Anda di halaman 1dari 26

New Opportunities for Vulnerable Children Program (N-OVC)

Emilia Kristiyanti Helen Keller International - Indonesia 4 January 2013


Strengthening Efforts Towards Inclusive Education in Indonesia: PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI ENAM (6) PROVINSI DI INDONESIA: Improved National Governance, Teaching Capacity SEBUAH PEMBELAJARAN & Awareness

KERANGKA PRESENTASI

TUJUAN PRESENTASI PENGERTIAN PENDIDIKAN INKLUSIF DAN ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS

ANALISA SITUASI

Tahun 2011, analisa kesenjangan

PEMBELAJARAN (LESSON LEARNED) TAHAPAN PENYELENGGARAAN REKOMENDASI

TUJUAN PRESENTASI

Membagikan informasi tentang Pendidikan Inklusif dan pelaksanaannya di Indonesia. Membagikan pembelajaran (lesson learned) yang diperoleh Helen Keller International Indonesia selama melaksanakan pendampingan pengembangan kebijakan dan tata laksana, pelatihan guru dan dosen (in service dan pre service) serta kampanye kesadaran publik (public awareness) di tingkat nasional dan enam provinsi di Indonesia guna meningkatkan penyelenggaraan pendidikan inklusif di Indonesia.

Pengertian Pendidikan Inklusi


Pendidikan adalah hak semua anak, dan pendidikan inklusi bertujuan untuk memastikan bahwa semua anak mendapatkan akses terhadap pendidikan yang terjangkau, efektif, relevan dan tepat dalam wilayah tempat tinggalnya. Pendidikan ini berawal dalam rumah bersama keluarga dan diterapkan juga dalam pendidikan formal, non formal serta semua jenis pendidikan yang berbasis masyarakat. Pada sekolah, pendidikan inklusi adalah sebuah pendekatan yang bertujuan mengembangkan pendidikan yang lebih berfokus pada anak dengan menyadari bahwa semua anak adalah individu-individu yang memiliki kebutuhan dan kecepatan belajar yang berbeda.
Sumber : What is Inclusive Education Concept Sheet, Sue Stubbs, Save the Children (UK)

Pengertian Pendidikan Inklusi


Pendidikan inklusi adalah merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Hambatan yang ada bisa terkait dengan masalah etnik, gender, status sosial, kemiskinan dan lain-lain. Salah satu kelompok yang paling tereksklusi dalam memperoleh pendidikan adalah siswa penyandang cacat. Tapi ini bukanlah kelompok yang homogen. Sekolah dan layanan pendidikan lainnya harus fleksibel dan akomodatif untuk memenuhi keberagaman kebutuhan siswa. Mereka juga diharapkan dapat mencari anak-anak yang belum mendapatkan pendidikan.
Sumber: http://www.unescobkk.org/education/appeal/topic08.htm

Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK): anak dengan beberapa karakter yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Hallahan & Kaufman The Exceptional Children

Siapa sajakah ABK ? Tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, kesulitan belajar, gangguan perilaku,dan anak cerdas/berbakat, serta anak dengan gangguan kesehatan.

Temuan Analisa Kesenjangan (gap analysis) Tahun 2011


1. 2. 3. Pengelolaan pendidikan inklusif Status dan kompetensi guru Jaminan pelayanan pendidikan

Temuan Analisa Kesenjangan (gap analysis) Tahun 2011 1. Pengelolaan Pendidikan InklusifDIDIKAN INK
a. Pemahaman Penyelenggara dan Pelaksana
Penyelenggara: Secara eksplisit menyatakan bahwa pendidikan inklusif merupakan suatu sistem terintegrasi yang melayani anak berkebutuhan khusus berada dalam satu kelas dengan anak yang lain. Pelaksana: Tidak secara eksplisit; lebih menekankan pada pelayan pendidikan yang tidak membeda-bedakan berdasarkan pada kelainan fisik maupun latar belakang sosial anak.

Temuan Analisa Kesenjangan (gap analysis) Tahun 2011 b. Pelaksanaan pendidikan inklusif :
Berhenti pada menampung (menerima) anak berkebutuhan khusus (ABK), di sekolah, belum fokus pemberian layanan pendidikan yang berkualitas
Motivasi pelaksanaan pendidikan inklusif di sekolah: Penunjukkan oleh pemerintah; Inisiatif sekolah sendiri.

STATUS DAN Temuan AnalisaGURU Kesenjangan KOMPENTENSI

(gap analysis) Tahun 2011

2. Status dan Kompetensi Guru


Lebih dari 20 % guru yang mengajar ABK masih belum mendapat status yang jelas.
Gpk berlatar belakang pendidikan luar biasa dan nonpendidikan luar biasa.

Pengetahuan dan keterampilan para guru (pengembangan kompetensi) umumnya melalui program sosialisasi. Program sosialisasi tidak sistematis, lebih ditujukan untuk persamaan persepsi, bukan peningkatan kompetensi.
Kompetensi GPK berjalan secara alamiah dan belum terencana pembinaannya oleh Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) atau lembaga yang berwenang (P4TK, LPMP) .

Temuan Analisa Kesenjangan (gap analysis) Tahun 2011

3. Jaminan Pelayanan Pendidikan TA DIDIK


Penyelenggaraan pendidikan inklusif bagi ABK tidak hanya prinsip non-diskriminatif tetapi juga prinsip hak untuk mendapatkan pelayanan pendidikan. Hak pendidikan ABK terlaksana masih pada tingkat penyediaan tempat belajar bagi mereka (ditampung).

Kebijakan pendidikan pada tingkat pusat dan daerah umumnya telah mendorong untuk mendukung program pendidikan inklusif.

Pembelajaran (Lesson Learned)


Pengembangan Kebijakan dan Tata Laksana

Pemahaman tentang pendidikan inklusif di kalangan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota (Dinas dan Bapeda) serta badan legislatif di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sangat bervariasi.
Keterbatasan kebijakan lokal (provinsi dan kabupaten/kota) dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan inklusif. Masih terbatasnya dana yang dialokasikan untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif yang efektif.

Pembelajaran (Lesson Learned)


Pengembangan Kebijakan dan Tata Laksana

Peranan pemerintah menjadi sangat penting terkait dengan status dan penilaian angka kredit bagi guru pembimbing khusus (GPK)/Guru Bimbingan Khusus (GBK). Pentingnya terjalin koordinasi diantara para pemangku kepentingan yang utama/senior stakeholders (pemerintah nasional provinsi kabupaten/kota, universitas, lokal LSM, organisasi kecacatan dan masyarakat).

Pembelajaran (Lesson Learned)


Pengembangan Kebijakan dan Tata Laksana
Pentingnya petunjuk dan pedoman penyelenggaraan pendidikan inklusif yang jelas bagi semua pihak terutama sekolah

Pembelajaran (Lesson Learned) Pelatihan Guru (In Services)

Pengetahuan guru (GPK dan guru umum) tentang pendidikan inklusif masih sangat bervariasi. Kemampuan guru (GPK dan guru umum) dalam mendampingi dan mendidik anak berkebutuhan khusus (ABK) perlu ditingkatkan. Kurikulum pelatihan belum cukup memadai:

Teori lebih banyak dari pada praktek. Jumlah peserta pelatihan yang besar. Belum ada kurikulum standard untuk pelatihan kekhususan.

Pembelajaran (Lesson Learned) Pelatihan Guru (In Services)


Dibutuhkan seorang pelatih yang memiliki pengalaman praktis dan teori. Terbatasnya jumlah dana yang telah dialokasikan untuk pelatihan guru di bidang pendidikan inklusif dan kekhususan.

Pembelajaran (Lesson Learned) Pelatihan dosen (Pre Services)


Terbatasnya universitas yang memiliki jurusan pendidikan luar biasa.
Terbatasnya literatur dalam bahasa Indonesia sebagai referensi pengajar. Terbatasnya kesempatan bagi dosen jurusan pendidikan luar biasa untuk bekerja langsung dengan sekolah dan anak berkebutuhan khusus. Terbatasnya sesi praktek bagi mahasiswa.

Pembelajaran (Lesson Learned) Kesadaran Publik

Dukungan lembaga legislatif dan tokoh-tokoh masyarakat untuk mempromosikan penyelenggaran pendidikan inklusif di wilayah mereka sangat dibutuhkan. Kualitas dari kerjasama antara para pemangku kepentingan memegang peran penting. Perlu dikembangkannya strategi penyampaian pesan pendidikan inklusif kepada para pemangku kepentingan.

Fokus Perencanaan

1. Jaminan pelayanan pendidikan

2. Pengelolaan pendidikan inklusif


3. Status dan kompetensi guru

Tahapan Penyelenggaraan
A. Tahap Persiapan/Pra Kondisi
Sosialisasi Kunjungan kerja/study visit Pengembangan kelompok kerja Pengembangan sekolah model inklusif Mengembangkan database ABK Penentuan skema pelatihan sekolah inklusif, SLB/pusat sumber dan guru Penyusunan peraturan/kebijakan provinsi dan kabupaten/kota Pengembangan grand design/rencana strategis untuk 2-3 tahun ke depan

Tahapan Penyelenggaraan
B. Tahap pelaksanaan
Pelatihan pendidikan inklusif bagi sekolah umum dan sekolah luar biasa/pusat sumber. Peningkatan aksesibilitas di sekolah inklusif Penyediaan alat bantu bagi ABK Pelatihan kekhususan bagi GPK Penyediaan dana pendamping BOS bagi sekolah inklusif Pengembangan pusat sumber Pengembangan pusat informasi dan konsultasi Kampanye Publik

PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF DI SEKOLAH

Tahapan Penyelenggaraan
C. Tahapan Monitoring dan Evaluasi Pertemuan terjadwal.
Kunjungan ke sekolah penyelenggara pendidikan inklusif.

REKOMENDASI
Pengembangan Kebijakan dan Tata laksana
Mengembangkan model penyelenggara pendidikan inklusif Mengembangkan layanan pendukung (layanan dini, penyediaan GPK, pengembangan pusat sumber) Perencanaan dan penganggaran yang baik. Pendanaan tidak hanya melihat besarannya namun juga memperhitungkan kesesuai dengan kebutuhan dan sasaran (efektif dan efisien). Tour of duty di kalangan pemerintahan (Dinas pendidikan dan Bapeda) di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sebaiknya lebih terprogram.

REKOMENDASI
Pelatihan guru dan dosen (In Service dan Pre Service)
Melaksanakan pelatihan guru berjenjang/berfase Menambah jumlah pelatih yang memiliki pemahaman yang memadai dan pengalaman langsung terkait dengan materi pelatihan yang ada.

Kesadaran Publik
Mengembangkan pusat-pusat informasi pendidikan inklusif dan data anak berkebutuhan khusus di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Memilih champions pendidikan inklusif di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Sistem Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus


Kebijakan & Tata Laksana

Sekolah Inklusif

Identifikasi oleh Masyarakat & penempatan

Ketersediaan layanan pendukung

Manajemen Sekolah Inklusif

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai