Anda di halaman 1dari 67

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Sejarah Perusahaan PT. Papertech Indonesia unit II Magelang yang beralamatkan di Jalan Sanggrahan Gatak No.23, Desa Mungkid, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, JawaTengah 56511, Indonesia, merupakan salah satu cabang dari Subang, Jawa Barat, Sedangkan utuk pusat Internasionalnya berada di Spanyol. Perusahan ini berdiri pada tanggal 12 Oktober 2002 yang berawal dari sebuah pabrik sol sepatu yang bernama Telaga Mas, kemudian diambil alih oleh PT. Papertech Indonesia yang berdasarkan surat persetujuan Penanaman Modal Asing No. 23/IIIPMA/2003 pada tanggal 27 Januari 2003. 1.2.Tata Letak

Gambar 1.1 Denah Tata Letak PT. Papertech Indonesia Unit II Magelang

PT. Papertech Indonesia unit II ini merupakan pabrik kertas daur ulang ( recycle paper ), dengan melihat produksi kertas daur ulang yang masih jarang ditemui dipasaran maka PT.Papertech Indonesia mendirikan pabrik tersebut dengan tujuan untuk memajukan industry kertas. Area yang ditempati seluas 1.425m2 yang diperlukan untuk : a. Kantor b. Ruang kerja c. Logistik dan QC d. Produksi e. Gudang f. Ruang Engineering g. Ruang Meeting h. Kantin PT.Papertech Indonesia Unit II Magelang memiliki karyawan sebanyak 75 karyawan, 1 karyawan wanita bagian office,7 diantaranya karyawan kontrak. 1.3.Unit Produksi 1.3.1. Unit Produksi Kertas Pada prinsipnya industri kertas berbahan dasar bahan baku dari kertas daur ulang terdiri dari 2 (Dua) kegiatan besar, yaitu :

1.3.1.1 Stock Preparation(Penyediaan Stock) Stock Preparation ( Penyediaan stock ) adalah proses perubahan bahan baku (kertas bekas) menjadi buburan, dengan spesifikasi tertentu, misalnya nilai konsistensi diharapkan pada tahap awal ini mencapai 6 7 % . Tahapan Stock Preparation meliputi: a. Penguraian Serat. Penguraian serat dilakukan dengan menghomogenkan buburan kertas yaitu dengan menambahkan air, air yang digunakan pada tahap ini adalah WW (White Water) kemudian dilanjutkan dengan kerja mekanis. Selain itu pada penguraian dengan kerja mekanis terkadang diberi zat kimia untuk membantu penguraian serat. Dalam proses ini penurunan daya tahan matriks dengan

cepat (daya tahan yang dihasilkan oleh ikatan hidrogen) terjadi karena pembasahan bahan dengan air tersebut. Lembaran atau kertas bekas diuraikan dengan air untuk membentuk gumpalangumpalan serat. Penghancuran dilakukan dalam pulper atau tangki pelarut. Pulper umumnya terdiri dari tangki berpengaduk yang dilengkapi dengan saringan dibagian bawahnya. Konsistensi serat didalam pulper berkisar antara 7 8 %, yang selanjutnya di atur sesuai dengan gramatur kertas yang diinginkan. b. Pemisahan. Pemisahan mengacu pada proses untuk memisahkan zat pengotor dari suspensi serat ( penyaringan, yang berjenjang).

Serat-serat dapat berupa serat panjang, serat pendek dan gumpalan serat. Serat-serat tersebut yang digunakan untuk pembuatan kertas satu lapis.

Gambar 1.2 Proses Stock Preparation

Langkah-langkah :

1. Di bagian Stock Preparation, bahan baku (kertas) kemudian diproses di hidro pulper dengan cara menghancurkan menjadi bubur kertas dan dialirkan ke tangki Dump Chest. 2. Setelah di Dump Chest , bubur kertas kemudian kemudian dialirkan ke High Density Cleaner (HDC) yang gunanya untuk memilah bubur kertas dari benda-benda lain yang mempunyai berat jenis tinggi ,seperti : klip, pasir, dll. 3. Setelah terlebih dahulu masuk ke CRC 1, diteruskan masuk ke Chest 1,fungsi CRC 1 adalah untuk mengatur consistency 5-7 % 4. Selanjutnya buburan masuk ke Chest 2 melewati terlebih dahulu Course Screen. 5. Riject course screen sebagian masuk ke chest 1 kembali dan sebagian masuk ke Jhonson Screen, dari Jhonson screen masuk ke Compacting Press 6. Transfer dari Chest 2 ke Chest 3 melewati Fine Screen (HR 500 atau CH5) 7. Riject dari Fine Screen masuk ke Box Riject dan di pumpa ke Chest 1 melewati LDC 8. Dari Chest 3 buburan ditranfer lagi ke Chest 4 melewati CRC 3 yang berfungsi mengatur konsistensy sekitar 2,8.

1.3.1.2 Paper Machine ( Mesin Kertas) Kegiatan di Mesin kertas meliput : a. Sheet Forming ( Pembentukan Lembar) Pada proses sheet forming terjadi pembentukan lembaran kertas. Air dan suspensi serat disaring diatas saringan berputar secara kontinyu untuk membentuk jaringan serat basah yang diusahakan seseragam mungkin. Jaringan serat basah inilah yang akan menjadi calon lembaran kertas. Sistem sheet forming terdiri dari flow box, headbox, dan bagian wire. Flow box, Buburan dialirkan dengan tekanan, jumlah, dan komposisi yang konstan untuk menjaga keseragaman kualitas kertas. Berbagai jenis stock yang berasal dari stock preparation diukur dan dicampur dalam tangki pencampur pada konsistensi stock sekitar 3 4% yang tergantung dari grammatur kertas yang diencerkan. Konsistensi diatur dengan cara penambahan air. Pada sistem yang sederhana, buburan terlebih dahulu dilewatkan saringan sebelum dimasukkan ke headbox. Hal ini digunakan untuk menjaga headbox dan wire dari kerusakan mekanik. Headbox, Alat ini berfungsi untuk menyemprotkan buburan kertas pada mesin kertas. Buburan kertas dari pipa didistribusikan secara seragam dalam headbox dengan

mengalirkan melalui lubang-lubang kecil (umumnya disebut slice). Wire, berfungsi untuk membentuk jaringan serat dari

buburan kertas. Pemisahan kertas dari air merupakan proses filtrasi. Faktor yang berpengaruh pada proses filtrasi adalah sebagai berikut: 1. Ketebalan suspensi di atas Wire. 2. Adanya pemvakuman di bawah wire. 3. Timbulnya tekanan akibat tegangan wire di permukaan yang melengkung. Air yang lolos dari proses filtrasi ini disebut whitewater (WW). Air ini membawa sejumlah serat, filter, dan partikelpartikel halus lainnya. White water dipakai kembali untuk melarutkan dan mengencerkan stock yang pekat di flow box. Perbedaaan kecepatan antara semburan bubur dan wire mempengaruhi pengendapan serat di wire. Jika semburan suspensi dan wire mempunyai kecepatan yang sama, serat akan terendapkan secara acak atau searah dengan semburan. Jika kecepatan semburan suspensi lebih cepat atau lebih lambat daripada wire, lebih banyak serat yang sejajar dengan arah mesin. Di unit inilah sumber limbah cair terjadi ,dengan kandungan organic dan anorganic cukup tinggi. limbah ini

berasal dari selisih antara row water dan yang dibutuhkan didalam proses. b. Press Section Press Section ini bertujuan untuk mengurangi kadar air pada lembaran keras yang terbentuk pada wire. Pada press section pengurangan kadar air dilakukan dengan tekanan mekanik antara rol-rol dan felt yang berputar. Tujuan lain dari press section adalah meningkatkan kekuatan jaringan dengan kompresi sebelum masuk ke dryer section. Kekuatan jaringan diperlukan jaringan ini diperlukan agar kertas tidak mudah sobek saat dilewatkan dryer section. Press section terdiri dari beberapa press nip yang berurutan. Kadar air setelah melewati press section kurang lebih 45%.

Pengurangan kadar air ini mengakibatkan energi panas yang diperlukan di dryer section akan lebih sedikit. Proses penghilangan air di felt dibantu oleh pipa penghisap. Perawatan felt dilakukan dengan semburan air bertekanan tinggi untuk menjaga agar felt tetap bersih. Felt yang bersih ini diperlukan karena untuk menjaga homogenitas kertas. c. Dryer Section. Pada dryer section, air dalam jaringan kertas dihilangkan dengan pemanasan. Pemanasan ini biasanya dilakukan dengan bantuan steam. proses pemanasan

mempengaruhi ikatan antar serat yakni ikatan hidrogen, akibatnya kekuatan jaringan meningkat. Kadar air dalam jaringan setelah melalui dryer section berkisar antara 2 10 %. Dryer felt menekan jaringan tersebut pada silinder pengering agar terjadi perpindahan panas yang lebih baik. Selama pengeringan, jaringan serat mengerut. Pengerutan tergantung pada tipe stock, derajat penguraian, letak serat, dan gaya yang menimbulkan pengerutan. Pengerutan pada arah longitudinal dapat dikontrol dengan menarik kertas diantara kelompok pengering. Pengerutan searah dengan lebar kertas biasanya tidak seragam. Di bagian sisi lebih banyak kerutan daripada di bagian tengah. d. Pope Rell Pope Rell, di bagian ini lembaran kertas dipotong menurut lebar kertas yang dibutuhkan. Fungsi dari Pope rell adalah (Ullmann, 1991): 1. 2. Melepas lembaran kertas dari gulungan. Memotong lembaran kertas sesuai dengan lebar yang diinginkan. 3. 1.3.2 Menggulung kertas yang telah dipotong.

Unit IPAL (Instalasi Pengolahan Limbah)

1.3.2.1 Penyaringan (screening)

Penyaringan adalah upaya memisahkan air dengan partikel padat yang ada dalam limbah cair. Partikel padat yang ada dapat berupa plastic, kayu, kain, sampah daun, benang gumpalan lilin, dll yang seringkali berada dalam limbah cair, sebagai akibat saluran air limbah terbuka atau karena kecerobohan karyawan ketika membuang sampah, atau karena benda benda terbawa angin dan masuk ke saluran limbah. Di samping itu karena bahan baku utama industri kertas PT. Papertech adalah kertas bekas, dimana salah satu sumbernya dari TPA ( Tempat Pembuangan Akhir ) sampah yang sudah disortir oleh para pemulung, maka berbagai jenis pengotor tersebut tidak dapat terelakkan pasti berada dalam kertas kertas yang disuplay ke industry. Penyaring ( screen ) merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan benda padat dengan airnya. Tujuannya benda padat tersebut tidak merusak peralatan pengolah limbah ( pompa ) maupun menyumbat aliran dalam pipa. Penyaring menggunakan jeruji besi sebanyak 4 (empat buah) yang dipasang secara simultan sehingga proses penyaringan dapat dilakukan secara optimal. 1.3.2.2 Bak Equalisasi Dimaksudkan untuk menampung dan menghomogenkan lebih dulu limbah cair yang alirannya tidak ajeg atau menghomogenkan konsentrasi limbah agar selanjutnya dapat diolah secara kontinyu. Limbah cair sering

berubah ubah karakteristiknya karena tergantung proses produksi yang terjadi pada saat ini. Keuntungan yang didapat ketika limbah disamakan konsentrasi dan alirannya adalah bahwa apabila pada proses pengolahan berikutnya membutuhkan bahan kimia ( misal koagulan atau nutrisi ) maka bahan tersebut dapat diberikan dengan konsentrasi tetap ( tidak berubah ubah ) sehingga tidak menyulitkan operasi pengolahan.

1.3.2.3 DAF (Dissolved Air Flotation) Flotasi udara terlarut (DAF) adalah proses pengolahan air yang merupakan air limbah dengan penghilangan materi tersuspensi seperti minyak atau padatan. Proses penghilangan ini dilakukan dengan melarutkan udara di air limbah di bawah tekanan dan kemudian melepaskan udara pada tekanan atmosfer dalam tangki flotasi . Udara menghasilkan bentuk gelembung kecil yang memenuhi materi tersuspensi menyebabkan masalah ditangguhkan untuk mengapung ke permukaan air dimana fiber dapat dihilangkan oleh perangkat skimming. Sebagian dari air limbah

mengklarifikasi meninggalkan tangki DAF di pompa ke bejana tekanan kecil( di sebut drum udara) ke dalam udara terkompresi juga di perkenalkan. Hal ini mengakibatkan menjenuhkan air limbah bertekanan dengan udara. Aliran air udara jenuh di daur ulang ke depan tangki mengapung dan mengalir melalui katup penurunan tekanan seperti memasuki bagian depan

tangki , yang menghasilkan udara yang dhasilkan dalam bentuk gelembung kecil. Gelembung memenuhi masalah ditangguhkan, menyebabkan masalah ditangguhkan untuk mengapung ke permukaan dan membentuk lapisan buih yang kemudian dihilangkan oleh skimmer. Buih bebas keluar air tangki mengapung sebagai limbah mengklarifikasi dari unit DAF. Beberapa desain unit DAF memanfaatkan bahan kemasan plat paralel, lamellas, untuk memberikan permukaan yang lebih dan karena itu pemisahan untuk mengikat efisiensi pemisahan unit. DAF dapat dikategorikan dengan Edaran (lebih efisien) dan persegi panjang (waktu tinggal lebih). Jenis pertama hanya memerlukan 3 menit dan contoh adalah Wockoliver DAF sistem, sedangkan Rectangular membutuhkan 20 sampai 30 menit contoh khas dapat syskill DAF sistem. Salah satu keuntungan lebih besar dari Edaran ini Scoop Spiral nya. DAF adalah sebuah proses mekanis dengan menggunakan gelembung udara yang ultra halus untuk memisahkan pencemari agak netral dari air. Ini mencemari pembentukan inti yang bersatu mikroskopis gelembung udara. Gelembung udara menambah daya apung untuk mencari penyebab fiber untuk mengambang ke permukaan. DAF berfungsi untuk memisahkan padatan atau partikel partikel dari fase cair. Pemisahannya dilakukan dengan memasukkan gelembung gas ( udara ) kedalam air. Gelembung gelembung akan mengikat bahan

partikel dan mengapungkan partikel partikel. Di unit ini serat fiber yang lolos ke air buangan akan diambil kembali, kemudian di recycle ke proses produksi. Proses pengikatan fiber dan bahan tersuspensi lain menggunakan bahan koagulan alum / tawas dan flokulan polymer. Kelebihan sistem flotasi dibandingkan dengan sistem sedimentasi adalah dimensinya yang lebih kecil. 1.3.2.4 Reaktor UASB Berfungsi untuk menguraikan zat organic oleh mikroba dalam keadaan tanpa O2. Efisiensi penurunan pengolahan 60% - 80%. 1.3.2.5 Sedimentasi Unit ini keberadaannya cukup penting, karena pada tahap awal proses pengolahan di reaktor anaerobik (UASB) akan banyak bakteri yang terbawa keluar (carryover) yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: a. Belum terbentuknya bakteri granular, sehingga ringan dan mudah terbawa aliran. b. Terbentuknya gas, akan mempengaruhi tekanan di dalam ruang pengumpul gas dan dapat mendorong lumpur bakteri keluar. c. Rising sludge (sludge mumbul), juga mempunyai andil terhadap terbawanya bakateri keluar reaktor. Dengan demikian bak sedimentasi I ini berfungsi mengumpulkan dan Mengembalikan bakteri yang terbawa keluar itu ke dalam reaktor,

sehingga jumlah bakteri tidak banyak berkurang karena terbuang. Meminimalisir efek dari terbawanya bakteri keluar reaktor UASB itu, sehingga tidak merusak sistem lain setelahnya (aerasi). Mengendapkan bakteri dan TSS yang masuk ke bak sedimentasi I itu, sehingga yang keluar bisa lebih jernih (supernatan). 1.3.2.6 Bak Aerasi Type proses pengolahannya adalah konvensional organic terurai akan dikonsumsi oleh mikroba aerobik dalam kondisi larutan cukup O2 dibutuhkan untuk membantu proses metabolisme yang menghasilkan energi untuk pergerakan mikroba aerobic. Umumnya Unit Lumpur Aktif tidak menggunakan O2 murni, tetapi menggunakan udara bebas yang memang mengandung 20 % O2. Dengan adanya mineral tambahan seperti senyawa Nitrogen (N) dan senyawa Pospor (P) atau yang disebut senyawa Nutrient, proses tersebut dapat menghasilkan sel mikroba aerobic baru. Proses itu juga akan menghasilkan karbon dioksida (CO2), molekul air (H2O) dan Aunomial (NH4 dalam kondisi O2 berlebih, NH3 akan terurai menjadi Nitrat (HO3). Proses diatas dapat berlangsung baik jika kondisi lingkungannya mendukung, yaitu : a. PH b. T : 6,5-8,0 : 25-35

c. Tidak ada senyawa toksis d. Reactor yang mendukung Reaksi : mikroba aerobik + organic terurai + O2 + Nutrien + CO2 +

H2O + NH3 + sel baru Masalah yang timbul di PLA ( Pengolahan Lumpur Aktif ) yang paling dominan yaitu kondisi lumpur bakteri yang gembur ( Sludge bulking ), yaitu gejala membesarnya lumpur mikroba tanpa disertai berat yang cukup untuk membuat lumpur mikroba mengendap.

1.3.2.7 Filter press Filter press adalah filter bertekanan yang dirancang untuk lumpur de-air kimia yang di kondisikan sesekali dengan menggunakan tekanan mekanis untuk mencapai cake lumpur padat kandungan tinggi. Filter press terdiri dari serangkaian pelat pararel masing-masing menggunakan kain filter kaku.Kain filter kaku di letakkan di bingkai structural . Pelat filter di tempatkan antara pelat-pelat yang tetap dan bergerak. Dalam operasi, perangkat hidroloik menutup kompresor plate pack. Ruang tersembunyi antara pelat individu cake bentuk ruang dimana padatan tersuspensi dipertahankan. Bubur yang akan disaring

diumpankan oleh pompa bubur yang mengalami tekanan-tekanan yang memenuhi spesifikasi. Selama siklus filtrasi, filtrate melewati filter dan saluran kain sepanjang sela-sela beralur dari pelat, sementara lumpur padat dipertahankan dalam ruang cake. Setelah tekanan filtrasi tercapai, filtrate secara bertahap mengurangi selama fase konsolidasi. 1.4 Bahan Baku, Produk dan Pemasaran Produk 1.4.1 Bahan Baku Bahan baku utama dalam pembuatan kertas di PT.Papertech Indonesia Unit II Magelang yaitu :

a. MIX Bahan baku MIX adalah bahan baku yang jenisnya adalah kertaskertas bekas dan campuran. b. OCC ( Out Cargeting Content ) Bahan baku OCC adalah bahan baku yang jenisnya kardus c. Bahan Baku Tambahan Bahan baku tambahan dalam pembuatan bahan baku kertas yang siap edar yaitu sejenis penguat yaitu berupa tepung tapioca.

1.4.2

Produk
a. Paper Grade Roll Diameter : Cone Board : 145 cm

Roll widt Core Diameter Chemical Consumtion

: 67 + 67 cm : 4 Inch item Al. Sulfat Rosin Tapioca starch RETENTION AID PRESTAFIX WATER GALASS INOFLOCK Trifix O Standard 2% 0% 3.50% 0.03% 1% 4.00% 0.06% 1.60% 325 Gsm 455 Micron 180 Ft. Lb 7% 1.6 Kpa / Bursting gsm Cobb 30 Sec. Bulk 75 Gr/M2 1.4 max 150 Remark MC PS INLET PS OUTLET PS OUTLET on Tapioca on Tapioca PS OUTLET on Tapioca

Specification Data

Basic WT Caliper Ply Bond Moisture

Tabel 1.1 Spesifikasi produk cone board b. Paper Grade : Super Chip Board

Roll Diameter : 100 cm Roll widt : 7.5 cm

Core Diameter : 3 Inch

Chemical Consumtion

item Al. Sulfat Rosin Tapioca starch RETENTION AID PRESTAFIX WATER GALASS INOFLOCK Trifix O

Standard 2% 2% 4% 0.03% 1% 0.00% 0.06% 1.60% 240 Gsm 335 Micron 170 Ft. Lb 7% 1.6 Kpa /

Remark Flow Box PS INLET PS OUTLET PS INLET on Tapioca on Tapioca 0n Tapioca on Tapioca

Specification Data

Basic WT Caliper Ply Bond Moisture

Bursting gsm Cobb 60 Sec. Bulk Tabel 1.2 Spesifikasi produk super chip board c. Paper Grade : Core B 250 Gr/M2 1.4

Roll Diameter : 120 cm Roll widt : 7 cm

Core Diameter : 3 Inch Chemical Consumtion item Al. Sulfat Standard 2% Remark FLOW BOX

Rosin Tapioca starch RETENTION AID PRESTAFIX WATER GALASS INOFLOCK Trifix O Specification Data Basic WT Caliper Ply Bond Moisture

2% 4% 500 ppm 1% 0% 500 ppm 1.60% 400 Gsm 560 Micron 225 Ft. Lb 7% 1.6 Kpa /

PS INLET PS OUTLET PS INLET on Tapioca on Tapioca On Tapioca on Tapioca

Bursting gsm Cobb 60 Sec. Bulk Tabel 1.3 Spesifikasi produk core B d. Paper Grade : Core A30 200 Gr/M2 1.4

Roll Diameter : 120 cm Roll widt : 121 cm

Core Diameter : 3 Inch

Chemical Consumtion

item Al. Sulfat Rosin

Standard 2% 0%

Remark MC PS INLET

Tapioca starch RETENTION AID PRESTAFIX WATER GALASS INOFLOCK

4% 0.03% 1% 0% 0.06%

PS OUTLET PS INLET on Tapioca on Tapioca On Tapioca

Specification Data

Basic WT Caliper Ply Bond Moisture

350 Gsm 500 Micron 300 Ft. Lb 7% 1.6 Kpa /

Bursting gsm Cobb 60 Sec. Bulk Tabel 1.4 Spesifikasi produk core A 30 e. Paper Grade : Chip Board 300 Gr/M2 1.4

Roll Diameter : 120 cm Roll widt : 110 cm

Core Diameter : 3 Inch

Chemical Consumtion

item Al. Sulfat Rosin Tapioca starch

Standard 2% 2% 3.5%

Remark MC PS INLET PS OUTLET

RETENTION AID PRESTAFIX WATER GALASS INOFLOCK Trifix O Specification Data Basic WT Caliper Ply Bond Moisture

500 ppm 1% 0% 0.06% 1.60% 500 Gsm 700 Micron 130 Ft. Lb 7% 1.6 Kpa /

PS OUTLET on Tapioca on Tapioca On Tapioca on Tapioca

Bursting gsm Cobb 60 Sec. Bulk Tabel 1.5 Spesifikasi produk chip board 200 Gr/M2 1.4

1.4.3 Pemasaran
a. Produk Jenis produk yang dihasilkan PT.Papertech Indonesia Unit II Magelang yaitu: 1. Chip Board 2. Core A30 3. Cone Board 4. Core B 5. Super Chip Board b. Harga

Manajemen menetukan kebijakan harga pokok produknya. Factor factor atau masalah yang harus dipertimbangkan dalam penetapan harga produknya adalah : 1. Keuntungan yang akan diperoleh PT.Papertch Indonesia 2. Biaya termasuk potongan dan ongkos kirim keluar kota. c. Sistem Akutansi (Alur Transakasi ) Untuk alur transaksi yang digunakan yaitu system voucher antara lain : 1. CPV : Cash Payment Voucher 2. CRV : Cash Receive Voucher 3. BPV : Bank Payment Voucher 4. BRV : Bank Receive Voucher 5. PJV : Payment Journal Voucher

1.5

Struktur Organisasi di PT. Papertech

Gambar 1.3. Sistem Managemen PT. papertech Indonesia Unit II Magelang

Branch Manager dipegan goleh 1 orang, plant/chief 2 orang, kepala bagian 4 orang, dan pelaksana 64 orang. Karyawan bagian produksi sebanyak 45 karyawan, 4 diantaranya adalah karyawan kontrak.

Latarbelakang pendidikan di bagian produksi minimal pendidikan SMA atau

sederajat. Sejalan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengikuti perkembangan dunia dan fungsi organisasi, maka diperlukan suatu struktur organisasi yang baik. Pada PT. Papertech Indonesia struktur yang digunaka nadalah berdasarkan garis staf, aliran kekuasaan tertinggi di pegang oleh Branch Manager dan didelegasikan kebawah berdasarkan kebutuhan yang ditangani oleh beberapa chief. Masing-masing chief mempunyai kekuasaan dan tanggung jawab yang berbeda dan dalam mempe rlancar kegiatan oprasional, maka tugastugas wewenang tertentu dan tanggungjawab didelegasikan lagi kebawah. Plant Manager sebagai pemimpin utama dalam kegiatan operasi. Adapun job description masing masing secara garis besar adalah sebagai berikut : 1.5.1 Branch Manager Branch manager mempunyai tugas tugas sebagai berikut : a. Menerapkan proyek yang sudah disetujui dari pusat sesuai dengan anggaran dan jadwal yang ditetapkan. b. Menganalisa dan meninjau hasi lproduksi. c. Mengkoordinasikan kebutuhan bahan baku sesuai kebutuhan produksi. d. Mengkoor dinasikan materiil yang diperlukan untuk kebutuhan mesin. e. Melakukan koordinasi dengan pusat mengenai pengiriman barang jadi. f. Menanggapi keluhan (complaint) dari pelanggan

g. Melakukan kunjungan ke pelanggan yang complaint terhadap barang yang dipesannya. h. Mengadakan pengarahan terhadap karyawan tentang tugas dan tanggung jawab masing-masing. i. Memimpin rapat mingguan dengan staff produksi . j. Melakukan rapatkoordinasi dengan pusat setiapbulan. k. Menjawab semua komunikasi dengan pusat dan pelanggan melalui email. l. Membuka P3K dan SMK3. m. Mengeluarkan pemberitahuan/pengumuman. n. Melakukan evaluasi seluruh bagian untuk mengetahui keterampilan dan kemampuan karyawan. 1.5.2 Marketing service Marketing service mempunyai tugas sebagi berikut : a. Mengkoordinasi secara rincij adwa lproduksi sesuai kegiatan marketing. b. Menentukan dan membuat cara potong kerta suntuk produksi. c. Mengkoordinasikan secara rinci jadwal termasuk koordinasi dengan angkutan. d. Membuat laporan harian untuk hasil produksi

1.5.3 Accounting and Finance Manager Accounting and finance manager mempunyai tugas sebagi berikut : a. Membuat laporan financial bulanan.

b. Mengadakan cost analisis. c. Mengotrol pembayaran hutang perusahaan d. Melakukan koordinasi dengan pusat mengenai hutang piutang perusahaan. e. Mebuat project analisis untuk proyek baru yang akan dilakukan. f. Melakukan evaluasi terhadap bagian dibawahnya. 1.5.4 Personal dan Ga atau legal a. Membuat perhitungan gaji. b. Menyusun data karyawan untuk keperluan kesehjateraan karyawan. c. Mengkoordinasi sragam karyawan. d. Mengurus segala perijinan perusahaan. e. Mengurus pembayaran pajak. f. Mengatur jadwal kerja keamanan. g. Mengatur tugas karyawan harian h. Bertanggungjawab terhadap SMK3 1.5.4 Car pool a. Mengantar jemput tamu perusahaan

b. Mengambil barang-barang pembelian perusahaan. c. Memelihara kendaraan perusahaan. d. Mengirim dokumen sesuai dengan keperluan 1.5.5 Security a. Menjagakeamanandanketertibanperusahaan, sertalingkungansekitarperusahaan.

b. Melakukanpenimbanganbahanbaku dab barangjadi. c. Mengkoordinasijumlahkaryawandenganjumlahpemesanan catering. d. Menerima tamu dan melakukan administrasi penerimaan tamu dan kontraktor 1.5.6 Plant Operation Manager Plant Operation Manager mempunyai tugas sebagai berikut: a. Memngkoordinasi bagian di bawahnya. b. Merekomendasi hal hal berkaitan dengan produksi kepada Branch Manager. c. Membantu kepala seksi dibagian produksi yang menyelesaikan masalah yang ada di bagian produksi. 1.5.7 Production Chief Production chief mempunyai tugas sebagai berikut : a. Mengatur dan mengontrol pekerjaan operator mesin. b. Menyelesaikan masalh yang berkaitan dengan mesin. c. Melaporkan kepada Plant manager/ Branch manager bila ada kerusakan mesin yang mengakibatkan macetnya mesin lebih dari 1jam. d. Bertanggung jawab terhadap tercapainya target produksi setiap hari.

1.5.8 Maintenance Chief

Maintenance Chief terdiri dari 3 bagian yaitu mekanik, instruments, dan maintenance planner. Maintenance chief mempunyai tugas sebagai berikut: a. Mencatat data kerusakan mesin dan memesan stok untuk perbaikan. b. Bertanggung jawab terhadap alat bantu untuk maintenance. c. Melakukan perbaikan mesin. d. Mengadakan pelumasan mesin. 1.5.9 QC Analysis QC Analysis mempunyai tugas sebagai berikut : a. Melakuakan analisis/tes physical property kertas. b. Melakukan tes kualitas bahan baku yang masuk. c. Mengajukan potongan/diskon sesuai dengan keadaan barang yang diterima. d. Mengadakan tes bahan baku kimia yang akan dicoba. e. Merekomendasikan alat penguji di laboratorium sesuai dengan kebutuhan. 1.5.10 Purchasing Tugas dan tanggung jawab purchasing sebagai berikut : a. Memonitor Purchase Requisition (permintaan pembelian) dari

departemant lain yang membutuhkan pembelian barang melalui system SAP atau surat permintaan pemberian untuk pengorderan yang belum masuk system SAP.

b. Menentukan serta mengadakan negosiasi harga sanpai kesepakan harga yang ideal. c. Mengadakan pembelian di bagian atas barang yang diminta masingmasing department dengan memperhatikan beberapa hal yang sudah digariskan perusahaan. d. Membuat kontrak perjanjian tertulis dengan vendor apabila diperlukan dan harus disetujui manager. e. Memperbaharui kesepakatan kemabali dengan vendor apabila ada perubahan harga, kualitas, dan lain-lain. f. Melihat serta memeriksa secara sampling atas barang yang datang. g. Menerima klaim dan warehouse ( gudang barang ) atau receiving ( data barang ), apabila barang yang masuk tidak sesuai dengan permintaan. h. Melakukan proses return kepada vendor terhadap barang yang diklaim oleh werehouse / receiving dengan persetujuan manager. i. Bekerjasam dengan manager dalam mengambil keputusan mengenai barang baru, vendor baru ataupun harga yang baru. j. Bekerja sama dengan bagian receiving, werehouse, maupun finance mengenai kedatangan barang. k. Mengajukan sarana dan prasarana untuk melakukan tugasnya yang disetujui oleh manager maunpun branch manager. l. Membuat dan mendatangani purchase order yang berkaitan dengan pengadaan barang di bagianya.

m. Bertanggung jawab terhadap semua kelancaran proses administrasi atas barang yang akan dibeli.

BAB II PROSES PRODUKSI 2.1. Proses Produksi Kertas 2.2. Proses Pengolahan Limbah 2.2.1 Pengolahan Secara Fisika

Tahap ini bertujuan untuk membuang benda-benda terapung berukuran besar (seperti ranting, kayu, cangkang jagung dsb), dan partikel-partikel mineral berat (seperti pasir dsb). Bahan-bahan ini harus dihilangkan lebih dahulu untuk mencegah kerusakan alat-alat dalam unit pengolahan berikutnya, seperti peralatan aerator terapung dan pompa-pompa yang digunakan. Preliminary treatment dapat dilakukan lewat 2 cara, yaitu screening dan grit removal. Prinsip utama dari tahap pengolahan ini adalah pengaturan kecepatan aliran air limbah, dimana mineral anorganik yang berat dan benda-benda terapung berukuran besar dapat tertahan, tapi bahan padatan organik (suspended solid) dan juga yang terlarut dapat lolos.

Kecepatan aliran air limbah yang melewati screen harus >0.3m/detik, hal ini dimaksudkan untuk mencegah pengendapan grit sebelum disaring lewat grit removal. Sedangkan pada grit removal, kecepatan aliran harus diatur sedemikian rupa sehingga grit dapat terendapkan tapi suspended solid organic tetap lolos. Pada umumnya setting velocity grit adalah 30mm/detik. selanjutnya dari kedua tahapan diataskan dihasilkan benda-benda grit dan hasil saringan (solid waste) yang siap untuk dibenamkan dalam tanah (land fill). (I Nyoman Suryadi Putra) Setelah screening dan grit removal, maka pengadaan bak ekualisasi pada tahap preliminary perlu dipertimbangkan. Ekualisasi bertujuan untuk meminimumkan atau mengendalikan fluktuasifluktuasi karakteristik air limbah (meng-homogen-kan) sehingga dapat dicapai kondisi optimum bagi langkah pengolahan berikutnya. Ukuran bak ekualisasi bervariasi tergantung pada jumlah atau debit dan variasi masukan air limbah dari saluran-saluran yang berbeda. Ukuran bak seharusnya cukup memadai untuk dapat menapung fluktasi air limbah yang disebabkan oleh adanya variasi jadwal proses produksi di pabrik dan adanya buangan-buangan dari proses yang tidak kontinyu (batch) yang secara berkala dibuang atau tercecer ke dalam saluran.

2.2.2

Pengolahan secara Kimia Tahap ini bertujuan untuk menaikkan tingkat kejernihan air limbah sebelum memasuki tahap pengolahan selanjutnya (misal; biological treatment). Perlu diketahui, bahwa jika setelah tahapan sedimentasi ternyata kualitas air limbah telah memenuhi persyaratan untuk dibuang, maka tahapan berikutnya (seperti pengolahan biologi) tidak diperlukan. Tahapan sedimentasi merupakan usaha pemisahan suspensi kedalam komponen cairan (liquid) dan padatan (solid) secara gravitasi. Untuk membantu mempercepat proses sedimentasi,

khususnya jika air limbah banyak mengandung bahan-bahan koloid, penambahan bahan-bahan koagulant seperti alum (Al2 (SO4)3), kapur Poly Aluminium Chloride dapat digunakan. Hasil tahapan ini, setelah melewati primary clarifier adalah air yang lebih jernih dan terbentuknya lumpur kimia (chemical sludge). untuk mengurangi berat maupun volume lumpur maka perlu dilakukan proses dewatering yaitu proses penghilangan cairan dari padatan lumpur. Hal ini dapat dilakukan menggunakan belt press filter. Selanjutnya, lumpur padat kering (dewatering sludge) diperlakukan sebagai limbah padat (solid waste) yang siap untuk dibenamkan dalam tanah (land fill). Jika limbah padat mengandung bahan-bahan beracun berbahaya maka penanganannya dilakukan secara khusus. (Suryadi Putra, 1995)

2.2.2.1 Koagulasi dan Flokulasi Koagulasi dan flokulasi merupakan awal dari suatu proses pengolahan lengkap sekaligus merupakan aspek yang paling penting dari suatu proses pengolahan air. Suatu pengolahan akan dikatakan berhasil apabila pemisahan zat padat secara kimiawi berhasil, yang ditandai dengan terbentuknya flok-flok dengan baik. Pada prinsipnya ada dua aspek yang penting dalam proses koagulasi flokulasi yaitu : 1. Pembubuhan bahan kimia koagulan 2. Pengadukan bahan kimia tersebut dengan air baku 3. Aplikasi dari koagulasi dan flokulasi ini dilakukan dalam dua reaktor yang berbeda yaitu koagulator dan flokulator. Pada proses koagulasi, zat kimia koagulan dicampur dengan air baku selama beberapa saat hingga mereka dalam suatu reactor koagulator. Dari pencampuran ini akan terjadi destabilitasi koloid zat padat yang ada di air baku. Keadaan ini menyebabkan menggumpalnya koloid-koloid tersebut menjadi koloid dengan ukuran yang lebih besar. Proses koagulasi ini dilaksanakan dalam satu tahap dan dalam waktu yang relatif cepat yaitu kurang dari satu menit, sehingga koagulator disebut juga sebagai pengaduk cepat.

Dalam proses ini, koloid-koloid yang sudah kehilangan muatannya atau terdestabilisasi, saling tarik menarik sehingga cenderung untuk membentuk gumpalan yang lebih besar. Karena itu, air yang sudah mengalami proses koagulasi ini kemudian dialirkan ke reaktor kedua untuk proses penggumpalan/flokulasi. Reactor kedua, yang disebut flokulator, merupakan tempat dimana flok-flok kecil yang sudah terbentuk di koagulator menjadi membesar. Proses pembesaran ini dilakukan dengan cara pengadukan yang secara bertahap, dari kekuatan yang besar kemudian mengecil secara bertahap ini dimaksudkan supaya flok yang sudah terbentuk tidak pecah kembali. Akhir dari proses ini adalah terbentuknya flok yang cukup besar untuk dapat diendapkan dalam sebuah bak pengendap. 2.2.2.2 Proses Koagulasi Ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses koagulasi yaitu : a. Jenis bahan kimia koagulan yang dipakai b. Dosis pembubuhan bahan kimia c. Pengadukan dari bahan kimia Ketiga faktor ini saling berkaitan antara satu dengan lainya. Penentuan ketiga faktor tersebut di lapangan harus dengan

pertimbangan yang baik.

a. Jenis bahan kimia koagulan Jenis bahan kimia koagulan yang umum dipakai yaitu : Koagulan garam logam Koagulan polimer kationik

Contoh koagulan garam logam antara lain : Aluminiaum Sulfat atau tawas (Al3(SO4).14 H2O) Feri Chloride (FeCl3) Fero Chloride (FeCl2) Feri sulfhate (Fe2(SO4)3) Koagulan yang umum dipakai adalah aluminium sulfat atau dalam bahasa pasarnya adalah Tawas. Sedangkan Feri Chloride dan Fero Sulfat, meskipun juga merupakan koagulan yang baik, namun jarang dipakai di suatu instalasi pengolahan air di Indonesia. Contoh koagulan polimer atau koagulan sintetis yaitu : Poli Aluminium Chloride (PAC) Chitosan Curie flock Koagulan yang umum dipakai adalah PAC, yang merupakan polymerisasi dari Aluminium chloride. Karena sifat kelarutanya di

dalam air dan tingkat pembentukan floknya yang lebih baik, maka polimer ini sering juga dipakai sebagai Coagulant Aid atau zat kimia tambahan untuk memperbaiki kondisi koagulasi. Perbedaan dari kedua jenis koagulan ini adalah pada tingkat hidrolisa di dalam air, dimana koagulan garam logam mengalami hidrolisa sedangkan koagulan polimer tidak. b. Dosis Pembubuhan Koagulan Dosis pembubuhan koagulan secara praktis ditentukan di laboratorium dengan menggunakan penelitian jar test. Prosedur jar test pada prinsipnya merupakan replika dari proses pengolahan air dalam skala kecil dan dalam kondisi batch. 2.2.3 Pengolahan secara Biologi Proses pengolahan air limbah secara biologis tersebut dapat dilakukan pada kondisi aerobic (dengan udara), kondisi aerobic (tanpa udara) atau kombinasi anaerobic dan aerobic. Proses biologis aerobic biasanya digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban BODS yang tidak terlalu besar, sedangkan proses biologis anaerobic digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban BOD yang sangat tinggi. Pengolahan air limbah secara biologis secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yakni proses biologis dengan biakan tersuspensi (suspende culture), proses biologis dengan biakan melekat (attached culture) dan proses pengolahan dengan sistem lagoon atau kolam.

Proses biologis dengan biakan tersuspensi adalah sistem pengolahan dengan menggunakan aktifitas mikro-organisme yang digunakan dibiakkan secara tersuspensi di dalam suatu reactor. Beberapa contoh proses pengnolahan dengan sistem ini antara lain : proses Lumpur aktif stndar/konvensional (standar activated sludge), step aeration, contact stabilization, extended aeration, oxidation ditch (kolam oksidasi sistem parit) dan lainnya. Proses biologis dengan biakan melekat yakni proses pengolahan limbah dimana mikro oprganisme yang digunakan dibiakkan pada suatu media sehingga mikroorganisme tersebut melekat pada permukaan media. Proses ini disebut juga dengan proses film mikrobiologis atau proses biofilm. Beberapa contoh teknologi pengolahan air limbah dengan cara ini antara lain ; trickling filter, biofilter tercelup, reactor kontak biologis putar (rotating biological contactor, RBC), contact

aeration/oxidation (aerasi kontak) dan lainnya. Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan lagoon atau kolam adalah dengan menampung air limbah pada suatu kolam yang luas dengan waktu tinggal yang cukup lama sehingga dengan aktifitas mikroorganisme yangn tumbuh secara alami, senyawa polutan yang ada dalam air akan terurai. Untuk mempercepat proses penguraian senyawa polutan atau pengolahan air limbah dengan cara ini adalah kolam aerasi atau kolam stabilisasi (stabilization pond). Proses dengan sistem lagoon tersebut kadang-kadang dikategorikan sebagai proses biologis dengan

biakan tersuspensi. Secara garis besar klasifikasi proses pengolahan air limbah secara biologis dapat dilihat seperti gambar (2.3) Makalah ini membahas tentang teknologi pengolahan air limbah dengan proses biofilm atau biofilter tercelup yang merupakan salah satu cara pengolahan air limbah secara biologis dengan biakan melekat.. Beberapa hal yang dibahas antara lain prinsip pengolahan, serta aplikasinya untuk pengolahan air limbah secara biologis dengan biakan melekat. Beberapa hal yang dibahas antara lain prinsip pengolahan, serta aplikasinya untuk pengolahan air limbah organic.

Gambar 2.1 Klasifikasi proses pengolahan air limbah secara biologis

2.2.3.1 Peranan Mikroorganisme di dalam Proses Pengolahan Air Limbah secara Biologis

Di alam, senyawa organik dapat terurai menjadi karbon dioksida, air dan sejumlah senyawa anorganik yang stabil oleh aktifitas mikroorganisme. Mikrooorganisme tersebut tidak berada dalam suatu spesies secara bebas, melainkan dalam bentuk konsorsium atau campuran dari bermacam-macam lingkungannya, dimana spesies tertentu tergantung dari kondisi masing-masing mikro-organisme tersebut

bersaing untuk mendapatkan makanan yang sesuai dengan sifat-sifat organism tersebut. Oleh karena kemampuan untuk mendapatkan makanan atau kemempuan metabolisme dilingkungannya bervariasi, maka mikro-organisme yang mempunyai kemampuan adaptasi dan kemampuan mendapatkan makanan dalam jumlah besar dengan kecepatan yang maksimum akan berkembang biak dengan cepat dan akan menjadi dominan di lingkungannya. Diantara mikro-organisme di alam, organism yang mempunyai kemampuan metabolisme yang paling tinggi adalah bakteri, diikuti oleh eumycetes dan protozoa. Mikro-organisme tersebut mempunyai ukuran yang sangat kecil tetapi kemampuan metabolismenya sangata tinggi. Di dalam proses pengolahan air limbah secara biologis, pada hekekatnya adalah memanfaatkan mikroorganisme (bakteri) yang mempunyai kemampuan untuk menguraikan senyawa-senyawa polutan tertentu didalam suuatu reaktor biologis yang kondoisisnya dibuat agar sesuai untuk pertumbuham mikro-organisme (bakteri) yang digunakan.

Di dalam proses pertumbuhan atau perkembangbiakan serta metabolisme mikroorganisme harus mempunyai sumber energy, karbon untuk pertumbuhan sel baru serta elemen anorganik atau nutrient, misalnya nitrogen, phosphor, sulfur, natrium, kalsium dan magnesium. Karbon dan sumber energy biasanya disebut sebagai substrat, sedangkan nutrient dan faktor pertumbuhan juga diperlukan untuk pembentukan sel. Berdasarkan cara pernafasan dan bentuk metabolismenya, mikro-organisme (bakteri) yang digunakan untuk proses pengolahan air limbah secara garis besar dapat diklasifikasin menjadi dua group yakni mekro-organisme yang melakukan sintesis bahan kimia. Untuk mokroorganisme yang melakukan sintesis bahan kimia digolongkan menjadi dua yakni bakteri autrotropik dan bakteri heterotropik, meskipun ada sebagian bakteri yang melakukan fotosintesis yang mana hal ini merupakan suatu perkecualian. Mikro-organisme yang melakukan fotosintesis umunya adalah jenis alga yang berkhorofil yang mensintesis karbondioksida dan air untuk keperluan pertumbuhannya dengan mengeluarkan oksigen. Ada juga sebagian alga yang dapat menguraikan senyawa organic di tempat yang gelap meskipun mempunyai khlorofil misalnya chlorella. Mikro-organisme aututropik adalah organisme yang

menggunakan karbon yang berasala dati karbondioksida sebagai sumber energy untuk metabolisme dan pertumbuhan sel baru, sedangkan, Mikro-

organisme hiterotropik adalah merupakan mikro-organisme yang menggunakan karbon yang berasal dari senyawa organik untuk pertumbuhan serta pembentukan sel-sel baru. Di antara mikro-organisme yang melakukan sintesis kimia, bakteri heterotropik dibagi menjadi tiga group yakni : Bakteri Aerob Mutlak : yakni bakteri yang tidak dapat hidup jika tanpa oksigen di lingkungannya. Bakteri Fakultatif Aerob : yakni bakteri yang dapat tumbuh tanpa oksigen, tetapi menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat bila terdapat oksigen di lingkungannya. Bakteri Anaerob Mutlak : yakni baktri yang tidak dapat hidup atau tumbuh jika terdapat oksigen di lingkungannya. Untuk bakteri jenis 1) dan 2) umumnya digunakan sebagai organism utama untuk pengolahan air limbah secara bioligis dengan proses lumpur aktif atau proses biofilm, sedangkan bakteri jenia 3) digunakan untuk proses penguraian secara anaerob mutlak. Di dalam proses pengolahan air limbah secara bilogis dapat diklasifikasikan seperti pada table 1, meskipun kadang-kadang ada beberapa peneliti yang mengklasifikasikan secara agak berbeda. No 1. Jenis Proses Proses secara aerobic Nama yang umum Penggunaan

Biakan tersuspensi (Suspended Growth)

Proses Lumpur Aktif : Konvensional/standart Pencampuran sempurna

Penghilangan senyawa BOD organik, (nitrifikasi)

(Complete mix process) Step Aeration (Aerasi bartahap) Proses Oksigen Murni Kontak Stabilisasi Proses Oksigen Parit (Oxydation Ditch) Proses deep shaft aeration Suspenden growth nitrification Aerated Lagoon Nitrifikasi Penghilangan BOD(nitrifikas i) Aerobic digestion : Proses konvensional dgn udara Proses dengan oksigen tinggi Biakan melekat (Attached Growth) Tricking Filter : Proses dgn kecepatan rendah Proses dgn kecepatan tinggi Filter kasar (Roughing Filters) Penghilangan BOD Reaktor Putar Biologis (RBC) Penghilangan Penghilangan BOD, nitrifikasi Stabilisasi, Penghilangan BOD

BOD, nitrifikasi Biofilter dengan unggu tetap Penghilangan BOD, nitrifikasi Kombinasi proses Proses lumpur aktif biolfilter, Penghilangan

biakan tersuspensi dan proses tricking filter-solid contact, BOD, biakan melekat proses biofilter-lumpur aktif, proses nitrifikasi tricking filter seri-lumpur aktif dll

Proses anoxik : Proses tersuspensi biakan Denitrifikasi tersuspensi denitrification dengan Suspended biakan Denitrifikasi Growth

Proses biakan melekat

Denitrifikasi unggun tetap (fixed Denitrifikasi film denitrification)

Proses Anaerobik Biakan tersuspensi Anaerobic digestion Proses standart satu tahap, kecepatan Stabilisasi, Penghilangan BOD

Proses satu tahap, kecepatan tinggi

Stabilisasi, Penghilangan BOD

Proses dua tahap

Stabilisasi, Penghilangan BOD

Proses kontak anaerobik

Penghilangan BOD

Proses anaerobik sludge blanket Up Penghilangan Flow Biakan Melekat Proses Biofilter Anaerobik BOD Penghilangan BOD, stabilisasi limbah, denitrifikasi Proses Expanded Bed Penghilangan BOD, stabilisasi limbah 4 Kombinasi proses aerobik, anoxix dan anaerobic Biakan Tersuspensi Proses satu tahap atau tahap Penghilangan BOD, nitrifikasi, denitrifikasi, penghilangan phosphor Kombinasi biakan Proses satu tahap atau tahap banyak Penghilangan air air

banyak, variasi proses yang sesuai

tersuspensi dan biakan (multi stage) melekat

BOD, nitrifikasi, denitrifikasi, penghilangan phosphor

Proses dengan lagoon Kolam Aerobik atau kolam Kolam Maturasi ( stabilisasi )

Penghilangan BOD Penghilangan BOD, nitrifikasi

Kolam Fakultatif

Penghilangan BOD

Kolam Anaerobik

Penghilangan BOD, stabilisasi limbah

Tabel 2.1 Proses pengolahan secara biologis yang umum digunakan untuk air limbah Secara garis besar ada lima grup proses pengolahan yakni proses aerobik, proses anoxic, proses anaerobik, proses kombinasi aerobik, anoxic dan anaerobik, dan proses dengan lagoon atau kolam. Di dalam aplikasinya, umumnya digunakan untuk berbagai tujuan antara lain yakni :

1) untuk menghilangkan senyawa organik yang ada di dalam air limbah yang biasanya diukur sebagai biochemical oxygen demand ( BOD ), Total karbon organik ( TOD ), chemical oxygen demand ( COD ) 2) untuk proses nitrifikasi 3) dentrifikasi 4) penghilangan senyawa phospor, dan 5) untuk stabilisasi air limbah

2.2.3.2 Proses Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Lumpur Aktif Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan sistem biakan tersuspensi telah digunakan secara luas di seluruh dunia untuk pengolahan air limbah domestik. Proses ini secara prinsip merupakan proses aerobik dimana senyawa organik dioksida menjadi CO2 dan H2O1 NH4 dan sel bioma baru.

Untuk suplai oksigen biasanya dengan menghembuskan udara secara mekanik. Sistem pengolahan air limbah dengan biakan tersuspensi yang paling umum dan telah digunakan secara luas yakni proses pengolahan dengan Sistem Lumpur Aktif ( Activated Sludge Process ). Pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif konvensional ( standar ) secara umum terdiri dari bak pengendap awal, bak aerasi dan bak pengendap akhir, serta bak khlprinasi untuk membunuh bakteri pantogen. Secara umum proses pengolahannya adalah sebagai berikut. Air limbah yang berasal dari ditampung ke dalam bak penampung air limbah. Bak penampung ini berfungsi sebagai bak

pengatur debit air limbah serta dilengkapi dengan saringan kasar untuk memisahkan kotoran yang besar. Kemudian, air limbah dalam bak penampung di pompa ke bak pengendap awal. Bak pengendap awal berfungsi untuk menurunkan padatan tersuspensi (Suspended) sekitar 30 40 %, serta BOD sekitar 25 %. Air limpasan dari bak pengendap awal dialirkan ke bak aerasi secara gravitasi. Di dalam bak aerasi ini limbah dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah. Energi yang didapatkan dari hasil penguraian zat organik tersebut digunakan oleh mikroorganisme untuk proses pertumbuhannya. Dengan demikian didalam bak aerasi tersebut akan tumbuh dan berkembang biomasa dalam jumlah yang besar. Biomasa ataua mikroorganisme inilah yang akan menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah. Dari bak aerasi,air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengna pompa sirkulasi lumpur. Air limpasan ( over flow ) dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontraktor khlor ini air limbah dikontrakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh microorganisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum.

Dengan proses ini, air limbah dengan konsentrasi BOD 250-300 mg/lt dapat diturunkan kadar BOD nya menjadi 20-30 mg/lt.

Gambar 2.2 Diagram proses pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif standar (konvensional) Surplus lumpur dari bak pengendap awal maupun akhir ditampung ke dalam bak pengering lumpur, sedangkan air resapannya ditampung kembali di bak penampung air limbah. Keunggulan proses lumpur aktif ini adalah dapat mengolah air limbah dengan beban BOD yang besar, sehingga tidak memerlukan tempat yang besar. Proses ini cocok digunakan untuk mengolah air limbah dalam jumlah yang besar. Sedangkan beberapa kelemahannya antara lain yakni kemungkinan dapat terjadi bulking pada lumpur aktifnya, terjadi buih, serta jumlah lumpur yang dihasilkan cukup besar.

2.2.3.3 Masalah Yang Sering Dijumpai di Dalam Proses Lumpur Aktif

Masalah yang sering terjadi pada proses pengolahan air limbah dengan sistem lumpur aktif maupun proses biologis lainnya adalah sludge bulking. Bulking adalah fenomena di dalam proses pengolahan air limbah dengan sistem lumpur aktif di mana lumpur aktif ( sludge ) berubah menjadi keputih-putihan dan sulit mengendap, sehingga sulit mengendap. Hal ini mengakibatkan cairan supernatan yang dihasilkan masih memiliki kekeruhan yang cukup tinggi. Masalah yang sering terjadi pada Proses Lumpur Aktif ditujukan pada Tabel 3.6.

No Jenis Masalah

Penyebab Masalah

Pengaruh terhadap Sistem

Pertumbuhan terdispersi (Dispersed Growth)

Mikro-organisme yang ada di Efluent dalam sistem lumpur aktif keruh.

menjadi Sludge pada

tetap yang bak

yang membentuk flok yang mengendap

cukup besar, tetapi terdispersi pengendap kecil sehingga menjadi sel tunggal sehingga jumlah sirkulasi lumpur sulit mengendap. berkurang

Slime

(Jelly)

: Mikro-organisme

berada Menurunkan

kecepatan

nonfilamentous

dalam jumlah yang sangat pengen-dapan lumpur dan kecepatan

bulking atau viscous besar khususnya zooglea dan mengurangi bulking

membentuk exo-polysacarida kompaksi lumpur. Pada dalam jumlah yang besar kondisi yang buruk

mengakibatkan terlepasnya lumpur di bak

pengendapan akhir.

Pin

Flock

atau Terbentuknya flok berbentuk SVI rendah, dan efluen bola kasar dengan ukuran mempunyai yang sangat kecil, kompak. yang tinggi Ukuran flok yang lebih besar mempunyai pengendapan besar, keceparan yang lebih agregat kekurangan

Pinpoint Flock

sedangkan

yang lebih kecil mengendap lebih lambat.

Filamentous Bulking

Terjadi ekses pertumbuhan Mengurangi

efektifitas

mikroorganisme filamentous kompaksi lumpur

dalam jumlah yang besar

Rising

Sludge Merupakan

ekses

proses Efluen yang keruh dan efisiensi

(blanket rising)

denitrifikasi sehingga partikel menurunkan lumpur menempel

pada penghilangan BOD

gelembung gas nitrogen yang terbentuk permukaan dan naik ke

Foaming

atau Adanya senyawa surfactant Terjadi

buih bak

pada aerasi

pembentukan buih ( yang tidak dapat terurai dan permukaan scum ) akibat Nocardia parvicella

berkembangbiaknya dalam jumlah yang besar dan Microthrix yang dapat melampaui

ruang bebas dan melimpah ke bak pengendapan akhir.

Tabel 3.6. Masalah yang sering terjadi pada Proses Lumpur Aktif 2.2.3.4 Pertumbuhan Terdispersi ( Dispersed Growth ) Di dalam proses lumpur aktif yang beroperasi dengan baik, bakteria yang tidak bergabung dalam bentuk flok biasanya dikonsumsi oleh protozoa. Adanya bakteria dalam bentuk dispersi sel yang tidak bergabung dalam bentuk flok dalam

jumlah yang besar akan mengakibatkan efluen yang keruh. Fenomena pertumbuhan terdisperdi ini berhubungan dengan kurang berfungsinya bakteria. Pembentukan flok ( Floc-forming bacteria ) dan hal ini disebabkan karena beban Organik ( BOD ) yang tinggi dan kurangnya suplai udara atau oksigen. Selain itu senyawa racun misalnya logam berat juga dapat menyebabkan pertumbuhan terdispersed ( dispersed growth) di dalam proses lumpur aktif. 2.2.3.5 Nonfilamentos Bulking Fenomena nonfilamentos bulking ini juga sering disebut zoogleal bulking yakni terjadinya ekses produksi exopolysaccharida oleh bakteria misalnya zooglea. Hal ini menyebabkan mengurangi efektifitas pengendapan serta kompaksi lumpur. Fenomena nonfilamentous bulking ini dapat dicegah dengan proses khlorinasi. 2.2.3.6 Pinpoint Floc Gejala pinpoint floc adalah gejala dimana flok lumpur aktif pecah menjadi flok flok yang halus dan ikut keluar di dalam efluen sehingga air olahan menjadi keruh. Menurut beberapa peneliti mengatakan bahwa bakteria filamentus merupakan mikro-organisme utama yang menyusun flok di dalam sistem lumpur aktif sehingga keberadaannya dalam jumlah yang sedikit dapat mengakibatkan flok yang terbentuk kurang baik yang berakibat efisiensi pengendapan flok lumpur berkurang dan efluen menjadi keruh. 2.2.3.7 Lumpur Yang Mengambang ( Rising Sludge )

Indikasi yang dapat dilihat adalah terjadinya lumpur yang mengambang pada permukaan bak pengendapan akhiri. Gangguan ini disebabkan karena terjadinya ekses denitrifikasi yang berlebihan yang mengakibatkan suasana anoxic di dalam bak pengendapan akhir. Selain itu gas nitrogen yang terjadi akibat proses denitrifikasi akan keluar ke atas dan akan mengikat flok lumpur aktif dan lumpur akan mengambang di permukaan sehingga efluen menjadi keruh. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut yakni dengan cara mengurangi waktu tinggal sludge dengan cara meningkatkan laju sirkulasi lumpur di dalam bak pengendap. 2.2.3.8 Pembentukan Buih atau Busa ( Foaming or scum Formation ) Indikasi yang terlihat adalah terbentuknya buih pada permukaan bak aerasi dalam jumlah yang besar yang dapat melampaui ruang bebas dan melimpah ke bak pengendapan akhir. Hal ini disebabkan adanya senyawa surfactant yang tidak dapat terurai dan akibat berkembangbiaknya Nocardia dan Microthrix parvicella. Macam-macam pembusaan yang dapat terjadi di bak aerasi: 1) Pembusaan Putih Busa yang timbul di suatu IPAL, tidak selalu jadi masalah. Pada system lumpur aktif yang operasi dengan baik, umumnya 10 -25 % dari luas permukaan tangki aerasi tertutup oleh busa tipis berwarna coklat muda. Walaupun demikian pembusaan dapat menjadi masalah. Salah satu jenis busa yang mengganggu adalah busa putih (stiff white foam, white billowy foam).

a) Dampak Menganggu pekerjaan petugas karena dapat melimpas sampai ke pinggir ULA. Mengurangi efisiansi Sistem Aerasi.

b) Penampakan Terlihat busa putih terang di permukaan Tangki

Aerasi.Bentuknya agak kaku ,sangat mirip dengan busa sabun. Seringkali berbagi dertergen/sabun.

c) Penyebab Jumlah Mikroba Aerobic yang tidak sebanding dengan Beban Organic. Adanya deterjen (silfactans) non biodegradable. d) Penanggulangan Masalah TINDAKAN DARURAT Buang busa putih dari permukaan tanghki aerasi. Tambahkan defoaming agent. Semprot dengan air bertekanan tinggi.

TINDAKAN TUNTAS Operasikan dengan F:M lebih rendah. Jika pada saat start-up,segera tambahkan bibit mikroba,perbesar QRAS,kurangi MWAS.

e) Pencegahan Lakukan pencegahan masuknya deterjen dan senyawa toksik lainya yang dapat mengurangi MLVSS. Selalu penuhi kebutuhan nutrient sesuai BOD:N:P idealnya.

2) Pembusaan Coklat Pembusaan coklat sering kali merupakan kelanjutan kondisi dari pembusaan putih yang tidak segera di tanggulangi. Walaupun demikian, pembusaan coklat juga dapat di timbulkan sebagai akibat sebab, lain yang lebih parah. a) Dampak Mengganggu pekerjaan petugas karena dapat melimpas sampai ke pinggir ULA. Mengganggu segi estetika ULA. Mengurangi efisiensi Aerasi. Mengurangi RRBOD.

b) Penampakan Terlihat busa tebal berlendir dan berwarna coklat gelap. Dalam kondisi kering,berbentuk seperti lapisan tanah.

c) Penyebab Pembusaan coklat pada unit lumpur mengindikasikan adanya dominasi Mikroba Filamen,terutama Norcadia spp. Oleh karna itu,pembusaan ini di

sebut pembusaan Norcadia. Pembebanan ULA yang terlalu rendah seringkali menjadi penyebab dominasi bakteri Norcadia spp ini. d) Penanggulangan Masalah TINDAKAN DARURAT Busa dari permukaan tangki Aerasi. Tambahkan Defoaming Agent. Semprot dengan bertekanan tinggi. Tambahkan polimer.

TINDAKAN TUNTAS Operasikan dengan F:M lebih tinggi dengan memperkecil QRAS dan memperbesar MWAS. Tambahkan nutrient sampai mencapai BOD:N:P ideal. Berikan klorinasi di dalam saluran RAS atau dalam Sumur Lumpur. Operasikan sistem aerasi dengan pola intermittent.

e) Pencegahan Lakukan operasi dengan pengendalian F:M lebih tinggi dan SA lebih rendah. Selalu memenuhi kebutuhan nutrient sesuai BOD:N:P ideralnya.

Pada system intrifikasi sangan sulit untuk memperpendek SA. Untuk itu, peralatan penyemprotan dan skimmer harus dipasang dan sering digunakan untuk membuang busa dimana Norcadia spp, terperangkap. 3) Pembusaan Hitam Pembusaan hitam adalah permasalahan dimana busa hitam menutupi Tangki Aerasi. Sering kali diikuti perubahan warna Limbah Cair yang semula berwarna kecoklatan menjadi hitam dan timbul bau. a) Dampak Menutupi seluruh permukaan tangki aerasi. Mengganggu segi estetika ULA. Mengurangi efisiensi sistem Aerasi. Mengurangi RRBOD.

b) Penampakan Terlihat busa dan berwarna hitam gelap. Timbul bau busuk.

c) Penyebab Terjadi keadaan septic di unit lumpur aktif karna kekurangan oksigen. d) Penanggulangan Masalah TINDAKAN DARURAT Tindakan DO di tangki aerasi. Pindahkan aliran ke rangkaian ULA lain, jika ada.

TINDAKAN TUNTAS

Tingkatkan QRAS. Tambahkan nutrient sampai mencapai BOD:N:P idealnya.

e) Pencegahan Selalu penuhi kebutuhan DO di tangki aerasi.

2.2.3.9 Anaerobic dengan sistem UASB (Upflow Activated Sludge Blanket) 2.3 Prinsip Pengolahan Biologis Anaerobik Jenis Upflow Anaerobik Dalam sistem ini, air limbah dialirkan dari bagian bawah reaktor selanjutnya didistribusikan secara merata ke dalam reaktor. Air limbah menuju ke arah blanket berbentuk granular tempat tumbuhnya mikroba yang mengkonsumsi limbah yang lewat. Kecepatan upflow 0,6 - 0,9 m/jam. Gas methan dan karbondioksida menggelembung naik menuju ke penampungan gas. Air limbah keluar reaktor diendapkan di bak pengendap. Sebagian endapan lumpur mikroba dikembalikan ke reaktor, air limbah terolah dibuang keluar. Elemen penting dalam desain reaktor UASB adalah sistem pengaliran influen, pemisahan padatan gas dan pembuangan efluen. Sistem ini sangat efisien sekali. Keuntungan lain sistem ini adalah mempunyai kemampuan terhadap fluktuasi debit dan beban polutan. 2.4 Mekanisme Proses Anaerobik Pada proses anaerobik dikenal ada 4 grup mikroba yang berfungsi mendegradasi bahan organik menjadi molekul yang lebih sederhana seperti metan dan karbon dioksida.

Gambar 3.5 Kelompok bakteri metabolik yang terlibat dalam penguraian limbah dalam sistem An aerobik (Djarwanti, 2009) Kelompok Bakteri Hydrolitik Kelompok bakteri hydrolitik memecah molekul organik komplek (protein, selulose, lignin, lipid) menjadi molekul monomen yang terlarut seperti asam amino, glukosa, asam lemak dan gliserol. Molekul monumen ini langsung bisa dimanfaatkan oleh kelompok bakteri berikutnya. 2). Kelompok Bakteri Asidogenik Fermentatif Bakteri acidogenik (pembentuk asam) seperti clostridium merubah gula, asam amino, dan asam lemak menjadi asam-asam organik ( seperti asam aselta,

propional, formiat laktat, buliral atau seksinat), alcohol dan keton ( seperti etanol, methanol gliserol, aseton) CO2 dan H2O. Asetat adalah produk utama dalam fermentasi karbohidrat. 3). Kelompok Bakteri Asetogenik Bakteri asetogenik (bakteri yang memproduksi asetat dan H2) seperti syntrobacteri walimi dan syntro phomonas walfei merubah asam lemak (asam propionate asam butirat) dan alcohol menjadi aselat, hydrogen dan karbon dioksida. CH3, CH2 OH + H2O etanol CH3 CH2COOH + 2H2O asam propional CH3CH2COOH + 2K2O asam butirat Kelompok Bakteri Metanogen Bakteri Metanogen dibagi menjadi 2 kategori yaitu: Bakteri Metanogen hidrogenotopik merubah hydrogen dan karbon dioksida menjadi metan. CO2 +3H2 CH 4 + 2H2O Metan CH3 COOH + 2H2O asam asetat CH3 COOH +CO22 + 3H2O asam aselat CH3COOH + CO2 + 3H2 asam asetat

Bakteri Metanogen yang menggunakan hydrogen merubah asam asetat menjadi metan dan CO2. CH3 COOH CH 4 + 2H2O Metan c.Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Proses Anaerob Faktor penting yang berpengaruh terhadap penguraian secara anaerobik antara lain adalah : 1) Variasi debit dan beban organik Pada proses pengolahan air limbah secara anaerobik variasi debit influen dan beban organik diusahakan tidak terlalu fluktuatif. Beban yang terlalu bervariasi akan menghambat laju degradasi peruraian karena bakteri harus selalu melakukan adaptasi. Jika diperlukan, sebelum masuk bak anaerobik, air limbah dimasukkan dahulu ke dalam bak ekualisasi untuk menyeragamkan kualitas. 2) Suhu Di dalam IPAL penguraian anaerobik dengan bakteri mesophilik suhu berkisar antara 25-40 oC dengan temperature optimum 35 oC. Penguraian dengan bakteri thermophilik beroperasi pada suhu 50-65
o

C. Bakteri metan sangat sensitive

terhadap perubahan suhu. Penurunan suhu cenderung menurunkan laju pertumbuhan bakteri metan. Oleh karena itu, penguraian mesophilik didesain untuk beroperasi antara 30-35 C. 3) Alkalinitas

Pada pengolahan limbah secara anaerobik membutuhkan penambahan alkali untuk menghasilkan pH yang netral. Alkalinitas sekitar 2000-4000 mg/l sebagai CaCO3. Alkalinitas kadang-kadang sudah terpenuhi di dalam influen. Dalam beberapa kasus juga dapat dihasilkan dari degradasi protein dan amonia. 4) Nutrien Pada umumnya, pada proses peruraian anaerobik diperlukan nutrisi nitrogen, phosphor dan kalium dengan perbandingan COD : N : P = 350 : 5 : 1. Mikronutrien juga diperlukan, kadarnya berbeda-beda tergantung dari jenis limbah. Dosis penambahan mikronutrien per liter volume reaktor adalah : 1mg FeCl2; 0,1 mg CuCl2 : 0,1 mg NiCl2; 0,1 mg ZnCl2.

5) Waktu Tinggal Waktu tinggal air limbah dalam reaktor anaerobik tergantung pada karakteristik air limbah dan kondisi lingkungan. Untuk memperoleh proses pengolahan yang efektif waktu tinggal harus cukup, sehingga setiap langkah peruraian bahan organik terjadi dengan sempurna. Untuk cara konvensional, waktu tinggal antara 20 - 50 hari. 6) Keasaman Derajat keasaman dinyatakan dengan pH. Masing-masing bakteri memerlukan kondisi pH berbeda-beda. Secara umum, pH pengolahan air limbah secara anaerobik berkisar antara 6,5 - 8,5.

7) Oksigen Bakteri metanogen adalah bakteri anaerob yang dapat terhambat pertumbuhannya oleh adanya oksigen. Oleh karena itu, reaktor anaerobik harus didesain kedap dan diusahakan tidak ada aliran udara yang masuk ke dalam reaktor. 1) Zat Toksik Zat toksik kadang-kadang dapat menyebabkan kegagalan pada proses penguraian limbah dalam proses anaerobik. Terhambatnya pertumbuhan bakteri metanogen pada umumnya ditandai dengan penurunan produksi metan dan meningkatnya konsentrasi asam-asam volatil yang berbau tidak sedap. Beberapa zat toksik yang dapat menghambat proses anaerobik adalah : ammonia, senyawa bensena, formaldehyde, logam berat (Cu, Pb, Cd, Ni, Zn, Cr), Sianida, Sulfida, Salinitas. d.Perbedaan Proses Aerobik dan Anaerobik. Proses pengolahan secara bilogis anaerobik digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban BOD yang sangat tinggi berbeda dengan proses biologi aerobic biasanya digunakan untuk mengolah air limbah dengan beban BOD yang tidak terlalu besar. Perbandingan antara proses aerobik dan anaerobik dalam pengolahan air limbah dapat dilihat pada Tabel 3.7 (Jarwanti, 1997) No Parameter Anaerobik Aerobik

1. 2. 3. 4. 5.

Kebutuhan Eenergi Efiesiensi pengolahan BOD Influent Produksi Lumpur Kebutuhan nutrient

Rendah Moderat ( 60-80%) >2000 mg/l Sedikit Rendah COD : N : P 350: 5 : 1

Tinggi Tinggi (90-95%) <2000 mg/l Banyak TinggiBOD : N : P 100 : 5 :1 Besar 3-4 Minggu Sedikit Tinggi

6. 7. 8. 9.

Volume Reaktor Waktu Star-up Bau Stabilitas

Kecil 3-6 Bulan Potensial Proses Moderat

Terhadap Bahan Toxic dan Perubahan Beban. Tabel 3.7 Perbedaan Proses Aerobik dan Anaerobik Selain mampu mendegradasi bahan organik yang tinggi dan temperatur dalam air limbah, kelebihan sistem anaerobik adalah dihasilkan produk gas metan yang sangat bermanfaat sebagai sumber energi. Proses an aerobic cocok digunakan pada limbah dengan debit bervariasi. Mampu dengan cepat digunakan walaupun dalam waktu lama tidak dilakukan penambahan limbah.

e.Pengoperasian Peralatan Anaerob

Salah satu tujuan dari industri membangun IPAL adalah untuk mengolah air limbahnya hingga memenuhi syarat untuk dibuang ke lingkungan atau dimanfaatkan untuk keperluan lain. Keberhasilan IPAL sangat dipengaruhi oleh kelayakan desain peralatan, kontinyuitas pengoperasian dan ketrampilan operator. Seorang operator IPAL harus memahami dan mampu mengoperasikan IPAL dengan baik dan benar. Mampu mengidentifikasi jika IPAL tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Di dalam pengoperasian reaktor anaerobik ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu : (1) Proses pengembangbiakan mikroba (seeding), (2) adaptasi atau aklimatisasi dan (3) pengoperasian rutin. 1).Proses pengembangbiakan mikroba (seeding) Pengembangbiakan mikroba atau disebut juga seeding dilakukan untuk menumbuhkan mikroba. Sumber mikroba bisa diambil dari kotoran sapi atau dari lumur anaerob yang diambil dari IPAL anaerobik yang sudah beroperasi dengan baik. Diusahakan lumpur sesedikit mungkin berhubungan dengan udara. Cara seeding adalah sebagai berikut : Kotoran sapi diencerkan dengan air perbandingan 1 : 1. Kemudian disaring dengan saringan kasar untuk memisahkan kotoran fisis dan pasir yang terikut. Lumpur atau kotoran sapi yang sudah diencerkan dianalisa kadar MLVSS (Mix Liquor Volatile Suspended Solid) nya.

Masukkan sejumlah lumpur anaerob ke dalam reaktor. Berat atau volume lumpur diperhitungkan sehingga dalam reaktor nanti kandungan MLVSS nya 3000-4000 mg/l, MLSS 8000 mg/l. Setelah pemasukan lumpur ke dalam reaktor tambahan air sampai penuh dan diamkan selama sehari untuk memberi kesempatan kepada bakteri fakultatif mengkonsumsi oksigen habis dan suasana benar-benar anaerob. 2).Aklimatisasi Aklimatisasi adalah pengadaptasian mikroba terhadap air limbah yang akan diolah. Pengadaptasian dilakukan dengan cara mengganti air secara pelan-pelan dengan air limbah. Caranya adalah memasukan air limbah secara bertahap. Mula-mula 10%, hari berikutnya 20%, 30%, 40%, dan seterusnya. Akhir dari aklimatisasi adalah ketika air telah 100% tergantikan dengan air limbah. 3).Pengoperasian rutin Setelah proses seeding dan aklitimatisasi dilakukan maka baru dilakukan pengoperasian secara rutin. Proses aklimatisasi dan seeding biasanya memerlukan waktu 3-5 bulan. Pengaliran air limbah dilakukan secara kontinyu. Pengoperasian harus selalu dijaga pada kondisi optimal. Selama proses pengolahan berlangsung, sebaiknya dilakukan pemantauan secara rutin oleh pabrik sendiri. Seyogyanya pabrik yang sudah mempunyai IPAL dilengkapi dengan fasilitas laboratorium untuk pengujian limbah. Beberapa parameter penting untuk pengontrolan rutin adalah COD, suhu, pH, TSS.

Anda mungkin juga menyukai