Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar belakang Saat ini zoonosis atau penyakit yang ditularkan dari hewan kepada manusia, merupakan masalah serius. Menurut Brown cit Widodo (2008) dalam dua puluh tahun terakhir, 75% dari penyakit-penyakit baru (emerging disease) pada manusia terjadi akibat perpindahan patogen hewan ke manusia atau bersifat zoonotik. Juga ditemukan sekitar 1415 mikroorganisme patogen pada manusia, 61,6% bersumber dari hewan. Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit zoonotik yang bersifat akut yang disebabkan oleh virus kelompok negatif sense single-stranded RNA, golongan Mononegavirales, Family Rhabdoviridae, genus Lyssavirus (Priangle,1991). Menurut World Health Organization (WHO), rabies

menduduki peringkat 12 daftar penyakit yang mematikan (Mattosdan Rupprecht, 2001). Rabies merupakan penyakit zoonosa yang terpenting di Indonesia karena penyakit tersebut tersebar luas di 18 Propinsi, dengan jumlah kasus gigitan yang cukup tinggi setiap tahunnya (16.000 kasus gigitan), serta belum diketemukan obat/cara pengobatan untuk penderita rabies sehingga selalu diakhiri dengan kematian pada hampir semua penderita rabies baik manusia maupun pada hewan. Di Indonesia penyakit rabies dilaporkan pertama kali oleh SCHOORL pada tahun 1884 di Bekasi, menyerang seekor kuda. Kemudian ESSER tahun 1889 melaporkan kasus rabies pada seekor kerbau di Bekasi. Tahun 1890 PENNING melaporkan kasus rabies pada anjing di Tangerang. Sementara itu kasus rabies pada manusia baru dilaporkan pada tahun 1894 di Cirebon oleh DE I-IAAN (IIARDJOSWORO, 1977). Sampai dengan tahun 1995, dari 27 propinsi di Indonesia, 20 propinsi masih dinyatakan tertular rabies . Tujuh propinsi lainnya yang dinyatakan bebas, yaitu Bali, NTB, NTT, Timor Timur, Kalimantan Barat, Maluku, Irian Jaya serta pulau-pulau di sekitar Sumatera (ANON,1995).

Makalah Virologi Virus Rabies

Page1

Selanjutnya pada tahun 1997, berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No 892/Kpts/TN 560/9/97 tanggal 9 September 1997, beberapa propinsi lainnya, yaitu Jawa Timur, D.I . Yogyakarta dan Jawa Tengah dinyatakan bebas dari rabies (ANON, 1998). Namun pada bulan April 1998, rabies telah menyerang Pulau Flores Timur (Kabupaten Larantuka) sehingga di propinsi NTT tinggal Pulau Sumbaclan Timor yang masih bebas dari penyakit rabies. Pada dekade 1990-an dan 2000-an Rabies masih terus menjalar ke wilayah yang sebelumnya bebas hitoris menjadi tertular yaitu Pulau Flores (1998) Pulau Ambon dan Pulau Seram (2003), Halmahera dan Morotai (2005) Ketapang (2005) serta Pulau Buru (2006) kemudian Pulau Bali, Pulau Bengkalis dan Pulau Rupat di Provinsi Riau (2009). Saat ini provinsi yang bebas rabies Provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Papua dan Papua Barat. Sampai pada bulan Agustus 2010 sudah 113 orang positif terjangkit virus rabies. Penyebaran virus rabies sulit dihentikan sehingga tidak mengherankan apabila kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini mencapai 100%. Tahun 2005 KLB terjadi di Maluku, Maluku Utara dan Kalimantan Barat. Pada akhir tahun 2007 terjadi KLB di Banten. Pada November 2008 terjadi KLB di Kab. Bandung, Bali, Pulau Nias, Sumatra Utara sampai pada Juli 2010 terjadi 857 gigitan hewan penular rabies. Berdasarkan uraian yang tertera diatas mendorong penulis untuk membahas mengenai Virus Rabies (Dampak dan Penularannya terhadap Manusia), adapun hal-hal yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi Definisi Penyakit Rabies, Etiologi Virus Rabies, Penularan dan gejala klinis, Epidemiologi, Penanganan, Pengendalian serta Pencegahan terhadap penyakit Rabies. . 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Penyakit Rabies serta penyebab penyakit tersebut. 2. Untuk mengetahui Etiologi dari virus Rabies

Makalah Virologi Virus Rabies

Page2

3. Untuk mengetahui cara penularan dan gejala klinis penyakit Rabies 4. Untuk mengetahui Epidemilogi dari penyakit Rabies 5. Untuk mengetahui cara penanganan, pengendalian serta pencegahan terhadap penyakit Rabies 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan untuk memperjelas pembahasan dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut : 1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit Rabies? 2. Bagaimana Etiologi dari virus Rabies? 3. Bagaimana cara penularan penyakit Rabies? 4. Bagaimana gejala klinis dari penderita Rabies? 5. Bagaimana Epidemiologi penyakit Rabies? 6. Bagaimana cara penanganan, terhadap penyakit Rabies? pengendalian serta pencegahan

Makalah Virologi Virus Rabies

Page3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penyakit Rabies Kata rabies berasal dari bahasa sansekerta kuno rabhas yang diartikan sebagai melakukan kekerasan/kejahatan. Dalam Bahasa Yunani, rabies diseut juga Lyssa atau Lytaa yang artinya kegilaan. Dalam Bahasa Jerman, rabies disebut juga dengan tollwut yang berasal dari bahasa Indojerman Dhvar yang artinya marah. Dalam Bahasa Prancis, Rabies disebut juga Rege yang berasal dari kata benda robare yang artinya menjadi gila. Rabies bukanlah penyakit baru dalam sejarah peradaban manusia. Catatan tertulis mengenai perilaku anjing yang tiba-tiba menjadi buas yang ditemukan pada Kode Mesopotamia yang ditulis 4.000 tahun lalu, serta pada Kode Babilonia Eshunna yang di tulis pada tahun 2.300 SM. Pada tahun 500 SM, Democritus juga menuliskan gejala penyakit yang menyerupai rabies. Dan pada tahun 400 SM, Aristotles menulis tentang Natural History of Animals edisi 8, bab 22, dan dia menyebutkan bahwa, "...Anjing itu menjadi gila. Hal ini menyebabkan mereka menjadi agresif dan semua binatang yang digigitnya juga mengalami sakit yang sama." Penyakit rabies adalah penyakit hewan menular yang akut dari susunan syaraf pusat disebabkan oleh virus rabies dan merupakan penyakit zoonosa (penyakit hewan yang dapat menular kepada manusia yang sangat ditakuti dan mengganggu ketentraman hidup masyarakat). (Departemen Pertanian Jakarta, 2004) Rabies adalah infeksi virus akut yang menyerang system saraf pusat (SSP) manusia dan mamalia dengan mortalitas 100%. Penyebabnya adalah virus rabies yang termasuk genus Lyssa virus, family Rhabdoviridae. Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewan lainnya atau manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan. Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing, hewan lainnya yang juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, rubah.

Makalah Virologi Virus Rabies

Page4

Rabies menyerang susunan syaraf pusat, disebabkan oleh virus rabies yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia. Penyakit ini sangat ditakuti dan mengganggu ketentraman hidup manusia, karena apabila sekali gejala klinis penyakit rabies timbul maka biasanya diakhiri dengan kematian (Anonimous, 2008).

2.2 Etiologi Virus Rabies Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam familia

Rhabdoviridae, genus Lyssa. Virus ini berbentuk peluru atau silindris dengan salah satu ujungnya berbentuk kerucut dan pada potongan melintang berbentuk bulat atau elip (lonjong). Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki membrane selubung (amplop) dibagian luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjolan (spikes) yang jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi.Virus berukuran panjang 180 nm, diameter 75nm, tonjolan berukuran 9nm, dan jarak antara spikes 4-5 nm.

(Gambar 1 : Struktur Virus Rabies secara melintang)

(Gambar 2 : Struktur Virus Rabies secara Cross Sectional)

Makalah Virologi Virus Rabies

Page5

Virus Rabies memiliki lima Protein, yaitu: 1. Protein G (Permukaan); bagian ini merupakan paku Glikoprotein pada permukaan dan ada sebagai penjaga keseimbangan. Berikatan dgn reseptor dan merupakan target dalam netralisasi antibodi. 2. Protein M (Matriks); merupakan protein membran perifer yang terlihat sebagai garis pada permukaan bagian dalam membran virus. Menjadi jembatan antara membran atau Protein G dengan Nukleokapsid. 3. Nukleokapsid; bagian ini merupakan inti ribonukleoprotein infeksius virus rabies. Memiliki struktur heliks yang berada di dalam membran. Dengan mikroskop elektron dapat dilihat dalam inti ini terdapat 3 protein yaitu N (nukleoprotein) Protein dan L (Large) protein, serta NS (Nonstruktural, dikenal juga sebagai P atau Polymerase). Berikut klasifikasi virusnya : Order Famili Genom Spesies : Mononegavirales : Rhabdoviridae : Lyssavirus : Rhabdovirus (Virus Rabies)

(Sumber: www.mikrobia.files.wordpress.com/2008) Virus rabies mempunyai 6 (enam) tipe, yaitu : Tipe 1 : Strain Challenge virus standard sebagai prototipe Tipe 2 : Strain lagos sebagai prototipe Tipe 3 : Strain Mokola sebagai prototype Tipe 4 : Strain Duvenhage Tipe 5 : European bat lyssavirus Tipe 6 : Australian bat lyssavirus Sifat virus rabies meliputi sifat fisik dan sifat kimia. Sifat fisik 1. Pemanasan pada suhu 60C selama 5 menit akan mematikan virus 2. Virus akan mati bila kena sinar ultraviolet 3. Cepat mati bila berada diluar jaringan hidup

Makalah Virologi Virus Rabies

Page6

4. Pada suhu -4C virus dapat bertahan hidup sampai berbulan-bulan. Sifat Kimia : 1. Dapat diinaktifkan dengan -propiolakton, phenol, halidol azirin, zat pelarut lemak, dll 2. Tahan hidup beberapa minggu di dalam glycerin pada suhu kamar 3. Virus rabies bila disimpan di dalam larutan glycerin pekat pada suhu kamar, dapat bertahan berminggu-minggu. 4. Pada glycerin 10% virus akan cepat mati 5. Cepat mati dengan zat-zat pelarut lemak seperti air sabun, detergent, chloroform, ether dll. 2.3 Replikasi virus Rabies Dalam hal replikasi virus rabies mengalami beberapa tahapan yaitu : 1. Berikatan (Binding), reseptor untuk rhabdovirus secara pasti dapat teridentifikasi namun beberapa percobaan merujuk pada fosfotidil serin sebagai molekul reseptor pada permukaan sel. 2. Transkripsi (transcription), pada mulanya polymerase yang membawa masuk virus membentuk 5 individual mRNA. RNA harus terbentuk sebelum proses sintesis protein virus lainnya dan virus yang terinfeksi harus disediaan enzim polymerase. Potongan untaian dari trankripsi virus ini adalah N, NS(P), M, G dan L dengan sintesis mRNA akan melemahkan ikatan masing-masing gen. 3. Replikasi (Replication), polymerase merubah negative sense RNA virus menjadi untaiian positive sense. Bagian ini menjadi template untuk transcriptase untuk menuliskan kembali molekul RNA dengan sifat negative sense. Fase Replikasi ini membutuhkan protein sintesis dan polymerase yang sama. Pada fase ini, enzim tsb. harus dapat mengabaikan pengaruh sinyal dari mRNA individu spesies dan membuat molekul RNA tunggal. Perubahan antara proses transkripsi mRNA dan replikasi genom RNA diketahui dikendalikan oleh sejumlah protein N. 4. Protein G mRNA diterjemahkan secara bersamaan di dalam reticulum endoplasma dan dipindahkan melalui badan golgi ke permukaan sel. Pada bagian ini protein G akan bersatu dengan N, L dan NS(P) protein membentuk neukleokapsid. Bagian ini akan bersatu dengan protein M

Makalah Virologi Virus Rabies

Page7

pada bagian dalam membentuk membrane plasma. Interaksi antara nukleokapsid dan protein M menyebabkan berubahnya susunan yang lebih padat setelah itu nukleokapsid akan berkembang melalui

membrane.

2.4 Cara Penularan dan Patogenesis Penyakit rabies disebabkan oleh virus dan menular pada manusia lewat gigitan atau cakaran hewan penderita rabies atau dapat pula lewat luka yang terkena air liur hewan penderita rabies. Walaupun jarang ditemukan, virus rabies ini dapat ditularkan ketika air liur hewan yang terinfeksi mengenai selaput lendir seseorang seperti kelopak mata, mulut atau kontak melalui kulit yang terbuka. Penularan rabies dapat pula terjadi melalui pendedahan pada konjungtiva, selaput lendir mulut, organ genital dan abrasi oleh air liur penderita rabies. Zinke tahun 1804 adalah orang pertama yang

mendemonstrasikan virus rabies di dalam air liur melalui transmisi buatan pada anjing. Uji coba pertama telah membuktikan bahwa agen rabies pada orang dan anjing adalah sama, melalui karya Magendie dan Breschet tahun 1813 yang berhasil menginfeksi anjing dengan air liur pasien orang menderita rabies. Secara patogenesis, setelah virus rabies masuk lewat luka gigitan, selama dua minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk dan dekatnya. Kemudian virus akan bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf posterior tanpa menunjukan perubahan-perubahan fungsinya. Masa inkubasi virus ini berkisar antara dua minggu sampai dua tahun. Tatapi pada umumnya 3-8 minggu, tergantung jarak tempuh virus sebalum mencapai otak. Sesampainya virus di otak, virus akan memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron-neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap selsel sistem limbik, hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian bergerak ke arah perifer dalam serabut saraf eferen, volunter dan otonom. Dengan demikian, virus ini menyerang hampir tiap organ dan jaringan di dalam tubuh dan berkembang biak dalam jaringan-jaringan seperti kelenjar

Makalah Virologi Virus Rabies

Page8

ludah, ginjal dan sebagainya. Puncaknya virus ini akan mencapai otak yang akhirnya dapat menyebabkan kematian. Pada saat virus telah memasuki saraf, virus berimigrasi menuju sasaran ke dalam sistem saraf pusat dan akhirnya menyebar ke seluruh sistem saraf pusat dan masuk ke dalam jaringan otak yang kaya akan sel saraf, termasuk otot dan saraf tulang belakang. Perjalanan virus dapat potong kompas sekitar sumsum tulang dan menjalar melalui alat fiber-panjang langsung menuju ke bagian tertentu dari otak. Dengan cara ini, virus dapat secara cepat memperbanyak diri dan menyebar ke seluruh tubuh sebelum hewan mengalami perubahan patologik yang ekstensif di sumsum tulang. Hal ini penting karena mobilitas dari hewan merupakan faktor penting untuk kelanjutan transmisi rabies ke hewan lain. 2.4 Gejala Klinis A. Gejala Pada Hewan Gejala klinis pada hewan dibagi menjadi tiga stadium : Stadium Prodromal Keadaan ini merupakan tahapan awal gejala klinis yang dapat berlangsung antara 2-3 hari. Pada tahap ini akan terlihat adanya perubahan temperamen yang masih ringan. Hewan mulai mencari tempat-tempat yang dingin/gelap, menyendiri, reflek kornea berkurang, pupil melebar dan hewan terlihat acuh terhadap tuannya. Hewan menjadi sangat perasa, mudah terkejut dan cepat berontak bila ada provokasi. Dalam keadaan ini perubahan perilaku mulai diikuti oleh kenaikan suhu badan. Stadium Eksitasi Tahap eksitasi berlangsung lebih lama daripada tahap prodromal, bahkan dapat berlangsung selama 3-7 hari. Hewan mulai garang, menyerang hewan lain ataupun manusia yang dijumpai dan hipersalivasi. Dalam keadaan tidak ada provokasi hewan menjadi murung terkesan lelah dan selalu tampak seperti ketakutan. Hewan mengalami fotopobi atau takut melihat sinar sehingga bila ada cahaya akan bereaksi secara berlebihan dan tampak ketakutan.

Makalah Virologi Virus Rabies

Page9

Stadium Paralisis. Tahap paralisis ini dapat berlangsung secara singkat, sehingga sulit untuk dikenali atau bahkan tidak terjadi dan langsung berlanjut pada kematian. Hewan mengalami kesulitan menelan, suara parau, sempoyongan, akhirnya lumpuh dan mati. B. Gejala Pada Manusia Gejala klinis pada manusia dibagi menjadi empat stadium. Stadium Prodromal Gejala awal yang terjadi sewaktu virus menyerang susunan saraf pusat adalah perasaan gelisah, demam, malaise, mual, sakit kepala, gatal, merasa seperti terbakar, kedinginan, kondisi tubuh lemah dan rasa nyeri di tenggorokan selama beberapa hari. Stadium Sensoris Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap ransangan sensoris. Stadium Eksitasi Tonus otot-otot akan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala berupa eksitasi atau ketakutan berlebihan, rasa haus, ketakutan terhadap rangsangan cahaya, tiupan angin atau suara keras. Umumnya selalu merintih sebelum kesadaran hilang. Penderita menjadi bingung, gelisah, rasa tidak nyaman dan ketidak beraturan. Kebingungan menjadi semakin hebat dan berkembang menjadi argresif, halusinasi, dan selalu ketakutan. Tubuh gemetar atau kaku kejang. Stadium Paralis Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadangkadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan. C. Masa inkubasi Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya gejala penyakit . Masa inkubasi penyakit Rabies pada anjing dan kucing

Makalah Virologi Virus Rabies

Page10

kurang lebih 2 minggu (10 hari- 14 hari). Masa inkubasi pada manusia yang khas adalah 1-2 bulan tetapi bisa 1 minggu atau selama beberapa tahun (mungkin 6 tahun atau lebih). Biasanya lebih cepat pada anak-anak dari pada dewasa. Kasus rabies manusia dengan periode inkubasi yang panjang (2 sampai 7 tahun) telah dilaporkan, tetapi jarang terjadi. Masa inkubasi tergantung pada umur pasien, latar belakang genetic, status immune, strain virus yang terlibat, dan jarak yang harus ditempuh virus dari titik pintu. Masuknya ke susunan saraf pusat. Masa inkubasi tergantung dari lamanya pergerakan virus dari lamanya pergerakan virus dari luka sampai ke otak, pada gigitan dikaki masa inkubasi kira-kira 60 hari, pada gigitan ditangan masa inkubasi 40 hari, pada gigitan di kepala masa inkubasi kira-kira 30 hari. 2.5 Diagnosa Penyakit Rabies Pemeriksaan laboratorium pada penyakit rabies tidak spesifik. Nyaris sulit membedakan apusan darah tepi penderita rabies dengan penyakit infeksi lainnya. Isolasi virus bisa jadi salah satu solusi pemeriksaan yang sangat baik dilakukan pada minggu pertama gigitan yang berasal dari saliva, hapusan tenggorok, trakea, kornea, sampel biopsy kulit/otak, cairan LCS dan kadang urin. Metode standard untuk pengujian antibody rabies yang

direkomendasikan oleh WHO dan OIE adalah serum netralisasi (REFIT atau FAVN). Uji ini paling spesifik untuk deteksi antibody rabies. Namun pengerjaannya butuh waktu yang lama dan memerlukan laboratorium dengan fasilitas biosekuriti yang memadai serta staff yang sudah divaksinasi karena uji ini menggunakan virus rabies hidup. Selain itu, bisa juga dengan metode ELISA untuk mendeteksi antibody pada serum hewan (anjing dan kucing) serta serum manusia. ELISA biasanya digunakan untuk uji skrining. ELISA menggunakan prinsip pengikatan antara Antigen dan Antibodi dengan bantuan enzyme sebagai penanda. Titer antibody dengan ELISA bagi manusia dan hewan dinyatakan protektif bila sedikitnya diperoleh 0,5 IU.

Makalah Virologi Virus Rabies

Page11

Dibanding dengan metode SNT (Netralisasi Serum), ELISA memiliki kelebihan yaitu dapat dilakukan dalam waktu 4 jam, lebih aman karena tidak memakai virus rabies hidup sehingga tidak perlu laboratorium dengan fasilitas biosekuriti yang tinggi. Uji Flourescent antibodies tes (FAT) dapat digunakan untuk

memperlihatkan virus rabies pada jaringan otak, cairan serebrospinal, urine, kulit, dan usapan kornea. Namun uji ini dapat muncul negative apabila telah muncul antibody. Pada hewan juga bisa dilakukan isolasi virus rabies dengan mengambil sampel saliva, cairan serebrospinal dan sedimen urine sebelum kematiannya. Isolasi mungkin akan gagal dari jaringan otak dan material diatas 10-14 hari setelah sakit (pasca sakit) dimana ada korelasinya dengan timbulnya antibody netralisasi. Salah satu metode cepat untuk diagnose rabies antemortem pada manusia adalah FAT pada biopsy kulit di daerah tengkuk manusia untuk mendapatkan antigen rabies. Metode ini lebih sensitive (sensitivitas 80%) dan spesifik untuk deteksi antigen rabies di kulit dan jaringan segar lainnya (misalnya biopsy otak), air liur, air mata dan biopsy kornea.untuk pengujian postmortem pada manusia dengan deteksi antigen rabies pada jaringan otak. Penggunaan reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) juga dapat dilakukan sebagai salah satu uji yang baik dan akurat ataupun dengan isolasi virus rabies.

2.6 Distribusi dan Insiden Rabies tersebar di seluruh dunia. Hanya beberapa Negara yang dilaporkan bebas rabies seperti Australia, sebagian besar skandinavia, Inggris, Islandia, Yunani, Portugal, Uruguay, Chili, Papua Nugini, Brunai, Selandia Baru, Jepang dan Taiwan. Jumlah kematian di dunia karena rabies pada manusia diperkirakan lebih dari 50.000 orang tiap tahunnya dan terbanyak pada negara-negara Asia-Afrika, yang merupakan daerah endemis rabies. Pada sebagian besar area di dunia, anjing merupakan vektor penting virus rabies untuk manusia. Akan tetapi, serigala (Eropa timur, daerah kutub utara), luwak (Afrika Selatan,Karibia), rubah (Eropa Barat) dan kelelawar

Makalah Virologi Virus Rabies

Page12

(Amerika Selatan) juga merupakan vektor penyakit yang penting. Di Amerika, rabies kucing sekarang ini dilaporkan lebih sering daripada rabies anjing; sehingga vaksinasi kucing rumah sangat penting. Di Amerika, rabies pada binatang buas bertanggung jawab terhadap sekitar 85% rabies binatang yang dilaporkan,dengan anjing dan kucing hanya sekitar 2-3%. Dari tahun 1997 sampai 2003 dilaporkan lebih dari 86.000 kasus gigitan binatang tersangka rabies diseluruh Indonesia (12.400 kasus/tahun) dan yang terbukti rabies adalah 538 orang (76 kasus/tahun). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus gigitan hewan penular rabies meningkat pesat dua tahun belakangan ini. Pada tahun 2008, kasus gigitan hewan penular rabies 20.926 kasus dan 104 orang meninggal karena rabies. Pada tahun 2009, jumlah gigitan naik menjadi 42.106 kasus dengan jumlah orang yang meninggal karena rabies 137 orang. Tahun 2010, terjadi pula kejadian luar biasa rabies di Pulau Nias dan daerah Maluku Tenggara yang sebelumnya tidak pernah terdapat rabies. Sejauh ini, terdapat 24 provinsi yang melaporkan kasus rabies di daerahnya dan hanya sembilan provinsi bebas dari rabies, yaitu Bangka Belitung, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua, dan Papua Barat. 2.7 Penanganan, Pengendalian dan Pencegahan A. Penanganan Tindakan Penanganan Kasus Gigitan Setiap penderita kasus gigitan oleh hewan penular rabies harus diduga sebagai tersangka rabies, tindakan yang harus dilakukan adalah Pertolongan pertama terhadap penderita gigitan, diantaranya : 1. Luka gigitan dicuci dengan detergen selama 5-10 menit, keringkan dan diberi yodium tinture atau alcohol 70% 2. Penderita di bawah ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk penanganan lebih lanjut. 3. Kejadian penggigitan dilaporkan ke petuga Dinas Peternakan/Pertanian setempat. 4. Hewan yang menggigit harus ditangkap dan dilaporkan ke Dinas Peternakan/Pertanian untuk diobeservasi. Diamati selama 14 hari, jika

Makalah Virologi Virus Rabies

Page13

hewan mati dengan gejala rabies dalam masa masa obeservas maka hewan tersangka dinyatakan positif rabies 5. Apabila dalam masa observasi hewan tetap sehat maka hewan tersebut divaksinasi anti rabies dan dikembalikan pada pemiliknya atau dibunuh bila tidak ada pemilik. B. Pengendalian Kematian karena rabies boleh dikatakan 100% bila virus sudah mencapai saraf. Dari tahun 1857-1972 dari kepustakaan dilaporkan hanya 10 pasien yang sembuh dari rabies. Namun sejak 1972 hingga sekarang tidak ada lagi laporan demikian. Perawatan luka yang baik sejak paparan pertama, mendapat SAR dan VAR mendapatkan angka survival 100%. Untuk pengendalian, saat ini, WHO telah mengendalikan penularan rabies dengan melakukan pemberian vaksin ke beberapa negara

berkembang, meskipun dalam jumlah yang terbatas.Vaksin immunoglobulin (antibodi) yang direkomendasikan untuk kasus rabies kategori III memiliki harga yang mahal dan diberikan dalam jumlah yang sangat terbatas. Oleh karena itu, WHO memberikan vaksin immunoglobulin rabies yang berasal dari kuda (purified equine immunoglobulin) untuk digunakan sebagai campuran immunoglobulin manusia untuk menutupi kekurangan vaksin di beberapa negara ini. Vaksinasi rabies pada manusia direkomendasikan kepada para pelancong yang tinggal atau bepergian ke negara endemik rabies selama lebih dari 30 hari. Vaksinasi pra-penularan tidak begitu saja mencegah penularan rabies, namun vaksinasi pra-penularan ini harus diikuti dengan tindakan pasca-penularan, yaitu dengan pemberian vaksin immunoglobulin untuk rabies. Selain para pelancong, vaksin rabies juga direkomendasikan kepada orang-orang yang aktivitasnya beresiko untuk tertular rabies, seperti pemburu, penjaga hutan, pekerja laboratorium, breeder anjing, pekerja pemotongan hewan, dan dokter hewan. Orang-orang yang beresiko ini harus secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan setiap 2 tahun untuk memeriksakan tingkat kekebalan tubuhnya atau untuk mendapatkan vaksin rabies.

Makalah Virologi Virus Rabies

Page14

C. Pencegahan
Jadilah pemelihara hewan yang baik dengan :
1. Menempatkan hewan peliharaan dalam kandang yang baik dan sesuai dan

senantiasa memperhatikan kebersihan kandang dan sekitarnya.


2. Menjaga kesehatan hewan peliharaan dengan memberikan makanan yang

baik , pemeliharaan yang baik dan melaksanakan Vaksinasi Rabies secara teratur setiap tahun ke Dinas Peternakan atau Dokter Hewan Praktek. Tindakan ini tidak hanya melindungi hewan anda dari penyakit rabies tetapi juga melindungi diri anda sendiri dan keluarga anda.
3. Memasang rantai pada leher anjing bila anjing tidak dikandangkan atau

sedang diajak berjalan-jalan.


4. Selalu awasi binatang peliharaan anda. Kurangi kontak mereka dengan

hewan atau binatang liar. Jika binatang peliharaan anda digigit oleh hewan liar, segera ke dokter hewan untuk diperiksa keadaannya.
5. Hubungi dinas peternakan setempat bila anda menjumpai ada binatang liar

yang mencurigakan di lingkungan tempat tinggal anda.


6. Hindari kontak dengan hewan liar yang tidak jelas asal usulnya. 7. Nikmati hewan liar seperti rakun, serigala dari tempat yang jauh. Jangan

coba coba memberi mereka makan, membelai ataupun memelihara mereka di rumah walaupun kelihatan sangat jinak.
8. Cegah kelelawar memasukan rumah atau tempat anda beraktifitas. 9. Jika anda bepergian ke daerah yang terjangkit rabies, segeralah ke pusat

pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi rabies

Makalah Virologi Virus Rabies

Page15

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, di mana agen infektifnya berupa virus rabies yang menginfeksi susunan saraf pusat. Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genus Lysavirus. Berdasarkan data Kementerian

Kesehatan, jumlah kasus gigitan hewan penular rabies meningkat pesat dua tahun belakangan ini. Pada tahun 2008, kasus gigitan hewan penular rabies 20.926 kasus dan 104 orang meninggal karena rabies. Pada tahun 2009, jumlah gigitan naik menjadi 42.106 kasus dengan jumlah orang yang meninggal karena rabies 137 orang. Tahun 2010 hingga bulan Agustus, jumlah korban gigitan hewan penular 40.180 kasus dengan kematian 113 orang. Penyakit rabies ditularkan melalui gigitan binatang. Kuman yang terdapat dalam air liur binatang ini akan masuk ke aliran darah dan menginfeksi tubuh manusia. Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya gejala penyakit . Masa inkubasi penyakit Rabies pada anjing dan kucing kurang lebih 2 minggu (10 hari- 14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan paling lama 1 tahun. Untuk pengendalian, saat ini, WHO telah mengendalikan penularan rabies dengan melakukan pemberian vaksin ke beberapa negara

berkembang, meskipun dalam jumlah yang terbatas.Vaksin immunoglobulin (antibodi) yang direkomendasikan untuk kasus rabies kategori III memiliki harga yang mahal dan diberikan dalam jumlah yang sangat terbatas. Oleh karena itu, WHO memberikan vaksin immunoglobulin rabies yang berasal dari kuda (purified equine immunoglobulin) untuk digunakan sebagai campuran immunoglobulin manusia untuk menutupi kekurangan vaksin di beberapa negara ini.

Makalah Virologi Virus Rabies

Page16

3.2 Saran Adapun yang menjadi saran penulis terhadap pembaca khuusnya yang memiliki hewan peliharaan yakni kucing, anjing, dll agar dapat menjadi seorang pemelihara yang baik dengan selalu melakukan pemeriksaan hewan peliharaan mengingat penyakit-penyakit yang dapat menyerang hewan tersebut yang tidak menutup kemungkinan mendatangkan bahaya terhadap pemelihara itu sendiri.

Makalah Virologi Virus Rabies

Page17

Anda mungkin juga menyukai