.
Perbedaan stadium katarak senil Insipien Kekeruhan Cairan lensa Iris Ringan Normal Normal Imatur Sebagian Bertambah Terdorong depan Matur Seluruh Normal ke Normal Hipermatur Masif Berkurang Normal
10
Normal Normal
Dangkal Sempit
Normal Normal
Dalam Terbuka
1. Katarak insipien Pada stadium ini kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk gerigi menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak subkapsular posterior, dimana kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks jaringan berisi jaringan degeneratif (benda morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap dalam waktu yang lama. Pemeriksaan shadow test negatif. 2. Katarak imatur Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi glaukoma sekunder. Pemeriksaan shadow test positif. 3. Katarak matur Pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat deposit ion Ca yang menyeluruh. Cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi
11
kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran normal kembali.
Pemeriksaan shadow test negatif. 4. Katarak hipermatur Stadium ini telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan dengan slit lamp terlihat bilik mata dalam dan adanya lipatan kapsul lensa. Bila proses katarak progresif disertai dengan kapsul lensa yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk seperti kantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak morgagni. Manifestasi Klinis Gejala katarak senilis biasanya berupa keluhan penurunan tajam penglihatansecara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Penglihatan seakan-akan melihat asap/kabut dan pupil mata tampak berwarna keputihan. Apabila katarak telah mencapai stadium matur lensa akan keruh secara menyeluruh sehingga pupilakan benar-benar tampak putih. Gejala umum gangguan katarak) meliputi : 1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek. 2. Peka terhadap sinar atau cahaya. 3. Dapat terjadi penglihatan ganda pada satu mata. 4. Memerlukan pencahayaan yang baik untuk dapat membaca. 5. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu. Diagnosis Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaanfisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanyapenyakit-penyakit yang menyertai (contoh: diabetes melitus, hipertensi,cardiacanomalies). Penyakit seperti diabetes militus dapat
12
menyebabkan perdarahanperioperatif sehingga perlu dideteksi secara dini sehingga bisa dikontrol sebelumoperasi. Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahuikemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak
subkapsuler posterior dapatmembaik dengan dilatasi pupil. Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra, konjungtiva,dan kornea dalam keadaan normal. Iris, pupil, dan COA terlihat normal. Pada lensapasien katarak, didapatkan lensa keruh. Lalu, dilakukan pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium pada penyakit katarak senilis. Ada juga pemeriksaanpemeriksaan lainnya seperti biomikroskopi, stereoscopic fundus
examination,pemeriksaan lapang pandang dan pengukuran TIO. Penatalaksanaan Terapi definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Beberapa tahun terakhir bermacam-macam teknik operasi telah dikembangkan dari tulisan teknik kuno sampai teknik terbaru fakoemulsi. Berdasarkan integritas dari capsula posterior lensa, 2 tipe utama bedah lensa adalah intracapsular catarak extraction (ICCE) dan extracapsular cataract extraction ( ECCE). 1. Ekstraksi katarak intrakapsular Sebelum adanya instrumen bedah mikro yang lebih modern dan IOL yang baik, ICCE merupakan metode yang lebih disukai untuk pengangkatan katarak. Teknik ini melibatkan mengangkat seluruh lensa termasuk kapsula posterior. Dalam melakukan teknik ini tidak perlu khawatir terhadap perkembangan selanjutnya dan penanganan dari opasitas kapsul. Teknik ini dapat dilakukan dengan alat alat yang sedikit canggih dan di daerah dimana tidak terdapat mikroskop operasi dan sistem irigasi. Bagaimanapun sejumlah kerugian dan komplikasi post operasi, insisi limbus yang lebar sering 160o-180o dikaitkan dengan beberapa faktor risiko yang mengikutinya seperti penyembuhan yang terlambat, keterlambatan perbaikan visus, timbulnya astigmatismat, inkarserasi iris, luka operasi yang
13
bocor, inkarserasi vitreus. Edem kornea merupakan suatu keadaan yang umum terjadi saat operasi dan komplikasi post operasi. Meskipun banyak komplikasi post operasi, namun ICCE masih dapat digunakan pada kasuskasus dimana zonular rusak berat, sehingga dapat dilakukan pengangkatan lensa dengan sukses. ICCE merupakan kontraindikasi absolut pada anak-anak dan dewasa muda dengan katarak dan kasus-kasus dengan trauma ruptur kapsular. Kontraindikasi relatif adalah miopia tinggi, sindrom marfan, katarak morgagni, dan adanya vitreus di bilik mata depan. 2. Ekstraksi katarak ekstrakapsular Berbeda dengan ICCE, ECCE melibatkan pengangkatan nukleus lensa dengan membuka kapsula anterior dan meninggalkan kapsula posterior. ECCE mempunyai sejumlah keuntungan dibandingkan ICCE, yang berhubungan dengan intaknya kapsula posterior, yaitu :
a. Insisi yang kecil pada ECCE dan sedikit trauma dari endotel kornea b. Komplikasi cepat dan lambat dari vitreus sampai kornea, iris dapat
diminimalisasi atau dieliminasi
c. Tempat anatomi yang baik terhadap IOL bila kapsula posterior masih intak d. Sebaliknya, kapsula yang intak menyebabkan masuknya bakteri dan
mikroorganisme lain ke dalam kamera okuli anterior selama proses pembedahan, yang bisa mencapai rongga vitreus posterior dan dapat menyebabkan endoptalmitis
Komplikasi Berikut ini adalah komplikasi besar intraoperatif yang ditemukan selama operasi katarak, yaitu : 1. Kamera okuli anterior dangkal atau datar 2. Ruptur kapsul 3. Edem kornea
14
4. Perdarahan atau efusi suprakoroid 5. Perdarahan koroid yang ekspulsif 6. Tertahannya material lensa 7. Gangguan vitreous dan inkarserasi ke dalam luka 8. Iridodialisis Berikut ini merupakan komplikasi besar post operatif yang ditemukan segera selama operasi katarak, yang sering terlihat dalam beberapa hari atau minggu setelah operasi, yaitu : 1. Kamera okuli anterior datar atau dangkal karena luka robek 2. Terlepasnya koroid 3. Hambatan pupil 4. Hambatan korpus siliar 5. Perdarahan suprakoroid 6. Edem stroma dan epitel 7. Hipotoni 8. Sindrom Brown-Mc. Lean (edem kornea perifer dengan kornea sentral jernih sangat sering terlihat mengikuti ICCE) 9. Perlekatan vitreokornea dan edem kornea yang persisten 10. Perdarahan koroid yang lambat 11. Hifema 12. Tekanan intraokuler yang meningkat (sering karena tertahannya
viskoelastis) 13. Edem makular kistoid 14. Terlepasnya retina 15. Endoptalmitis akut 16. Sindrom uveitis-glaukoma-hifema (UGH) Berikut ini adalah komplikasi besar post operatif yang lambat, terlihat dalam beberapa minggu atau bulan setelah operasi katarak : 1. Jahitan yang menginduksi astigmatismus 2. Desentrasi dan dislokasi IOL
15
3. Edem kornea dan keratopati bullous pseudopakia 4. Uveitis kronis 5. Endoptalmitis kronis 6. Kesalahan penggunaan kekuatan IOL
Prognosis Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepatsehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan
pembedahan padasaat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilyas, S., Mailangkay, HHB., Taim, H., Saman, R., Simarwata, M., Widodo, PS. (eds). 2010. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Sagung Seto. Razi. 2011. Katarak Senilis. http://razimaulana.wordpress.com/2011/03/24/kataraksenilis/
16