Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang

Pengembangan wilayah adalah usaha pengembangan daerah ditinjau dari berbagai aspek sebagai satu kesatuan yang bertujuan untuk menciptakan keseimbangan hubungan manusia dan alamnya. Aspek tersebut antara lain aspek ekonomi, sosial maupun fisik. Pengembangan wilayah mempunyai tujuan yaitu untuk keserasian dan keseimbangan antar pembangunan sektoral dengan regional, meningkatkan partisispasi masyarakat lokal dalam pembangunan dan meningkatkan hubungan antar pusat wilayah dengan hinterlandnya serta hubungan antar kota dan desa (Mutaali, 1995). Pengembangan suatu wilayah dapat diukur dengan indikator pendapatan perkapita, kebutuhan fasilitas minimum, PDRB, investasi, penyerapan tenaga kerja, dan perubahan struktur spasial wilayah. Oleh karena itu pengembangan wilayah merupakan perpaduan wilayah spasial dan non spasial. Non spasial yaitu berhubungan dengan ekonomi maupun social. Sedangkan spasial yaitu yang berkaitan dengan wilayah. Dalam konteks pengembangan non spasial (sosial, ekonomi) saat ini arah yang dituju dalam pengembangan wilayah jangka panjang adalah wilayah harus mandiri dan memiliki daya saing sehingga mampu berintegrasi kedalam sistem perekonomian regional, nasional maupun global. Pengembangan wilayah ini bertujuan untuk menumbuhkan perekonomian baik lokal maupun wilayah sehingga wilayah dapat tumbuh dan berkembang secara mandiri dan memanfaatkan sumber daya lokal. Pengembangan wilayah yang berbasis pada sumber daya lokal adalah pengembangan wilayah yang menggunakan pendekatan ekonomi lokal atau yang biasa disebut pengembangan ekonomi lokal (Local Economic Development). Pengembangan ekonomi lokal adalaha proses dimana pemerintah lokal dan organisasi masyarakat terlibat untuk mendorong, merangsang, memelihara, aktivitas usaha 1

2 untuk menciptakan lapangan pekerjaan.Pada wilayah pesisir, sektor perikanan menjadi tumpuan hidup masyarakatnya. Konsep pengembangan ekonomi lokal di wilayah pesisir erat dengan sumberdaya alam, manusia, lembaga dan lingkungan sekitarnya. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km dan memiliki 17.508 buah pulau serta dua pertiga dari luas wilayahnya berupa laut, Indonesia memiliki potensi perikanan yang besar dengan potensi ikan lestari sekitar 6,17 juta ton per tahun. Potensi tersebut terdiri dari 4,07 juta ton di perairan nusantara yang masih termanfaatkan sebesar 38 % dan 2,1 juta ton per tahun berada di perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang pemanfaatannya masih 20 % (Dahuri, 2001). Jawa Timur merupakan salah satu daerah produksi ikan yang cukup potensial di wilayah perairan Indonesia. Produksi perikanan di Jawa Timur menghasilkan 962.665,8 ton pada tahun 2010. Jumlah nelayan di Jawa Timur mencapai 245.996 orang. Wilayah Jawa Timur paling banyak menghasilkan ikan adalah pantai utara Pulau Jawa, Kabupaten Sumenep dan Selat Bali. Kabupaten Tuban merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang mempunyai wilayah perairan laut sepanjang 65 km. Dengan kondisi geografis tersebut, produksi perikanan laut di Kabupaten Tuban cukup besar. Pada RTRW Kabupaten Tuban, Wilayah Tuban Utara direncanakan menjadi kota minapolitan dimana kegiatan perikanan menjadi kegiatan utama. Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan industri perikanan untuk menunjang rencana tersebut. Produksi perikanan yang dihasilkan oleh Kabupaten Tuban berasal dari penangkapan hasil laut dan budidaya ikan. Produksi ikan penangkapan pada tahun 2010 adalah 19.949,96 ton yang terdiri atas cabang usaha penangkapan (laut dan perairan umum) sebesar 10.993,68 ton (55,11%) dan cabang usaha budidaya (tambak, sawah tambak, kolam dan keramba jaring apung) sebesar 8.956,28 ton (44,89%). Peningkatan usaha penangkapan ikan lebih kecil daripada hasil dari budidaya ikan, yaitu pada produksi hasil penangkapan ikan

3 mengalami peningkatan sebesar 1,09% sedangkan produksi hasil budidaya ikan sebesra 15,04%. Hasil penangkapan ikan di perairan laut Kabupaten Tuban dianggap kurang maksimal dengan panjang garis pantai sepanjang 65 km dengan luas tangkapan 260 mil persegi. Potensi ikan tangkapan di perairan Kabupaten Tuban sebenarnya cukup besar, yakni 11.544 ton/tahun (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tuban dalam www.kotatuban.com ) . Namun, lantaran jumlah nelayan yang turun (Pada Tahun 2009 sebesar 19.139 orang dan pada tahun 2010 sebesar 18.551 orang) dan pola penangkapan ikan masih one day fishing (penangkapan dengan sistem berangkat melaut selama sehari dan menggunakan pukat harimau dalam penangkapan ikannya) serta kurangnya sarana dan prasarana nelayan Kabupaten Tuban, perahu kecil yang tidak mampu menempuh perjalanan jauh dan lama, maka hanya sekitar 9.185,8 ton (75% dari potensi) yang bisa dihasilkan nelayan pada tahun 2010. Keberadaan perahu sebagai modal nelayan untuk menangkap hasil perikanan di wilayah penelitian juga mengalami penurunan. Yaitu dari 3.380 buah pada tahun 2009 menjadi 3.197 pada tahun 2010. Penurunan tersebut akan berakibat pada hasil penangkapan perikanan laut di wilayah penelitian. Wilayah Kabupaten Tuban merupakan wilayah pesisir dan pelabuhan perikanan, serta terdapat sentra-sentra industri perikanan di Jawa Timur bagian utara. Potensi perikanan di wilayah Kabupaten Tuban sangatlah tinggi sehingga terdapat industri pengolahan hasil perikanan antara lain, pemindangan, pengasapan, petis, dll. Jumlah Industri Perikanan di Kabupaten Tuban pada yahun 2008 sejumlah 1.125 industri, pada tahun 2009 sebesar 1.110 dan pada tahun 2010 sejumlah 1.088. Selama 3 tahun terakhir terjadi penurunan sebesar 37 industri. Jenis pengolahan pengeringan di wilayah studi yaitu seperti gereh pada tahun 2009 berjumlah 181 industri dan pada tahun 2010 berjumlah 184 industri. Jenis pemindangan pada tahun 2009 berjumlah 255 industri dan pada tahun 2010 menjadi 252 industri. Jenis pengolahan ikan segar dari 144 industri pada tahun 2009 menjadi 142 industri pada tahun 2010. Pengolahan fermentasi berupa

4 terasi dan petis pada tahun 2009 sejumlah 161 industri dan pada tahun 2010 sejumlah 156 industri. Pengasapan di wilayah studi pada tahun 2009 sejumlah 321 industri dan pada tahun 2010 sejumlah 313 industri. Pembekuan/pengesan hasil perikanan di wilayah Studi mengalami penurunan sejumlah 2 industri, yaitu pada tahun 2010 sejumlah 10 industri menjadi 8 industri. Jenis pengolahan pereduksian di wilayah studi berupa minyak ikan pada tahun 2010 sejumlah 9 industri dan pada tahun 2010 sejumlah 8. Pengolahan jenis krupuk mengalami penurunan yaitu pada tahun 2009 sejumlah 22 industri dan pada tahun 2010 sejumlah 18 industri. Secara umum, jenis pengolahan di wilayah penelitian mengalami penurunan kecuali jenis pengeringan yang mengalami kenaikan jumlah industri. Penurunan jumlah industri tersebut juga berakibat pada menurunnya jumlah produksi dari industri berbasis perikanan, yakni pada jangka waktu 5 tahun terakhir jenis olahan pemindangan mengalami penurunan sebesar 6%, cold storage mengalami penurunan 8% sedangkan pengolahan yang lain mengalami kenaikan hasil produksi yang sangat kecil. Dengan potensi perikanan yang sangat besar, seharusnya hal tersebut tidak terjadi. Berdasarkan investigasi awal yang telah dilakukan, faktor penyebab penurunan jumlah industri perikanan disebabkan kurangnya modal yang dimiliki oleh pelaku industri sehingga berakibat pada penurunan tenaga kerja. Padahal di wilayah Kabupaten Tuban memiliki potensi sumber daya perikanan yang cukup potensial serta masyarakatnya berkompeten dalam pengelolaan hasil tangkapan ikan laut. Modal yang diperoleh oleh pelaku industri, umunya berasal dari perbankan, koperasi ataupun pinjaman kepada rentenir. Di wilayah penelitian KUD sebagai tempat simpan pinjam untuk pelaku industri perikanan belumlah berjalan, sehingga para pelaku industri meminjam kepada pihak-pihak lain yang terkadang dalam peminjamannya membutuhkan syarat yang berat bagi mereka. Contohnya pemberian bunga yang cukup tinggi. Hal tersebut memberatkan pelaku industri khususnya industri kecil ketika membutuhkan modal untuk mengembangkan industrinya sehingga

5 menyebabkan tidak sedikit industri berbasis perikanan yang mengalami gulung tikar. Koordinasi antar lembaga dalam pengelolaan perikanan di Kabupaten Tuban masih lemah. Hal ini terkait denga kemitraan dengan pemerintah. Tidak banyak industri yang menjalin kemitraan dengan pemerintah. Padahal kemitraan ini sangat dibutuhkan oleh pelaku industri berbasis perikanan khususnya industri rumah tangga dan industri kecil menegah. Kemitraan pemerintah dapat berupa bantuan terhadap pemasaran maupun terkait kebijakan-kebijakan mengenai industri khususnya industri berbasis perikanan. Selain itu kemitraan dengan pemerintah diharapkan dapat menjadi fasiitator nelayan untuk menjual langsung hasil tangkapan ke perusahaan, dimana tingkat harga lebih tinggi daripada yang ditetapkan oleh supplier. Kemitraan yang telah ada di Kabupaten Tuban terkait industri berbasis perikanan adalah dengan membantu permodalan dan pemasaran namun kemitraannya yang terjadi belum maksimal. Di dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Industri (RTRKI), di wilayah penelitian akan diarahkan dalam pengembangan industri berbasis perikanan dikarenakan potensi perikanan yang cukup besar. Pengembangan tersebut terkait jenis industri yang akan dikembangkan di wilayah Kabupaten Tuban. Berdasarkan potensi yang ada di wilayah penelitian terkait industri berbasis perikanan, misalnya potensi bahan baku yang mudah didapat, aksesbilitas yang baik, dan ketersediaan tenaga kerja yang cukup melimpah, serta kelembagaan. Oleh karena itu diperlukan upaya pengembangan industri berbasis perikanan di Kabupaten Tuban yang menanfaatkan potensi lokal Kabupaten Tuban itu sendiri. Pengembangan tersebut ditujukan untuk meningkatkan industri berbasis perikanan dalam lingkup lokal, regional, maupun nasional. Konsep yang selaras dan sesuai dengan karakteristik wilayah penelitian adalah Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL).

6 1.2 Rumusan Permasalahan

Kabupaten Tuban merupakan kabupaten yang mempunyai wilayah pesisir dan berpotensi di sektor perikanan. Sebagai wilayah yang memiliki potensi perikanan, keberadaaan industri perikanan di Kabupaten Tuban diharapkan memicu kegiatan perekonomian bagi masyarakat sekitar. Namun, potensi perikanan di Kabupaten Tuban belum dimanfaatkan secara optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari belum optimalnya pemanfaatan potensi hasil perikanan di Kabupaten Tuban. Kabupaten Tuban menghasilkan sekitar 11 ribu ton pertahun tangkapan ikan, namun hanya sekitar 9 ribu ton yang berhasil ditangkap dan dimanfaatkan. Potensi tersebut juga belum didukung dengan keberadaan industri berbasis perikanan. Industri berbasis perikanan, khususnya industri pengolahan hasil perikanan, dalam 3 tahun terakhir mengalami penurunan sekitar 37 industri. Sedangkan untuk produksi hasil pengolahan perikanan, beberapa jenis industri juga mengalami penurunan produksi sekitar 6%-8%. Untuk menunjang keberadaan industri berbasis perikanan, dibutuhkan kelembagaan. Fungsi dari kelembagaan adalah untuk membantu dalam distribusi (baik bahan baku ke industri maupun pemasaran). Kelembagaan yang menunjang industri berbasis perikanan di Kabupaten Tuban masih lemah, sehingga kornunikas antar sektor kurang dapat secara terkoordinasi. Kelembagaan yang lemah ini mengakibatkan tidak terbantunya pemasaran nelayan ke pelaku industri serta pemasaran hasil industri berbasis perikanan di wilayah penelitian, khusunya industri rumah tangga dan industri kecil menengah. Berdasarkan permasalahan di atas, maka pertanyaan penelitiannya adalah Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pengembangan industri berbasis perikanan dengan pendekatan pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Tuban?

7 1.3 Tujuan Dan Sasaran

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan arahan pengembangan industri berbasis perikanan di Kabupaten Tuban melalui pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal. Adapun Sasarannya adalah : 1. Menentukan faktor pengembangan industri berbasis perikanan dengan pendekatan PEL di Kabupaten Tuban 2. Menentukan variabel penyebab penurunan kegiatan industri berbasis perikanan dengan pendekatan PEL di Kabupaten Tuban 3. Merumuskan arahan pengembangan industri berbasis perikanan dengan pendekatan PEL di Kabupaten Tuban 1.4 Ruang Lingup Penelitian 1.4.1 Ruang Lingkup Subtansi Ruang lingkup subtansi pada penelitian ini adalah materi terkait dengan industri perikanan, pengembangan kawasan industri perikanan dan pengembangan wilayah khususnya yang berkaitan dengan pengembangan ekonomi lokal. 1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah Kecamatan Pesisir dan berpotensi di sektor perikanan yang ada di Kabupaten Tuban, yaitu Kecamatan Tuban, Kecamatan Palang, Kecamatan Tambakboyo, Kecamatan Bancar dan Kecamatan Palang. Adapun batas-batas wilayah perencanaan antara lain : Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Selatan : Kecamatan Jatirogo, Kecamatan Kerek, Kecamatan Semanding dan Kecamatan Widang Sebelah Timur : Kabupaten Lamongan Sebelah Barat : Kabupaten Rembang

8 1.4.3 Ruang Lingkup Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan arahan pengembangan industri perikanan yang sesuai diterapkan di Kabupaten Tuban dengan pendekatan PEL. Penelitian yang dilakukan sebatas menentukan faktor pengembangan industri berbasis perikanan melalui PEL di Kabupaten Tuban serta variabel penyebab penurunannya dan arahan untuk mengembangkan industri berbasis perikanan di Kabupaten Tuban.

Gambar 1.1 Peta Orientasi Wilayah Penelitian

10

Halaman ini sengaja dikosongkan

11 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari peneltian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Adalah memperluas pengetahuan mengenai pengembangan wilayah dengan pendekatan pengembangan ekonomi lokal khususnya melalui kegiatan industri berbasis perikanan 2. Manfaat praktis Adalah sebagai bahan pertimbangan pengambilan arahan terkait pengembangan wilayah industri berbasis perikanan oleh pemerintah Kabupaten Tuban 1.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada Bab pendahulian berisi latar belakang penelitian, tujuan dan sasaran penelitian, rumusan masalah penelitian, ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup pembahasan penelitian, serta manfaat yang diperoleh dari penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini berisi tinjauan teori-teori pengembangan wilayah, pengembangan ekonomi lokal, teori industri perikanan BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini berisi pendekataan penelitian, jenis penelitian, metode penelitian dan teknik analisis yang digunakan untuk mencapai sasaran penelitian, serta variable dan tahapan penelitian. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum wilayah penelitian dan seluruh analisis yang dilakukan dalam penelitian ini. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berisi kesimpulan yang merupakan rangkuman dari seluruh pembahasan untuk menjawab tujuan yang

12 ingin dicapai. Selain itu, juga memuat saran atau rekomendasi. 1.7 Kerangka Pemikiran Dasar pemikiran dari pengembangan industri berbasis perikanan di Kabupaten Tuban dapat dilihat pada gambar 1.2.
Potensi Lokal Kabupaten Tuban di bidang perikanan Penurunan jumlah industri berbasis perikanan di Kabupaten Tuban Pemanfaatan potensi perikanan yang belum diimbangi pemanfaatannya

LATAR BELAKANG & RUMUSAN

Dibutuhkan pengembangan industri berbasis perikanan di Kabupaten Tuban dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada

MASALAH

TUJUAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan industri berbasis perikanan di Kabupaten Tuban melaui PEL

& SASARAN

Menentukan faktor pengembangan industri berbasis perikanan dengan pendekatan PEL di Kabupaten Tuban

Menentukan variabel penyebab penurunan kegiatan industri berbasis perikanan dengan pendekatan PEL di Kabupaten

Merumuskan arahan pengembangan industri berbasis perikanan dengan pendekatan PEL di Kabupaten Tuban

HASIL
Pengembangan Indsustri Berbasis Perikanan dengan Pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal Di Kabupaten Tuban

YANG

Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran


Sumber : Penulis, 2012

DIHA RAPKAN

Anda mungkin juga menyukai