ABSTRACT
Program Economic Development Financing Facility, telah mengembangkan suatu pola pembiayaan modal kerja koperasi kakao. Kegiatan dilakukan bagi koperasi primer dan sekunder di Kabupaten Pidie, Aceh Utara dan Aceh Timur bersama Bank Syariah Mandiri. Pelaksanaan di lapangan terdapat tantangan dalam pemanfaatan dan pengembalian modal kerja yang dipengaruhi oleh faktor kemampuan usaha pengelola usaha. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi kendala yang timbul dalam pelaksanaan pembiayaan dan memberikan alternatif strategi untuk mengoptimalkan pengelolaan pembiayaan modal kerja koperasi. Penelitian ini menggunakan metode survei, dengan sampel pengelola koperasi. Analisis data dilakukan secara kuantitatif yang dipaparkan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan lemahnya transparansi dan akuntabilitas berdampak terhadap proses pembiayaan. Strategi untuk mengoptimalkan kemampuan SDM dilakukan dengan tahapan proses: (1) FGD untuk memberikan peta sosial koperasi dalam hal karakter, pengetahuan dan pola kerja, (2) Pelatihan simulasi operasi bisnis untuk meningkatkan kompetensi tata laksana usaha, (3) Pelatihan berbasis studi kasus untuk menjawab kendala yang timbul dari kegiatan usaha.
Program ini didanai oleh Multi Donor Fund (MDF) melalui Aceh Economic Development Financing Facility (AEDFF) dan dilaksanakan Oleh ActionAid Australia (AAA) dan Yayasan Keumang. 2 Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Darussalan, Banda Aceh.
1
ABSTRACT Economic Development Financing Facility program, has developed a working capital financing scheme to cocoa cooperatives. Activities conducted for the primary and secondary cooperatives in Pidie, Aceh Utara and Aceh Timur with Bank Syariah Mandiri. There are have challenges when working capital implemented caused the capability of a cooperative management business. The research aims to identify constraints the implementation of financing and provide alternative strategies to optimize of working capital financing facilities. The study uses a survey method, sample are cooperative management. Data analysis using quantitative data and analyzed descriptively. The results showed are weak of transparency and accountability that impact to financing process. Strategies to optimize the human resources process conducted by: (1) FGD, to provide of cooperatives social maps in character, knowledge and work patterns, (2) business operation simulation training to improve the competence of business administration, (3) case study-based training to respond business activities issues of working capital.
Bab 1. Pendahuluan 1.1 Pendahuluan Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi perkebunan rakyat yang dapat diandalkan untuk dikembangkan selain kopi, upaya pengembangan dan memperkuat ekonomi sektor pertanian subsektor perkebunan telah dilakukan Pemerintah Provinsi Aceh melalui program Economic Develompment Financing Facility (EDFF). Progam ini bertujuan untuk mengembangkan ekonomi petani dari perkebunan kakao ini masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan, petani kakao di wilayah Pidie, Aceh Utara dan Aceh Timur umumnya masih tergolong miskin karena rendahnya pendapatan yang mereka peroleh dari tanaman kakao tersebut yaitu rata-rata 5,5 juta rupiah per Ha per tahun (AAA-Keumang, 2010 dan 2012). Beberapa kendala yang dihadapi dalam meningkatkan ekonomi petani adalah ketersediaan dan akses permodalan sehingga petani tidak dapat bersaing untuk mendapatkan nilai tambah harga dengan kuantitas produksi yang dimuliki. Salah satu upaya untuk memperkuat basis usaha kakao rakyat adalah dengan mengembangkan suatu pola pembiayaan modal kerja bagi organisasi (koperasi) petani kakao. Dengan dukungan dana dari Multi Donor Fund (MDF), ActionAid Australia bersama Yayasan Keumang mengembangkan suatu pola kerjasama antara koperasi primer dan koperasi sekunder dengan lembaga keuangan di 3 (tiga) kabupaten, yaitu Pidie, Aceh Utara dan Aceh Timur untuk meningkatkan rantai nilai kakao bagi petani.
Langkah untuk meningkatkan nilai tambah harga melalui kuantitas produksi, memperkuat kelembagaan koperasi dan modal kerja, dengan peranan kelembagaan dapat diciptakan daya tawar yang lebih baik dalam perdagangan komoditi kakao tersebut. Bantuan modal kerja diberikan kepada petani kakao melalui 9 (sembilan) unit koperasi primer, empat unit di Kabupaten Pidie, tiga unit di Kabupaten Aceh Utara dan dua unit di Kabupaten Aceh Timur yang beranggotakan petani kakao di tiga kabupaten dengan jumlah anggota 4.500 petani. Untuk mendukung peningkatan rantai nilai pemasaran koperasi-koperasi primer membentuk 1 (satu) unit wadah bersama yaitu koperasi sekunder. Kucuran dana modal kerja diperuntukkan bagi unit usaha koperasi dalam tahap I ini untuk mendukung aktivitas jual beli biji kakao yaitu sebesar 3 Milyar Rupiah yang dimulai pada 14 Februari 2012 16 Agustus 2012 (6 bulan). Masing-masing pembagian dana yaitu 200 juta Rupiah untuk koperasi primer dan 1,2 Milyar bagi koperasi sekunder dan ditempatka di bank sebagai jaminan usaha (colateral). Besarnya dukungan modal kerja koperasi sekunder bertujuan untuk mendukung likuiditas modal kerja koperasi sekunder. Tantangan yang dihadapi oleh usaha yang baru mulai berjalan adalah kemampuan sumber daya manusia untuk mengelola keungan dan bisnis kakao. Daya saing usaha koperasi dengan para pesaing adalah tersedianya modal, disisi lain pengetahuan, tanggung jawab dan karakter sosial masyarakat turut mendukung daya ungkit koperasi untuk mencapai kesuksesan. Untuk mencapai kemandirian koperasi perlu pula dilakukan peningkatan keahlian dan monitoring yang berbasiskan kebutuhan pengelola dan anggota.
4
1.2 Perumusan Masalah Upaya pengembangan pemanfaatan modal kerja bagi koperasi petani kakao masih diperlukan strategi yang tepat dan dapat diimplementasikan bagi pengembangan usaha kecil dan menengah. Berdasarkan kondisi tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Kondisi apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pembiayaan modal kerja koperasi petani kakao? 2. Bagaimana strategi-stategi pelaksanaan untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan pembiayaan modal kerja di koperasi petani kakao?
produktivitas petani.
1.4 Studi Kepustakaan Untuk memberdayakan koperasi yang dibangun melalui keberpihakan dari berbagai pihak pemangku kepentingan yaitu pemerintah, masyarakat dan lembaga keuangan yang memungkinkan koperasi dapat tumbuh dan berkembang. Upaya memberdayakan koperasi agar dapat menjawab tantangan dan memanfaatkan peluang adalah melalui penyediaan modal kerja. Tersedianya modal kerja merupakan hal yang sangat penting oleh koperasi untuk menjalankan aktivitas operasional koperasi, khususnya dalam pembelian dan penjualan kakao.
Sugeng (2002), mengemukan bahwa terdapat korelasi antara kemampuan SDM dan komitmen yang dimiliki koperasi. Untuk mencapai keberhasilan organisasi diperlukan komitmen yang tinggi dari para pengelola koperasi. Kemapuan SDM yang tinggi tidak menjamin keberhasilan koperasi untuk maju tanpa dibarengi komitmen yang tinggi. Adanya keselarasan antara kemampuan dan komitmen akan memberikan manfaat dan kepercayaan bagi para anggota koperasi (internal) dan pihak eksternal yaitu kreditur, pemerintah, supplier.
Munawir (2004) menjelaskan bahwa konsep kuantitatif modal kerja merupakan kebutuhan usaha dalam membiayai operasi yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menunjukkan modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital). Peter Davis dalam Sularso (2005), memformulasikan bahwa manajemen koperasi diselenggarakan oleh orang-orang yang bertanggung jawab untuk
mengelola koperasi, nilai-nilai dan kekayaannya. Mereka ini mengerahkan segala kemampuan kepemimpinannya dan memilih kebijakan untuk mengembangkan koperasi berdasarkan hasil latihan professional perkoperasian. Manajemen koperasi adalah kegiatan professional yang dilakukan koperasi untuk membantu seluruh keanggotaan koperasi di dalam mencapai tujuannya. Ketimpangan pendapatan yang ekstrem menyebabkan semakin kecilnya populasi yang memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman, karena ketiadaan kolateral (Todaro & Smith 2003). Disisi lain tujuan pembangunan pertanian di daerah pedesaan di negara berkembang adalah untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat melalui peningkatan pendapatan, total produksi output da
produktivitas petani melalui 3 langkah, yaitu (1) kemajuan teknologi dan inovasi, (2) kebijakan ekonomi pemerintah yang tepat, dan (3) kelembagaan sosial yang menunjang (Todaro & Smith 2003). Pemanfaatan pola keuangan syariah merupakan upaya untuk
menjembatani kebutuhan masyarakat karena prinsip keyakinan dan kepercayaan. Perbankan syariah adalah sistem perbankan yang dalam usahanya didasarkan pada prinsip-prinsip hukum syariah Islam. Ketentuan perbankan ini khususnya yang mengacu kepada praktik yang mengandung unsur riba dalam kegiatan investasi atas dasar bagi hasil pembiayaan (Dahlan, S. 2005).
dan Komitmen Manajemen Terhadap Kinerja Keuangan, Promosi Ekonomi Anggota dan Struktur Modal, mengasilkan kesimpulan bahwa secara partial komitmen Manajemen memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja koperasi yang diukur dengan kinerja finansial dan promosi ekonomi anggota, disisi lain kompetensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja koperasi. Secara simultan kedua variabel tersebut memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja koperasi, kemudian kompetensi, dan komitmen manajemen berpengeruh secara positif dan signifikan terahdap kepercayaan. Sutaryo Salim (2004), dalam artikel ilmiahnya menjelaskan pula bahwa kompetensi dan komitmen sumber daya manusia koperasi dalam melaksanakan jati diri koperasi (identitas ganda, karakteristik koperasi, prinsip koperasi dan ekonomi, serta partisipasi) akan menentukan tingkat keberhasilan koperasi (anggota, perusahaan koperasi dan pembangunan). Dengan komitmen SDM yang tinggi, koperasi akan memperoleh keunggulan-keunggulan kompetitif yang tidak dimiliki oleh perusahaan lain, seperti kesediaan menjaga nama baik koperasi, dan menerima tujuan serta nilainilai koperasi
Bab 2. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei terhadap (9) sembilan unit koperasi primer dan 1 (Satu) unit koperasi sekunder yang tersebar di Kabupaten Pidie, Aceh Utara dan Aceh Timur. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan kuisioner terhadap kinerja operasional koperasi dalam pengelolaan modal kerja, data sekunder diperoleh dari berbagai pihak yang terlibat didalam program pembiayaan dan studi literatur lainnya. Sebaran koperasi dan lokasi penelitian dapat dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 1. Lokasi dan Sebaran Sampel Penelitian. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Lokasi Kabupaten Pidie Kecamatan Padang Tiji Kecamatan Mila, Keumala dan Sakti Kecamatan Tangse, Mane dan Geumpang Kecamatan Glumpang Tiga Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Aceh Utara Kecamatan Langkahan Kecamatan Pirak Timur, Paya Bakong, dan Grudong Pase Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Timur Kecamatan Peunaron Kecamatan Peudawa dan Rantau Pereulak Unit Kerja Koperasi Meuguna Beuratana TMG APKO Pusat Koperasi Kakao Aceh Ingin Maju Aneuk Ban Keumang Pertanian CocoA Aceh Berkat Aceh Mekar
Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui teknik purposive sampling (Kidder, L.H. 1981 dan Santana 2007) dan karena sampel yang diambil didasari pada persyaratan tertentu, yaitu: petani yang memiliki lahan kakao, bukan sebagai
petani penggarap. Pengumpulan data primer pada survai ini dilaksanakan melalui kombinasi antara: 1) pengamatan lapangan (observation), Diskusi Terfokus (Focus Group Discussion/FGD) dengan semua stakeholder, dan wawancara dengan responden (petani) dalam bentuk kusioner. Analisis data diperoleh dari hasil wawancara dengan sejumlah responden, data yang diperoleh ditabulasi kemudian dilakukan analisis secara kuantitatif yang dipaparkan secara deskriptif. Pendekatan kuantitatif deskriftif akan diperoleh hasil pemaknaan dan penjelasan terhadap berbagai kondisi dan fakta serta informasi yang diperoleh terkait petani kakao dilokasi penelitian.
10
Bab 3. Hasil dan pembahasan 3.1 Skema Pembiayaan Upaya untuk meminimalkan ketimpangan bagi petani kakao dilakukan dengan membentuk lembaga formal petani melalui pembentukan koperasi. ActionAid dan Yayasan Keumang sebagai pelaksana program membentuk tujuh koperasi primer dan meningkatkan kapasitas kelembagaan dua koperasi primer, serta satu unit Koperasi Sekunder sebagai induk koperasi-koperasi primer. Koperasi ini merupakan salah satu langkah meningkatkan produktivitas kelembagaan sosial yang menunjang. Modal kerja yang disediakan oleh Multi Donor Fund (MDF) tersebut berfungsi sebagai jaminan atas pinjaman yang diambil oleh koperasi untuk membeli kakao dari petani anggotanya. Program ini MDF dalam pelaksanaannya menyediakan dana modal kerja, namun modal kerjanya tidak diberikan langsung kepada Koperasi. Modal kerja ditempatkan didalam Rekening Investasi Terikat pada Bank Syariah Mandiri (BSM) dalam mekanisme pembiayaan syariah ini sebagai jaminan pinjaman koperasi, selanjutnya koperasi akan melakukan pinjaman ke BSM yang didukung oleh modal kerja (jaminan). Mekanisme pembiayaan Modal Kerja tersebut diatur oleh sistem perbankan syariah. Kerjasama pembiayaan yang dilakukan oleh koperasi-koperasi dengan lembaga keuangan (Bank Syariah Mandiri) sebesar 3 Milyar Rupiah (Rp 200.000.00 untuk 9 koperasi primer dan Rp 1,200.000.000,- bagi koperasi sekunder) sebagai jaminan. Realisasi pembiayaan yang dijalankan kepada
11
koperasi petani kakao pada tahap pertama adalah sebesar Rp 50.000.000,- untuk sembilan unit koperasi primer atau total Rp 450.000.000 dan Rp 600.000.000,bagi satu unit koperasi sekunder. Alokasi kebutuhan modal kerja koperasi sekunder lebih besar sebagai upaya untuk menyokong aktivitas pembelian dari sembilan unit koperasi primer. Aktivitas operasional modal kerja koperasi tersebut dijelaskan melalui Gambar 1 berikut:
Eksportir Pembelian
Pelaksanaan dari kesepakatan pembiayaan antara koperasi dan Bank Syariah Mandiri dengan jelas mengatur sistem bagi hasil bagi debitur dan kreditur tersebut, yaitu; (a) Modal kerja dipergunakan Koperasi untuk membiayai modal usaha jual-beli biji kakao yang dilaksanakan oleh Koperasi primer dan Koperasi Sekunder; (b) Nilai bagi-hasil atas penyaluran pembiayaan investasi terikat kepada Koperasi sebagai pemilik dana adalah 4% per tahun; (c) Nilai bagi-hasil yang diperoleh BSM atas pengelolaan investasi terikat adalah 2% per-tahun,
12
dimana biaya administrasi ditanggung oleh BSM; (d) Nilai bonus yang diperoleh Koperasi dari Rekening Giro Syariah Mandiri adalah 0,8% flat p.a.; (e) Nilai bagihasil yang diperoleh Koperasi dari Rekening Tabungan Syariah Mandiri adalah 3,4% flat p.a. (f) Nilai bagi-hasil yang diperoleh dari deposito Rekening Investasi Terikat Syariah Mandiri adalah 4% flat p.a., (g) Jangka waktu untuk peminjaman tahap pertama dibatasi sampai dengan 6 (enam) bulan (Baihaqi at.al. 2012).
3.2
Implementasi Pembiayaan dan Tantangan Koperasi Kebersamaan koperasi didukung dengan tersedianya unit kerjasama yang
akan mendorong usaha koperasi. Kerjasama yang dibentuk oleh koperasi-koperasi primer adalah membentuk Pusat Koperasi Kakao Aceh sebagai koperasi sekunder pemersatu kerjasama. (Meyer, 1994 dalam Krisnamurthi, 1998) menjelaskan koperasi sekunder atau organisasi pemusatan bertujuan untuk mengembangkan bisnis koperasi primer, guna mewujudkan peran sebagai
pengimbang dalam ekonomi pasar kapitalistik. Koperasi sekunder mengutamakan penerapan prinsip-prinsip bisnis sehubungan dengan lingkungan bisnis yang dihadapi, dan disisi lain tetap dikelola secara demokratis Implementasi pembiayaan bagi koperasi-koperasi dilapangan
menunjukkan adanya kelemahan yang umum terjadi ketika suatu usaha kecil menengah mulai beraktivitas, yaitu transparansi dan akuntabilitas keuangan dari sisi internal koperasi dan penyediaan dana cicilan pengembalian kredit kepada bank disisi eksternal koperasi. Lemahnya transparansi dan akuntabilitas keuangan
13
ini disebabkan lemahnya kemampuan sumber daya manusia, akibat yang ditimbulkan adalah kerugian pada kegiatan awal pembelian terutama oleh koperasi-koperasi primer. Aktualisasi kinerja keuangan koperasi dalam periode awal pembiayaan dijelaskan melalui keuntungan dan kerugian disajikan pada grafik 1.
IDR x 1000
600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 (100,000)
Buy
Sale
Profit/(Loss)
Grafik 1. Aktualisasi Operasional Pembelian dan Penjualan Koperasi Primer dalam Pembiayaan Modal Kerja. Dapat dijelaskan bahwa kegiatan jual beli yang dilakukan oleh sepuluh koperasi dalam masa pembiayaan yaitu, terdapat dua koperasi yang memperoleh keuntungan lebih dari 8 juta Rupiah yaitu Pusat Koperasi Kakao Aceh dan Meuguna, dua koperasi memperoleh keuntungan lebih dari 1 Juta Rupiah yaitu APKO dan Ingin Maju, tiga koperasi membukukan keuntungan dibawah 1 Juta Rupiah yaitu TMG, Aceh Mekar dan Aceh Berkat, sementara itu tiga koperasi mengalami kerugian yaitu Beuratana, Cocoa dan Aneuk Ban Keumang. Untuk menanggulangi kelemahan koperasi tersebut langkah perbaikan
14
yang dilakukan adalah melakukan monitoring dan pendampingan bagi koperasikoperasi. Kegiatan monitoring dilapangan membantu koperasi dalam
memperbaiki kinerja keuangan sekaligus manajerial para pengelola koperasi. Secara nyata kondisi yang dialami pengelola koperasi tersebut dapat dijelaskan bahwa, walaupun telah diberikan pelatihan dibidang manajemen dan keuangan mereka belum memiliki pengalaman dalam aktivitas usaha. Melalui
pendampingan pengelola koperasi dibekali kembali pengetahuan keuangan dan manajemen yang sesuai dengan kondisi lapangan yang terjadi. Kondisi lapangan tersebut antra lain: (1) modal yang dicairkan dipegang tidak hanya oleh bendahara; (2) tidak taat dan jelas pencatatan pembukuan; (3) modal tunai terlalu lama dipegang bukan oleh bendahara; (4) pengelola meminjam modal kerja untuk kepentingan pribadi; (5) penaksiran harga beli tidak sesuai dengan acuan harga yang disepakati dan; (6) fluktuasi harga pasar kakao. Setelah dilakukan monitoring dan pelatihan pendampingan bagi keporasi, perbaikan tata kelola manajerial pengelola koperasi mampu meningkatkan kinerja operasional terutama transparansi dan akuntabilitas keuangan. Capaian kondisi tersebut mampu mendorong kemandirian koperasi dalam pengelolaan pembiayaan perbankan. Hasil capaian penggunaan modal kerja walaupun tidak signifikan memberikan keuntungan maksimal, koperasi-koperasi telah mampu membukukan saldo bersih positif pada tahap pertama pembiayaan antara koperasi dan Bank Syariah Mandiri. Kinerja keuangan koperasi dijelaskan berdasarkan jumlah saldo pada akhir tutup buku periode pertama pembiayaan seperti pada Grafik 2 berikut.
15
Saldo (Rp) PUSKOP Meuguna APKO Beuratana Cocoa Ingin Maju TMG Aneuk Ban Keumang Aceh Mekar Aceh Berkat 2,073,851.22 340,903.19 51,282.41 120,400.27 240,297.80 166,452.43 50,494.45 220,617.46 200,134.43 314,124.12
Model pelatihan yang dilakukan untuk memperbaiki kinerja operasional koperasi dilakukan dalam tiga tahapan, dan dilapangan berdasarkan spesisik kendala yaitu: (1) FGD kepada pengelola (pengurus, pengawas dan manager), hasil kegiatan akan memberikan peta sosial koperasi dalam hal karakter, pengetahuan dan pola kerja. Kondisi tersebut untuk menyatukan keberagaman, Keberagaman dan perbedaan terjadi karena fitrah manusia yang selalu ingin menunjukkan dan mempertahankan eksistensi dirinya (Sumadi T. dan Japar M., 1998 dalam Supardi, 2009); (2) Pelatihan simulasi operasi bisnis diberikan kepada manajer selaku pengelola unit usaha, selain untuk menigkatkan kompetensi tata laksana jual beli serta pengelola mampu menjalankan usaha sesuai dengan Prosedur Standar Operasional unit bisnis koperasi; (3) Pelatihan berbasis studi kasus untuk menjawab tantangan yang timbul dari kegiatan usaha, pelaksanaan pelatihan diberikan kepada pengelola keuangan untuk meningkatkan kompetensi bagi masing-masing koperasi sehingga dapat menguasai teknik pemecahan
16
masalah yang diperlukan. Pelatihan berbasis kompetensi difokuskan pada kinerja aktual, dengan pendekatan kompetensi peserta pelatihan diharapkan tidak sekedar tahu, tetapi juga dapat melakukan sesuatu yang harus dikerjakan (Magkuprawira, 2009). Kendala ketepatan waktu dalam penyediaan dana cicilan pengembalian kredit kepada bank merupakan kelemahan bagi usaha bisnis yang baru berjalan, disamping masih minimnya pengalaman usaha. Bank Syariah Mandiri dalam penyaluran pembiayaan turut memberikan penilaian suatu kredit guna menilai layak atau tidak untuk diberikan kredit dilakukan dengan menggunakan beberapa aspek, yaitu: (1) yuridis/hukum; (2) pemasaran: (3) keuangan; (4) teknis/operasi; (5) manajemen dan; (6) sosial ekonomi (Siamat, 2004 :107-110). Mengacu kepada aspek-aspek tersebut, penerapan sistem cicilan kredit disesuaikan dengan kepentingan koperasi, kondisi ini didasari bahwa modal kerja yang terus berputar dalam aktivitas jual beli. Sehingga model pembayaran cicilan dilakukan dengan pola: (1) cicilan bagi hasil dibayarkan setiap bulan selama masa pembiayaan; (2) cicilan kredit dibayarkan sekaligus pada periode akhir pembiayaan. Untuk meningkatkan aktiva koperasi, dilakukan penerapan pengendalian biaya operasional. Pengendalian biaya merupakan masalah penting dalam mempertahankan dan meningkatkan profitabilitas bagi usaha, unsur tenaga kerja dan operasional merupakan sumber yang paling dominan dalam biaya. Untuk mengurangi biaya tersebut perlu dilakukan evaluasi biaya tenaga kerja dan overhead (Horne dan Wachowicz, 2009)
17
3.3
1.
Lemahnya kemampuan sumber daya manusia yang disebabkan beragamnya tingkat pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para pengurus koperasi, sehingga tidak terciptanya kesamaan misi organisasi.
2.
Lemahnya transparansi pengelolaan keuangan mengakibatkan tidak tertata dengan baiknya pengelolaan pembukuan. Rendahnya akuntabilitas berakibat tidak terlaksananya standar prosedur kerja yang telah ditetapkan. Rekomendasi
1.
Langkah-langkah memperbaiki kinerja koperasi yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan internal perlu didukung dengan pengembangan keahlian manajemen. pengembangan diarahkan untuk menigkatkan
kemampuan pengelola koperasi sehingga memiliki kesadaran dan sikap profesional agar mampu memiliki daya saing terutama SDM. 2. Pengembangan sistem permodalan disesuaikan karakteristik masyarakat dengan pola syariah. Penyediaan modal kerja dilengkapi praktek pembiayaan perbankan beserta mekanisme monitoring dan pendampingan dibidang keuangan dan operasional untuk menyelesaikan masalah yang mungkin timbul selama fase pertumbuhan koperasi. Peningkatan praktek perkoperasian bagi pengelola diperlukan untuk meningkatkan kemampuan internal dan menjadi strategi pengembangan organisasi, agar terciptanya pemenuhan kebutuhan dan aspirasi ekonomi serta sosial para anggotanya.
18
Pustaka ActionAid Australia dan Keumang, 2010. Baseline Survei Sosial Ekonomi Petani Kakao di Kabupaten Pidie, Aceh Utara dan Aceh Timur. Banda Aceh. ActionAid Australia dan Keumang, 2012. Enline Survei Sosial Ekonomi Petani Kakao di Kabupaten Pidie, Aceh Utara dan Aceh Timur. Banda Aceh. Baihaqi, A., Anhar. A., Abubakar, Y., Safrizal, P. Rudy. 2012. Standar Prosedur Operasi Untuk Pembiayaan Bagi Modal Kerja Koperasi Kakao. ActionAid Australia-Keumang. Banda Aceh. Dahlan, S. 2005. Menejemen Lembaga Keuangan, Kebijakan Moneter dan Perbankan Edisi kelima. FE UI. Jakarta. Horne, James, C., Van dan Wachowicz, M., John, Jr. 2009. Fundamentals of Fiancial Manajemen, Buku 1 Ed 12. Salemba Empat. Jakarta. Krisnamuthi, Y. Bayu. 1998. Perkembangan Kelembagaan dan Perilaku Usaha koperasi Unit Desa di Jawa Barat. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor Mangkuprawira, S., Tb. 2009. Bisnis, Manajemen dan Sumberdaya Manusia. IPB Press. Bogor. Munawir, S. 2010. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta. Peter, Davis, 1999. Managing The Cooperative Difference. Cooperative Branch ILO. Geneva. dalam Sularso, 2005. Kembali Kepada Jatidiri Koperasi. Infokop No 26 Tahun XX . Jakarta. Sugeng, I., 2002 Mengukur dan Mengelola Intellectual Capital, A Usmara (editor) Paradigma Baru, Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Amara Books. Sugiyanto, 2007, Pengaruh kompetensi dan komitmen Manajemen Terhadap Kinerja Keuangan, Promosi Ekonomi Anggota dan Struktur Modal. Disertasi. PPS Universitas Padjadjaran. Bandung. Supardi, 2009. Filsafat, Ilmu dan Ilmu Sosial. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Sutaryo Salim, 2004. Reinventing Jatidiri Koperasi. Kewirausahaan. Vo. III, No.2, Juli 2004, hal.1-8. Jurnal Ekonomi
Todaro, M., P. And Smith S., C. 2003. Pembangunan Ekonomi di Negara Ketiga , 8th Edition. Pearson Education Limeted. United Kingdom.
19