Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN Bencana Alam banjir sudah menjadi bencana tahunan di Ibu kota negara kita Jakarta. Dalam bulan-bulan dengan intensitas hujan yang meningkat, sudah bisa dipastikan Jakarta akan dilanda Banjir. Bencana alam banjir ini diperkirakan oleh BMKG akan terus terjadi sampai bulan Januari 2014.
Kawasan Rawan Bencana Alam Banjir Januari 2014 Dugaan potensi bencana alam banjir Jakarta bulan Januari 2014 sama dengan kawasan bulan Desember 2013. Semua kawasan berpotensi banjir tingkat menengah dan tidak ada yang tingkat tinggi dan rendah
Letak Indonesia diapit antara dua benua yaitu Benua Asia di sebelah barat laut dan Benua Australia di sebelah tenggara, selain itu dua samudera juga turut mengapit Indonesia yaitu Samudera Hindiadan Samudera Pasifik. Salah satu akibatnya antara lain adalah Indonesia memiliki konsentrasi hujan yang tinggi.
Menurut sejumlah ahli, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan sering terjadinya banjir di DKI Jakarta. Pertama, letak geografis DKI Jakarta yang dilalui aliran 13 sungai atau kali tadi. Kedua, hampir separuh wilayah DKI Jakarta berada di bawah permukaan laut pasang. Ketiga, terhambatnya aliran sungai akibat penyempitan sungai karena bantaran sungai dijadikan tempat hunian liar, pendangkalan sungai, penutupan/ pembetonan/pengecoran saluran air serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan. Keempat, pembangunan yang sangat pesat di sekitar Jakarta mengakibatkan air hujan yang seharusnya merembes ke dalam lapisan tanah melimpah ke sungai sehingga meningkatkan debit air sungai. Hal ini diperparah oleh penggunaan air tanah secara berlebihan yang mengakibatkan terjadinya penurunan tanah. Kelima, curah hujan yang terus-menerus di daerah Bogor dan Jakarta (berkisar antara 47 mm - 250 mm) serta terjadinya pasang laut yang mencapai 190 cm mengakibatkan seluruh kali meluap. Hal ini diperparah oleh adanya kerusakan pada beberapa tanggul sungai/ kanal.
Primer
Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya, dan kanal. Sekunder
Persediaan air Kontaminasi air. Air minum bersih mulai langka. Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air. Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen. Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah setempat.
Pepohonan - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas. Transportasi - Jalur transportasi rusak, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orangorang yang membutuhkan. Dampak tersier/jangka panjang
Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena kerusakan pemukiman yang terjadi akibat banjir; dalam sector pariwisata, menurunnya minat wiasatawan; biaya pembangunan kembali; kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga, dll.
Bencana banjir di DKI Jakarta telah menyebabkan timbulnya masalah kesehatan masyarakat di kalangan penduduk. Data menunjukkan bahwa banyak penduduk yang terserang penyakit. Di antaranya yang menonjol adalah penyakit-penyakit diare, kulit, mata, gastritis, pneumonia, dan infeksi saluran pernafasan akut (sering disingkat dengan ISPA). Data pasien rawat jalan sejak tanggal 1 24 Februari 2002 dari 43 Rumah Sakit menunjukkan gambaran sebagai berikut.:
Selain diare, penyakit yang tampak menonjol (dan muncul belakangan) adalah demam berdarah dan leptospirosis. Dari antara dua penyakit terakhir itu, leptospirosislah yang cukup menggemparkan, karena cukup banyaknya penderita yang meninggal. Dari 70 orang penderita leptospirosis, 17 orang di antaranya meninggal. Dari data yang terkumpul diketahui bahwa kasus leptospirosis 11 ini dijumpai di seluruh wilayah DKI Jakarta, tersebar di 38
kecamatan. Kasus terbanyak terdapat di Jakarta Barat, yaitu di kecamatan-kecamatan Cengkareng, Pal Merah, dan Grogol Petamburan. Penyakit ini disebarkan oleh tikus, yaitu melalui air kencingnya. Dalam kondisi banjir, tikus-tikus mencari habitat baru dengan cara ikut mengungsi bersama-sama penduduk. Tikus-tikus yang mengandung bibit penyakit leptospirosis (yaitu leptospira) akan menularkan bibit penyakit itu kepada manusia.
Ternyata sebagian besar yang menderita penyakit secara umum adalah anak-anak. Data pasien rawat jalan dan rawat inap dari 43 Rumah Sakit pada tahun 2002 menunjukkan bahwa 17,6% penderita adalah bayi, 25,8 % anak usia di bawah lima tahun (balita), dan 56,7 % berusia lebih dari 5 tahun. Keadaan lingkungan dan kondisi tempat penampungan pengungsi selama dan pasca banjir buruk, sehingga sangat mendukung penularan dan mewabahnya diare di kalangan pengungsi. Lumpuhnya pelayanan pengelolaan sampah dan pembuangan kotoran telah menyebabkan pencemaran lingkungan yang cukup hebat. Terjadinya kerusakan dan pencemaran sarana penyediaan air bersih telah menyebabkan kesulitan untuk memperoleh air bersih bagi keperluan minum dan memasak makanan. Tempat penampungan
yang terbatas (sempit) sehingga tidak mungkin dilakukan isolasi penderita, telah memudahkan penularan bibit penyakit
b) kondisi sungai yang dangkal dan sempit -akibat pembuangan sampah ke dalam sungai. Dalam jumlah besar, air hujan yang tidak tertampung akan menjadi banjir
c) perubahan iklim global -dampak perubahan iklim global pada Kota Jakarta adalah kenaikan paras muka air laut. Pemuaian air laut dan pelelehan gletser dan lapisan es di kutub menyebabkan permukaan air laut naik antara 9 hingga 100 cm. d)pendirian bangunan dan pengurasan air tahan -menyebabkan turunnya permukaan tanah. 2. Sosioekonomi. a) kepadatan penduduk tinggi +/- 193jiwa/HA. Cakupan daerah yang besar sulit untuk mencapai masyarakat
b) jumlah penduduk miskin yang banyak. c) tingkat pendidikan yang rendah di kalangan masyarat miskin d) permukiman kumuh e) kelompok rawan bencana seperti lansia, ibu hamil dan anak-anak yang ramai
KAJIAN RESIKO BENCANA BANJIR Kajian risiko bencana banjir berbasis masyarakat memanfaatkan mekanisme dan kemampuan warga masyarakat yang sudah ada. Pentingnya dilakukan kajian risiko bencana banjir berbasis masyarakat adalah karena warga masyarakat merupakan pelaku utama dan pertama dalam melakukan kegiatan mengurangi dampak bencana banjirdan melakukan tanggap darurat bencana banjir. Dalam kajian ini, perlu melibatkan aspirasi dan pendapat darikelompok-kelompok seperti orang tua, jompo, anak-anak, ibu-ibu khususnya ibu hamil dimana kelompok ini merupakan kelompok yang rawan menjadi korban bencana. Ada beberapa metode dalam melakukan kajian risiko bencana banjir berbasis masyarakat yaitu alur sejarah kebencanaan, kalender musim, transek/townwatching dan pemetaan.
SIKLUS BENCANA Penanganan bencana merujuk kepada siklus bencana seperti berikut:
PRA BENCANA 1) Pencegahan 2) Mitigasi Pada fase ini dilakukan usaha-usaha untuk meredam atau mengurangi bencana dan juga meredam atau mengurangi dampak bencana yang meliputi. Pada fase ini bidang kesehatan lebih cenderung pasif, dengan melakukan pegobatan dan upaya kesehatan yang insidentil dan
screening penderita banjir melalui pengobatan massal. Fase ini lebih banyak diperankan oleh institusi lainnya dengan ;
a. Pengenalan faktor resiko / Hazard, penyebab penyebab bencana harus dikenali b. Rencana mereduksi faktor resiko, jika penyebab dikenali maka faktor resiko diturunkan atau dihilangkan. c. Rencana mengurangi dampak bencana ( Mitigation Plan ), jika bencana tidak bisa dihindari maka dilakukan rencana pengurangan dampak bencana.
Bentuk upaya mitigasi non struktural yang dapat dilakukan oleh masyarakat di kawasan rawan banjir antara lain : -Mengerti akan ancaman banjir - termasuk banjir yang pernah terjadi dan mengetahui letak daerah apakah cukup tinggi untuk terhindar dari banjir. -Mengembangkan diri dengan mengikuti pelatihan-pelatihan dalam menghadapi bencana, seperti pelatihan pertolongan pertama pada kondisi tanggap darurat, dll. -Berperan aktif pada aktifasi posko banjir
3) Kesiapsiagaan .-Mempersiapkan keperluan darurat selama banjir, seperti peralatan untuk tindakan penyelamatan, misalnya perahu karet, kendaraan dan bahan bakarnya; persediaan bahan pokok yang diperlukan pada kondisi tanggap darurat, seperti makanan pokok, obat-obatan, air bersih, selimut, peralatan memasak untuk di tempat evakuasi, tempat evakuasi,
3. Melakukan perencanaan untuk melakukan evakuasi. Bagaimana menyelamatkan diri menuju tempat yang aman (menentukan jalur evakuasi dan tempat evakuasi) serta melakukan latihan evakuasi. 4. Mengorganisasikan sistem keamanan pada keadaan darurat, khususnya rumah hunian yang ditinggal mengungsi Memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang kesiapan/kesiapsiagaan yang dapat dilakukan di tingkat masyarakat (keluarga dan individu) adalah : 1. Menempatkan barang barang elektronik (pemanas air, panel,meteran dan peralatan listrik) serta barang berharga (ijasah, sertifikat tanah, dll) di tempat yang tinggi (tidak terjangkau bencana banjir) 2. Menyiapkan alamat/no telp yang penting untuk dihubungi. 3. Menyediakan barang-barang kebutuhan darurat saat memasuki musim penghujan ( seperti radio, obat obatan, makanan, minuman, baju hangat dan pakaian, senter, lilin, selimut, pelampung, ban dalam mobilatau barang-barang yang bisa mengapung, tali dan korek api. 4. Pindahkan barang-barang rumah tangga seperti furniture ke tempat yang lebih tinggi 5. Menyimpan surat-surat penting di dalam tempat yang tinggi, kedap air dan aman
Peringatan dini banjir Di tingkat masyarakat, dikembangkan alat sistem peringatan dini banjir (Flood Reference) yang dikembangkandan dibuat oleh warga masyarakat sendiri berdasarkan prosedur tetap tertentu. Gambar flood reference dan ringkasan prosedur yang harus dilakukan oleh warga dapat dilihat pada gambar berikut ini
Puskesmas melakukan fase kesiapsiagaan seperti : 1. Revitalisasi sarana dan pra sarana PPPK ( Ambulance, Peralatan, Obatobatan dan ) 2. Menyiagakan Brigada siaga Bencanha (BSB) 3. Merlaksanakan rencana kontingensi (pendelegasia tugas) dengan membentuk Gugus Tugas untuk menempati Pos-Pos tertentu yang sudah ditentukan melalui kesepakatan rapat evaluasi bencana.
2) RESPONSE Pada peringkat puskesmas bila terjadi bencana maka akan dilakukan suatu Respon yang meliputi :
a. Pengiriman tim medis gerak cepat Tim yang bertugas melakukan penyelamatan jiwa dan menurunkan kesakitan. Tim ini bergerak dalam 24 jam pertama yang terdiri dari seorang Dokter, seorang DVI, dua Perawat, Apotheker/asisten, Sanitarian, Sopir dengan ambulance dan perlengkapannya. Tim ini diikuti oleh
b. Team Rapid Health Assesment (RHA), Tim yang bertugas melakukan pendataan untuk melaporkan kebutuhan-kebutuhan dibidang kesehatan. Tim ini terdiri dari seorang Dokter, seorang Sanitarian/SKM/Epidemiolog
c. Tim Bantuan Medis Tim ini diberangkatkan sesuai keutuhan yang diperlukan atau dilaporkan oleh tim 1 dan 2 yang akan berfungsi untuk membuka Pos-Pos Kesehatan di daerah bencana .pelayan yang diberikan di Pos Kesehatan berupa tindakan pengobatan dan pemulihan Kesehatan serta rujukan ke Rumah Sakit. Yaitu meliputi: (1) Pelayanan pengobatan darurat, (2) Penyediaan Penjernih Air Cepat dan Aquatab, (3) Penyediaan makanan pendamping ASI (MP-ASI) bagi bayi dan anak usia di bawah dua tahun, (4) Penyediaan tablet penambah darah dan vitamin A bagi ibu hamil dan ibu menyusui, (5) Penyediaan alat kontrasepsi dan pembalut wanita, (6) Vaksinasi, (7) Penyediaan plastik tempat sampah, (8) Penyuluhan Kesehatan, dan (9) Lain-lain. Dibutuhkan tenaga sukarela. Tenaga bantuan sukarela ini adalah para mahasiswa dari Fakultas-fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Institusi-institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan (Akademi Perawat, Akademi Bidan, Akademi Kesehatan Lingkungan, dan Akademi Gizi)
Seain itu, di tempat pengungsian juga akan diberikan pelayan kesehatan berupa
Di puskesmas juga akan diwujudkan triase untuk perawatan korban bencana: Digunakan kartu merah, kuning, hijau, dan hitam untuk mengklasifikasikan korban.
1)Kartu merah, sebagai tanda bagi korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan korban yang mengalami syok oleh berbagai kausa, gangguan pernapasan, trauma kepala dengan pupil anisokor, dan perdarahan eksternal yang masif. Perawatan lapangan intensif ditujukan pada korban yang mempunyai kemungkinan hidup lebih besar, sehingga setelah perawatan di lapangan penderita lebih dapat mentoleransi transfer ke rumah sakit.
2) Kartu kuning diberikan sebagai penanda korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat ditunda sementara (korban dengan resiko syok dengan gangguan jantung / trauma abdomen, fraktur multiple, fraktur femur / pelvis, luka bakar luas, gangguan kesadaran / trauma kepala, dan korban dengan status yang tidak jelas). Korban dengan kartu kuning harus diberikan infus, pengawasan ketat, terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi, dan diberikan perawatan sesegera mungkin.
3) Kartu hijau merupakan penanda kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat ditunda (fraktur minor, luka minor, luka bakar minor,
korban setelah pembalutan luka dan atau pemasangan bidai, dan korban dengan prognosis baik).
3) PASCA BENCANA
Fase tanggap darurat yang berlangsung selama 1 minggu dan diikuti dengan fase rehabilitasi selama 1 bulan diikuti fase rekontruksi selama 6 bulan. Pada fase ini Puskesmas meminta dropping alatan dari Dinas Kesehatan serta melakukan pembersihan sarana dan prasarana yang masih bisa dipakai. Pada fase ini juga dilakukan tindakan hasil penilaian tim RHA, berupa ; 1. Pembagian peralatan higyene perseorangan 2. Pembagian penjernih air 3. Kaporitisasi sumur penduduk yang tercemar 4. Pembagian Karbol / Lysol Desinfektan 5. Penyiapan persediaan Anti tetanus serum (ATS) 6. Pembagian MP ASI dan Biskuit