Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
II'{8,
DAt4lil le1lPsRn4qil
PAI}A'PRTI{ARYOPSNT'{GLEGL*TrclO}tA'
Teib
I}{efittrn s#gri bdah Estr tyrnrt $nta} ncadap*ee gehr Dofccr Spcdtlis
*htr
FSI{DRIZAL
.I{o BP;0f,1?jtr01
20ll
Tesis
HONDR,.I 7"AL
Ns, BP: 06223001
aA'I
Tssis
Oleh'i
T}
DftI LAL
PembinbiryTsis',''
't
,
t''.
t-*nd4 T*4Srn
Nasa
i, TerisfimewC untuk
' , : t . -
ti":
'
; ::
"', ''
mendoakan
KATA PENGANTAR
Bismi llahirahmanirrahim
Allah SWT
izin dan
kanrnia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas akhir yang merupakan syarat unhrk memperoleh
PENGART'II
MEMPERBAIKI
ini,
saya
telah mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahail hati
izinkanlah pada kesempatan ini untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada ;
l, Prof. Dr. H. Khalilul Rahman SpM(K), selaku Guru Besar dan Ketua Program Studi
Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mala Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, yang telah memberikan kesempatan untuk menjalani pendidikan di bagian matadan memberikan ilmu dan bimbingan selamapendidikan.
2.
J.
Dr. H. Ardizal Rahman SpM(K), selaku Ketua Bagain Ilrnu Kesehatan Mata Fakultas Kedoktemn Universitas Andalas
dukungan dan fasilitas yang diberikan selama menjalani pendidikrin dan penelitian
sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Selaku pembimbing
bimbingan, inspirasi yang tiada henti baik selama pendidikan maupun penyelesaian
tugas akhir ini. Masukan dari ibu menjadikan penelitian
5.
Dr. Harmen, SpM selaku pernbimbing II penelitian, saya ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya atas bantuan dan dukungannya sehingga penelitian
ini dapat
selesai
pada waktunya. Saya menyadari tanpa support yang penuh dari Bapalq baik sebelum
ini tidak
Dr.
E. Getry Sukmawati
Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mata, tiada ada kata-kata yang dapat disampaikan
kepada ibu untuk mewakili perasan terima kasih saya sehingga pendidikan
ini
bisa
diselesaikan pada waknrnya. Dorongan dan semangat dari ibu akan saya ingat selalu
dan itu menjadi bagian dari memori yang akan mengisi bagian dari ingatan saya.
7.
Dr. H. Muslim SpM, Dr.H. Yaskur Syarif SpM, Dr.H. M. Hidayat SpM, Dr.
F{i.
Irayanti SpM, Dr. H. Heksan SpM(K), Dr. Hj. Hendriati Splvl, Dr. H.Iv{arjis SpM, Dr.
Azwin Aziz SpM, Dr.Weni Helvinda SpM, Dr. Sri HMP SpM, Dr. Andrini Ariesti
SpM, Dr. Hawiza Vitresia SpM,
dan-
L Kepada Prof. DR. Dr. Hj. Rizanda Machmud, M.kes, saya ucapkan terima kasih
bantuannya dalam menyelesaikan penelitian ini.
9.
atas
Kepada Pimpinan dan staf PT. Kalbe Vision, terima kasih atas bantuan obat-obatan
ini
10.
Kepada rekan-rekan dan adik adik residen mata yang telah membantu dan
memberikan spiut selarna mengikuti program pendidikan.
perawat bangsal,
poliklinik
ini.
ini
kasih atas dukungan dan sernangatnya, dan biarkan kenangan ini menjadi bagian yang
mewarnai kehidupan kita kedepan.
13.
BKMM
Padang, Direktur RS Dr. M. Zein Painan beserta staf yang telah mernberikan
kesempatan dan menyediakan saftrna dan prasarana selama mengikuti progmm pendidikan.
14.
Kepada sekretariat bagran mata, terima kasih yang teramat besar atas bantuan yang
saya terima selama menjalani pendidikan.
Akhirnya semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis selama menjalani pendidikan, semoga Allah SWT membalasnya dengan nilai pahala yang besar disisi-Nya. Penulis menyadari bahwa penelitian ini
jauh dari sempurn4 untuk itu harapan penulis adanya kritik dan saran u,ntuk
kesempurnaannya, dan semogapenelitian ini mernberikan masukan yang bermamfaat
untuk Bagran Ilmu Kesehatan Mata dan untuk dunia kedokteran pada umumnya. Amin.
Padang, Februari 201
Wassalam
DT.HONDRIZAL
INF'LTIENCE OF CITICOLINE ADMIMSTRATION DURATION IN IMPROVING ''RETINAL NERVE FIBER LA.YER'' AFID VISUAL FIELD IN''PRTMARY OPEN ANTGLE GLAUCOMA''
HONDRTZAL
Department of Ophthalmology Faculty of Medicine Andalas University / DR. M. Djamil Hospital Padang
(lbjeetives: Assessing the influence of duration of citicoline administration in improve fhe ity of RNFL and visual field in POAG.
: The study was conducted in patients with POAG who take place in September 2010 20ll with consecutive sampling technique.After screening examination, subjects
OCT examination and early perimetry after the administration ion were in first 10 days, second 10 days, and third 10 days.
of citicoline,
re-
RNFL thickness by OCT examination were much more going in citicotine administered
[O day (42.9%). Mean sensitivity improvements with visual field perimetry examination occurs frequently in the administration of citicoline for the third 10 days (51.4W, compared with days of first administrafion (32.4Y$ and sesond l0 days (37.2o/o).
ons: Length of citicoline administration is influencing of RNFL thickness in OCT ion and improvement of the mean sensitivity of perirne@ examination in patients with
and statistically significant, each with
p:0.000
and
p:0.001.
Coherence
rords: Primary Open Angle Glaucoma, Retinal Nerve Fiber Layer, Optical
y, Perimetry, Citicoline.
PENGART]H LAMA PEMBERIAN CITICOLINE I}ALAM MtrMPERBAIIil 'RETINAL NER\rE FIBER LAYER'' DAIY LAPANG PAIYDAITGAN PADA ''PRTMARY OPEN A}{GLE GLAUCOMA' TIONDRIZ.AL Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Andalas / RS. DR. M. Djamil Padang
Sumatera barat, fndonesia
Tu.fuan
Drltode
Penelitian ini dilalarkan pada penderita POAG yang berlangsung pada bulan September 2010 * Januari 2011 dengan teknik pengarrbilan sampel consecutive sampling. Setetah perneriksaan skrining, subjek panelitian dilakukan pemeriksaan OCT dan perimetri awal, setelah pemberian obat citicoline, dilakukan pemeriksaan ulang pada 10 hari I, 10 hari II dan l0 hari III. ketebalan RNFL dengan pemeriksaan OCT lebih banyak terjadi pada pemberian citicoline selama 10 hari pemberian 10 hari
mrqil
llI
Xcsimpulan
Lama pemberian citicoline sangat berpengaruh dengan meningkatnya ketebalan RNFL dengan pemeriksaan OCT dan peningkatan mean
sensttivity lapang pandangan dengan pemeriksaan perimetri pada pasien
DAF'TAR ISI
F[alarnan
1.1. Latar
...........1
..-.--..--.....---..-..4
........5 ........................6
1.4. Manfaat
N. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1.
Landasan Teoritik
PrimaryOpenAngleGlaucoma(POAG)... ..................7
Syaraf pada
Glaukoma.
........8 ...............9
Patologi... Citicoline
..........10
Sel Syaraf pada G1aukoma...............11
......12
2.2.
2.2.1.
Glaukoma-............
..........16 .,.......18
2.2.2. PerneriksaanOpticalCoherenceTomography(OCT)....
Karakteristik Subjek
Penelitian..
......-.............32
Perimetri..
VI. KESIMPULAN DAN
.......41
SARAN....
.,........47
DAFTAR TABEL
l.
2J.
Distribusi Frekuensi Pasien POAG Berdasarkan Jenis Kelamin...... .......32 Distribusi Frekuensi Pasien POAG Berdasarkan
Urnur..
......33
Pasien
4.
POAG. POAG
..........34
......35
Pengaruh Lama Pemberian Citicoline Dibandingkan Pemeriksaan OCT Awal Pada Pemeriksaan OCT pada Pasien
POAG
....36
Hasil nilai Rata-Rata (mean) pemeriksaan OCT Sebelum dan Setelah Terapi
Citicoline pada Pasien
POAG POAG
..............38
l0 hari Sebelum
.....39
Setetah
Perubahan
POAG POAG
.....40
..
......41
Pengaruh
Awal padaPasien
POAG
.....;.... .........
.......42
Nilai Rata-Rata Mean Sensitivity Perimetri Sebelum dan Setelah Terapi Citicoline
padaPasien
POAG
.....44
lll
DAFTAR GRAFIK
l.
Umur.
......34
POAG POAG
.............. ....:...
.............37
Awal
padaPasien
.........44
tv
DAFTAR GAMBAR
l.
2. 3. 4.
5.
RGC.--
...-.-.....-
11
Citicoline Sel........
.........13
..-.-.-.-15
6.
7.
RNFL........
--.----21
Nilai Keteblan RNFL Pemeriksaan OCT pada Awal, l0 hari I, l0 hari II dan l0 hari III Sebelum dan Setelah
POAG
POAG
.....45
DAFTAR LAMPIRAN
I
N II
ilI
N IV
NV
Lembar Informasi
N VI
vl
BAB
PENDAHULUAFI
Irtrr
Belakang
Fada primary open-angle glaucoma (POAG) terjadi optik neuropari yang dirandai dengan
nervus optikus dan kehilangan lapang pandangan yang bersifat kronis dan slowly
- Peningkatan tekanan
FOAG disamping faktor lainnya seperti ras, umur, dan riwayat keluarga. Faktor lainnya
adalah penumnan perfusi nervus optikus, kelainan metabolisme pada akson atau
Hhis
tmsakan nervus optikus maka hal ini memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Kmungkinan untuk terjadinya perbaikan fungsi visual masih diharapkan dan merupakan
&i
im
dokter mata dalam managemen glaukoma. Untuk mencapai hal itulah, picori Giraldi
menganjurkan pemakaian citicoline pada pasien glaukoma, setelah melakukan
hcft setelah terapi dengan menggunakan citicoline.23 Cytidine-5diphosphocholine (Citicoline atau CDP-choline) memberikan efek yang
pada post trauma kepala dan penyakit neurodegenerasi. Citicoline bersifat
topik penting yang pada awalnya mulai diteliti pada tahun 1970. Hal
ini
timbul
konsep bahwa neuron yang mengelilingi daerah stroke iskemik sangat rentan untuk
ya degenerasi neuron sekunder. Pada tahun 1980 percobaan klinis dan eksperimen
ikan kemungkinan intervensi farmakologi untuk melindungi jaringan otak akibat proses Selanjutnya penggunaan neuroproteksi dalam farmakologi mulai dilakukan pada berikutnya dengan rnenggunakan ascorbic acid untak mengurangi fototoksisitas
Pada tahun 1990 neuroproteksi telah
i untuk melindungi
Glaukoma menyebabkan kematian neuron yang berperanan pada proses visual sehingga
kehilangan penglihatan yang ireversibel. Terapi untuk menurunkan TIO dapat mencegdr terjadinya glaukoma lebih lanjut pada beberapa individu yang beresiko
pada hipertensi okular dan mencegah progresifitas pada beberapa individu yang sudah glaukoma, narnun demikian dengan turunnya TIO tidak selalu efektif dalam mencegah
ifitas penyakit, oleh karena ifu untuk menurunkan TIO yang ide*l yang dapat mencegah
frtas sangat sulit sehingga akhirnya akan berpengaruh pada perburukan panyakit.6
Beberapa studi yang sudah dilakukan mernperlihetkan bahwa kebtrtaan tetap terjadi
pandangan
dan
ini ditemukan lebih kurang I/6 pasien tetap mengalami progresifitas hingga buta pada
nra, sedangkan
lebih kurang 10% mengalami kebutaan pada kedua mata setelah lebih dari
Hatenhauer
dan kawan-kawan
(199S)
ihatkan hal yang sama. Penelitian terhadap 295 pasien yang baru didiagnosa sebagai
sudut terbuka setelah 20 tahun didapatkan kebutaan 27 % pada satu mata, 9 o/o pada
rnata. Sedangkan
kebutaan 14
o/o
ll4
Sejumlah percobaan klinis lainnya juga telah melalrukan pemeriksaan terhadap efek dari tekanan intra okular untuk memperlambat atau mencegah progresifitas glaukoma.
Eryrtension Treatment Study Q002) menemukan bahwa dengan turunnya TIO efektif
dau mencegah timbulnya POAG pada beberapa pasien dengan hipertensi okular, tapi hdadi pada semua subjek. Progresifitas glaukoma tetap terjadi meskipun telah dilakukan
iailcdikal. Studi yang dilakukan oleh Early Manifest Glaucoma Trial (2N2) rnenyimpulkan meskipun telah dilakukan terapi untuk mengurangi progresifitas pada sejumlah pasien
TIO dapat mengurangi progresifitas pada sebahagian pasieq rurmun proses glaukoma
berlanjut meskipun telah diberikan terapi.dikutip
dari 7
Pada glaukoma, Retinal ganglion cell (RGC) mengalami apoptosis apabila terjadi
hubungan dengan aksonnya atau bila akson terganggu hubungannya dengaa target di
hanial. Apoptosis RGC mulai terj*di dalam beberapa jam sampai beberapa hari dan terapi
berperanan mencegah terjadinya apoptosis pada kondisi seperti ini pada pasien
Konsep dari terapi neuroproteksi pada mata adalah untuk mencegah akibat utama dari
i llg
ini tidak
bekerja pada RGC yang terpengaruh akibat meningkatnya TIO atau faktor resiko menyebabkan kerusakan RGC. Walaupun dengan turunnya TIO atau terapi lain yang
secara tidak langsung sudah bersifat
i adalah bekerja secara langsung pada neuron itu sendiri. Pernikiran lainnya tentang neuroproteksi dikenal istilah upstream dan downstream
: Pemberian obat anti glaukoma untuk menurunkan tekanan intra okular adalah sebagai
therapy, sedangkan terapi neuroproteksi pada RGC untuk glaukoma adalah sebagai
therapy.6
frnusan Masalah
Pada glaukoma, disamping terjadinya kematian sel, juga akan meningkatkan proses yang akan menambah kematian RGC dan perburukan lapang pandangan. Apoptosis trjadi pada manusia" namun pada penderita glaukoma proses apoptosis lebih meningkat.
ine merupakan obat yang bekerja pada sel yang berfungsi dapat mencegah apoptosis,
sel syaraf yang sekarat (dyrng cell) dapat diperbaiki dan berfungsi kerirbali sehingga
memperbaiki fungsi lapang pandangan.
Studi yang dilakukan oleh Giraldi dan kawan-kawan (1989) menemukan bahwa dengan
ian citicoline 1000 mg selama l0 hari secara intra muskular didapatkan perbaikan lapang
pada 75 % pasien setelah pemeriksaan perimetri yang ditandai dengan berkurangnya
skotoma.
mulai mernperbaiki fungsi visual setelah pemberian selama 28 hari.ro Parisi dan kawan(2008) menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan efek citicoline yang signifikan antara
ian oral dan intra muskular setelah terapi pada pasien glaukoma. Pada penelitian ini juga mengatakan bahwa mereka tidak bisa melakukan pemeriksaan rnorfologi, walaupun
mengindikasikan bahwa oral citicoline memperbaiki aktivitas bioeletrical syaraf,
tidak bisa melihat efek lainnya pada retina seperti peningkatan ketebalan retinal nerve
Iqrr
(RNFL).l1
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, kami ingin meneliti dan membuktikan pengaruh peurberian citicoline 1000 mg oral dalam memperbaiki sel syaraf atau RNFL sebagai terapi
pada penderita POAG sehingga akan dapat mernperbaiki kualitas lapang pandangan.
Triuan Penelitian
Menilai pengaruh lama pemberian citicoline dalam memperbaiki RNFI dan kualitas
pandangan pada POAG.
Khusus
t.
dengan
Hrrfaat Penelitisn
Sebagai terapi tambahan pada pasien untuk memperbaiki RNFL dan kualitas lapang
BAB
II
KEPUST,A.K,A,AN
Lendasan Teoritik
Delinisi Glaukoma
Glaukoma berhubungan dengan terjadinya atropi nervus optikus (optik neuropati) yang
scara selektif disertai dengan perubahan struktw dari nenms optikus. Salah satu bentuk
yang paling sering ditemui adalah glaukoma primer sudut terbuka (POAG) yang salah
ditandai dengan terjadinya peningkatan TIO secara kronis dan bersifat slowly proegresif.
ryertiga dari
semua POAG didapatkan de*gan TIO yang normal dan terapi konvensional
@a
umurnnya dapat mengontrol TIO, tapi dari beberapa penelitian tidak dapat
progresifitas dari penyakit. I 3'la
Glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor dua didunia dan sekarang ini diperkirakan
onrng menderita penyakit ini di seluruh dunia. Resiko kebutaan pada POAG yang sedang
Erapi diperkirakan lebih tinggi dari perkiraan semula, dan yang sangat mengejutkan 27%
tertena POAG. Berdasarkan data yang ada mengindikasikan bahwa 84-l 16 ribu dari
dapat terjadi kebutaan bilateral (dengan Best Corection Visual Acuity <2Dft00 atau pandangan < 20o). Karena terjadinya peningkatan populasi orung tua
di USA, jumlah
diperkirakan meningkat 50 % menjadi 3.36 juta di tahun 2020, dimanajumlah ini sangat
dan diluar perkiraan. WHO memperkirakan populasi global dengan TIO tinggi
104.5 juta dengan kasus POAG baru diperkirakan 2.4 juta pertahun. Prevalensi
>
ruor
instrinsik dan ekstrinsik dari nervus optikus. Peningkatan TIO berperanan utama
berkembangnya glaukomatous
dan
TIO
dapat juga
pada beberapa individu yang rentan untuk terjadinya kerusakan glaukomatous. Dua
ir yang dipakai untuk menerangkan terjadinya glaukomatous optik neuropati yaitu teori
dan iskemik. Teori mekanik menekankan terjadinya penekanan pada serat akson dan
trrang
rnenyokong nervus optikus anterior yang merubah lapisan lamina kribrosa dan
TfO
Lr5
Walaupun penyebab yang tepat kematian RGC pada glaukoma belum sepenuhnya
namun beberapa mekanisme
secara
akibat peningkatan tekanan intra okular (TIO), faktor lainya yang juga berperanan
apoptosis, neurotrophic factor deprivation, excitotoxicity, iskemia, hipoxia, dan stres
;LL.;9
l'6,16
2 tingkat.
Pertam4
kerusakan terjadi pada level akson syaraf optik yang memudahkan terjadinya kematian
Kedua, karena keluarnya rangsangan yang merusak dari sel yang telah mati terhadap
ff
hduksi Apoptosis
Apoptosis merupakan proses aktie dimana sel mengalami banyak perubahan setiap
Apoptosis merupakan proses alami dimana terjadinya kematian sel yang terus menerus.
ini di perarrtarai oleh casryses, yaitu protein yang dapat merusak sel tanpa menimbulkan
i-
Ertentu apoptosis berhubungan dengan terjadinya homeostasis dan pergantian sel pada
normal. Apoptosis yang berlebihan
tanda terjadinya
i.3 Neuron yrrng mengalami apoptosis ditandai dengan perubahan morfologi dan
g alau menyusutnya sel , kromatin dan fragmentasi intra seluler.
6'7
Apoptosis melibatkan faktor genetik dan sintesis protein yang berperanan penting selama terjadinya. Proses apoptosis tedadi dalam empat fase yaitu : activation, signal integration, dwt clearence. Apoptosis terjadi bila ada signal dari intra atau ekstraseluler karena
kondisi yang baru dari lingkungan sel . Signal yang terjadi akibat perubahan pada sel
mesrbuat proses apoptosis
hidup atau mati.6 Apoptosis terjadi pada banyak kelainan neurologi termasuk glaukoma Proses apoptosis
terjadi pada eksperimen terhadap binatang dan manusia yang menderita glaukoma.
yeng dilakukan oleh Kerrigan dan kawan-kawan pada tahun 1997 memeriksa sejumlah
penderita glaukoma dan pasien kontrol dengan menditeksi fragmentasi DNA yang
i apoptosis. Pada eksperimen ini apoptosis ditemukan pada 10 dari l8 pasien glaukoma
hanya
kasus dari
ll
pasien kontrol.
17
Gambarrn Patologi
Pada glaukoma terjadi kehilangan serat saraf optik secara selektif yang terjadi terutama
superior dan inferior dari neryus optikus. Lokasi kerusakan ini berhubungan dengan
dari lamina kribrosa itu sendiri dirnana lapisannya lebih tipis pada bagian superior dan
ir
dibandingkan dengan bagian nasal dan ternporal. Akibat RGC yang hilang pada
pada gambaran patologi serat larninar menjadi lebih jelas dan tampak terlihat seperti
Bila dilihat pada potongan longitudinal lapisan lamina kribrosa tampak menipis pada
posterior sedangkan pinggir skleral rim yang menghasilkan lapisan larninal tampak
dan tidak sejajar. Pada eksperimen binatang percobaan dengan hipertensi okular,
10
Pada glaukoma juga ditandai dengan perubahan nervus optikus dimana lebar dari
it laiwry a.6'1e
Kematian neuron akibat apoptosis pada glaukoma tidak terbatas pada RGC saja, tapi
di lateral geniculaturn nucleus (LGN) dan kortek visual juga hilang. Neuron dalam jalur
iri
Salah satu cara untuk mencegah tedadinya kematian sel syaraf adalah dengan
proses apoptosis. Neurotropicfactor yang dihasilkan oleh sel syaraf dapat menekan
apoptosis dan bekerja sesaftt langsung pada RGC, melindunginya dari berbagai faktor
lcrperanan untuk timbulnya glaukoma diantaranya TIO tinggi, iskemia, inflamasi, dan
W*alqem
Dikutrp dan 7
1.1
t{wotropic factor adalah zat terbukti dapat menekan apoptosis dengan mengaktivasi
sanoival signal melalui reseptor tirosine kinase. Saat terikat dengan reseptor tirosine
s$agian besar neurotrapie factor merangsang 2 jalur signal utama yaitu jalur
lated kinase %
(Erkyr)
datr
,purotropie factor seperti ciliary neurotropic factor (CNTF) dapat juga mengaktifkan lsignal trsnducer and activotor of transcription 3 (JAI(STAT3). Erk t/z dan PI3K ifkan cAMP-respon-elernent-binding protein (CREB), nuclear factor yang dapat
beberapa gen untuk bertahan hidup, termasuk B,cl-? dan Bcl-X1. Sebagai
target langsung dari PI3K dapat mengaktifkan protein Bad dan mernpertahankan
dokondria. Aktifitas endogan Erk % dan PI3K telah diketahui pada RGC dalam
beberapa neurotropic factor, termasuk brain derived neurotropic
factor (BDNF),
necrosis
Motropik factor yang berbeda dapat meningkatkan kemampuan untuk hidup RGC
mekanisme rangsangan yang berbeda. Sebagai contoh, BDNF meningkatkan
untuk hidup
meningkatkan
hcns
itu, aktivasi yang selektif dari zat intermediate adalatt pilihan yang tepat dalam
apoptosis dan meningkatkan kemampuan hidup
RGC:I
Didbolisme Citicsline
Citicoline terdiri dari dua zat esensial yaitu cytidine dan choltneyang dihubungkan oleh
donor phosphocholine
L2
mernbentuk ftdCho. Citicoline eksogen dihidrolisa dan diserap sebagai cyttdine dan Setelah diabsorbsi, choline dan cytidine mengalami rephosphorilasi dan citicoline
nebagai hasil sintesa dari cytidine triphosphate dan choline monophosphate oleh cytidine
ClffiEne Er.:
qmFrHISFlrirrE btphse'ltate
f,Fidine
CleG
-rF
Ftdcfttr
tr#ihnht* ---+ *dq#{er ----* T nt*em Eeffifne I --------++ f t sr,rstfsetlE +- S-f;derwFL-ftanrryfreGne Gsp{ -*- +- Cgs&f,ne +*
Gambaf 2. Meta bolisme Citicolinq
dikutip dari 4
pada terapi insufisiensi dan beberapa kelainan neurologi lainya seperti stroke, post kepala dan penyakit Parkinson's. Sejumlah penelitian mengindikasikan batrwa citicoline
frAa digunakan sebagai terapi pada pasien glaukoma. Glaukoma dianggap sebagai penyakit
apoptosis. CDP-
yang diyakini masuk kedalam sel otak secara teqpisah dan memberikan efek
dengan meningkatkan sintesis PtdCho. Efek yang sama juga diharapkan terjadi
pada RGC glaukomatous. Selanjutnya citicoline memngsang sistem neurotransmiter
fu
jalur visual post retina. Pada beberapa studi sebelumnya, terapi glaukoma disertai
metode
fDPcho adalah unsur pokok alami semua sel, dimana berfungsi sebagai intermediet
(PtdCho). CDPcho dibentuk dari phosphocholine (PCho) dan cytidine-
a&nosine Triphosphat (ATP)-dipendent Cho transpaster yang ada pada membran dai uridine-S+riphospate atau dapat dibentuk
dan
Ptnsphorilation Cyt.tt'tzJ2
ftlcho
terdiri dari molekul besar fasfolipids, yang berbeda pada rantai hidrocarbonnya lebih dari sebagian
*l phospholipids,
tapi juga menjadi reservoir utama dart Free fctty acid (FFA) seperti arachidonid
13
Xrabolisme dari FtdCho beryeranan penting pada pnrses frsiologi untuk menerjemahkan
fosfolipitl
sl. Katabolisme
t4
eLAt
yang
dapat
,ma
terjadi juga pada RGC glaukomatous. Mencegah terjadinya gangguan pada PtdCho
sintesis PtdCho akan mencegah kematian sel akibat apoptosis.
1323
p$
@( E
D
Dikutip dari ?4
15
Tujuan uttrna managemen dari glaukoma adalah mernelihara fungsi visuat iki kualitas hidup dari pasien. Fungsi visual
dan
klinis
pada
glaukom4 yang mana dapat mengukur perbedaan sensitifitas retina atau kemampuan
bedakan ransangan cahaya. Pada automatic perimetry, pemeriksaan dilakukan dengan cahaya putih dan mengukur secara konvensisnal lapang pandangan pasien.25
ftmeriksaan perimetri memberikan penilaian klinis dari lapang pandangan dan biasanya
2 tujuan utama dalam managemen glaukoma yaitu:zsfi
sensitifitas lapang pandangan memungkinkan kita mendeteksi awal timbulnya dibandingkan dengan data normatif yang ada. Pemeriksaan lapang pandangan secara
memberikan informasi untuk membantu rnembedakan antara stabilitas atau progresifitas Selama 2 dekade terakhir, automatic perimetry masih menjadi standar untuk menilai
vi$al
pada glaukorna. 2t
penglihatan normal diumpamakan sebagai pulau penglihatan yang dikelilingi oleh laut (antranguair's island of vision in the sea of darkness). Pulau tersebut mempunyai
tajam ditengahnya yang korespon dengan makula. Bagian superior dan nasal mempunyai
16
tpang pandangan sebesar 50 dan 60 derajat, inferior sebesar 75 derajat dan bagian temporal 9G100 derajat. Topografi yang dibentuk
ilf;odel lokalisasi kehilangan lapang pandangan biasanya ditemukan pada glaukoma yang
anatomi serabut syaraf dan patofisiologi glaukoma. Serabut sel syaraf ganglion
akson merupakan bagian dari kepala nerws optikus. Syaraf optik terletak 15" nasal
superior dari fovea sedangkan bagian temporal retina menuju fovea bercabang ke
dan inferior.G2l3'44)
mata mana yang dikenai, bentuk abnormalitas lapangan, lokasi dan stimulusnya.
i tertentu dapat membantu dalam melokalisasi lesi disepanjang jalur visual. Lapang abnormal dapat diklasifikasikan monokuler dan binokuler. Satu dari defek lapang
ymrg paling sering adalah scotomc, yaitu suatu defek lokal yang
dikelilingi lapang
yang normal. Scotoma ini sering meluas dari bintik buta (disebut skotoma arkuata) membuat lapang pandangan lebih kecil (kontraksi perifer).3r Fada saat memeriksa hasil tes, pemeriksa harus melihat pada ukuran-ukuran reliability,
dui
kehilangan fiksasi, false positif error dan false negative error. Kehilangan fiksasi bagian waktu dimana pasien berespon secara tak tepat, karena fiksasi tidak tetap
suatu stimulus pada bintik buta. False positif error rate adalah bagian waktu dimana
Erespon di saat tidak ada stimulus yang ditampilkan. False negative etror rate adalah
ditampilkan.26'31
T7
lapangan visual dianggap tidak meyakinkan bila 3 atau lebih parameter berikut
Total question
400,
Yo,
a/o,
Vo,
penyakit. Perubahan itu khususnya terjadi pada Optic Nerve Head (ONFI) dan Diagnosis
18
@ffi
t :. tr @ ro @ r: s rs-fr,1& *t t&
Eilrrgan
5 i
9 ditandai dengan cupping ONH yang fokal dan difus serta kehilangan RNFL.
Erbukti bahwa kerusakan nervus optikus secara signifikan pada banyak mata bisa
hilangnya lapang pandangan. Perubahan disk dapat dideteksi lebih awal dari
lapang pandangan pada lebih dari sebagian pasien yang menunjukkan progresifitas
b awal glaukoma.
INFL
pada OCT penilaian lapang pandangan adalah gold standart untuk diagnosa glaukoma,
ffiipnr
i penelitian ditemukan bahwa 40% kasus RNFL sudah hilang sebelum adanya defek
Studi lainnya menunjul*an 55% mata yang glaukoma tidak ditemukan defek
pandangan tapi hanya perubahan struktur pada ONH. ldentifikasi struktur kerusakan
Fudlaian terhadap nervus optikus dan RNFL selama ini banyak yang bersifat sujektif.
tudar untuk
lri
serial fotografik stereoskopik dari optik disk dan fotografi monokromatik RNFL.
1_9
RNFL dengan OCT akan memberikan informasi yang lebih objektif dengan
dri ketebalan RNFL. OCT ini dapat mengukur jaringan secara invivo yang berkorelasi
histologi jaringan.rT'38 illenurunnya ketebalan dari RNFL menunjukkan indikasi yang kuat untuk gejala penyakit
if seperti
glaukoma.
RNFL
yang tinggi pada superfisial retina dan memperlihatkan peningkatan reflektifitas hpisan retina bagian dalam. Ketebalan RNFL pada daerah peripapilary dapat dinilai
diht
gambaran silinder atau linier dari tomograrn. Inspeksi pada tomogram sirkular
irtentifikasi defek fokal RNFL yang berbeda dengan ketebalan RNFL normal.
pnurunan batas anterior dan posterior dari RNFL merupakan indikator untuk
Srang nyata.3e
5. Evaluasi
dikutip dari 34
20
trdsis
RNFL pada glaukoma sudah ditemukan sejak1972 oleh Hoyt dan Newman yang
hgt'r
atofi RNFL. Penipisan RNFL merupakan sebuah indikator yang sensitif untuk
yang
fokal atau difus. Atrofi difus dari serat syaraf sulit dinilai pada stadium dini dari
Hryi
degenerasi akson
pada
dar
beberapa cara untuk mernpelajari ketebalan RNFL dengan OCT. Protokol scan
@d diperiksa dengan RNFL Thickness (3,4) dan Fast RNFL Thickness (3,4). *m terbentuk tiga scan sirkular dengan diameter 3,46 mm disekitar optik disk yang
fraa-ratakan.ao
dihtip dari
34
ZL
Fast RNFL thickness (3,4) dengan tiga scan kemudian hasilnya dirata-ratakan
RNFL thickness (3,4) dengan satu kali scan RNFL thickness (2,27 x disk)
Cek posisi scan Posisi lingkaran scan mesti ditengah dari pusat optik disk Lingkaran scan (ditunjukkan lingkaran putih pada fotografi optik disk) i profil RNFL berdasarkan kuadran dan sektor
Skema wanla digunakan untukevaluasi
klinik
Kcfrilangan RNFL khususnya pada kuadran inferior yang mengalami penipisan sangat
pada penilaian mata dengan glaukoma dibanding mata yang normal. Penggunaan OCT
-rilai
makula dan ketebalan RNFL, analisanya harus diikuti dengan pemeriksaan lain
diagnosa glaukoma.ao
Banyak studi yang mendukung parameter ukuran ketebalan RNFL dengan OCT yang sensitifitas dan spesifisitas yang lebih tinggi dalam membedakan mata normal
22
BAB
III
Apoptosis abnormal
25
ketebalan RNFL inferior adalah dua parameter yang sering ditampilkan untuk yang
mata normal dengan glaukoma awal.37
juga
RNFL
dengan
wktu.
Sebuah studi yang dilakukan pada 66Yo mata yang tetap terkontrol TIO
dengan OCT dan hanya 9Yo mata yang menunjukkan progresifitas dengan
lapang pandangan.3T
dikutindari4l'42
>m
um
Normal
Botdedine glaueo:ha suspi Early thinning, glaucoma early
il-79 ym
6(}.69
pm
flts59 Um
..
{}49 pm
<fi
pm
trli&si
histologi ukuran ketebalan retina dengan OCT telah dilaporkan oleh Scuman dan
Kemampuan evaluasi OCT untuk mendeteksi progresifitas kehilangan RNFL
dengan menggunakan mata kera ditemukan bahwa OCT menunjukkrin reduksi
ti
ketebalan RNFL pada mata dengan peningkatan TIO dibandingkan dengan mata
l0 mikrometer.
retina berkurang pada bola mata yang lebih panjang dan dengan peningkatan
ketebalan RNFL pada mata glaukoma karena proses degenerasi secara signifikan
&andingkan dengan mata normal dan ketebalan RNFL ini berhubungan dengan
24
BAB
III
Apoptosis abnormal
25
Tentukan % kerusakan RNFL dan lapang pandangan dengan OCT dan perimetri Obat anti
lleukoma
Perbaikan RNFL & lapang pandangan
citicoline
Periksa OCT
& perimetri
ffir
?mingu follow
26
Seqnitivity : nilai rata-rata sensitifitas yang terlihat pada gambaran perimetri yang
i*fan
RNFL : kenaikan cmerage thickness yaitu rerata ketebalan RNFL dari semua
d360"
Tlbk
setelah
27
ftrclitian
berupa experimental prospective study dengan consecutive sompling.
&r
Subjek Penelitian
fupolasi
nupulasi penelitian adalah semua pasien POAG yang memenuhi kriteria inklusi.
lfr
lZa+Zslz YSoz
Nr= Nz
(*,*r)'
: : : :
= Kesalahan tipe II
Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna
Standar deviasi
28
(1,64+
1,28)2
x 10 2
34,1056 = 35
ffip6$":
)-
-.,
rg
yd Januari zarr.
''
dlmematuhi
fbfinan
media optik yaitu : opasitas kornea, katarak dan kekeruhan vitreus dengan
<51ffi
mfiatinggi
> 6 Dioptri
wh
qa'rErasi retina
fu5dit
Utt 6&k
&Ndnur anatomi
frtyeng
Digunakan
Lq
& Oftalmoskop
aplanasi
lfi)O mg
29
Perimetry
hrosedur Kerja
giliien dilakukan anarnnesa mengenai keluhan dan gejala kelainan matanya yang
dengan glaukoma serta riwayat pemakaian obat-obatan oral dan sistemik
lbiksaan
krtama kali
ll,2l
i 3l
iltrorun
tcbhh
ddrm
menrdapat persetujuan, maka data-data pasien dan
hasil pemeriksaaan
Mcrian
| [-& *ldr
o r o
Pada
hari
dilanjutkan dengan pemberian citicoline oral 1000 mg selama 10 hari berikutnya. Pada hari
dan
2l
mmhg.
Kriteria penilaian
Pemeriksaan OCT
l.
3.
Membaik: jika tedadi penambahan ketebalan RNFL > 5 1rm dari pemeriksaan awal
Perneriksaan perimetri
l.
2.
Menurun : jika terjadi pengurangan mean sensitivity Z ldb dari pemeriksaan awal
Menetap : jikaterjadi perubahan mean sensitivity < ldb dari pemeri.ksaan awal
3. Membaik:
31
BAB V
Telah dilakukan penelitian terhadap pasien yang sebelumnya tehh didiagrrosa oleh
ian glaukoma sebagai glaukoma primer sudut t$uka (FOAG) ymg telah terkontr,ol dan
dri 2l meta
adalah
laki-laki dan 14 mata pasien perempuan sesuai dengan kriteria penAitirutyang datang berobat ke
$tick
buh
SeptEmbcr
l0 ki
ditemukan adanya pasien yang drop oal . Semua pasien dapat melaksanakan kontrol dan ilan obat sesuai jadwal yang telah disepakati.
2l
2.
t*ki--Iaki
Perempuan
(38.1)
Jumlab
'
9r-txst)
3s$00)
32
pada tabel
menunjukkan distribusi frekuensi jenis kelamin yang dihitung dalam jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan nilai
Umur
Umur (tahun
Jumlah mata
,,
J
10t0
5.7 8.6
x-34
3140 4l-50
,51-60
0
J 5
0
8.6
14.3
6t-70
l3
9
35
37.2
,,25:,V
'?t-89'
Jumlrh
100
pada tabel 3 dan grafrk 1 terlihat batrwa pasien terbanyak pada penelitian
ini benrmur
37 .Za/o
ak
Faktor merupakan faktor resiko terjadinya POAG, terutama pada umur lebih dari 40 tahun.
sebagai umur di Australia diperkirakan 2,1-2,5ohpenduduk pada umur lebih dari 50 tahun
igs%pasien berumur diatas 40 tahun, dengan berbagai faklor resiko berperanan sebagai
disarnping faktor umur.
JJ
#!
35
*?t
x!
15
X}
l5 l$
5
Frr**ffi
$
1$*A$
dt
Eh&dr&*!
rsr
rafik
1.
n Pemberian Citicoline dengan Ketebalan RNT'L pada Pemeriksaan OCT pemberian citicoline sebagai neuropreteksi diharapkan memperbaiki lapisan sel syaraf yang mengalami kerusakan (dying cell) sehingga bisa berfungsi kembali dengan lebih
k pemeriksaan secara langsung kondisi sel syaraf sebelum dan setelah diberi citicoline menggunakan OCT yang menggambarkan ketebalan sel syaraf yang sebenarnya.
Ilasil Pemeriksaan OCT Awal Sebelum Pemberian Citicoline pada Pasien POAG
Kriteria Glaukoma
Norrnal Borderline glaucoma susPect Early thinning glaucorna early,
Moderate thinning, glaucoma moderate Advanced thinning, glaucoma advanced
34.3
3 6 5 6 3
8.6 l7.l
14.3
17.l 8.6
100
3s
i
Dari tabel 4 didapatkan pada pemeriksaan awal OCT ditemukan bahwa ketebalan RNFL
80 pm ditemukan paling banyak yaitu 34.3Vo dari seluruh mata pasien, sedangkan
34
RNFL 60-69 pm dan 4A-49 pm masing-rnasing t7.l%. Hal ini menggambarkan bahwa
i 65 % mata
3 orang pasien (6 mata) telah mengalarni defek atau kerusakan pada salah satu
atau sektor, sedangkan 6 orang pasien (6 rnata) didapatkan rnata yang lainnya sudah
kriteria glaukoma menurut rata-rata ketebalan RNFL. Dari suatu penelitian ditemukan
40yo kasus RNFL sudah hilang sebelum adanya defek lapang pandangan, sedangkan
binnya menunjukkan 55Yo mata yang glaukoma sudah terjadi perubahan struktur pada
dan RNFL tapi tidak ditemukan defek pada lapang pandangan sehingga identifikasi
kerusakan nervus optikus penting untuk diagnosis awal glaukoma dan monitoring penyakit.3T Pemeriksaan
neryus optikus secara signifrkan pada banyak mata bisa mendahului hilangnya lapang pada . perubahan disk dapat dideteksi lebih awal dari abnormalitas lapang pandangan
sebagian pasien yang menunjukkan progresifitas dari diagnosis awal glaukoma'
32'36
L
)
lri
Peneriksaan awal
o/o
Pemeriksaan 10 hari I
Pemeriksaan
10
hari
II
mah
Vo'
gn'fii4. tt :. : : t$/ri
72 3 6
5i,
12
34.3
9 2
25,7
5./
14.3
..,:."t",,::',li.{it.
.5
ll';4,.,,, '':'r. .5
6 rs
l7.r
5
:.
;,.:2,,
74.3
U,j;.,.
,,3..i.'i,,.r.',8"6,,t,
'100' '
'2s.,
100
.l
206
t7.r
t
35
2S 1m
35
100
35
Dari tabel 5 setelah dilakukan beberapa perneriksaan serial ditemukan bahwa, terdapat
yang signifikan ketebalan retina dari jumlah pasien kriteria early glaucoma pada
awal rnenjadi borderline gloucoma pada pemeriksaan 10 hari III, pada pemeriksaan
ien dengan early glaucoma sebanyak 17.l% menjadi 5.7Yo padapemeriksaan 10 hari
III,
dari pasien ini berasal dari early glucoma yang meningkat menjadi borderlirle
kemungkinan untuk , hal ini memberikan gambaran bahwa pada glaukoma tahap awal perbaikan RNFL lebih tinggi dibandingkan dengan glaukoma pada tahap lanjut. Hal
terjadi kemungkinan karena pada glaukoma tahap lanjut sudah terjadi kematian sel yak sehingga sel tidak bisa diperbaiki, sedangkan pada glaukoma tahap awal terjadi
sel (dying cell) tapi belum menirnbulkan kematian sel, sehingga sel masih bisa
iki. Dari tabel terlihat bahwa pada pasien dengan glaukoma tdrap lanjut mulai dari
hingga advanced thinning glaucoma hampir tidak terdapat perbaikan yang signifrkan
pasien setelah pernberian obat citicholine 30 hari.
pengaruh Lama Pemberian Citicotine Dibandingkan Pemeriksaan OCT Awal pada Pasien POAG
kriteria
menurun
mens,tapr
Pemeriksaan OCT
membaik
0 26 :....:. 9
"l0:hrri
,':
r0tihiifi
0
l0 hari
ff/o
"57':;l$/o 42.90/o
H
2.Wo
V/"
74.3% 25.7% 100%
I
1S
?*
15
5ii4gs,
45.70
t.
t6
35
Jumlah
l0Oo/o
100%
Dari tabel 6 diatas terlihat bahwa tetjadi perbaikan jumlah pasien dengan pemeriksaan
jumlah pasien yang 30 hmi pemberian obat citicoline dimana terjadi peningkatan
ketebalan RNFLnya yang sebelunnya 25.7% pada 10 hari
36
dati 74-3Yo menjadi 5I.4%. Hasil ini membuktikan bahwa semakin lama pemberian
mengindikasikan terjadinya perbaikan sel syaraf pada retina yang tercermin dengan
ocr,
2. Hasil ini sesuai dengan asumsi dari penelitian ini adalah bahwa dengan terjadinya
nErbaikan RNFL maka juga dapat meningkatkan fungsi retina untuk menghantarkan neuron
f ang
jalur visual yang secara objektif dapat diperiksa dengan berbagai alat. Hal sama juga
Sdapatkan oleh Parisi dan kawan-kawan (2005) pada pasien glaukoma yang diberikan citicoline mfama 2bulan yang diikuti periode washout selama 4 bulan yang menemukan bahwa, terjadinya
perbaikan fungsi retina yang secara objektif diperiksa dengan pattern eletroretinogran (pERG)
fu
meningkatnya harftarun neuron sepanjang jalur visual yang secara objektif diperiksa dengan
aeuol evoked potential (YEP).11 Sumantri juga menemukan hal sama dengan penelitian selama 2
hlan
terkurangnya mean defect dari perimetri.20 Pada penelitian ini juga ditemukan
mata pasien
5mg mengalarni penurunan ketebalan yaitu pada pasien dengan kerusakan RNFL yang termasuk
hiteria fiormal, namun hal ini terjadi karena pasien setelah pemeriksaan awal dilakukan operasi
uabekulektomi, sehingga pasien merasa kurang nyurman waktu pemeriksaan selanjutnya, hal ini
herpengaruh terhadap hasil pemeriksaan OCT, sedangkan hasil pemeriksaan perimetri ditemukan
Faftit
peningkatan mean sensitivity, namun masih dalam kriteria penilaian menetap, hal ini
pada setiap pemeriksaan karena pengaruh tingkat konsentrasi dan
-tt
.45
G G fi &.
rs }n
lml?uruft
:{r?enetas
.c15
s E
=rs
5
enle*aj$h
Grafik 2. Pengaruh Lama Pemberian Citicoline Dibandingkan Pemeriksaan OCT Awal pada Pasien POAG
Dari grafik 2 terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah pasien dengan kriteria rnembaik,
dan penurunan jumlah pasien dengan kriteria menetap yang mengindikasikan terjadi perbaikan
pada ketebalan RNFL dari pasien glaukoma.
Tabel 7. Hasil Nilai Rata-Rata (mean) Pemeriksaan OCT Sebelum dan Setelah Terapi Citicoline pada Pasien POAG
OCT awal
(rcT
10
hari
ocT
10 hari
II
Nilai p
Std. Deviation
tq[,,
', ,,
.r'. - '
im
Dari tabel 7 hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan ketebalan atau terjadi
peningkatan ketebalan RNFL setelah mendapatkan. citicoline dibandingkan dengan sebelum
mendapat citicoline dengan nilai
p:
l0
hari
I,
10 hari
II
dan
l0 hari III
berikutnya. Jika dihubungkan dengan kriteria penilaian penelitian, maka peningkatan ketebalan
38
RNFL dengan pemeriksaan OCT dikatakan membaik dibandingkan dengan periksaan awal
terdapat setelah pemeriksaan 10 hari
pemberian obat
pemberian pertama memberikan perbaikan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya pada
pemeriksaan dengan VEP dan PERG pada pasien glaukoma, karena selama
gambaran yang abnormal dari VEP pada pasien glaukoma adalah akibat dari kerusakan hantaran neuron disepanjang jalur visual retina yang berhubungan dengan disfungsi lapisan retina (RNFL
dan RGC).3
Tabel8. Perbandingan Pengukuran OCT Awal dan Pemeriksaan Setiap 10 hari Sebelum dan Setelah Pemberian Citicoline pada Pasien POAG
Pengukuran
sie.
0.0011,
OfT
l$'ti
a*'al
OCT l0 hari
II
0.001
O,{X}O.
Dari tabel 8 didapatkan hasil yang bermakna jika dibandingkan hasil setiap pemeriksaan
dengan pemeriksaan awal. Secara statistik didapatkan hasil yang bermakna pada pemeriksaan
l0
hari I dengan P
dengan
0.000, pemeriksaan
l0 hari II
dengan P
l0 hari III
P:0.000.
39
Erilimsta.!
H*gin*l
E E
E {I. |i
t a (*
? it
c llt
tD
kr
Gambar 7. Gambaran Tren Perbedaan Nilai Ketebalan RNFL Pemeriksaan OCT pada Pengukuran Awal, 10 hari I, 10 hari II dan 10 hari III Sebelum dan Setelah Pernberian Citicoline pada Pasien POAG
Tabet
9.
Perubahan Partial Eta Squared Perneriksaan OCT Sebelum dan Setelah Pemberian Citicoline pada Pasien POAG
Pengukuran
Sig.
OCT
10 1o
hari
II
III
(rcT
hari
w. OCT awal
Pada tabel 9 dan grafik 7 terlihat bahwa peningkatan terbesar didapatkan pada
l0
hari
pertama dibandingkan 10 hari selanjutnya. Besarnya perubahan juga dapat dilihat dari nilai
perubahanpartial eta squqre lebih besar dibandingkan yang lain. Pada penelitian ini didapatkan
9 mata pasien mengalami peningkatan dengan kriteria membaik pada l0 hari I pemberian obat
karena pada pasien ini kemungkinan tidak terlalu banyak kematian sel, sehinggga sel-sel yang mengalami kerusakan dapat diperbaiki dengan pemberian neuroprotektif
.
Mean sensitivity
(db)
10-15
Pemeriksaan awal %
'
16-20
2t-25
2630
3l-35
Jumlah
Pemeriksaan 10 hari I
mata
e/o
9 2
2s.7
5.7
I
4
2.9
lt.4
54.3 100
t9
35
35
l0
t{m
Pemeriksaan 10 hari II %
nnata '
s/a
8 2 t 4 20 35
22.g
5.7
2.9 11.4
57.1
1$0
Pada tabel
diatas terjadi peningkatan mean sensitiviry sedikit lebih tinggi dari 48.6Yo
menjadi 57.1% pada kelompak mean sensitivity 3l-35 db, dan berkurangnya jumlah pasien pada kelompok mean sensitivity 26-3A dari 17.1%o menjadi ll.4o/o, hal ini mengindikasikan bahwa
terjadinya perbaikan sensitifitas retina pada kondisi dimana belum terlalu banyak skotoma yang
4l
terjadi pada perimetri atau meqn sensitvily yang masih tinggi, artinya pada kondisi dimana belum
terjadi kerusakan lapang pandangan yang berat dapat terjadi perbaikan dari perimetrinya. Pada
mean sensitivity yang rendah hampir
karena kemungkinan
sel syaraf yang mengalami kematian sangat banyak sehingga tidak terlalu banyak perbaikan.
Dari pemeriksaan perimetri pasien secara serial pada penelitian ini juga tampak perbaikan
skotoma dibandingkan pemeriksaan awal. Penelitian oleh Pecori G (1989) juga menemukan hal
ffrma, dimana setelah pemberian citicoline ditemukan berkurangnya daerah skotoma dan
meningkatnya meon sensitivity pasien setelah mendapatkan terapi citicoline.e Penelitian yang
dilakukan oleh Vimo dan kawan-kawan (2000) pada pasien glaukoma yarry diberi dengan citicoline secara periodik tiap 6 bulan selama 15 hari intra muskular dalam 10 tahun penelitian
menemukan bahwa terjadi perbaikan yang signifikan sensitifitas retina yang diukur dengan
perirnetri pada tahun pertama dan meningkat secara stabil pada tahun berikutnya, sedangkan
juga
Tabel 11. Pengaruh Lama Pemberian Citicoline Dibandingkan Pemeriksaan Perimetri Awal pada Pasien POAG
kriteria
menurun
-l
Pemerilisaan
!it$,'ftlifi:il
5
trO'ta*i
t7'
r3
5
',.t,,..
{$tft6{tiffi.L1r;
J
a
l4.3Ya
.
14.34/a
8.6%
l9'l.,', membaik l1
'aJ
.
S4;39';
32.4o/o
:',485
37.2%
1-00o/o
r,'tr*.
18 :.'.3J;:.,
'$'ffi,'.' :,: :
"
:.:
51.4
..,I00,,,.,.t1r...'.,i
t,'r';unlnl
-."1
';
'Iffi9;r
3s
42
Pada tabel 11 diatas didapatkan bahwa terjadi perbaikan hasil pemeriksaan lapang
pandangan dengan perimetri setelah 30 hari pemberian obat dimana dengan membaiknya lapang pandangan setelah makan obat pada 10 hari I sebanyak 32.4% menjadi 37.2% pada 51.4% pada 10 hari
l0 hari II
dan
dan kawan-kawan (1939) menernukan bahwa dengan pemberian citicoline 1000 mg selama
l0
hari didapatkan perbaikan lapang pandangan pada 75Yo pasien setelah pemeriksaan perimetri
yang ditandai dengan berkurangnya daerah skotoma.e Pada penelitian ini persentase hasil yang didapatkan tidak sama dengan yang didapatkan oleh Giraldi dan kawan-kawan dimana hanya
didapatkan perbaikan lapang pandangan pada 32.4Yo pasien pada 10 hari I, kemungkinan hal ini
akibat adanya faktor lain yang berpengaruh terhadap perbaikan lapang pandangan pada
glaukoma selain tekanan intra okuler yang tidak bisa kita singkirkan, misalnya berat dan luasnya
itu
tingkat
konsentrasi dan perhatian pasien diperkirakan juga berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan lapang pandangan. Pada penelitian lainnya juga mengatakan bahwa ada peneliti yang sengaja
III
setengah pasien mengalami perbaikan lapang pandangan yaltu 51.4o/o dari seluruh pasien dibandingkan dengan pemeriksaan awal, ini menggambarkan bahwa lamanya pemberian obat
citicoline sangat berpengaruh terhadap perbaikan lapang pandangan. Hal yang sama juga
ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Rejdak dan kawan-kawan (2003) yang
mendapatkan bahwa pemberian citicoline 1000 mg oral mulai memperbaiki fungsi visual setelah pemberian selama 28 hari.lo
43
20
18
16
Tt2
!10 t!
cL4 o
E8
-O
I menurun I menetap
F membaik
z 0
lOhari
10hari
ll l0harilll
Pe
Perreriksaan
rimetri
Perimetri Gralik 3. pengaruh Lama Pemberian Citicoline Dibandingkan Pemeriksaan Awal pada Pasien POAG
pada grafik 3 diatas terlihat bahwa terjadinya peningkatan grafik jumlah pasien dengan
sedangkan tampak penurunan jumlah mean sensitivity meningkat dengan pemeriksaan perimetri,
menjadi berkurang tiap pasien pada kriteria menetap pada grafrk dari sebelumnya tinggi
pemeriksaan.
l0 hari
dan Setelah Terapi Tabet 12. Nilai Rata-Rata Mean Sensitivity Perirnetri Sebelum Citicoline Pada Pasien POAG
Perimetri Perimetri
awal
(db)
Perimetri
10 hari
t(ob)--19lt"il{ob)
9.216t4
'';35":'
'.
rrl{tfll '.,'
,[[.1,':':r . .
'
,25.
9.32315
,,':$$.r.,:',,.
26ffi57
9.07304
.'1r,35:,
'
ffii
NiIai P
Std. Deviation
9.t6492
.
:'i35
rr'r,
mean sensitivity atau Dari tabel 12 hasil penelitian ini juga menunjukkan ada perbedaan
p- 0.01, yang artinya terjadi dibandingkan dengan sebelum mendapat citicoline dengan nilai
44
perbedaan yang bermakna secara statistik dari pemeriksaan awal dengan pemeriksaan 10 hari I,
10 hari
II
dan
peningkatan dikatakan membaik dibandingkan dengan periksaan awal terdapat setelah pemeriksaan
l0
hari
Edftnatcd Mf,ngfital
*lsnc
dpsi
G
C4
r*
=
GE
e c E
a t
t{ E
ut
fac;t#l
Gambar 8. Gambaran Tren PerHaan Nilai Pemeriksaan Perimetri pada Pengukuran awal, 10 hari I, 10 hari II dan 10 hari III Sebelum dan Setelah Pemberian Citicoline pada Pasien POAG
Gambar
III
dan
III
menyimpulkan bahwa pernberian berulang citicoline intramuskular setiap 6 bulan secara periodik
dapat mencegah progresifitas defek perimetri pada pasien glaukoma.a
45
Dalam penelitian ini juga terdapat beberapa kelernahan diantaranya adalah batrwa subjek penelitian tidak terdistribusi secara normal, dimana beberapa pasien penelitian rnerupakan pasien dengan kriteria adwnce glaucowa
tersebar
antara moderste glaucoma hingga borderline glaucorno sesuai laiteria glaukoma menurut overage thickrtess RNFL (sesuai ta}rr'l 4), disamping itu jauhnya perbedaan umur dan lamanya
menderita glaukoma juga tidak merata sehingga mempengaruhi hasil penelitian.
46
BAB YI
l.
p:0'000'
2.
Lama pemberian citicoline sangat berpengaruh dengan peningkatan mean sensitivity lapang pandangan pada pasien POAG dengan pemeriksaan perimetri dan bermakna
secara statistik dengan
p:0.001.
3.
Perbaikan ketebalan RNFL dengan pemeriksaan OCT lebih banyak terjadi pada
pemberian citicoline selama
l0 hari
lll
4. Perbaikan
l0
hari
III
SARAN
1.
Citicoline dapat dijadikan sebagai neuroproteksi pada pasien glaukoma sebagai terapi
tambahan selain terapi konvensional yang sudah ada.
2. Pemeriksaan
3.
Untuk mengetahui berapa lama bertahannya efek terapi citicoline terhadaB RNFL, maka mungkin diperlukan penelitian dengan berbagai kriteria penilaian dan pemberian obat
yang lebih lama.
47
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Ophthalmology. lntroduction to Glaucoma Terminology, Epidemiology, and Heredity. In : Glaucoma Section 10. 2008-2009; p :3-15. 2. Parisi V et al. Cytidine-5'-Diphosphocholine (Citicoline) Improve Retinal and Cortical Responses in Patients with Glaucoma in Ophthalmology. Vol. 106. Number 6. June 1999; p.1126-1133. 3. Parisi V. Electrophysiological Assesrnent of Glaucomatous Visual Disfunction During Treatment with Cytidine-5'-Diphosphocholine (Citicoline): a Study of 8 Years of Followup in Documenta Ophthalmologica. 2005; 110: p.9l-102. 4. Adibhatla RM, Hatcher JF, Demsey RI. Citicoline:Neuroprotective Mechanisms in Cerebral lschemia in Journal of Neuroschemistry. 20A2;80: p.l2-23. 5. Shields MB. An Overview of Glaucoma. In : Text Book of Glaucoma. 4th Ed. William & Wilkins. 1998; p:t-2. 6. Weinreb RN. Glaucoma: Pathological and Clinical Feature in Neuroprotection for Glaucoma A Pocket Guide. Allergan. New York. 2007; p. 1-9. 7. Weinreb RN. Glaucoma Neuroprotection in The journal for the World Glaucoma Association. Desember. 2007 . 8. Krupin T. Neuroprotection and Glaucoma MedscapeCME Ophthalmology. OI 129 |2AIA. diakses dari http:lcrne.medscape.com/viewarricle 2008. 9. Giraldi JP. et al. Therapeutic Value of Citicoline in the Trcatment of Glaucoma ( Computerized and Automated Perimetric investigation) in International Ophthalmology. 1989; l3:p.109;112. 10. Rejdak et al. Oral Citicoline Trcatment Improve Visual Pathway Function in Glaucoma in Med Sci Monit.2003;9(3): p. 124-128. I l. Parisi V. et al. Evidence of the Neurcprotective Role of Citicloline in Glaucoma Patient in Progress in Brain Research. Chapter 37. Vol 73.2008;p. 541-554. 12. Rejdak R. et al. Neuroprotection in Glaucoma in research Group Neuroprotection dept. Pathology of Vision and Neuroophthalmology Universrty Eye Hospital Tuebingen. diakss dari : www.uak.medizin.uni-tuebingen.de 2008. 13. Grieb P, Rejdak R. Pharmacodinamics of Citicoline Relevant to the Treatment of Glaucoma in Journal of Neuroscience research . 2002; 67 : p. I 43- I 48. 14. Cheung W et al. Neuroprotection in Gtauccma in Optom Vis Sci. June.2008;p.4A6-416 15. Haftwick AT- Beyond lntraocular Pressurc: Neuroprotective Shategies for Future Glaucoma Therapy in Optometry and Vision Science. Vol. 78.No 2.2001; p 85-94. 16. Dipolo A. Mechanism of Neural Injury in Glaucoma in Neuroprotection for Glaucoma A Pocket Guide. Allergan. New York. }Affi; p. 18-30. 17, Crowston J. Biology of Neuronal Death in The joumal for the World Glaucoma Association. Desember. 20A7 . 18, Kaushick S, Pandav SS, Ram J. Neuroprotection in glaucoma. Joumal of Postgraduate Medicine- Volume 49.20031' p.90-95 19. Wein F. Glaucoma Differ from Other Optic Neuropathies in Neuroprotection for Glaucoma A Pocket Guide. Allergan. New York. 2007; p. 10-17. 20. Sumantri I. Clinical Evidence of the Neuroprotection Effect of RG-Choline in Glaucorna Treatment an Indonesian Study in the New Frontier in Glaucoma Study. Jakarta. October
l.
in
2009.
48
Dipolo A, Levin LA- Strategies for Prevention of Neural Injury in Glaucorna in Neuroprotection for Glaucorna A Pocket Guide. Allergan. New York. 2AA7. P. 3l-41. 22. Adibhatla RM, Hatcher JF. Citicoline Mechanisms and Clinical Efficacy in Cerebral Ischemia in Journal of Neuroscience research. 2002; 70: p.133-139. 23. Gregorio FD. et al. Optic Disk Haemorrhages: a Clinical Model for Testing Neuroprotective Agentq effects of lntramuscular Citidine-S' Diphosphocholine in The 8e Intemational Symposium on Ocular Pharmacology and Therapeutics. Rome,Italy Desember 3-62009. 24. Oktariana VD. Neuroprotection Current Advances Glaucoma Management. Departemen Ilmu Kesehatan Mata. FKUI-RSCM. Jakarta.2009 25. American Academy of Ophthalmology. Clinical Evaluation : The Visual Field. In : Glaucoma Section 10. 2008-2009; p. 61-83. 26, Sumantri [. Lapang Pandangan dengan Perimetri Hurnphrey dalam makalah Didactic Course. Seminar Nasional Glaukoma ke 3 Dalam Rangka World Glaukoma Day 2010. Yogyakarta, Maret 201 0. Hartono. Lapang Pandangan dalam Perimetri Kinetik pada Glaukoma. Pustaka Cendikia 27. Press. Yokyakarta. Februari 2010; HaL7-24 28. Tasman W. Visual Field In Glaukoma. In Duane's Clinical Ophthalmology Volume 3. Lippicott. Philadelphia.l99T ; p. 1-41 29, Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Clinical Evaluation. In Glaucoma. American Academy of Ophthalmology. Singapore.2008; p. 33-83 30. Allinggham RR, Damji K, et all. Assesment of Visual Field. In Shields' Glaucoma Fifth Edition. Lippincotr Philadelphia.20O5; p. I 16-135.
21,
in
t7t
32. Skuta GL, Cantor BL, Weiss JS. Basic and Clinical Science Course, Glaucoma. San Fransisco: American Academy of Ophthalrnology. Section 10:2008-2009; p.51-61
33.
Zangwill ML, Bowd C. Retinal Nerve Fiber Layer Analysis in the Diagnosis of Gtaucoma. In Current Opinion Ophthatmotogy. Lippincott Williams & Wilkins.
Fhiladelphia. 2006; p.120-129 34. Lam SD, Tano Y. Structural Diagnosis. ln A-Z Ophthalmology Glaucoma Diagnotics. Bon Visison Limited. China.2008; p.2-32 35. Manison CJ, Pallack PI. Anatomy Physiolog of the Optic Nerve. In Glaucoma Science and Practice. Thieme. New York.2003; p.80-149 36. Shield MB. Optic Nerve Head and Peripapillary Retina. In Texbock of Glaucorna Fourth Edition. William Wilkins. Baltimore. 1998; p.83-94 37. Garg A, Melamed S. Clinical Utility of OCT in Glaucoma in Mastering the T'echniques of Glaucorna Diagnosis & Management. Jaypee Brothers Medical Publishers LTD. New Delhi.2006; p.116-128 38. Sharma P, Sample AP. Diagncstic Tools for Glaucoma Detection and Management. In Survey of Ophthalmology Volume 53. Elsevier. USA 2008; p.517-532. 39. Puliofito AC, Hre RM. Principle of Operation and Interpretation. In Optical Cohercnce Tomograpy of Ocular Diseases.Italy. 2009; p.2-36.
r69 44' Virno M et al- The Protective Effect of Citicoline on the Progression of the perimetric Defect in Glaucomatous- Patients (Perimetric Study with a ld-year fogow-up) in Acta ophthalmologica Scandinavica. Institute of ophtiralmology, et sapi*ru University. Rome.2000.
padta Glaukoma dalam Makalah Didactic Course. Seminar Nasional Glaukoma [* b"j"- Rangka World Glaucoma Day 2010. Yogyakarta, Maret 20 I 0. 42' Novita EH, Moestidjab. optical Coherence Tomography (oCT) posterior Segment dalam i Jurnal oftalmologi Indonesia. vol.6. No.3- DeseribErioog*Iul. 169-177. 43' Jaffe JG, Caprioli J. optical Coherence Tomography to Detect and Manage Retinal Desease and Glaucoma [n oCT for Retina and Glaucoma. Elsevier. USA. 20{,4;p.156-
40' Costa AR, Skaf M. Retinal Assessment Using Optical Coherence Tomography. In Pnrgress and Eye Research. Elsevier. USA. ZC/C,6;p.ZiS_Z+V
50
NAMA
Bakri Kasna Suartl
Umur (th)
59
Jenis
. MATA
awal
OD OD OD
OD
oc-I
10 hari
83,92
I
PERIMETRI
kelamin
t
L
77.27
2
3
6t
63 73 64 76 75 76 78 53 62 64 66 42 18 24 57 61 63 73 64 76 75 76 64
P P
56.89
73.34
104.1s 74.17 103.38
4
5
l:nanlarti BulMalano
Hasnl
!02.67
75.33 102.06
44.12
10 hari ttl
78.99 70.39 103.78 74.50
awal
27.6 34.7 30.9 31.6 31.8
13.3
10 hari
31.2 31.8 31.5 30.1
3X.9
10 hari ll
29.6
31.0
32.r
29.6 33.1 15.1
6
7
Muslim
Rafles
t
L P
OD
OD OD
103.24
55.97 78.25 79.85 79.27
lll
s2.08
74.17 75.11 71.80 51.89 28.L2 70.53
53.90
73"14 77.67 75.6L 49.X0 28.47 76,03
I
9
10 11
77.t!
65.75 68.39 50.31
26.72
31.0
30.5 32.2 11.0 10.4 33.1 24.5 32.6 35.9 L2.4
Nurema
Radius Zamzam
OD OD OD OD
OD OD
t
L L L P P
Karonat
Slamet Riadi Rawinas Sawinar Yogi
49.0s 28.30
70.35 52.44
t2
13
t4
15
OD OD OD OD
5L.2t
94.19 107.93 47.93
t
L
tL7.4t
46.71
16 17 18 19
t
p p
L
o5
lsnaniarti
Bul Malano Hasni
os
o5
87.99
97.41 100.03 122.58 98.97
L4.4 30.1 28.8 32.0 10.9 11.8 33.8 22.7 35.0 36,2 19.9 33.2 33.8 32.4 32.4 32.4 34.1 32.4
76.7
t7.l
32.7 29.9 32,9 11.0 10.6 34.1 21.9 34.9 36.1 19.5 33.6
34.2.
29.6
29.0 32,3 11.2 10.7 35.7
101.26 104.26
48.89 94.44 104.63
33.6
32.8 33.4 32.7
20
2l
7Z
p
L L P
L
os
os os os
o5
Muslim
Rafles
23 24 75 26 27 28 29
2t
62 77 50 52 66 42 18 24 57
t
L
t
P P P P L
L
o5 os os
30
31 32 33 34 35
os os
os os os os
Rawinas
Sawinar
Yoci
os
97.84 90.24 99.52 44.15 58.s6 45.52 39.95 62.06 61.07 50.65 37.Ot 92.20 48.58 48.60 51,09
98.81
93.32 132.68
32.9
32,5
et.47
113.25 61.97
61..79
34.t
32.2
32.6
30.3
70.84
63.75 46.92 4?.01 62.75
7Q.14
29.s
34.7 11.5 11.4 34.2 35.7 15.0 18.3
33.4
11.2 10.8
48.95
40.05
66.63 64.32 52.57 37.47 94.45 49.19 49.84 s5.55
46.75 46.5s
67,37 74.65
33,6 13,0
10,9
28.1 33.6
15.2 16.0
s7.39
46.17
34.3 35.0
14.5 19.1
94.50
50.98 42.22 54.51
33.9
14,9 10.8
34.9
13.9 11.8 12.9
32.9
14.7 10.8 13.0
35.1
14.1
11.8
L2.0
t2.9
LAMPIRAN
II
STATUS PENDERITA POAG
ldentitas
Nama
Umur
Jenis kelamin Pekerjaan
1.
Laki-laki
2. Perempuan
Alamat
RT:
Kecamatan:
Kab /
RW:
kota :
phone/FlP:
II.
Riwayatpenyakit
m.
Rirryetterepi
l.
V. Pemerilcsaan Mata Status Oftalmoloei - Visus tanpa koreksi - Visus koreksi Segmen anterior
Puoil
Lensa
OD
os
Funduskopi Media
Papil (c/d)
Pemb darah
Retina
Makula
TIO (aplanasi)
Posisi Gerak
Genioskopi:
Pemeriksaan
ocT
Pemeriksaan
pertama
Tst.
Pemeriksaan
kedu*
Tsl.
Pemeriksaan
ketiga TsL
kcempat
Pemeriksaan
Perimetri pertama selanjutnya Tsl. Tsl. kedua selanjutnya TsL Tsl. ketiga selanjutnya TcL TsL
keempat
Tsl.
Tsl.
LAMPIRAN
III
LEMBAR INFORMASI
PENELITI
JUDUL PENELITIAN
: :
DT.
HONDRZAL
PRAKATA
"
Bapak
ibu akan dimintai persetujuan untuk mengikutsertakan anda dalam suatu penelitian.
Penelitian
ini
ibu dapat ikut dalam penelitian ini hanya bila bapak/ ibu menghendaki untuk ikut serta.
Peneliti akan menerangkan kepada bapat</ibu tentang penelitian ini dan menjawab pertanyaanpertanyaan bapalc/ibu.
Penelitian
TUJUAN PEI\TELITIAN
Penelitian
ini
CARA PENELITIAN
Sebelum bapaUibu turut dalam penelitian ini, terlebih dahulu bapaklibu diperiksa apakah memenuhi persyaratan unark ikut dalam penelitian. Bila memenuhi syarat
/ kriteria penelitian,
maka dilakukan pemeriksaan lapang pandangan dengan perimetri dan ketebalan RNFL dengan
OCT dan, setelah itu bapalc/ ibu diberikan obat citicoline untuk 10 hari, dan memakan obat
tersebut satu
kali sehari. Hari ke I I bapak/ibu kontrol kembali ke poliklinik mata dan diperiksa
ulang perimetri dan OCT kedua. Setelah itu diberikan lagi obat untuk 10 hari lagi. Hari ke 21
bapalc/ibu
kontrol kembali ke poliklinik mata dan diperiksa ulang perimetri dan OCT kedua,
3l
efek samping.
Untuk dapat mengetahui pengaruh larnapemberian citicoline dalam memperbaiki RNFL dan
kualitas lapang pandangan pada POAG
KERAIIASIAAN
Catatan medik yang berkaitan dengan penelitiatr
ini
menyatakan hanya orang tertentu yang bisa melihatnya. Dokter dan perawat yang menanganinya,
pejabat kesehatan yang berwenang dan komite etik penelitian bisa melihat dan membuat duplikat catatan tersebut sehubungan dengan penelitian
ini
tugasnya dan bila diperlukan oleh pihak yang berwenang. Bapak/ibu tidak akan dilacak dengan
menggunakan nama alau identitas lainnya dengan segala cara dalam laporan-laporan atau publikasi yang berhubungan dengan penelitian ini.
PENGGANTIAN
PNNELITIAN
Penelitian ini rnenggunakan suplement eiticoline, yang mana suplemen ini mempunyai
banyak manfaat. Saat ini pemakaian cittcoline mulai banyak dipakai pada penderita glaukoma. Karena suplemen ini sudah digunakan secara luas dan cukup aman dikonsumsi setiap harinya, maka kemungkinan terjadinya efek samping sangal kecil. Dengan penggunaan obat
ini
sudah
bukan hal yang baru lagi terutama pada pasien glaukoma, maka tidak perlu meras:r k*rawatir atau
KETERANGAI{
HP.0S5263110192
Keikutsertaan bapak/ibu dalam penelitian ini secara sukarela tidak ada paksaan dari pihak minapun.
Tempat Saya
.......-.
Alamat
sudah dipaharni dan dimengerti sernua informasi yang diberikan kepada saya mengenai partisipasi saya dalam penelitian ini, dan saya sudah diberi kesempatan untuk berdiskusi dan mengajukan pertanyaan. Semua pertanyaan sudah dijawab dengan memuaskan dan saya dengan sukarela setuju untuk ikut dalam penelitian ini. Saya akan
persetujuan tertulis yang zudah ditanda tangani. Saya mengizinkan pemeriksaan catatan medis
peneliti- Saya mengerti bahwa informasi yang diberikan akan diproses dan dianalisa seperti yang dibutuhkan oleh penelitian klinis ini dan berdasarkan pada kode etik
saya kepada
kedokteran.
ini,
ini
Tanggal
Saya sudatr
diatas
t lgm peneliti
Tanggal
Tanggal
Saksi diperlukan
LAMPIRAN V
SilRITKTTIR PEI\IELITIAII
Pelindung
Penanggung
jawab .
Djamil
Pembimbing
Peneliti
; Dr. Hondrizal
FIOT(}FOTO PEATELITIAN