MVAR
DI SISTEM SULAWESI SELATAN
Ricky Cahya Andrian, Kamran JR, Hasyim Paturusi
Email : arrester97@yahoo.com
Abstrak
MVAR adalah daya reaktif yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan
tegangan busbar. Jika di suatu system terdapat keterbatasan MVAR, maka
tegangan system akan turun dari level normalnya. Akibatnya sistem menjadi tidak
stabil. Strategi untuk menghadapi keterbatasan daya reaktif (MVAR) ini dalam hal
kaitannya dengan tegangan adalah dengan beberapa cara sebagai berikut :
menaikkan MVAR pembangkit yang sedang beroperasi, menaikkan tap trafo IBT,
menaikan tap trafo distribusi di GI, memasukkan kapasitor ke sistem, memasukkan
mesin pembangkit yang standby beroperasi ke sistem, melepas beban (manual
load shedding) dan jika mempunyai dana lebih dengan cara membangun line
transmisi baru.
I. PENDAHULUAN
Pembangkit yang ada di Sistem Sulsel, selain memasok daya aktif MW, juga
memasok daya reaktif MVAR selama masih berada di dalam kurva kapabibility-nya
(kurva daya mampu mesin). MW atau daya aktif bertujuan untuk menjaga
kestabilan frekuensi system akibat naiknya beban system, sedangkan MVAR atau
daya reaktif bertujuan untuk menaikkan tegangan di busbar GI atau busbar
pembangkit untuk menjaga kestabilan tegangan. Sehingga jika tegangan di busbar
Tello (pusat beban di Makassar) rendah, maka tegangan di busbar pembangkit
Suppa, Sengkang dan Bakaru dinaikkan dengan menaikkan produksi MVAR
pembangkit tersebut. Menurut SPLN, batas tegangan di busbar adalah -10% dan
+5% dari tegangan nominal. Untuk tegangan 150kV, maka batas tegangan
minimalnya adalah 135kV. Tetapi realisasinya adalah tegangan dijaga tidak lebih
rendah dari 138kV di busbar Tello untuk menjaga tegangan asuhan GI Tello seperti
GI Tallo Lama dan GI Panakukkang. Berikut tegangan di GI pembangkit di Sistem
Sulsel yaitu :
Jika tegangan busbar di Tello berada di bawah 138kV, maka secara cepat dispatcher
memerintahkan agar pembangkit di Bakaru, Suppa dan Sengkang menaikkan MVAR
pembangkit agar tegangan di busbar Tello (Bagian Selatan – sebagai pusat beban)
bisa naik di atas 138kV sampai 145kV.
Untuk menaikkan tegangan di distribusi 20kV, maka Tap Trafo DIstribusi dinaikkan
ke 21kV untuk menaikkan tegangan di busbar 20kV. Normalnya, tap trafo berada di
level 20.5kV untuk di GI daerah luar Makassar dan 20.3kV untuk GI dalam kota
Makassar.
Strategi untuk menaikkan tegangan di busbar 150kV atau 70kV dilakukan dengan
memasukkan kapasitor di 70kV di GI 70kV yaitu GI Tello70, GI Tallo Lama, GI Daya
dan GI Pangkep serta kapasitor 20kV di GI Tallo Lama, GI Sungguminasa dan GI
Pangkep.
Strategi ini digunakan jika tegangan masih berada di bawah normal (di bawah
135kV) sedangkan strategi di atas sudah dilakukan, maka cara berikutnya adalah
dengan memasukkan mesin pembangkit yang standby ke dalam sistem karena
menambah daya reaktif ke dalam sistem. Mesin yang standby adalah mesin-mesin
yang biaya operasinya mahal yang SFC BBM-nya tinggi sekali. Sehingga dengan
menggunakan strategi ini, maka biaya operasi sistem akan naik dan membengkak
tetapi kestabilan dari sis tegangan menjadi lebih naik karena level tegangan akan
ikut naik.
Strategi ini belum direalisasikan di SIstem Sulsel dan masih dalam tahap
perencanaan, dimana akan dibangun line transmisi dari GI Sengkang – GI Sidrap –
GI Maros Baru – GI Sungguminasa. Line transmisi ini akan menaikkan level
tegangan di busbar GI Tello 150kV atau GI Kota. Hal ini disebabkan pengaruh efek
kapasitansi. Jalur line transmisi ini sangat jauh sehingga efek kapasitansinya juga
besar. Sehingga dengan masuknya line transmisi baru ini, maka kestabilan Sistem
Sulsel dari sisi tegangan menjadi lebih baik.
I. KESIMPULAN
1. MVAR digunakan untuk memperbaiki profil tegangan di suatu busbar agar
masuk range sesuai standar PLN yaitu -10% dan +5% dari tegangan nominal
busbar. Tegangan di sistem Sulsel adalah 150kV, 70kV dan 30kV.
2. Tegangan merupakan salah satu aspek dari sisi kestabilan sistem.
Menurunkan tegangan sistem busbar cenderung menurunkan kehandalan
sistem.
3. Untuk menghadapi keterbatasan MVAR, cara yang dilakukan di Sistem Sulsel
adalah : menaikkan MVAR pembangkit yang sedang beroperasi, menaikan
tap trafo IBT (Interbus Trafo), menaikkan tap trafo distribusi GI (Gardu Induk),
menginjeksi MVAR kapasitor (memasukkan kapasitor), menginjeksi MVAR
pembangkit yang standby untuk masuk sistem, melepas beban (load
shedding) dan jika memungkinkan menambah line transmisi baru untuk
menaikkan MVAR sistem karena efek kapasitansi sehingga kestabilan Sistem
Sulsel dari sisi tegangan menjadi lebih baik.