Anda di halaman 1dari 35

1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PROSES TERJADINYA KEHAMILAN 1.

1 PROSES FERTILISASI Untuk terjadinya kehamilan butuh adanya spermatozoa,ovum,pembuahan dan nidasi hasil pembuahan. Setiap spermatozoa terdiri atas tiha bagian yaitu kaput atau kepala berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung bahan nukleus,ekor dan bagian silindrik leher menghubungkan kepala dengan ekornya spermatozoa dapat bergerak cepat. Dalam pertumbuhan embrional spermatozogonium berasal dari sel-sel primitif teubulustubulus testis. Setelah janin dilahirkan, jumlah spermatogonium yang ada tidak mengalami perubahan sampai masa pubertas tiba. Pada masa pubertas sel-sel spermatogonium tersebut dalam pengaruh sel-sel intertisial leydig mulai aktif mengadakan mitosis, dan terjadilah proses spermatogenesis yang masih sangat kompleks. Setiap spermatogonium membelah dua dan menghasilkan spermatosit primer. Spermatosit primer ini membelah dua menjadi spermtsit sekunder ; kemudian spermatsit sekunder membelah dua lagi dengan hasil dua spermatid yang masinhmasing memiliki jumlaah kromosom setengah dari jumlah yang khas unutuk jenis itu. Dari spermatid ini kemudian tumbuh spermatozoa Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genital ridge janin, dan didalam janin jumlah oogonium bertambah terus sampai pada usia kehailan enam bulan. Pada waktu dilahirkan, bayi mempunyai sekurang-kurangnya 750.000 oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel-folikel. Pada anak berumur 6-15 tahun ditemukan 439.000 oogonium dan pada umur 1-24 tahun hanya 34.000 oogonium pada masa menopouse oogonium menghilang. Sebelum janin dilahirkan , sebagian besar oogonium mengalami perubahan-perubanhan pada nukleusnya. Terjadi pula migrasi dari oogonium kearah korteks ovariumsehingga pada waktu dilahirkan korteks ovarium terisi dengan folikel ovarium premordial. Padanya dapat dilihat bahwa kromosom telah berpasangan, DNAnya berduplikasi yang berrti bahwa sel menjadi tetraploid. Pertumbuhan selanjutnya terhenti oleh sebab yang belum diketahui sampai folikel terangsang dan berkembang lagi kerarah kematangan. Sel yang terhenti selama profase mieosis dinamakan oosit primer . olah rangsangan FSH mieosis brlangsung terus. Benda kutub (polar body) pertama disishkan dan hanya sedikit sitoplasma yang cukup bnyak. Poses pembelahan ini terjado sebelum ovulai. Proses ini disebut pematangan ovum; pematangan kedua terjadi spermatozoa membuahi ovum. Pembuahan (fertilisasi) Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu olah mikrofilamen-mikrofilamen fimbira infundibulum tuba kearah osteum tuba abdominalis. Dan dislaurkan kearah medial. Ovum yang mempunyai diameter 100 mikron (0.1 mm) ditengah-tengahnya dijumpai

nukleus yang berada dalam metafase pembelahan pertama dan kedua, terapung-apung dalam sitoplasma yang kekuning-kuninganyaitu vitelus. Vitelus ini mengandung banyak zat karbohidrat dan asam amino. Ovum dilingkari oleh zona pelusida. Diluar zona pelusida ini ditemukan sel-sel korona radiata, dan didalamnya terdapat ruang perivitelina, tempat benda-benda kutub. Bahanbahan dari sel-sela korona radiata dapay disalurkan ke ovum melalui saluran-saluran halus di zona pelusida. Jumlah sel korona radiata dalam perjalanan ovum diampula tuba makin berkurang, sehingga ovum hanya dilingkari oleh zona pelusida pada waktu dekat perbatasan antara isthmus dan ampula tuba, tempat pembuahan umumnya terjadi.

Keterangan : A, B, C dan D E F dan G : Ovum dengan korona radiata : Ovum dimasuki spermatozoa : Pembentukan benda kutub kedua dan akan bersatunya kedua pronukleus yang haploid untuk menjadi zigot

Hasil utama pembuahan : 1. Penggenapan kembali jumlah kromosom dari penggabungan dua paruh haploid dari ayah dan dari ibu menjadi suatu bakal baru dengan jumlah kromosom diploid. 2. Penentuan jenis kelamin bakal individu baru, tergantung dari kromosom X atau Y yang dikandung sperma yang membuahi ovum tersebut. 3. Permulaan pembelahan dan stadium stadium pembentukan dan perkembangan embrio (embriogenesis) Jutaan spermatozoa ditumpahkan di forniks vaginae dan disekitar portio pada waktu koitus. Hanya beberapa ratus ribu yang spermatozoa ayng dapat terus ke cavum uteri dan tuba dan hanya beberapa ratus yang sampai ke bagian ampula tuba dimana spermatozoa dapat memasuki ovum yang siap dibuahi. Hanya satu psermatozoa yang mempunyai kemampuan (kapasitas) untu membuahi. Pada spermatozoa ditemuakn penigkatan konsentrasi DN dinukleusnya, dan kaputnya lebih mudah memebus dinding ovum oleh karena diduga dapat melepaskan hialurodinase. Fertilisasi adalah penyatuan

ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa yang biasanya berlangusung di ampula tuba. Fertilisasi meliputi penitrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozo dan ovum , dan diakhiri dengan fusi materi genetik. Hanya satu spermatozia yang telah mengalami proses kapasitas mampu melakukan penitras membran sel ovum. Untuk mencapai ovum spermatoza harus melewati korona radiata (lapisan sel diluar ovum) dan zona pelusida (suatu bentuk glikorotein ekstrseluler), yaitu dua lapisan yang menutupi dan mencegah ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu spermatozoa. Suatu molekul komponen khusus di permukaan kepala spermatozoa kemudian mengikat ZP3 glikoprotein di zona pelusida. Pengikatan ini memicu akrosom melpaskan enzimyang membantu spermatozoa menembus zona pelusiza. Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi kosterks ovum. Granula korteks di dalam ovum (oosit sekunder) berfusi dengan membaran palsma sel, sehingga enzim di dalam granula-granula dikeluarkan secara ekositosis ke zona pelusida berkaitan berkaitan satu sama lain membentuk suatu materi yang keras dan tidak dapat ditembus oleh spermatozoa. Proses ini mencegah ovum dibuahi oaleh labih dari satu spermatozoa. Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan membran nukleusnya; yang tinggal hnay pronukleusnya, sedangkan ekor dan mitokontria dari spermatozoa berdegenarasi. Itulah sebabnya sleuruh mitokondria pada manusia barasal dari ibu (maternal). Masuknya spermatozoa ke dala vitelus membangkitkan nukleus ovum yang masih dalam metafase untuk prosen pembelahan selanjutnya (mieosis kedua) . sesuah anafase kemudia telofase dan benda kutub (polar body) kedua menuju ruang perivitelina. Ovum sekarang hanya mempunyai pronukleus haploid. Pronukleus spermatozoa juga telah mengandung jumlah kromososm yang haploid. Kedua pronukleus dekat mendekat dan bersatu membentuk zigot yang terdiri atas bahan genetik dari perempuan dan laki-laki. Pada manusia terapat 46 kormosom, ialah 44 kromosom aotsom dan 2 kormosom kelamin; pada laki-laki terdapat satu kromosom X dan satu kromosom Y. Sesudah pembelahan kematangan maka ovum matang mempunyai 22 kromosom otosom serta 1 kromorom X, dan suatu spermatozoa mempunyai 22 kromosom aotosomal dan 1 kromosom X dan 22 kromosom otosomal dan 1 kromosom Y . zigot sebagi hasil pembuahan yang memiliki 44 kromosom otosom seta 2 kromosom x anak menjadi janin perempuan, sedangkan yang memiliki 44 kromosom otosom serta kromosom X dan 1 kromosom Y akan tumbuh sebagai janin laki-laki. Dalam beberapa jam setalah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal ini dapat berlangsung oleh akrena sitoplasma ovum mengandung banyak asama amino dan enzim. Segera setelah pembelaha ini terjadi, pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan lancar, dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam satium morula. Energi untuk pembelahan ini diperolah dari

vitelus, sehingga volume vitelus semakin berkurang dan terisi spenuhnya oleh morula. Dengan demikina zona pelusida tetap utuh, atu dengan perkataan lain, besarnya hasil konsepsi tetap sama. Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi diteruskan ke uterus ke pars ismika dan pars intertisialis tuba (bagian bagian tuba yang sempit) dan terus disalurkan kearah cavum uteri oleh arcus serta serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba. 1.2 PROSES IMPLANTASI Implantasi atau nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium. Pada akhir minggu pertama (hari ke 5 sampai ke 7) zygot mencapai cavum uteri. Pada saat itu uterus sedang berada dalam fase sekresi lendir di bawah pengaruh progesteron dari korpus luteum yang masih aktif. Sehingga lapisan endometrium dinding rahim menjadi kaya pembuluh darah dan banyak muara kelenjar selaput lendir rahim yang terbuka dan aktif. Kontak antara zygot stadium blastokista dengan dinding rahim pada keadaan tersebut mencetus berbagai reaksi seluler, sehingga sel-sel trofoblas zygot tersebut akan menempel dan mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus (terjadi implantasi). Setelah implantasi, sel-sel trofoblas yang tertanam di dalam endometrium terus berkembang membentuk jaringan bersama dengan sistem pembuluh darah maternal untuk menjadi plasenta, yang kemudian berfungsi sebagai sumber nutrisi dan oksigenasi bagi jaringan embrioblas yang akan tumbuh menjadi janin.

1.3 PROSES PLASENTASI Kehamilan berlangsung selama kira-kira 10 bulan lunar atau 9 bulan kalender atau 40 minggu atau 280 hari, dihitung dari hari pertama haid yang terakhir. Bila dihitung dari konsepsi 266 hari atau 38 minggu. Perkembangan intrauterin dibagi dalam 3 tahap : Ovum : sejak konsepsi sampai hari ke-14 (terjadi replikasi seluler, pembentukan blastosis, perkembangan awal selaput embrio lapisan germinal primer. Embrio : berlangsung dari hari ke-15 sampai 8 minggu setelah konsepsi atau sampai ukuran embrio sekitar 3 cm dari puncak kepala ke bokong. Tahap ini merupakan masa yang paling kritis dalam perkembangan sistem organ dan penampilan luar utama janin, sangat rentan terhadap malformasi akibat teratogen. o Minggu ke-4 Dari diskus embrionik, bagian pertama muncul yang kemudian akan menjadi tulang belakang, otak dan saraf tulang belakang. Jantung, sirkulasi darah dan saluran pencernaan terbentuk. Badan tampak membentuk huruf C. Ukuran puncak kepala-bokong 0,4 0,5 cm. Berat 0,4 gr. o Minggu ke-8 Perkembangan cepat. Badan mulai terbentuk. Hidung rata, mata jauh terpisah, jari-jari sudah terbentuk, kepala mulai terangkat, ekor hampir hilang, mata,telinga dan mulut dapat dikenali. Ukuran 2,5 cm 3 cm, berat 2 gram Jantung mulai memompa darah. Vili usus berkembang, usus halus menggulung dalam tali pusat, hati sangat besar. Janin o Minggu ke-12

Embrio menjadi janin. Kuku terbentuk, lebih menyerupai manusia, kepala tegak tetapi besarnya tidak sebanding, kulit merah muda, lembut. Ukuran 6-9 cm, berat 19 gram. Denyut jantung dapat terlihat dengan ultrasound. Diperkirakan lebih berbentuk manusia karena tumbuh dan berkembang. Gerakan pertama dimulai selama minggu ke-12. jenis kelamin dapat diketahui. Ginjal memproduksi urine. o Minggu ke-16 Kepala masih dominan, wajah menyerupai manusia, mata, telinga dan hidung menyerupai bentuk yang sebenarnya, perbandingan lengan-kaki sesuai, muncul rambut kepala. Ukuran 11,5- 13,5 cm, berat 100 gram Sistem muskuloskeletal sudah matang, sistem syaraf mulai melaksanakan kontrol. Pembuluh darah berkembang dengan cepat. Tangan janin dapat menggenggam. Kaki menendang dengan aktif. Semua organ mulai matang dan tumbuh. Berat janin sekitar 0,2 kg. Denyut jantung janin dapat didengar dengan Doppler. Pankreas memproduksi insulin o Minggu ke-20 Verniks kaseosa muncul, lanugo muncul, tungkai sangat bertambah panjang, mulai terlihat kelenjar sabasea. Ukuran 16-18,5 cm, berat 300 gram. Verniks melindungi tubuh. Lanugo menutupi tubuh dan menjaga minyak pada kulit. Alis, bulu mata dan ranbut terbentuk. Janin mengembangkan jadwal yang teratur untuk tidur, menelan dan menendang. o Minggu ke-24 Tubuh menjadi langsing tetapi dengan perbandingan yang sesuai, kulit menjadi merah dan keriput, terdapat verniks kaseosa, pembentukan kelenjar keringat. Ukuran 23 cm, berat 600 gram. Kerangka berkembang dengan cepat karena sel pembentukan tulang meningkatkan aktifitasnya. Perkembangan pernafasan dimulai. Berat janin 0,7 0,8 kg. o Minggu ke-28 Badan langsing, keriput berkurang dan berwarna merah, terbentuk kuku. Ukuran 27 cm, berat 1100 gram.

Janin dapat bernafas, menelan dan mengatur suhu. Surfaktan terbentuk di dalam paru-paru. Mata janin mulai membuka dan menutup. Ukuran janin 2/3 ukuran pada saat lahir. o Minggu ke-32 Lemak sub kutan mulai terkumpul, tampak lebih bulat, kulit merah muda dan licin, mengambil posisi persalinan. Ukuran 32 cm, berat 2100 gram. Simpanan lemak coklat berkembang di bawah kulit untuk persiapan pemisahan bayi setelah lahir. Bayi tumbuh 38-43 cm. Mulai menyimpan zat besi, kalsium dan fosfor. o Minggu ke-36 Kulit merah muda, tubuh bulat, lanugo menghilang di seluruh tubuh, tubuh biasanya gemuk. Ukuran 35 cm, berat 2200 2900 gram Seluruh uterus terisi oleh bayi sehingga ia tidak bisa bergerak/berputar banyak. Antibodi ibu di transfer ke bayi. Hal ini akan memberikan kekebalan untuk 6 bulan pertama sampai sistem kekebalan bayi bekerja sendiri. o Minggu ke-40 2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PERUBAHAN FISIOLOGI IBU HAMIL DAN PEMERIKSAAN TANDA-TANDA KEHAMILAN 2.1 PERUBAHAN FISIK KEHAMILAN Kehamilan menyebabkan banyak perubahan pada tubuh, kebanyakan perubahan ini akan menghilang setelah persalinan. Jantung dan pembuluh darah. Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya (cardiac output, curah jantung) meningkat sampai 30-50%. Peningkatan ini mulai terjadi pada kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 16-28 minggu. Karena curah jantung meningkat, maka denyut jantung pada saat istirahat juga meningkat (dalam keadaan normal 70 kali/menit menjadi 80 90 kali/menit). Setelah mencapai kehamilan 30 minggu, curah jantung agak menurun karena rahim yang membesar menekan vena yang membawa darh dari tungkai ke jantung. Selama persalinan, curah jantung meningkat sebesar 30%, Setelah persalinan curah jantung menurun sampai 15-25% diatas batas kehamilan, lalu secara perlahan kembali ke batas kehamilan. Peningkatan curah jantung selama kehamilan kemungkinan terjadi karena adanya perubahan dalam aliran darah ke rahim. Karena janin terus tumbuh, maka darah lebih

banyak dikirim ke rahim ibu. Pada akhir kehamilan, rahim menerima seperlima dari seluruh darah ibu. Ketika melakukan aktivitas/olah raga, maka curah jantung, denyut jantung dan laju pernafasan pada wanita hamil lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak sedang hamil. Rontgen dada dan EKG menunjukkan sejumlah perubahan dalam jantung, dan kadang terdengar murmur jantung tertentu serta ketidakteraturan irama jantung. Semua perubahan tersebut adalah normal terjadi pada masa hamil, tetapi beberapa kelainan irama jantung mungkin akan memerlukan pengobatan khusus. Selama trimester kedua biasanya tekanan darah menurun tetapi akan kembali normal pada trimester ketiga. Selama kehamilan, volume darah dalam peredaran meningkat sampai 50%, tetapi jumlah sel darah merah yang mengangkut oksigen hanya meningkat sebesar 25-30%. Untuk alasan yang belum jelas, jumlah sel darah putih (yang berfungsi melindungi tubuh terhadap infeksi) selama kehamilan, pada saat persalinan dan beberapa hari setelah persalinan, agak meningkat. Ginjal

Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring darah yang volumenya meningkat (sampai 30-50% atau lebih), yang puncaknya terjadi pada kehamilan 16-24 minggu sampai sesaat sebelum persalinan (pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang akibat penekanan rahim yang membesar). Dalam keadaan normal, aktivitas ginjal meningkat ketika berbaring dan menurun ketika berdiri. Keadaan ini semakin menguat pada saat kehamilan, karena itu wanita hamil sering merasa ingin berkemih ketika mereka mencoba untuk berbaring/tidur. Pada akhir kehamilan, peningkatan aktivitas ginjal yang lebih besar terjadi pada wanita hamil yang tidur miring. Tidur miring mengurangi tekanan dari rahim pada vena yang membawa darah dari tungkai sehingga terjadi perbaikan aliran darah yang selanjutnya akan meningkatkan aktivitas ginjal dan curah jantung. Paru-paru

Ruang yang diperlukan oleh rahim yang membesar dan meningkatnya pembentukan hormon progesteron menyebabkan paru-paru berfungsi lain dari biasanya. Wanita hamil bernafas lebih cepat dan lebih dalam karena memerlukan lebih banyak oksigen untuk dirinya dan untuk janin. Lingkar dada wanita hamil agak membesar. Lapisan saluran pernafasan menerima lebih banyak darah dan menjadi agak tersumbat oleh penumpukan darah (kongesti). Kadang hidung dan tenggorokan mengalami penyumbatan parsial akibat kongesti ini. Tekanan dan kualitas suara wanita hamil agak berubah. Sistem pencernaan

Rahim yang semakin membesar akan menekan rektum dan usus bagian bawah sehingga terjadi sembelit (konstipasi). Sembelit semakin berat karena gerakan otot di dalam usus diperlambat oleh tingginya kadar progesteron. Wanita hamil sering mengalami heartburn (rasa panas di dada) dan sendawa, yang kemungkinan terjadi karena makanan lebih lama berada di dalam lambung dan karena relaksasi sfingter di kerongkongan bagian bawah yang memungkinkan isi lambung mengalir kembali ke kerongkongan. Ulkus gastrikum jarang ditemukan pada wanita hamil dan jika sebelumnya menderita ulkus gastrikum biasanya akan membaik karena asam lambung yang dihasilkan lebih sedikit. Kulit

Topeng kehamilan (melasma) adalah bintik-bintik pigmen kecoklatan yang tampak di kulit kening dan pipi. Peningkatan pigmentasi juga terjadi di sekeliling puting susu. Sedangkan di perut bawah bagian tengah biasanya tampak garis gelap. Spider angioma (pembuluh darah kecil yang memberi gambaran seperti laba-laba) bisa muncul di kulit, biasanya di atas pinggang. Sedangkan pelebaran pembuluh darah kecil yang berdinding tipis seringkali tampak di tungkai bawah. Hormon

Kehamilan mempengaruhi hampir semua hormon di dalam tubuh. Plasenta menghasilkan sejumlah hormon untuk membantu tubuh dalam mempertahankan kehamilan. Hormon utama yang dihasilkan oleh plasenta adalah HCG, yang berperan mencegah ovulasi dan merangsang pembentukan estrogen serta progesteron oleh ovarium untuk mempertahankan kehamilan. Plasenta juga menghasilkan hormon yan gmenyebabkan kelenjar tiroid menjadi lebih aktif. Kelenjar tiroid yang lebih aktif menyebabkan denyut jantung yang cepat, jantung berdebar-debar (palpitasi), keringat berlebihan dan perubahan suasana hati; selain itu juga bisa terjadi pembesaran kelenjar tiroid. Tetapi hipertiroidisme (overaktivitas kelenjar tiroid) hanya terjadi pada kurang dari 1% kehamilan. Plasenta juga menghasilkan melanocyte-stimulating hormone yang menyebabkan kulit berwarna lebih gelap dan hormon yang menyebabkan peningkatan kadar hormon adrenal di dalam darah. Peningkatan kadar hormon in kemungkinan menyebabkan tanda peregangan berwarna pingk pada kulit perut. Selama kehamilan diperlukan lebih banyak insulin yang dihasilkan oleh pankreas. Karena itu penderita diabetes yang sedang hamil bisa mengalami gejala diabetes yang lebih buruk.

1.3. FISIOLOGI JANIN

PERTUMBUHAN dan PERKEMBANGAN Selama 8 minggu pertama, terminologi embrio digunakan terhadap perkembangan organisme oleh karena pada masa ini semua organ besar sedang dibentuk Setelah 8 minggu, terminologi janin digunakan oleh karena sebagian besar organ sudah dibentuk dan telah masuk kedalam tahap pertumbuhan dan perkembangan lanjut. Janin dengan berat 500 1000 gram (22-23 minggu) disebut imature. Dari minggu 28 36 disebut preterm dan janin aterm adalah bila usia kehamilan lebih dari 37 minggu. Kehamilan 8 minggu

Panjang 2.1 2.5 cm Berat 1 gram Bagian kepala lebih dari setengah tubuh janin Dapat dikenali lobus hepar Ginjal mulai terbentuk Sel darah merah terdapat pada yolc sac dan hepar

Kehamilan 12 minggu

Panjang 7 9 cm Berat 12 15 gram Jari-jari memiliki kuku Genitalia eksterna sudah dapat dibedakan antara laki dan perempuan Volume cairan amnion 30 ml Peristaltik usus sudah terjadi dan memilki kemampuan menyerap glukosa

Kehamilan 16 minggu

Panjang 14 17 cm Berat 100 gram Terdapat HbF Pembentukan HbA mulai terjadi

Kehamilan 20 minggu

Berat 300 gram Detik jantung dapat terdengar dengan menggunakan stetoskop DeLee Terasa gerakan janin Tinggi fundus uteri sekitar umbilikus

Kehamilan 24 minggu

Berat 600 gram Timbunan lemak mulai terjadi Viabilitas mungkin dapat tercapai meski amat jarang terjadi

Kehamilan 28 minggu

Berat 1050 gram ; panjang 37 cm Gerakan pernafasan mulai terlihat ; surfactan paru masih sangat rendah

Kehamilan 32 minggu

Berat 1700 gram dan panjang 42 cm Persalinan pada periode ini 5 dan 6 neonatus dapat bertahan hidup

Kehamilan 36 minggu

Berat 2500 gram dan panjang 47 cm Gambaran kulit keriput lenyap Kemungkinan hidup besar

Kehamilan 40 minggu

Berat 3200 3500 gram ; panjang 50cm Diameter biparietal 9.5 cm

NUTRISI INTRAUTERIN Pertumbuhan janin ditentukan sejumlah faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan yang penting adalah perfusi plasenta dan fungsi plasenta. Faktor gizi ibu bukan faktor terpenting, kecuali pada keadaan starvasi hebat. Gangguan gizi menahun dapat menyebabkan terjadinya anemia dan BBLR berat badan lahir rendah Energi yang diperoleh janin dipergunakan untuk pertumbuhan dan terutama berasal dari glukosa. Kelebihan pasokan karbohidrat di konversi menjadi lemak dan konversi ini terus meningkat sampai aterm. Sejak kehamilan 30 minggu, hepar menjadi lebih efisien dan mampu melakukan konversi glukosa menjadi glikogen yang ditimbun di otot jantung otot gerak dan plasenta. Bila terjadi hipoksia, janin memperoleh energi melalui glikolisis anerobik yang berasal dari dari cadangan dalam otot jantung dan plasenta. Cadangan lemak janin dengan berat 800 gram (kehamilan 24 26 minggu) kira 1% dari BB ; pada kehamilan 35 minggu cadangan tersebut sekitar 15% dari BB. Plasenta memiliki kemampuan untuk clears bilirubin dan produk metabolit lain melalui aktivitas dari enzym transferase. Janin menghasilkan protein spesifik yang disebut sebagai alfafetoprotein - AFP dari hepar. Puncak kadar AFP tercapai pada kehamilan 12 16 minggu dan setelah itu terus menurun sampai aterm. Protein tersebut disekresi melalui ginjal janin dan ditelan

kembali untuk mengalami degradasi dalam usus. Bila janin mengalami gangguan menelan (misalnya pada janin anensepalus atau kelainan NTDs lain) maka kadar serum AFP tersebut meningkat. CAIRAN AMNION Volume cairan amnion saat aterm kira-kira 800 ml dan pH 7.2 Gambar dibawah menunjukkan jalur pertukaran dalam cairan amnion:

Gambar 1. Pertukaran bahan terlarut dan air dalam cairan amnion Polihidramnion (hidramnion) : volume air ketuban > 2000 ml, dapat terjadi pada kehamilan normal akan tetapi 50% keadaan ini disertai dengan kelainan pada ibu atau janin. Oligohidramnion secara objektif ditentukan dengan pengukuran kantung terbesar dengan ultrasonografi yang menunjukkan angka kurang dari 2 cm x 2 cm atau jumlah dari 4 kuadran total kurang dari 5 cm ( amniotic fluid index ). Oligohidramnion sering berkaitan dengan :

Janin kecil Agenesis renal Displasia traktus urinarius

Amniotic fluid marker Alfafetoprotein berasal dari janin, kadar AFP dalam cairan amnion dan serum maternal mempunyai nilai prediktif yang tinggi dalam diagnosa prenatal NTDs dan kelainan kongenital lain. Kadar MS-AFP yang tinggi menunjukkan adanya peningkatan kadar protein cairan amnion dan kemungkinan adanya NTDs SISTEM KARDIOVASKULAR

Perubahan mendadak dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin memerlukan penyesuaian sirkulasi neonatus berupa :

pengalihan aliran darah dari paru, penutupan ductus arteriosus Bottali dan foramen ovale serta obliterasi ductus venosus Arantii dan vasa umbilikalis.

Sirkulasi bayi terdiri dari 3 fase : 1. Fase intrauterin dimana janin sangat tergantung pada plasenta 2. Fase transisi yang dimulai segera setelah lahir dan tangisan pertama 3. Fase dewasa yang umumnya berlangsung secara lengkap pada bulan pertama kehidupan Fase intrauterin Vena umbilikalis membawa darah yang teroksigenasi dari plasenta menuju janin (gambar 2 dan 3 ) Lebih dari 50% cardiac out-put berjalan menuju plasenta melewati arteri umbilikalis. Cardiac out-put terus meningkat sampai aterm dengan nilai 200 ml/menit. Frekuensi detak jantung untuk mempertahankan cardiac output tersebut 110 150 kali per menit. Tekanan darah fetus terus meningkat sampai aterm, pada kehamilan 35 minggu tekanan sistolik 75 mmHg dan tekanan diastolik 55 mmHg Sel darah merah, kadar hemoglobin dan packed cell volume terus meningkat selama kehamilan. Sebagian besar eritrosit mengandung HbF Pada kehamilan 15 minggu semua sel darah merah mengandung HbF. Ada kehamilan 36 minggu, terdapat 70% HbF dan 30% Hb A. HbF memiliki kemampuan mengikat oksogen lebih besar dibanding HbA. HbF lebih resisten terhadap hemolisis namun lebih rentan terhadap trauma.

Gambar 2. Sirkulasi janin

Gambar 3. Transfer O2 dan CO2 plasenta Fase transisi Saat persalinan, terjadi dua kejadian yang merubah hemodinamika janin 1. Ligasi talipusat yang menyebabkan kenaikan tekanan arterial 2. Kenaikan kadar CO2 dan penurunan PO2 yang menyebabkan awal pernafasan janin Setelah beberapa tarikan nafas, tekanan intrathoracal neonatus masih rendah (-40 sampai 50 mmHg) ; setelah jalan nafas mengembang, tekanan meningkat kearah nilai dewasa yaitu -7 sampai -8 mmHg. Tahanan vaskular dalam paru yang semula tinggi terus menurun sampai 75 80%. Tekanan dalam arteri pulmonalis menurun sampai 50% saat tekanan atrium kiri meningkat dua kali lipat. Sirkulasi neonatus menjadi sempurna setelah penutupan ductus arteriousus dan foramen ovale berlangsung, namun proses penyesuaian terus berlangsung sampai 1 2 bulan kemudian. Fase Ekstrauterin Ductus arteriousus umumnya mengalami obliterasi pada awal periode post natal sebagai reflek adanya kenaikan oksigen dan prostaglandin. Bila ductus tetap terbuka, akan terdengar bising crescendo yang berkurang saat diastolik (machinery murmur) yang terdengar diatas celah intercosta ke II kiri. Obliterase foramen ovale biasanya berlangsung dalam 6 8 minggu. Foramen ovale tetap ada pada beberapa individu tanpa menimbulkan gejala. Obliterasi ductus venosus

dari hepar ke vena cava menyisakan ligamentum venosum. Sisa penutupan vena umbilikalis menjadi ligamentum teres hepatis. Hemodinamika orang dewasa normal berbeda dengan janin dalam hal : 1. Darah vena dan arteri tidak bercampur dalam atrium 2. Vena cava hanya membawa darah yang terdeoksigenasi menuju atrium kanan, dan selanjutnya menuju ventrikel kanan dan kemudian memompakan darah kedalam arteri pulmonalis dan kapiler paru 3. Aorta hanya membawa darah yang teroksigenasi dari jantung kiri melalui vena pulmonalis untuk selanjutnya di distribusikan keseluruh tubuh janin. FUNGSI RESPIRASI Pada kehamilan 22 minggu, sistem kapiler terbentuk dan paru sudah memiliki kemampuan untuk melakukan pertukaran gas. Pada saat aterm, sudah terbentuk 3 4 generasi alvoulus. Epitel yang semula berbentuk kubis merubah menjadi pipih saat pernafasan pertama. Pada kehamilan 24 minggu, cairan yang mengisi alvolus dan saluran nafas lain. Saat ini, paru mengeluarkan surfactan lipoprotein yang memungkinkan berkembangnya paru janin setelah lahir dan membantu mempertahankan volume ruangan udara dalam paru. Sampai kehamilan 35 minggu jumlah surfactan masih belum mencukupi dan dapat menyebabkan terjadinya hyalin membrane disease. Janin melakukan gerakan nafas intrauterin yang menjadi semakin sering dengan bertambahnya usia kehamilan Pertukaran gas pada janin berlangsung di plasenta. Pertukaran gas sebanding dengan perbedaan tekanan partial masing-masing gas dan luas permukaan dan berbanding terbalik dengan ketebalan membran. Jadi plasenta dapat dilihat sebagai paru janin intrauterin. Tekanan parsial O2 (PO2) darah janin lebih rendah dibandingkan darah ibu, namun oleh karena darah janin mengandung banyak HbF maka saturasi oksigen janin yang ada sudah dapat mencukupi kebutuhan. PCO2 dan CO2 pada darah janin lebih tinggi dibandingkan darah ibu sehingga CO2 akan mengalami difusi dari janin ke ibu. Aktivitas pernafasan janin intrauterin menyebabkan adanya aspirasi cairan amnion kedalam bronchiolus, untuk dapat masuk jauh kedalam alveolus diperlukan tekanan yang lebih besar. Episode hipoksia berat pada kehamilan lanjut atau selama persalinan dapat menyebabkan gasping sehingga cairan amnion yang kadang bercampur dengan mekonium masuk keparu bagian dalam. FUNGSI GASTROINTESTINAL

Sebelum dilahirkan, traktus gastrointestinal tidak pernah menjalankan fungsi yang sebenarnya. Sebagian cairan amnion yang ditelan berikut materi seluler yang terkandung didalamnya melalui aktivitas enzymatik dan bakteri dirubah menjadi mekonium. Mekonium tetap berada didalam usus kecuali bila terjadi hipoksia hebat yang menyebabkan kontraksi otot usus sehingga mekonium keluar dan bercampur dengan cairan ketuban. Dalam beberapa kadaan keberadaaan mekonium dalam cairan amnion merupakan bentuk kematangan traktus digestivus dan bukan merupakan indikasi adanya hipoksia akut. Pada janin, hepar berperan sebagai tempat penyimpanan glikogen dan zat besi Vitamin K dalam hepar pada neonatus sangat minimal oelh karena pembentukannya tergantung pada aktivitas bakteri. Defisiensi vitamin K dapat menyebabkan perdarahan neonatus pada beberapa hari pertama pasca persalinan. Proses glukoneogenesis dari asam amino dan timbunan glukosa yang memadai dalam hepar belum terjadi saat kehidupan neonatus. Lebih lanjut, aktivitas kadar hormon pengatur karbohidrat seperti cortisol, epinefrin dan glukagon juga masih belum efisien. Dengan demikian, hipoglikemia neonatal adalah merupakan keadaan yang sering terjadi bila janin berada pada suhu yang dingin atau malnutrisi. Proses glukoronidasi pada kehidupan awal neonatus sangat terbatas sehingga bilirubin tak dapat langsung dikonjugasi menjadi empedu. Setelah hemolisis fisiologis pada awal neonatus atau adanya hemolisis patologis pada isoimunisasi nenoatus dapat terjadi kern icterus. FUNGSI GINJAL Ginjal terbentuk dari mesonefros, glomerulus terbentuk sampai kehamilan minggu ke 36. Ginjal tidak terlampau diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan janin. Plasenta, paru dan ginjal maternal dalam keadaan normal akan mengatur keseimbangan air dan elektrolit pada janin. Pembentukan urine dimulai pada minggu 9 12. Pada kehamilan 32 minggu, produksi urine mencapai 12 ml/jam, saat aterm 28 ml/jam. Urine janin adalah komponen utama dari cairan amnion. SISTEM IMUNOLOGI Pada awal kehamilan kapasitas janin untuk menghasilkan antibodi terhadap antigen maternal atau invasi bakteri sangat buruk. Respon imunologi pada janin diperkirakan mulai terjadi sejak minggu ke 20 Respon janin dibantu dengan transfer antibodi maternal dalam bentuk perlindungan pasif yang menetap sampai beberapa saat pasca persalinan. Terdapat 3 jenis leukosit yang berada dalam darah: granulosit monosit dan limfosit

Granulosit : granulosit eosinofilik basofilik dan neutrofilik Limfosit : T-cells [derivat dari thymus] dan B-cells [derivat dari Bone Marrow] Immunoglobulin (Ig) adalah serum globulin yang terdiri dari IgG IgM IgA - IgD dan IgE Pada neonatus, limpa janin mulai menghasilkan IgG dan IgM. Pembentukan IgG semakin meningkat 3 4 minggu pasca persalinan. Perbandingan antara IgG dan IgM penting untuk menentukan ada tidaknya infeksi intra uterin. Kadar serum IgG janin aterm sama dengan kadar maternal oleh karena dapat melewati plasenta. IgG merupakan 90% dari antibodi serum jain yang berasal dari ibu. IgM terutama berasal dari janin sehingga dapat digunakan untuk menentukan adanya infeksi intrauterin. ENDOKRIN Thyroid adalah kelenjar endokrin pertama yang terbentuk pada tubuh janin. Pancreas terbentuk pada minggu ke 12 dan insulin dihasilkan oleh sel B pankreas. Insulin maternal tidak dapat melewati plasenta sehingga janin harus membentuk insulin sendiri untuk kepentingan metabolisme glukosa. Semua hormon pertumbuhan yang disintesa kelenjar hipofise anterior terdapat pada janin, namun peranan sebenarnya dari hormon protein pada kehidupan janin belum diketahui dengan pasti. Kortek adrenal janin adalah organ endokrin aktif yang memproduksi hormon steroid dalam jumlah besar. Atrofi kelenjar adrenal seperti yang terjadi pada janin anensepali dapat menyebabkan kehamilan postmatur. Janin memproduksi TSH thyroid stimulating hormon sejak minggu ke 14 yang menyebabkan pelepasan T3 dan T4 .

2. MEMAHAMI ANEMIA PADA KEHAMILAN 2.1. PENGARUH ANEMIA PADA KEHAMILAN

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit- penyulit

yang dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran

prematurs, persalinan

yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam

berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin, serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan (Wiknjosastro, 2005; Saifudin, 2006 ). Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal: berat badan

kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia pada masa intranatal dapat terjadi shock, dan masa pascanatal tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan intranatal, dapat terjadi subinvolusi. Sedangkan komplikasi

yang dapat terjadi pada neonatus : premature, apgar scor rendah, gawat janin (Anonim,tt). Bahaya pada Trimester II dan trimester III, anemia dapat

menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu (Mansjoer dkk., 2008 ). Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk., 2008). Anemia kehamilan

dapat menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga akan mempengaruhi ibu saat mengedan untuk melahirkan bayi ( Smith et al., 2010 ).

Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan: gangguan his-kekuatan mengejan, Kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar, Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, Kala III dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan post partum akibat atonia uteri, Kala IV dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri. Pada kala nifas : Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang, dekompensasi kosrdis mendadak

setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mammae ( Shafa, 2010 ; Saifudin, 2006) Hasil penelitian oleh Indriyani dan Amirudin ( 2006) di RS Siti Fatimah Makasar menunjukkan mempunyai hubungan bahwa faktor risiko anema ibu hamil < 11 gr % yang bermakna dengan kejadian partus lama. Ibu yang

mengalami kejadian anemia memiliki risiko mengalami partus lama 1,681 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia tapi tidak bermakna secara statistik. Ini diduga karena terjadi ketidakseragaman pengambilan kadar Hb dan pada kontrolnya ada yang kadar Hb nya diambil pada trimester 1 dan bisa saja pada saat itu ibu sedang anemia. Ibu hamil yang anemia bisa mengalami gangguan his/gangguan mengejan yang mengakibatkan partus lama. Kavle et al, ( 2008) pada penelitianya

menyatakan bahwa perdarahan pada ibu setelah melahirkan berhubungan dengan anemia pada kehamilan 32 minggu. Kehilangan darah lebih banyak pada anemia berat dan kehilangan meningkat sedikit pada wanita anemia ringan dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia .

Pertumbuhan plasenta dan janin terganggu disebabkan karena terjadinya penurunan Hb yang diakibatkan karena selama hamil volume darah 50 % yang menyebabkan

meningkat dari 4 ke 6 L, volume plasma meningkat sedikit

penurunan konsentrasi Hb dan nilai hematokrit. Penurunan ini akan lebih kecil pada ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi. Kenaikan volume darah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perfusi dari plasenta dan untuk penyediaan cadangan saat

kehilangan darah waktu melahirkan. Selama kehamilan rahim, plasenta dan janin memerlukan aliran darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (Smitht et al., 2010 ). Pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,85%, merupakan penyebab kematian bayi. Sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah

kejadian kurangnya

oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan

nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,82% kematian perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan. Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetri terbanyak pada tahun 2005 adalah disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya yaitu 56,09% ( Depkes, 2009 ). Budwiningtjastuti dkk. ( 2005) melakukan penelitian anemia pada ibu rendahnya Scor Apgar,

hamil tri wulan III dan pengaruhnya terhadap kejadian

didapatkan hasil bahwa ibu hamil dengan anemia < 11 gr % meningkatkan risiko rendahnya scor Apgar. Demikian pula penlitian yang dilakukan di kabupaten

Labuan Batu

oleh Simanjuntak ( 2008 ) meneliti hubungan anemia pada ibu hamil anemia dari 162 kasus. Hasil penelitian Karafsahin et al. lebih

dengan kejadian BBLR didapatkan 86 (53 %) Dan yang melahirkan bayi dengan BBLR 36.0 %. (2007) menunjukkan bahwa berisiko

ibu hamil dengan anemia , empat kali

melahirkan bayi premature dan 1.9 kali berisiko melahirkan bayi berat

lahir rendah (BBLR) dari pada ibu hamil yang tidak anemia.

2.2. JENIS ANEMIA PADA KEHAMILAN 1. Anemia Defisiensi Besi Merupakan anemia yang paling sering ditemukan. Dapat disebabkan karena kurang asupan besi dalam makanan, gangguan resorpsi, gangguan penggunaan, atau karena pengeluaran besi terlalu banyak dari tubuh misalnya pada perdarahan. Jika terjadi defisiensi besi, maka suplai ke sumsum tulang juga berkurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan basal produksi Hb. Hal ini menyebabkan setiap sel darah merah yang terbentuk mengandung sedikit Hb sehingga menjadi mikrositosis dan hipokrom. Proliferasi prekursor eritroid juga terhambat pada saat defisiensi besi. Keperluan besi bertambah dalam kehamilan terutama dalam trimester terakhir. Apabila masuknya besi tidak ditambah dalam kehamilan maka mudah terjadi defisiensi besi, lebihlebih pada kehamilan kembar. Lagi pula di daerah khatulistiwa besi lebih banyak ke luar melalui air peluh dan kulit. Di Indonesia asupan besi per hari untuk wanita tidak hamil (12 mg), wanita hamil (17 mg), wanita menyusui (17 mg). Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau komplikasi. Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat menyebabkan abortus, dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan postpartum, dan infeksi. Walaupun bayi yang dilahirkan tidak menunjukkan Hb yang rendah, namun cadangan besinya kurang sehingga beberapa bulan kemudian tampak sebagai anemia infantum. 2. Anemia Megablostik

Disebabkan karena defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12. Diagnosis dibuat bila ditemukan megaloblas atau promegaloblas dalam darah atau sumsum tulang. Sifat khas sebagai anemia makrositer dan hiperkrom tidak selalu dijumpai kecuali

anemia berat. Seringkali anemia bersifat normositer dan normokrom karena defisiensi asam folat sering berdampingan dengan defisiensi besi dalam kehamilan. Perubahan-perubahan dalam leukopoesis seperti metamielosit datia dan sel batang datia yang kadang-kadang disertai vakuolisasi dan hipersegmentasi granulosit, terjadi lebih dini pada defisiensi asam folat dan vitamin B12 bahkan sebelum terdapat megaloblastosis. Diagnosis pasti baru dapat dibuat dengan percobaan penyerapan dan pengeluaran asam folik. Pada pengobatan percobaan asam folat menunjukkan naiknya jumlah retikulosit dan kadar Hb. Pada anemia ini, terjadi hambatan sintesis DNA menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak seimbang. Namun ketika pembelahan sel terhambat, sintesis RNA tidak terpengaruh. Hasilnya adalah komponen sitoplasma terutama hemoglobin disintesis dalam jumlah berlebihan selama penundaan pembelahan sel. Akhirnya terjadi peningkatan dalam ukuran sel. Anemia megaloblastik dalam kehamilan umumnya mempunyai prognosis yang cukup baik. Pengobatan dengan asam folat hampir selalu berhasil. Apabila penderita mencapai masa nifas dengan selamat dengan atau tanpa pengobatan maka anemianya akan sembuh dan tidak akan timbul lagi. Hal ini disebabkan karena dengan lahirnya anak keperluan akan asam folik jauh berkurang. Sebaliknya anemia pernisiosa memerlukan pengobatan terus-menerus juga di luar kehamilan. Anemia megaloblastik dalam kehamilan yang berat tidak diobati mempunyai prognosis kurang baik. Angka kematian bagi ibu mendekati 50% dan anak 90%. 3. Anemia Hipoplastik

Disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Sumsum tulang bersifat normoblastik dengan hipoplasia eritropoesis yang nyata. Dapat disebabkan karena kerusakan sumsum tulang, defisiensi besi, atau stimulus eritropoetin yang inadekuat. Hal terakhir dapat disebabkan karena supresi EPO oleh sitokin misalnya IL-1, gangguan fungsi ginjal, atau penurunan kebutuhan O2 jaringan akibat penyakit metabolik seperti hipotiroid. Perbandingan mielosit : eritrosit yang diluar kehamilan 5 : 1 dan kehamilan 3 : 1 atau 2 : 1 berubah menjadi 10 : 1 atau 20 : 1. Ciri lain ialah bahwa pengobatan dengan segala macam obat penambah darah tidak memberi hasil. Satu-satunya cara memperbaiki keadaan penderita adalah transfusi darah yang sering perlu diulang sampai beberapa kali. Biasanya anemia hipoplastik karena kehamilan apabila selamat mencapai masa nifas akan sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan berikutnya biasanya wanita menderita anemia hipoplastik lagi. Pada kondisi yang berat jika tidak diobati mempunyai prognosis yang buruk bagi ibu maupun anak. 4. Anemia Hemolitik

Pada anemia ini terjadi penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka anemia menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin bahwa kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia.

Gejala-gejala yang lazim dijumpai ialah gejala proses hemolitik seperti anemia, hemoglobinemia, hemoglobinuria, hiperbilirubinemia, hiperurobilinuria, dan sterkobilin lebih banyak dalam feses. Disamping itu terdapat tanda regenerasi darah seperti retikulositosis dan normoblastemia serta hiperplasia eritropoesis sumsum tulang. Pada hemolisis yang berlangsung lama dijumpai pembesaran limpa dan pada kasus herediter kadang disertai kelainan radiologis pada tengkorak dan tulang lain. Perbandingan mielosit:eritrosit biasanya 3 : 1 atau 2 : 1 dalam kehamilan berubah menjadi 1 : 1 atau 1 : 2. Frekuensi pada kehamilan tidak tinggi, biasanya terjadi pada sel sabit dan thalasemia.

3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PROSES PERSALINAN NORMAL 3.1. MEKANISME PERSALINAN NORMAL PERSALINAN / PARTUS Adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar. Partus normal / partus biasa Bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala / ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Partus abnormal Bayi lahir melalui vagina dengan bantuan tindakan atau alat seperti versi / ekstraksi, cunam, vakum, dekapitasi, embriotomi dan sebagainya, atau lahir per abdominam dengan sectio cesarea. SEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN 1. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun mendadak, nutrisi janin dari plasenta berkurang. (pada diagram, dari Lancet, kok estrogen meningkat) 2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi stimulasi (pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus. 3. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin merangsang terjadinya kontraksi. 4. Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi pencetus rangsangan untuk proses persalinan (DIAGRAM)

PERSALINAN DITENTUKAN OLEH 3 FAKTOR P UTAMA Power His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan kardiovaskular respirasi metabolik ibu. Passage Keadaan jalan lahir Passanger Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomik mayor) (++ faktor2 P lainnya : psychology, physician, position) Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor P tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. PEMBAGIAN FASE / KALA PERSALINAN Kala 1 Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaan) Kala 2 Pengeluaran bayi (kala pengeluaran) Kala 3 Pengeluaran plasenta (kala uri) Kala 4 Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk observasi HIS His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri di mana tuba falopii memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari pacemaker yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut. Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal mengarah ke daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan laihir) yang membuka, untuk mendorong isi uterus ke luar. Terjadinya his, akibat : 1. kerja hormon oksitosin 2. regangan dinding uterus oleh isi konsepsi 3 3. rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi.

His yang baik dan ideal meliputi : 1. kontraksi simultan simetris di seluruh uterus 2. kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus 3. terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi. 4. terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his 5. serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung serabut otot,akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian terbuka secara pasif dan mendatar (cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan internum pun akan terbuka. Nyeri persalinan pada waktu his dipengaruhi berbagai faktor : 1. iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleksus hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi nyeri. 2. peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum, menjadi rangsang nyeri. 3. keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/ anxietas, atau eksitasi). 4. prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress Pengukuran kontraksi uterus 1. amplitudo : intensitas kontraksi otot polos : bagian pertama peningkatan agak cepat, bagian kedua penurunan agak lambat. 2. frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit). 3. satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhadap frekuensi). Sifat his pada berbagai fase persalinan Kala 1 awal (fase laten) Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat. Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm). Kala 2 Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.

Kala 3 Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid). PERSALINAN KALA 1 : FASE PEMATANGAN / PEMBUKAAN SERVIKS DIMULAI pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid. BERAKHIR pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I. Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam. Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas : 1. fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm. 2. fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm. 3. fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm). Peristiwa penting pada persalinan kala 1 1. keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus. 2. ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar. 3. selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm). Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida berbeda dengan pada multipara : 1. pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi pembukaan pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan 2. pada primigravida, ostium internum membuka lebih dulu daripada ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah) pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)

3. periode kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida memerlukan waktu lebih lama. PERSALINAN KALA 2 : FASE PENGELUARAN BAYI DIMULAI pada saat pembukaan serviks telah lengkap. BERAKHIR pada saat bayi telah lahir lengkap. His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, sangat kuat. Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala 2. Peristiwa penting pada persalinan kala 2 1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul. 2. Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat. 3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik) 4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis sebagai sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan. 5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir (episiotomi). Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam. Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala 1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior / posterior). 2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang. 3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala). 4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.

5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu. 6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang. 7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki. PERSALINAN KALA 3 : FASE PENGELUARAN PLASENTA DIMULAI : pada saat bayi telah lahir lengkap. BERAKHIR : dengan lahirnya plasenta. Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri. Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal. Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah. Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat. Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir. (jika lepasnya plasenta terjadi sebelum bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae keadaan gawat darurat obstetrik ) KALA 4 : OBSERVASI PASCAPERSALINAN Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan observasi. 7 pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 : 1) kontraksi uterus harus baik, 2) tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain, 3) plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap, 4) kandung kencing harus kosong,

5) luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma, 6) resume keadaan umum bayi, dan 7) resume keadaan umum ibu

3.2. PERAN DOKTER SEBAGAI PEMIMPIN DALAM PERSALINAN Setelah Sembilan bulan mengandung, sang ibu akan melakukan proses besar yaitu persalinan. Proses ini merupakan proses yang cukup berat. Dokter harus melakukan segala yang ia mampu untuk membantu ibu melahirkan bayinya dengan selamat. Pertama, dokter harus memastikan kebersihan mengenai alat-alat yang digunakan untuk membantu proses persalinan, karena tidak jarang terjadi infeksi kepada ibu maupun bayi dikarenakan alat-alat yang tidak steril. Jadi, dokter harus menggunakan disinfektan yang sesuai dan aman untuk alat-alat kesehatan yang nantinya akan digunakan untuk membantu proses persalinan. Kedua, dokter harus menenangkan mental si ibu, karena saat persalinan, beban mental sangatlah besar. Dokter harus member semangat kepada ibu yang akan melahirkan.

4. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN GIZI PADA IBU HAMIL

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu (Sarwono, 2007). Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna. Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yang seringkali menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium. Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil (Budianto, 2009). Energi yang terkandung dalam protein ditaksir sebanyak 5180 kkal, dan lemak 36.337 Kkal. Agar energi ini bisa ditabung masih dibutuhkan tambahan energi sebanyak 26.244 Kkal, yang digunakan untuk mengubah energi yang terikat dalam makanan menjadi energi yang bisa dimetabolisir. Dengan demikian jumlah total energi yang harus tersedia selama kehamilan adalah 74.537 Kkal, dibulatkan menjadi 80.000 Kkal. Untuk memperoleh besaran energi per hari, hasil penjumlahan ini kemudian dibagi dengan angka 250 (perkiraaan lamanya kehamilan dalam hari) sehingga diperoleh angka 300 Kkal (Budianto, 2009).

Kebutuhan energi pada trimester I menjadi 2140 kalori, pada trimester II meningkat menjadi 2200 dan pada trimester III mengalami penurunan yaitu 2020 kalori. Begitu juga dengan protein yaitu trimester I adalah 75 gram, trimester II adalah 75 gram dan trimester III adalah 70 gram. Zat besi dan mineral lainnya juga mengalami penurunan jumlah asupan setelah trimester III (Budianto, 2009). Wanita hamil harus sering makan agar memenuhi kebutuhan gizi yang meningkat. Makanan ini harus terdiri dari empat kelompok makanan utama. Kalori harus cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan anabolok ibu dan janin, dengan 1,3 gram protein per kilogram berat badan, 35 sampai 40 persen dari keseluruhan kalori sebagai lemak, dan sisanya sebagai karbohidrat. Kebutuhan vitamin dapat dipenuhi dengan memilih makanan secara bijaksana (Budianto, 2009). Dengan demikian dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 75-100 g (sekitar 12 % dari jumlah total kalori); atau sekitar 1,3 g/kgBB/hari (gravida mature), 1,5 g/kg BB/hari (usia 1518 tahun), dan 1,7 g/kg BB/hari (di bawah 15 tahun). Bahan pangan yang dijadikan sumber protein sebaiknya (2/3 bagian) pangan yang bernilai biologi tinggi, seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil olahannya. Protein yang berasal dari tumbuhan (nilai biologinya rendah) cukup 1/3 bagian (Budianto, 2009). Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau Zat Besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg. Selama kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Makanan rata-rata hanya memberikan sekitar sekitar 200-300 mg dari total 1000 mg yang diperlukan. Jadi wanita hamil memerlukan tambahan besi dalam jumlah 30-60 mg sehari (Budianto, 2009). Menurut I Dewa Nyoman Supariasa (2002) ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar Lengan Atas (LLA), dan mengukur kadar Hb. Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 12 kg, dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin. Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan pengukuran kadar Hb untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita anemia gizi. Lingkar Lengan Atas Antropometri yang paling sering digunakan untuk menilai status gizi yaitu LLA (Lingkar Lengan Atas). Pengukuran LLA adalah salah satu cara untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia Subur (WUS). Tujuan pengukuran LLA mencakup masalah WUS baik ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran petugas lintas sektoral (Depkes RI, 2008). Adapun tujuan tersebut adalah : 1. Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menepis wanita yang mempunyai resiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). 2. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.

3. Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan tujuan peningkatan kesejahteraan ibu dan anak 4. Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita KEK. 5. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK. Ambang batas LLA WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LLA kurang 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). BBLR mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak (I Dewa Nyoman, 2002). Pengaruh Gizi Kurang pada Ibu Hamil Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini. 1. Terhadap Ibu Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi. 2. Terhadap Persalinan Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat (Poedji Rochjati). 3. Terhadap Janin Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (Nelson, 2000).

5. MEMAHAMI DAN MEJELASKAN MELAKUKAN IBADAH PUASA

HUKUM

WANITA

HAMIL

Kondisi fisik seorang wanita dalam menghadapi kehamilan dan saat-saat menyusui memang berbeda-beda. Namun, pada dasarnya, kalori yang dibutuhkan untuk memberi asupan bagi sang buah hati adalah sama, yaitu sekitar 2200-2300 kalori perhari untuk ibu hamil dan 22002600 kalori perhari untuk ibu menyusui. Kondisi inilah yang menimbulkan konsekuensi yang berbeda bagi para ibu dalam menghadapi saat-saat puasa di bulan Ramadhan. Ada yang merasa tidak bermasalah dengan keadaan fisik dirinya dan sang bayi sehingga dapat menjalani puasa dengan tenang. Ada pula para ibu yang memiliki kondisi fisik yang lemah yang mengkhawatirkan keadaan dirinya jika harus terus berpuasa di bulan Ramadhan begitu

pula para ibu yang memiliki buah hati yang lemah kondisi fisiknya dan masih sangat tergantung asupan makanannya dari sang ibu melalui air susu sang ibu. Kedua kondisi terakhir, memiliki konsekuuensi hukum yang berbeda bentuk pembayarannya. 1. Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yang Mengkhawatirkan Keadaan Dirinya Saja Bila Berpuasa Bagi ibu, untuk keadaan ini maka wajib untuk mengqadha (tanpa fidyah) di hari yang lain ketika telah sanggup berpuasa. Keadaan ini disamakan dengan orang yang sedang sakit dan mengkhawatirkan keadaan dirinya. Sebagaimana dalam ayat, Maka jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka wajib baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.(Qs. Al Baqarah[2]:184) Berkaitan dengan masalah ini, Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan, Kami tidak mengetahui ada perselisihan di antara ahli ilmu dalam masalah ini, karena keduanya seperti orang sakit yang takut akan kesehatan dirinya. (al-Mughni: 4/394) 2. Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yang Mengkhawatirkan Keadaan Dirinya dan Buah Hati Bila Berpuasa Sebagaimana keadaan pertama, sang ibu dalam keadaan ini wajib mengqadha (saja) sebanyak hari-hari puasa yang ditinggalkan ketika sang ibu telah sanggup melaksanakannya. Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, Para sahabat kami (ulama Syafiiyah) mengatakan, Orang yang hamil dan menyusui, apabila keduanya khawatir dengan puasanya dapat membahayakan dirinya, maka dia berbuka dan mengqadha. Tidak ada fidyah karena dia seperti orang yang sakit dan semua ini tidak ada perselisihan (di antara Syafiiyyah). Apabila orang yang hamil dan menyusui khawatir dengan puasanya akan membahayakan dirinya dan anaknya, maka sedemikian pula (hendaklah) dia berbuka dan mengqadha, tanpa ada perselisihan (di antara Syafiiyyah). (al-Majmu: 6/177, dinukil dari majalah Al Furqon) 3 .Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yang Mengkhawatirkan Keadaan si Buah Hati saja Dalam keadaan ini, sebenarnya sang ibu mampu untuk berpuasa. Oleh karena itulah, kekhawatiran bahwa jika sang ibu berpuasa akan membahayakan si buah hati bukan berdasarkan perkiraan yang lemah, namun telah ada dugaan kuat akan membahayakan atau telah terbukti berdasarkan percobaan bahwa puasa sang ibu akan membahayakan. Patokan lainnya bisa berdasarkan diagnosa dokter terpercaya bahwa puasa bisa membahayakan anaknya seperti kurang akal atau sakit -. (Al Furqon, edisi 1 tahun 8) Untuk kondisi ketiga ini, ulama berbeda pendapat tentang proses pembayaran puasa sang ibu. Berikut sedikit paparan tentang perbedaan pendapat tersebut. Dalil ulama yang mewajibkan sang ibu untuk membayar qadha saja.

Dalil yang digunakan adalah sama sebagaimana kondisi pertama dan kedua, yakni sang wanita hamil atau menyusui ini disamakan statusnya sebagaimana orang sakit. Pendapat ini dipilih oleh Syaikh Bin Baz dan Syaikh As-Sadi rahimahumallah Dalil ulama yang mewajibkan sang Ibu untuk membayar fidyah saja. Dalill yang digunakan adalah sama sebagaimana dalil para ulama yang mewajibkan qadha dan fidyah, yaitu perkataan Ibnu Abbas radhiallahuanhu, Wanita hamil dan menyusui, jika takut terhadap anak-anaknya, maka mereka berbuka dan memberi makan seorang miskin. ( HR. Abu Dawud) dan perkataan Ibnu Umar radhiallahuanhu ketika ditanya tentang seorang wanita hamil yang mengkhawatirkan anaknya, maka beliau berkata, Berbuka dan gantinya memberi makan satu mud gandum setiap harinya kepada seorang miskin. (al-Baihaqi dalam Sunan dari jalan Imam Syafii, sanadnya shahih) Dan ayat Al-Quran yang dijadikan dalil bahwa wanita hamil dan menyusui hanyaf membayar fidyah adalah, Dan wajib bagi orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar diyah (yaitu) membayar makan satu orang miskin. (Qs. AlBaqarah [2]: 184) Hal ini disebabkan wanita hamil dan menyusui yang mengkhawatirkan anaknya dianggap sebagai orang yang tercakup dalam ayat ini. Pendapat ini adalah termasuk pendapat yang dipilih Syaikh Salim dan Syaikh Ali Hasan hafidzahullah. Dalil ulama yang mewajibkan sang Ibu untuk mengqadha dengan disertai membayar fidyah Dalil sang ibu wajib mengqadha adalah sebagaimana dalil pada kondisi pertama dan kedua, yaitu wajibnya bagi orang yang tidak berpuasa untuk mengqadha di hari lain ketika telah memiliki kemampuan. Para ulama berpendapat tetap wajibnya mengqadha puasa ini karena tidak ada dalam syariat yang menggugurkan qadha bagi orang yang mampu mengerjakannya. Sedangkan dalil pembayaran fidyah adalah para ibu pada kondisi ketiga ini termasuk dalam keumuman ayat berikut, Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin (Qs. Al-Baqarah [2]:184) Hal ini juga dikuatkan oleh perkataan Ibnu Abbas radhiallahuanhu, Wanita hamil dan menyusui, jika takut terhadap anak-anaknya, maka mereka berbuka dan memberi makan seorang miskin. (HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh Al Bani dalam Irwaul Ghalil). Begitu pula jawaban Ibnu Umar radhiallahuanhu ketika ditanya tentang wanita hamil yang khawatir terhadap anaknya, beliau menjawab, Hendaklah berbuka dan memberi makan seorang miskin setiap hari yang ditinggalkan.

Adapun perkataan Ibnu Abbas dan Ibnu Umar radhiallahuanhuma yang hanya menyatakan untuk berbuka tanpa menyebutkan wajib mengqadha karena hal tersebut (mengqadha) sudah lazim dilakukan ketika seseorang berbuka saat Ramadhan.

Anda mungkin juga menyukai