Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Rinosinusitis adalah penyakit inflamasi mukosa yang melapisi hidung dan sinus paranasal. Peradangan ini sering bermula dari infeksi virus pada selesma, yang kemudian berkembang karena menjadi keadaan infeksi tertentu bakterial
dengan penyebab bakteri patogen yang terdapat di saluran napas bagian atas
Proses terjadinya sinusitis diawali oleh adanya oklusi atau penyumbatan ostium sinus yang akan menghambat ventilasi dan drainase sinus sehingga terjadi penumpukan sekret dan mengakibatkan penurunan oksigenisasi serta tekanan udara di rongga sinus. Penurunan oksigenisasi sinus akan menyuburkan pertumbuhan bakteri anaerob.Tekanan dalam rongga sinus yang menurun pada akan menimbulkan rasa nyeri di daerah sinus yang terkena sinusitis. Karena ventilasi terganggu, PH dalam sinus akan menurun dan hal ini akan menyebabkan silia menjadi hipoaktif dan mukus yang diproduksi menjadi lebih kental. Bila sumbatan berlanjut akan terjadi hipoksia dan retensi mukus yang merupakan kondisi ideal untuk tumbuhnya kuman patogen
Infeksi dan toksin bakteri selanjutnya akan mengganggu fungsi mukosa karena menimbulkan inflamasi pada lamina propia dan mukosa menjadi bertambah tebal yang kemudian memperberat terjadinya oklusi, sehingga terjadi semacam lingkaran setan.
Sinus grup anterior lebih sering terkena sinusitis karena di meatus media terdapat celah-celah sempit yang mudah mengalami penyumbatan, daerah tersebut disebut komplek osteomeatal yung terdiri dari resesus frontal, infundibulum dan bulaetmoid. Permukaan mukosa di daerah osteomeatal komplek berdekatan satu sama lain, bila terjadi edema maka mukosa yang berhadapan pada daerah sempit ini akan menempel erat atau kontak sesamanya sehingga silia tidak dapat bergerak
dan mukus tidak dapat dialirkan dan pada saat yang bersamaan dapat terjadi edeme serta oklusi ostium sinus grup anterior yang merupakan awal dari proses terjadinya sinusitis.
Khusus untuk sinus maksilaris dasarnya berbatasan dengan akar gigi premolar I sampai molar III atas dan bila terjadi infeksi pada gigi tersebut dapat menyebar ke sinus maksila dan biasanya unilateral.
KLASIFIKASI RHINOSINUSITIS
1.
Rinosinusitis diklasifikasikan sebagai akut jika episode infeksinya sembuh dengan terapi
Rinosinusitis akut rekuren didefinisikan sebagai episode akut berulang yang dapat sembuh dengan terapi medikamentosa, tanpa kerusakan
Rinosinusitis kronis ialah penyakit yang tidak dapat sembuh dengan terapi medikamentosa
Hal yang merupakan paradigma baru dari konsensus internasional ini ialah, baik pada rinosinusitis akut maupun kronis, jika obstruksi ostium dihilangkan dan terjadi aerasi yang
Diagnosis
Kriteria rinosinusitis akut dan kronis pada penderita dewasa dan anak berdasarkan gambaran klinik dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Rinosinusitis Akut dan Kronik pada Anak dan Dewasa Menurut International Conference on Sinus Disease 1993 & 2004.
KRITERIA 1. Lama Gejala dan Tanda 2. Jumlah episode serangan akut, masingmasing berlangsung minimal 10 hari 3. Reversibilitas mukosa RINOSINUSITIS AKUT DEWASA < 12 minggu ANAK < 12 minggu RINOSINUSITIS KRONIK DEWASA > 12 minggu ANAK > 12 minggu
Dapat sembuh sempurna Tidak dapat sembuh dengan pengobatan sempurna dengan medikamentosa pengobatan medikamentosa
Anamnesis Riwayat rinore purulen yang berlangsung lebih dari 7 hari, merupakan keluhan yang paling sering dan paling menonjol pada rinosinusitis akut.
Rinoskopi Anterior Rinoskopi anterior merupakan pemeriksaan rutin untuk melihat tanda patognomonis, yaitu sekret purulen di meatus medius atau superior; atau pada rinoskopi posterior tampak adanya sekret purulen di nasofaring (post nasal drip). 3. Nasoendoskopi Pemeriksaan nasoendoskopi dapat dilakukan untuk menilai kondisi kavum nasi hingga ke nasofaring. Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan dengan jelas keadaan dinding lateral hidung. 4. Foto polos sinus paranasal Pemeriksaan foto polos sinus bukan prosedur rutin, hanya dianjurkan pada kasus tertentu, misalnya:
2.
LANJUTAN ....
-Rinosinusitis akut dengan tanda dan gejala berat. -Tidak ada perbaikan setelah terapi medikamentosa optimal -Diduga ada cairan dalam sinus maksila yang memerlukan tindakan irigasi - Evaluasi terapi - Alasan medikolegal 5. Tomografi Komputer dan MRI Pemeriksaan tomografi komputer tidak dianjurkan pada rinosinusitis akut, kecuali ada kecurigaan komplikasi orbita atau intrakranial. Pemeriksaan MRI hanya dilakukan pada kecurigaan komplikasi intrakranial
Rinoskopi anterior Terlihat adanya sekret purulen di meatus medius atau meatus superior. Mungkin terlihat adanya polip menyertai rinosinusitis kronik. 3. Pemeriksaan nasoendoskopi Pemeriksaan ini sangat dianjurkan karena dapat menunjukkan kelainan yang tidak dapat terlihat dengan rinoskopi anterior, misalnya sekret purulen minimal di meatus medius atau superior, polip kecil, ostium asesorius, edema prosesus unsinatus, konka bulosa, konka paradoksikal, spina septum dan lain-lain. 4. Pemeriksaan foto polos sinus Dapat dilakukan mengingat biayanya murah, cepat dan tidak invasif, meskipun hanya dapat mengevaluasi kelainan di sinus paranasal yang besar.
2.
Pemeriksaan CT Scan Dianjurkan dibuat untuk pasien rinosinusitis kronik yang tidak ada perbaikan dengan terapi medikamentosa. Untuk menghemat biaya, cukup potongan koronal tanpa kontras. 6. Pungsi sinus maksila Tindakan pungsi sinus maksila dapat dianjurkan sebagai alat diagnostik untuk mengetahui adanya sekret di dalam sinus maksila dan jika diperlukan untuk pemeriksaan kultur dan resistensi. 7. Sinoskopi Dapat dilakukan untuk melihat kondisi antrum sinus maksila serta. Pemeriksaan ini menggunakan endoskop, yang dimasukkan melalui pungsi di meatus inferior atau fosa kanina. Dilihat apakah ada sekret, jaringan polip, atau jamur di
5.
Kongesti hidung atau sumbatan Sekret hidung purulen Sakit kepala Nyeri atau rasa tertekan pada wajah Gangguan penghidu
Demam Halitosis
Anak
Batuk Iritabilitas/Rewel
pengobatan medikamentosa adekuat dan optimal, serta adanya obstruksi KOM merupakan indikasi tindakan bedah. Beberapa macam tindakan bedah yang dapat dipilih untuk dilakukan, mulai dari pungsi dan irigasi sinus maksila, operasi Caldwell-Luc, etmoidektomi intradan ekstranasal, trepanasi sinus frontal dan bedah sinus endoskopik fungsional Bedah sinus endoskopik fungsional (BSEF) merupakan langkah maju dalam bedah sinus. Jenis operasi ini menjadi pilihan karena merupakan
Bedah
sinus endoskopik fungsional (BSEF) merupakan langkah maju dalam bedah sinus. Jenis operasi ini menjadi pilihan karena merupakan tindakan bedah invasif minimal yang lebih efektif dan fungsional Keuntungan BSEF adalah penggunaan endoskop dengan pencahayaan yang sangat terang sehingga saat operasi, kita dapat melihat lebih jelas dan rinci adanya kelainan patologi di rongga-rongga sinus Jaringan patologik dapat diangkat tanpa melukai jaringan normal dan ostium sinus yang tersumbat diperlebar Dengan ini drenase dan ventilasi sinus akan lancar kembali secara alamiah, jaringan normal tetap berfungsi dan kelainan di dalam sinus-sinus
ANAMNESIS Rinore purulen > 7 hari (Sumbatan hidung, nyeri muka, sakit kepala, demam dll.)
RINOSKOPI ANTERIOR Polip? Tumor? Komplikasi Sinusitis? TIDAK Lama gejala > 8 minggu? Episode serangan akut > 4
YA
TIDAK SINUSITIS AKUT Rinoskopi Anterior (RA) AB empirik (2x24 jam) Lini I: Amoksil 3x500mg / Cotrimoxazol 2x480mg + Terapi tambahan
YA SINUSITIS RA / Naso-endoskopi Ro polos / CT scan Pungsi & Irigasi sinus/ Sinuskopi Y Faktor A Predisposisi? Tatalaksa na yang sesuai TIDAK
Perbaikan ? TIDAK Lini II AB (7 hari) Amoks.klav/ Ampi.sulbaktam Cephalosporin gen.keII Makrolid + Terapi tambahan Perbaikan ? TIDAK Kelainan YA Lakuka n YA teruskan
Terapi tambahan: Dekongest. oral, Kortikost.oral dan atau topikal, Mukolitik Antihistamin (pasien atopi) Diatermi, Proet, Irigasi sinus YA
Teruskan
Perbaika n
Perbaikan TIDAK
Evaluasi diagnosis kembali 1.Evaluasi komprehensif alergi 2.Kultur dari pungsi sinus
TIDAK
YA