Presentation - Helen Keller - 4 Januari 2013
Presentation - Helen Keller - 4 Januari 2013
KERANGKA PRESENTASI
BERKEBUTUHAN KHUSUS
ANALISA SITUASI
TUJUAN PRESENTASI
Membagikan informasi tentang Pendidikan Inklusif dan pelaksanaannya di Indonesia. Membagikan pembelajaran (lesson learned) yang diperoleh Helen Keller International Indonesia selama melaksanakan pendampingan pengembangan kebijakan dan tata laksana, pelatihan guru dan dosen (in service dan pre service) serta kampanye kesadaran publik (public awareness) di tingkat nasional dan enam provinsi di Indonesia guna meningkatkan penyelenggaraan pendidikan inklusif di Indonesia.
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK): anak dengan beberapa karakter yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Hallahan & Kaufman The Exceptional Children
Siapa sajakah ABK ? Tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, kesulitan belajar, gangguan perilaku,dan anak cerdas/berbakat, serta anak dengan gangguan kesehatan.
Temuan Analisa Kesenjangan (gap analysis) Tahun 2011 1. Pengelolaan Pendidikan InklusifDIDIKAN INK
a. Pemahaman Penyelenggara dan Pelaksana
Penyelenggara: Secara eksplisit menyatakan bahwa pendidikan inklusif merupakan suatu sistem terintegrasi yang melayani anak berkebutuhan khusus berada dalam satu kelas dengan anak yang lain. Pelaksana: Tidak secara eksplisit; lebih menekankan pada pelayan pendidikan yang tidak membeda-bedakan berdasarkan pada kelainan fisik maupun latar belakang sosial anak.
Temuan Analisa Kesenjangan (gap analysis) Tahun 2011 b. Pelaksanaan pendidikan inklusif :
Berhenti pada menampung (menerima) anak berkebutuhan khusus (ABK), di sekolah, belum fokus pemberian layanan pendidikan yang berkualitas
Motivasi pelaksanaan pendidikan inklusif di sekolah: Penunjukkan oleh pemerintah; Inisiatif sekolah sendiri.
Pengetahuan dan keterampilan para guru (pengembangan kompetensi) umumnya melalui program sosialisasi. Program sosialisasi tidak sistematis, lebih ditujukan untuk persamaan persepsi, bukan peningkatan kompetensi.
Kompetensi GPK berjalan secara alamiah dan belum terencana pembinaannya oleh Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) atau lembaga yang berwenang (P4TK, LPMP) .
Kebijakan pendidikan pada tingkat pusat dan daerah umumnya telah mendorong untuk mendukung program pendidikan inklusif.
Pemahaman tentang pendidikan inklusif di kalangan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota (Dinas dan Bapeda) serta badan legislatif di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sangat bervariasi.
Keterbatasan kebijakan lokal (provinsi dan kabupaten/kota) dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan inklusif. Masih terbatasnya dana yang dialokasikan untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif yang efektif.
Peranan pemerintah menjadi sangat penting terkait dengan status dan penilaian angka kredit bagi guru pembimbing khusus (GPK)/Guru Bimbingan Khusus (GBK). Pentingnya terjalin koordinasi diantara para pemangku kepentingan yang utama/senior stakeholders (pemerintah nasional provinsi kabupaten/kota, universitas, lokal LSM, organisasi kecacatan dan masyarakat).
Pengetahuan guru (GPK dan guru umum) tentang pendidikan inklusif masih sangat bervariasi. Kemampuan guru (GPK dan guru umum) dalam mendampingi dan mendidik anak berkebutuhan khusus (ABK) perlu ditingkatkan. Kurikulum pelatihan belum cukup memadai:
Teori lebih banyak dari pada praktek. Jumlah peserta pelatihan yang besar. Belum ada kurikulum standard untuk pelatihan kekhususan.
Dukungan lembaga legislatif dan tokoh-tokoh masyarakat untuk mempromosikan penyelenggaran pendidikan inklusif di wilayah mereka sangat dibutuhkan. Kualitas dari kerjasama antara para pemangku kepentingan memegang peran penting. Perlu dikembangkannya strategi penyampaian pesan pendidikan inklusif kepada para pemangku kepentingan.
Fokus Perencanaan
Tahapan Penyelenggaraan
A. Tahap Persiapan/Pra Kondisi
Sosialisasi Kunjungan kerja/study visit Pengembangan kelompok kerja Pengembangan sekolah model inklusif Mengembangkan database ABK Penentuan skema pelatihan sekolah inklusif, SLB/pusat sumber dan guru Penyusunan peraturan/kebijakan provinsi dan kabupaten/kota Pengembangan grand design/rencana strategis untuk 2-3 tahun ke depan
Tahapan Penyelenggaraan
B. Tahap pelaksanaan
Pelatihan pendidikan inklusif bagi sekolah umum dan sekolah luar biasa/pusat sumber. Peningkatan aksesibilitas di sekolah inklusif Penyediaan alat bantu bagi ABK Pelatihan kekhususan bagi GPK Penyediaan dana pendamping BOS bagi sekolah inklusif Pengembangan pusat sumber Pengembangan pusat informasi dan konsultasi Kampanye Publik
Tahapan Penyelenggaraan
C. Tahapan Monitoring dan Evaluasi Pertemuan terjadwal.
Kunjungan ke sekolah penyelenggara pendidikan inklusif.
REKOMENDASI
Pengembangan Kebijakan dan Tata laksana
Mengembangkan model penyelenggara pendidikan inklusif Mengembangkan layanan pendukung (layanan dini, penyediaan GPK, pengembangan pusat sumber) Perencanaan dan penganggaran yang baik. Pendanaan tidak hanya melihat besarannya namun juga memperhitungkan kesesuai dengan kebutuhan dan sasaran (efektif dan efisien). Tour of duty di kalangan pemerintahan (Dinas pendidikan dan Bapeda) di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sebaiknya lebih terprogram.
REKOMENDASI
Pelatihan guru dan dosen (In Service dan Pre Service)
Melaksanakan pelatihan guru berjenjang/berfase Menambah jumlah pelatih yang memiliki pemahaman yang memadai dan pengalaman langsung terkait dengan materi pelatihan yang ada.
Kesadaran Publik
Mengembangkan pusat-pusat informasi pendidikan inklusif dan data anak berkebutuhan khusus di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Memilih champions pendidikan inklusif di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Sekolah Inklusif
Terima Kasih