Anda di halaman 1dari 14

I.

Judul Percobaan

Adapun judul dari percobaan ini adalah Termokimia II. Hari/Tanggal Percobaan

Percobaan ini dilakukan pada hari Kamis, 12 Desember 2013 III. Selesai Percobaan

Percobaan ini selesai pada hari Kamis, 12 Desember 2013, pukul 09.40 WIB IV. Tujuan percobaan

1. Untuk membuktikan bahwa setiap reaksi kimia disertai penyerapan atau pelepasan kalor. 2. Menghitung perubahan kalor yang terjadi dalam berbagai reaksi kimia. V. Tinjauan Pustaka Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan kalor atau panas suatu zat yang menyertai suatu reaksi atau proses kimia dan fisika disebut Termokimia. Secara operasional termokimia berkaitan dengan pengukuran dan pernafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan, dan pembentukan larutan. Termokimia merupakan pengetahuan dasar yang perlu diberikan atau yang dapat diperoleh dari reaksi-reaksi kimia, tetapi juga perlu sebagai pengetahuan dasar untuk pengkajian teori ikatan kimia dan struktur kimia. Fokus bahasan dalam termokimia adalah tentang jumlah kalor yang dapat dihasilkan oleh sejumlah tertentu pereaksi serta cara pengukuran kalor reaksi. Ada tiga jenis sistem. Sistem terbuka, mengizinkan perpindahan massa dan energi dalam bentuk kalor dengan lingkungannya. Sistem tertutup, hanya mengizinkan perpindahan kalor denganlingkungannya, tetapi tidak untuk massa. Sedangkan sistem terisolasi tidak mengizinkan perpindahan massa maupun kalor dengan lingkungannya. Pembakaran gas hidrogen dengan gas oksigen adalah salah satu contoh reaksi kimia dapat menghasilkan kalor dalam jumlah besar. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: 2 H2(g) + O2(g) > 2 H2O(l) + energi

Dalam reaksi ini, baik produk maupun reaktan merupakan sistem, sedangkan sekeliling reaksi kimia merupakan lingkungan. Oleh karena energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, hilangnya sejumlah energi pada sistem akan ditampung pada lingkungan. Dengan demikian, kalor yang dihasilkan dari reaksi pembakaran ini sesungguhnya merupakan hasil perpindahan kalor dari sistem menujulingkungan. Ini adalah contoh reaksi eksoterm, yaitu reaksi yang melepaskan kalor, reaksi yang memindahkan kalor ke lingkungan. Penguraian (dekomposisi) senyawa raksa (II) oksida hanya dapat terjadi pada temperatur tinggi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: energi + 2 HgO(s) > 2 Hg(l) + O2(g) Reaksi ini adalah salah satu contoh dari reaksi endoterm, yaitu reaksi yang menyerap (membutuhkan) kalor, reaksi yang memindahkan kalor dari lingkungan ke sistem. Reaksi eksoterm merupakan reaksi yang memancarkan (melepaskan) kalor saat reaktan berubah menjadi produk. Reaktan memiliki tingkat energi yang lebih tinggi dibandingkan produk, sehingga energi dibebaskan pada perubahan reaktan menjadi produk. Sebaliknya, pada reaksi endoterm terjadi hal yang berlawanan. Pada reaksi endoterm, terjadi penyerapan kalor pada perubahan dari reaktan menjadi produk. Dengan demikian, reaktan memiliki tingkat energi yang lebih rendah dibandingkan produk. Satuan H adalah joule per mol atau kilojoule per mol. Hubungan kalor reaksi (Q), jumlah mol zat yang bereaksi (n), dan entalpi reaksi (H) dapat dinyatakan dalam persamaan berikut: H = Q / n Selain menggunakan metode kalorimeter, entalpi reaksi dapat pula ditentukan melalui beberapa metode lainnya. Salah satu metode yang sering digunakan para kimiawan untuk mempelajari entalpi suatu reaksi kimia adalah melalui kombinasi data-data Hf. Keadaan standar (subskrip ) menunjukkan bahwa pengukuran entalpi dilakukan pada keadaan standar, yaitu pada tekanan 1 atm dan suhu 25C. Sesuai kesepakatan, Hf unsur bebas bernilai 0, sedangkan Hf senyawa tidak sama dengan nol (Hf unsur maupun senyawa dapat dilihat pada Tabel Termokimia). Kita dapat menghitung entalpi suatu reaksi kimia apabila Hf unsur maupun senyawa yang terlibat dalam reaksi tersebut diberikan. Sebagai contoh, berikut ini diberikan suatu reaksi hipotetis:

aA+bB

> c C + d D

Reaksi kimia pada dasarnya merupakan peristiwa pemutusan-penggabungan ikatan. Saat reaksi kimia berlangsung, reaktan akan mengalami pemutusan ikatan, menghasilkan atom-atom yang akan bergabung kembali membentuk produk dengan sejumlah ikatan baru. Dengan mengetahui nilai entalpi masing-masing ikatan, kita dapat menghitung entalpi suatu reaksi kimia. Oleh karena pemutusan ikatan kimia selalu membutuhkan sejumlah kalor dan sebaliknya pembentukan ikatan kimia baru selalu disertai dengan pelepasan kalor, maka selisihnya dapat berupa pelepasan (eksoterm) maupun penyerapan (endoterm) kalor. Jika kalor yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan lebih tinggi dibandingkan kalor yang dilepaskan pada saat pembentukan ikatan, maka reaksi tersebut membutuhkan kalor (endoterm) Jika kalor yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan lebih rendah dibandingkan kalor yang dilepaskan pada saat pembentukan ikatan, maka reaksi tersebut melepaskan kalor (eksoterm). VI. Alat & Bahan Alat : Gelas ukur Gelas kimia Kalorimeter Pipet tetes Pembakar spirtus Kaki tiga Termometer

Bahan : HCl NaOH CuSO4 Serbuk Zn Air 0,1M 0,1M 0,5M

VII. 1.

Cara Kerja (Diagram Alur) 25ml air


Dimasukkan dalam kalorimeter Ukur suhunya

25ml air
Dipanaskan hingga suhu +10 Ukur suhunya

T1

T2 Campur air panas dengan air dingin Ukur suhunya T Dihitung K

2.

25ml CuSO4 Dimasukkan dalam kalorimeter Ukur suhunya

0,5gr serbuk Zn
Dimasukkan dalam kalorimeter berisi 25ml CuSO4

T3 Campurkan Ukur suhunya T4 Dihitung H

3.

25ml HCl 1M

25ml NaOH 1M
Atur suhunya sehingga sama dengan larutan HCl

Dimasukkan dalam kalorimeter Ukur suhunya

T5 Campurkan Ukur suhunya T6 Dihitung H

VIII. Hasil Pengamatan No 1. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Sebelum : Air : larutan jernih tidak berwarna

Sesudah : Diperoleh T1 : 26C T2 : 37C T : 31C

2.

Sebelum : CuSO4 0,5M : larutan berwarna biru (++) Zn : serbuk berwarna abu-abu

Sesudah : Suhu CuSO4 (T3) : 27C Suhu CuSO4 + Zn : 31C Hasil dari CuSO4 + Zn menghasilkan warna CuSO4 biru (+), dan terdapat endapan berwarna merah bata. 3. Sebelum : HCl 1M : larutan jernih tak berwarna NaOH 1M : larutan jernih tak berwarna

Sesudah : Suhu HCl dan NaOH (T5) : 27C Suhu HCl + NaOH (T6) : 31C HCl + NaOH NaCl + H2O Berupa larutan jernih tak berwarna.

IX.

Analisis & Pembahasan

A. Analisis 1. Penentuan tetapan kalorimeter Pada percobaan ini, dilakukan pencampuran air dengan suhu (T1) 26C dengan air yang suhunya telah dinaikkan/dipanaskan 10C dari suhu awal (T2) 37C. Lalu diperoleh suhu hasil campuran (T) 31C. Dalam pencampuran air ini, tejadi perubahan suhu yang

menandakan terjadinya perpindahan kalor (kesetimbangan termal) dalam sistem tersebut. Setelah itu didapatkan harga kalor yang diserap oleh air dingin (q1) adalah 525J, dan kalor yang dilepas oleh air panas (q2) adalah 630J dan q3 adalah 105J, maka diperoleh tetapan kalorimeter (K) yaitu 21J/K, dengan perhitungan sebagai berikut :

Diketahui:

mair dingin= 25mL= 25gram mairpanas= 25mL= 25gram T1=26oC = 299 K T2= 37oC = 310 K T = 31C = 304 K

Ditanya: Jawab:

K a. q1= mair dingin x kalor jenis air x kenaikan suhu = 25 gram x 4,2 J/gram K x (304-399) K = 525 J b. q2= mair panas x kalor jenis air x penurunan suhu = 25 gram x 4,2 J/gram K x (310-304) K = 630 J c. q3= q2 - q1 = 630 - 525 = 105 J d. = = 21 J/k

2. Penentuan Kalor Reaksi Zn CuSO4 Dalam percobaan ini, pertama-tama memasukkan CuSO4 dengan konsentrasi 0,5 M sebanyak 25ml ke dalam kalorimeter. Lalu suhu CuSO4 diukur dengan menggunakan termometer sehingga diperoleh suhu CuSO4 (T3) sebesar 27C. Kemudian masukkan serbuk Zn sebanyak 0,5gr kedalam kalorimeter yang berisi CuSO4. Kemudian aduk hingga tercampur dan kita ukur suhu campuran itu dan kita peroleh suhu campuran (T4) sebesar 31 C. Setelah itu diperoleh q4 = 84J, q5 = 392,128J, dan q6 = -476,128J, serta Hr = -62238,9542J dengan Reaksi :
Zn + CuSO4 ZnSO4 + Cu

Serta perhitungan sebagai berikut : Diketahui: VCuSO4= 25mL= 0,025 Liter M Zn = 0,5 gram Ar Zn= 65,4

Mr ZnSO4= 161,4 T3= 27oC= 300 K T4= 31oC= 304 K Ditanya: Jawab: Mol Zn = massa / Mr = 0,5 / 65,4 = 0,00765 mol Hr

Mol CuSO4= M x V = 0,5 . 0,025 = 0,0125 mol

Zn + CuSO4 Awal Reaksi Sisa 0,0125 0,00765 0,00485 0,00765 0,00765 -

ZnSO4 0,00765 0,00765

+ Cu 0,00765 0,00765

Massa ZnSO4= mol x Mr ZnSO4 = 0,00765 x 161,4 = 1,23 gram

a. q4= k x (T4-T3) = 21J/K (304-300)K = 84 J b. q5= mlarutan x kalor jenis larutan x kenaikan suhu = 1,114 x 25 x 3,52 x (304 -300) K = 392,128 J c. q6= - (q5+q4) = - (392,128 + 84) = -476,128 J d. = = -62238,9542 J/mol 3. Kalor Penetralan HCl NaOH Dalam percobaan ini mula-mula masukkan HCl dengan konsentrasi 1M sebanyak 25 mL kedalam kalorimeter. Kemudian ukur suhu HCl dan samakan dengan suhu NaOH 1M (T5) sebesar 27C. Lalu masukkan NaOH 1M sebanyak 25ml ke dalam kalorimeter yang di dalam telah terdapat HCl. Kemudian aduk larutan tersebut tercampur dan ukur suhu campurannya lalu diperoleh suhu campuran (T6) sebesar 31 C. Reaksi antara HCl dan NaOH adalah sebagai berikut: HCl + NaOH NaCl + H2O

Dengan demikian diperoleh q7 sebesar 760,14J, q8 sebesar 84J, dan q9 sebesar -844,14j, serta Hn sebesar -33765,6J . Dengan perhitungan sebagai berikut : Diketahui: mNaCl = 1,46 gram Mol NaCl= 0,025 mol Mr NaCl= 58,5 Massa jenis larutan 1,03 gram/ml Kalor jenis larutan 3,69 J/gram K. T5= 27oC = 300K T6= 31oC = 304K

Ditanya: Jawab :

Hn

Mol HCl = M x V = 1 x 0,025 = 0,025 mol

Mol NaOH = M x V = 1 . 0,025 = 0,025 mol

HCl + NaOH Awal Reaksi Sisa 0,025 0,025 0,025 0,025 -

NaCl 0,025 0,025

+ H2O 0,025 0,025

Massa NaCl = mol x Mr = 0,025 x 58,5 = 1,23 gram b. q7= mlarutan x kalor jenis larutan x kenaikan suhu = 1,03 x 50 x 3,69 x (304-300) = 760,14J c. q8= K x (T6-T5) = 21J/K x (304-300) = 84 J

d. q9= -(q7+q8) = -(760,14+84) = -844,14 J e. = = -33765,6J/mol B. Pembahasan Pada percobaan pertama pencampuran antara air bersuhu 26C dengan air bersuhu 37C, terjadi perpindahan kalor (kesetimbangan termal) dalam sistem di kalorimeter tersebut. Air dingin menyerap kalor dari air panas dan air panas melepas kalor ke air dingin. Namun kalor yang dilepas tidak sama dengan kalor yang ditrerima air dingin karena kalorimeter turut menyerap panas dari air panas. Dari percobaan diperoleh tetapan kalorimeter (K) sebesar +21 J/K. Tanda positif menunjukkan bahwa terjadi reaksi endoterm yaitu penyerapan kalor sebesar 21J/K dalam setiap molnya. Setelah itu, kami melakukan percobaan yang kedua untuk penentuan kalor reaksi ZnCuSO4. Dengan reaksi : Zn(s) + CuSO4(aq) ZnSO4 (aq) + Cu (s)

Mula mula suhu CuSO4 adalah 27C setelah dicampurkan dengan serbuk Zn 0,5gr, suhu mengalami kenaikan hingga 31C. Hal tersebut menandakan bahwa pada percampuran Zn dan CuSO4 terjadi reaksi endoterm yakni terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem sehingga suhu lingkungan turun dan menjadi lebih dingin. Pada penghitunganpun hasilnya adalah negatif yang menandakan bahwa perubahan entalpi pada sistem berkurang. Selain itu didapati bahwa warna ZnSO4 adalah biru (+) dan terdapat endapan merah bata (kecoklatan) berupa Cu, hal ini sesuai dengan gambar yang kami temukan dan hasil praktikum kami yaitu sebagai berikut :
ZnSO4 Sumber : http://chemyho lic.blogspot.co m/2011/09/.ht ml ZnSO4 Hasil percobaan kami

Cu yg berwarna merah bata (kecoklatan) sumber : http://www.google .com/#q=warna+lo gam+Cu/.html

Lalu dalam netralisasi antara HCl dan NaOH diperoleh suhu dari pencampuran adalah 31C, hal ini menunjukkan adanya kenaikan suhu dari suhu sebelumnya yaitu 27C. Perubahan entalpi pada kalor penetralan didapat sebesar -33765,6 J/mol. Tanda positif menunjukan bahwa terjadi reaksi eksoterm yaitu pelepasan energi. Nilai -33765,6 J/mol menunjukan bahwa kalor yang dibutuhkan untuk menetrlakan saru mol campuran HCl dengan NaOH sebesar -33765,6. Selain itu warna yang dihasilkan oleh pencampuran tersebut berupa NaCl yaitu jernih tidak berwarna, karena NaCl dibentuk dari HCl dengan NaOH yang juga memiliki warna jernih tidak berwarna. X. Kesimpulan

Dari percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Termokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari tentang perubahan kalor. 2. Pada percobaan penentuan tetapan kalorimeter terlihat adanya penurunan suhu. 3. Penurunan suhu itu dinamakan reaksi eksoterm yakni perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan. 4. Pada percobaan penentuan tetapan kalorimeter Nilai K= 21J/K 5. Pada percobaan untuk penentuan kalor reaksi Zn-CuSO4 terjadi kenaikan suhu saat Hal demikian termasuk reaksi endoterm yakni terjadi perpindahan kalor dari

pencampuran. 6.

lingkungan ke sistem. 7. Pada percobaan untuk penentuan kalor reaksi Zn-CuSO4 nilai Hr = -62238,9542J/mol 8. Pada percobaan penentuan kalor penetralan sistem reaksi HCl + NaOH terdapat nilai diperoleh nilai Hn = -33765,6 J/mol

XI.

Daftar Pustaka

Tim Kimia Dasar 2013. Petunjuk Praktikum Kimia Umum. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya Termokimia. http://id.wikipedia.org/wiki/Termokimia diakses pada minggu, 15 Desember 2013 Termokimia. http://chemistry&mymind.blogspot.com//laporan-praktikum-termokimia.html

diakses pada minggu, 15 Desember 2013 Warna Cu. http://www.google.com/#q=warna+logam+Cu/.html diakses senin, Desember 2013 pada 17

ZnSO4. http://chemyholic.blogspot.com/2011/09/.html diakses senin, pada 17 Desember 2013

Anda mungkin juga menyukai