Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN

Infeksi perinatal tidak hanya melalui plasenta ataupun saat mulai konsepsi namun dapat terjadi pada saat proses kelahiran.1 Infeksi saat kehamilan lebih serius terjadi dibandingkan lainnya karena potensi penularan dapat terjadi secara vertikal . Infeksi secara vertikal dari ibu ke janin/neonatus dapat terjadi dalam beberapa cara2 : 1. Infeksi melalui plasenta -termasuk Toxoplasma gondii, Treponema pallidum, Listeria monocytogenes, Plasmodium falciparum ( Malaria ), Rubella dan Cytomegalovirus ( CMV ). 2. Infeksi ascending pada ibu dan korioamnionitis menyebabkan infeksi pada janin, biasanya terjadi setelah air ketuban pecah ( Premature Rupture Of Membranes ). 3. Infeksi perinatal diperoleh selama proses kelahiran melalui hematogen atau genital. Yang termasuk yaitu : Virus Human Immunodeficiency ( HIV), Virus Herpes Zoster ( HZV ), Virus Hepatitis B ( HBV ), Gonorrhea dan Chlamydia trachomatis. 4. Infeksi Postnatal ditularkan melalui proses menyusui air susu ibu ( ASI ).

Infeksi HIV ditularkan terutama melalui hubungan seksual, sedangkan pada anakanak muncul akibat transmisi dari ibu ke neonatus selama kehamilan, persalinan, dan menyusui. Di seluruh dunia, lebih dari 70% infeksi HIV melalui penularan heteroseksual. Presentase kejadian hanya 1,5-2% terjadi melalui plasenta selama proses kehamilan.3 Sebagian besar terjadi karena transmisi hematogen maternofetal selama proses kelahiran atau setelah melahirkan melalui air susu ibu.4
1

Transmisi neonatal akibat infeksi HIV ada tiga cara : dalam rahim, selama persalinan, dan pasca persalinan, terutama karena menyusui. Kejadian yang ditemukan saat transmisi perinatal sekitar 14-25% di negara maju dan 25-40 % di negara-negara berkembang. Sekitar 15-23 % kasus infeksi neonatal HIV terjadi selama dalam rahim. Sebagian besar terjadi selama proses kelahiran dan periode awal postpartum, sisanya selama proses menyusui. Diperkirakan bahwa setidaknya 40% sampai 80% penularan HIV perinatal terjadi pada periode intrapartum, maka mengurangi infeksi HIV disarankan dilakukannya operasi caesar.1

Selain infeksi HIV pada neonatus, ditemukan juga infeksi hepatitis terjadi pada neonatus saat proses kehamilan dengan ibu penyakit hepatitis.1 Virus hepatitis transmisi melalui parenteral yaitu darah yang terinfeksi atau cairan tubuh . Transmisi terjadi melalui :5 1. Hubungan seks ( vaginal atau anus ). Adanya kontak dengan cairan tubuh-darah ke darah ( misalnya, berbagi suntikan oleh pengguna narkoba ) . 2. Transfusi darah, melalui donor darah yang tidak di skrining. 3. Penularan vertikal ( ibu ke bayi ) infeksi terjadi pada 90 % kehamilan di mana ibu HBeAg - positif dan sekitar 10 % dari hepatitis B antigen permukaan ( HBsAg ) positif , HBeAg negatif ibu . 4. Penularan juga dapat terjadi melalui gigitan dari orang yang terinfeksi, meskipun hal ini jarang terjadi .

Di daerah prevalensi tinggi, infeksi diperoleh terutama di masa kanak-kanak transmisi perinatal atau penularan secara horizontal antar anak-anak. Di negara-

negara berkembang sebagian besar infeksi yang diperoleh di masa dewasa, di mana penularan melalui seksual atau berbagi jarum suntikan oleh pengguna narkoba.

Di Amerika Serikat, diperkirakan 16000 kasus kelahiran pada wanita dengan HbsAg positif setiap tahunnya. Sekitar 4300 kasus kelahiran ditemukan wanita dengan HbeAg positif. Ditemukan 3500 kasus kehamilan neonatus menjadi pembawa HBV kronis. Penularan vertikal dari HbsAg dari ibu ke janin dapat terjadi plasenta atau selama proses kelahiran. Sebuah uji klinis dilaporkan dari Taiwan, menunjukkan bahwa pemberian HBIG untuk neonatus dalam waktu tujuh hari kelahiran kurang berhasil, tetapi menggunakan HBIG dalam waktu 48 jam setelah kelahiran terbukti mencegah perkembangan virus hepatitis pada neonatus yang berasal dari ibu yang HBsAg dan HBeAg positif.1

Infeksi lainnya yang dapat ditemukan pada neonatus yaitu Gonokokus oftalmia neonatorum. Neisseria Gonorrhea merupakan bakteri infeksi diplococcus gram negatif yang dapat menginfeksi selaput lendir uretra, endoserviks,rektum, faring dan konjungtiva. Penularan terjadi dengan inokulasi langsung sekresi yang terinfeksi dari satu selaput lendir yang lain, biasanya melalui seksual dan bisa terjadi dalam proses kehamilan.6 Gonokokus oftalmia neonatorum, infeksi neonatus yang terjadi saat proses persalinan melalui jalan lahir yang terinfeksi atau dapat terjadi setelah pecah ketuban pecah.

Faktor risiko utama infeksi gonokokus oftalmia neonatorum yaitu ibu dengan penyakit menular seksual. Oleh karena itu, presentase penularan tinggi dari ibu yang terinfeksi kepada bayi.7 Gejala klinis gonokokal oftalmia neonatorum yang dapat
3

ditemukan pada neonatus berupa edema periorbital dan kesulitan membuka mata dikarenakan konjungtivitis akut berkaitan dengan discharge purulen, biasanya bilateral, <48 jam setelah lahir, sering disertai dengan chemosis dan edema.6

Anda mungkin juga menyukai