Anda di halaman 1dari 6

Pembahasan Skrining Fitokimia Skrining Fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa metabolit sekunder.

Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Contoh dari senyawa metabolit sekunder adalah alkaloid, flavonoid, tanin, monoterpenoid dan seskuiterpenoid, steroid dan triterpenoid, saponin, senyawa kuinon, dll. Alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder yang dalam struktur molekulnya terdapat atom nitrogen. Salah satu pereaksi untuk mengidentifikasi alkaloid menggunakan pereaksi dragendorf dan pereaksi mayer. Alkaloid dengan pereaksi mayer atau dragendorf membentuk senyawa kompleks yang tidak larut. Sesuai dengan reaksi di bawah ini.

Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam. Penapisan senyawa flavonoid menggunakan magnesium atau logam n dan asam klorida pekat. Penapisan ini didasarkan atas reaksi reduksi gugus karbonil pada lingkar -lakton

men!adi gugusan alkohol membentuk senyawa hidroksi yang berwarna-warna. "arna-warna ini tergantung pada gugusan fungsional yang terikat pada lingkar A atau #.

$anin dapat bereaksi dengan proteina membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. %i dalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan en&im sitoplasma, tetapi bila !aringan rusak, maka reaksi penyamakan akan ter!adi. Saat tanin direaksikan dengan gelatin, akan ter!adi endapan berwarna putih. Semua tanin menimbulkan endapan sedikit atau banyak !ika ditambahkan gelatin. 'elatin merupakan protein alami yang memberi sifat penstabil dan pengental bagi media yang berbasiskan air. (engandung asam amino yaitu dengan kandungan glisin )*+

,-, prolin )./ ,- dan hidro0iprolin ).1,-, sehingga terbentuk senyawa tanin protein dikarenakan adanya ikatan hidrogen antara tanin dan protein pada gelatin sehingga terbentuk endapan putih. Saponin adalah

segolongan senyawa glikosida mempunyai

iritasi

butir lewat bersifat hewan ikan.

yang mempunyai struktur steroid dan sifat-sifat khas dapat membentuk larutan koloidal dalam air dan membuih bila dikocok. Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan terhadap selaput lendir. Saponin !uga bisa menghancurkan darah merah reaksi hemolisis, racun bagi berdarah dingin, dan banyak diantaranya digunakan sebagai racun

Saponin bila terhidrolisis akan menghasilkan aglikon yang disebut dengan sapogenin. 2i merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan. 3uinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor pada ben&okuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkon!ugasi dengan dua ikatan rangkap karbonkarbon. 4eaksi identifikasi senyawa kuinon di dasarkan pada kemampuannya membentuk garam berwarna antara hidrokuinon dengan larutan alkali kuat. $riterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C56 asiklik, yaitu skualena. $riterpenoid dapat dipilih men!adi sekurang-kurangnya empat golongan senyawa7 triterpena sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida !antung. Steroid dan terpena memiliki struktur yang mirip karena tersusun dari satuan isopren. 8ntuk membedakan antara steroid dan triterpenoid digunakan reagen liebermann- #urchard. 4eaksi antara steroid dan reagen 9iebermann-#urchard menghasilkan warna hi!au-biru. Sedangkan reaksi antara triterpenoid dan reagen 9ibermann-#urchard menghasilkan warna ungu. :al ini dapat ter!adi karena pada steroid gugus yang berperan adalah adanya dua ikatan rangkap terkon!ugasi di cincin # atau satu ikatan rangkap dan gugus metilen di C+

yang dapat mengalami oksidasi dan dehidrogenasi. Sedangkan pada triterpenoid gugus yang berperan adalah metilen di C.. pada cincin C.

Ektraksi Cair-Padat ;kstraksi merupakan suatu metode yang sering digunakan untuk memisahkan dua &at atau komponen dalam suatu bahan. ;kstraksi biasanya digunakan untuk memisahkan dua &at berdasarkan beda kelarutan antara satu &at dengan &at lain. Sokletasi merupakan proses pemisahan )ekstrak padatan- suatu bahan alam dengan pelarut organik menggunakan alat so0hlet. Pada tahapan prosesnya teknik so0hletasi hampir sama dengan partisi cair-cair, namun yang membedakannya adalah cara pemisahannya. Setelah pelarutnya menguap, ekstrak dapat ditimbang dengan dihitung persentase kadar sampel. Sampel yang digunakan adalah daun !ambu bi!i. Sampel dihaluskan, ditimbang, dibungkus dengan kertas saring, sampel dimasukkan ke dalam alat so0hlet yang telah dirangkai, pelarut etanol dimasukkan ke dalam labu so0hlet. %i dalam percobaan ini yang digunakan adalah pelarut etanol karena sampel yang digunakan bersifat polar, maka pelarut yang digunakan !uga harus bersifat polar seperti etanol. Pelarut atau senyawa non-polar tidak bersifat elektronegatif. Semakin pan!ang rantai C, maka akan semakin bersifat non-polar dan semakin sukar larut dalam air. Pada saat etanol dimasukkan ke dalam alat so0hlet, kemudian dipanaskan dengan temperatur yang tidak boleh terlalu tinggi karena etanol akan mudah menguap pada suhu +<oC. Pada rangkaian alat so0hlet dilengkapi dengan kondensor. 3ondensor ini berfungsi sebagai pendingin. 3ondensor ini dapat mengubah uap pelarut men!adi fase cair kembali. Setelah sirkulasi proses ekstraksi selesai, dilakukan destilasi atau pemisahan pelarut. Pemisahan dilakukan dengan menggunakan alat rotary evaporator. 4otary evaporator adalah suatu alat yang menggunakan prinsip vakum destilasi. Penguapan yang ter!adi pada saat proses destilasi dapat ter!adi karena adanya pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu als bulat dibantu dengan peurunan tekanan. %engan bantuan pompa vakum, uap larutan akan naik ke kondensor dan mengalami kondensasi men!adi molekulmolekul cairan pelarut yang murni yang akan ditampung dala alas bulat penmpung. Proses penguapan dilakukan hingga diperoleh ekstrak kental yang ditandai dengan terbentuknya gelembung-gelembung udara yang pecah-pecah pada permukaan ekstrak atau !ika tidak ada lagi pelarut yang menetes pada labu alas bulat penampung. Ekstraksi Cair-Cair Sifat-sifat &at dalam larutan air diantaranya yaitu terdapat &at yang larut, sedikit larut, dan tak larut. #ila suatu cairan larut dalam cairan lainnya, dapat kita bayangkan bahwa molekul-molekul dari solven akan saling men!auh untuk memberi tempat pada molekulmolekul solut. %emikian !uga olekul solut yang akan masuk ke dalam larutan, molekulmolekulnya akan memisah agar dapat menempati ruang dalam campuran.

%alm suatu pemisahan yang ideal oleh ekstraksi pelarut, seluruh &at ang diinginkan akan berakhir dalam suatu pelarut dan semua &at-&at pengganggu dalam pelarut lain. 2amun terkadang kita men!umpai &at-&at yang hanya berbeda sedikit dalam kecenderungannya untuk beralih dari satu pelarut ke pelarut lain. =leh karena itu, suatu transfer tidaklah cukup untuk menimbulkan pemisahan yang bersih. 3arena adanya gaya tarik antara molekul-molekul baik solute maupun solven, proses pemisahan dari molekul-molekul tersebut memerlukan tambahan yaitu memerlukan tambahan energi. >aitu harus dilakukan usaha baik pada solute maupun pada solven untuk memisahkan masing-masing molekulnya. Akhirnya ketika solute dan solven yang molekulmolekulnya dalam keadaan terpisah disatukan, energi yang dilepaskan karena adanya gaya tarik antara molekul-molekul solute dan solven.energi yang dihasilkan ketika molekulmolekul dalam corong pisah disatukan )di kocok- akan menimbulkan tekanan. Apabila tekanan di dalam corong pisah ini berlebih, maka akan mempengaruhi hasil ekstraksinya. %imana tekanan uap yang berlebih ini akan ikut mengalir keluar bersama hasil ekstraksinya. $eknik pengocokan !angan terlalu keras, sekadar membolak-balikan corong pisah beberapa kali untuk menghasilkan pemisahan yang diinginkan. 3etika proses pengocokan, diselingi dengan membuka keran corong pisah, agar gas yang terbentuk pada saat pengocokan bisa keluar. Setelah dikocok, lalu didiamkan beberapa menit. $erdapat dua lapisan, lapisan pertama adalah solven dan lapisan kedua adalah lapisan air. Air akan berada di bawah karena air mempunyai massa !enis lebih besar dari solven. Kromatografi Kolom 3romatografi kolom adalah sistem kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Pemisahan kromatografi kolom adsorpsi didasarkan pada adsorpsi komponen-komponen campuran dengan afinitas berbeda-beda terhadap permukaan fase diam. 8ntuk pemisahan campuran-campuran dalam kolom, solut-solut dikarakterisasi dengan waktu retensi dan faktor retensi yang berbanding lurus dengan nilai koefisien disribusi. "aktu retensi merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan solut melewati kolom. Solut yang tidak tertahan akan bermigrasi dengan kecepatan yang sama denga fase gerak, karenanya perbandingan distribusi dan faktor retensinya adalah 6. Solut-solut yang mempunyai perbandingan koefisien distribusi dan faktor retensi lebih besar dari 6 akan tertahan secara proporsional dan akan mempunyai waktu retensi yang lebih besar daripada waktu mati. 3ondisi kromatografi umumnya diatur sedemikian rupa sehingga nilai waktu retensi lebih kecil daripada *6 untuk menghindari waktu retensi yang terlalu pan!ang. %alam kromatografi eklusi ukuran, solut dikarakterisasi denga volume retensi yang merupakan volume fasa gerak yang dibutuhkan untuk mengelusi solut dari kolom. "aktu retensi berbanding langsung denga volume retensi pada kecepatan alir yang konstan. 3ecepatan migrasi suatu pita komponen melalui suatu kolom tergantung pada distribusi molekul-molekul antara fase diam dan fase gerak. Faktor-faktor yang mempengaruhi pada distribusi dan demikian pada retensi adalah7

3omposisi dan sifat fase gerak ?enis dan fase diam %aya antar molekul komponen-komponen solut @ analit denga fase diam dan fase gerak Suhu

3omponen-komponen yang dipisahkan dengan kromatografi dapat mempunyai karakter polar, yakni molekul-molekul yang mempunyai@mengandung gugus-gugus polar ataupun molekul-molekul denga karakter non-polar. #erdasarkan hukum se!enis menarik se!enis maka solut-solut dengan gugus polar akan mempunyai interaksi yang lebih kuat dengan fse diam polar daripada denga fase diam non-polarA sebalikanya molekul dengan gugus non-polar akan mempunyai interaksi yang lebih kuat dengan fase diam non-polar dibanding dengan fase diam polar. KLT Preparatif (ekanisme ker!a pada 39$P merupakan adsorbsi dan partisi berdasarkan pada !umlah dan cara penotolan cuplikan yang berkesinambungan denga hasil akhir membentuk pita. 39$P merupakan metode isolasi dari suatu simplisisa untuk mendapatkan senyawa tunggal. 9apisan preparatif normalnya adalah lapisan 39$ yang lebih tebal dari 6,B. Seperti aturan umumnya dimana ketebalan maksimumnya adalah *mm, meskipun beberapa penger!aan melibatkan penggunaan lempeng yang tebalnya mencapai .6mm. Pembuatan lempeng 39$P haruslah resisten terhadap abrasi. 39$P dibahas dalam beberapa literarute dimana metode ini masih men!adi metode populer. Ada perbedaan utama antara 39$P dan 39$ konvensional. .. Sampel yang ditotolkan berupa pita, biasanya memungkinkan ditotolkan selebar lempeng. *. %eteksi dari pemisahan senyawa biasanya dilakukan dengan absorbansi 8C atau fluoresensi. 5. #iasanya multi elusi diperlukan untuk memperoleh resolusi pemisahan yang baik dari komponen sampel. 3arena besrnya volume yang diaplikasikan pada 39$P bila dibandingkan dengan 39$, penggunaan alat penotolan diperlukan untuk keakuratan. 9arutan sampel dapat ditotolkan sepan!ang lempeng 39$P. Dni memungkinkan !umlah maksimum volume yang ditotolkan. #agaimanapun !uga sangat penting untuk membiarkan sekitar *cm dari u!ung pita dengan tepi lempeng. Dni dapat menghindarkan efek tepi yang dapat ter!adi selama pengembangan, karena perbedaan ketebalan sorben pada tepi lempeng. 3etebalan dari lapisan dan kemampuan sampel untuk melintasi !arak dari lempeng menyebabkan berat sampel yang sangat rendah dapat diaplikasikan tetapi sayangnya waktu pengembangan yang pan!ang tidak dapat dihindarkan dari penggunaan gaya kapilaritas normal. #iasanya pemisahan yang memakan waktu 56-/6 menit pada 39$ akan memakan

waktu ber!am-!am pada 39$P karena pemisahan dapat dilakukan semalaman dan tidak memerlukan banyak hal selama pengembangan. #iasanya pemilihan eluen ditentukan berdasarkan percobaan 39$ sebelumnya. Pengembangan dari 39$P dapat dilakukan beberapa kali )biasanya 5-B-. 4esolusi biasanya ditingkatkan dengan cara ini. Sering digunakan campuran pelarut sebagai fasa gerak yang memiliki kepolaran di bawah profil 39$nya. Pada pengembangan pertama senyawa dipisahkan sampai bergerak kurang lebih beberapa cm. Pada pengembangan kedua polaritas dari fase gerak dapat ditingkatkan untuk menaikan resolusi. %alam 39$P, selan!utnya akan dipindahkan senyawa yang akan dipakai untuk analisis lebih lan!ut. Suatu lempeng kecil yang ta!am dapat digunakan untuk menandai posisi lapisan. Selalu diingat bahwa penandaan dilakukan agak kebawah &ona pemisahan. ona ini dapat dikerok dengan spatula besi atau alat lain yang cocok. Se!umlah pelarut diperlukan untuk melarutkan analit. Sorben )silika gel- dapat dipisahkan denga penyaringan dan pelarut dapat diuapkan untuk memperoleh senyawa yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai