Anda di halaman 1dari 13

Memotong Kuku dan Memendekkan Kumis adalah Bagian dari Sunnah Rasulullah

Hadits Nabi Shalallahu alaihi wa Sallam: Fithrah itu ada lima: khitan, istihdad (mencukur rambut kemaluan), memendekkan kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak. (HR. AlBukhari dan Muslim) MEMOTONG KUKU Memotong kuku juga bagian dari sunnah Nabi Shalallahu alaihi wa Sallam. Yaitu kuku yang melebihi ujung jari, karena dapat menyimpan kotoran yang menjijikkan dibawahnya, dan bahkan bisa menghalangi masuknya air tatkala berwudhu atau mandi. Waktunya Tidak ada ketentuan hari atau waktu tertentu yang shahih dari Nabi Shalallahu alaihi wa Sallam untuk memotong kuku. Semua hadits yang menceritakan tentang perbuatan Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam atau perintah beliau untuk memotong kuku pada hari atau waktu tertentu adalah lemah (dhoif). Diantaranya hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radliyallahu anhu bahwa ia melihat Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam memotong kukunya pada hari kamis, kemudian beliau Shalallahu alaihi wa Sallam memerintahkan Ali radliyallahu anhu agar memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan mencukur habis rambut kemaluan pada hari kamis. Hadits ini lemah (dhoif) sebagaimana diterangkan oleh Al-Imam Az-Zubaidi, Al-Khatib Al-Baghdadi, dan AdzDzahabi. Lihat penjelasan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Adh-Dhaifah no. 3239. Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (10/346) menjelaskan, Dan tidak ada juga hadits (yang shahih) tentang sunnahnya memotong kuku pada hari kamis. Demikian pula hadits yang menceritakan bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam senang memotong kukunya pada hari jumat, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Al-Baihaqi dari Abu Hurairah radliyallahu anhu dan Jafar Al-Baqir. Hadits tersebut juga lemah sebagaimana diterangkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (10/346). Atas dasar ini, tidak ada keterangan hari tertentu dari Nabi Shalallahu alaihi wa Sallam yang shahih untuk memotong kuku. Semakin sering seseorang membersihkannya, itulah yang utama. Mencuci Ujung Jemari Setelahnya Demikian pula halnya dengan mencuci ujung jemari setelah memotong kuku, tidak ada keterangan yang shahih dari Nabi Shalallahu alaihi wa Sallam. Hanya saja sebagian ulama menyarankan bagi orang yang telah memotong kuku agar membilasnya dengan air. Dengan alasan bahwa seseorang yang memotong kukunya kemudian menggaruk badannya dengan kuku tersebut sebelum dicuci dapat berakibat tidak baik. Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan, Dan disukai mencuci ujung jemari setelah memotong kuku. Karena ada yang mengatakan, bahwa menggaruk badan dengan kuku (yang baru dipotong) sebelum di cuci, dapat berdampak negatif. (Al-Mughni 1/100) Asy-Syaikh Abu Hasyim rahimahullah mengomentari pendapat di

atas, Mungkin saja hal itu berdasarkan pengalaman yang mereka alami. (Syarhu Khishalil Fithrah hal. 10) Tata caranya Diutamakan mendahulukan tangan atau kakinya yang kanan. Aisyah radliyallahu anha mengabarkan, (( )) Dahulu Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam senang mendahulukan sisi yang kanan dalam memakai sandal, bersisir, bersuci, dan dalam semua urusannya (yang baik). (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Adapun perincian yang disebutkan sebagian ulama, bahwa ketika memotong kuku dimulai dari jari kelingking sebelah kanan, jari tengah, ibu jari, jari manis, kemudian jari telunjuk. Setelah itu ibu jari sebelah kiri, jari tengah, kelingking, telunjuk, kemudian jari manis. Atau, dimulai dari jari telunjuk sebelah kanan, lalu jari tengah, jari manis, kelingking, kemudian ibu jari. Setelah itu kelingking sebelah kiri, jari manis, sampai terakhir. (lihat Al-Mughni 1/100 dan Al-Minhaj 3/149) Semua itu tidak ada keterangannya dari Nabi Shalallahu alaihi wa Sallam. Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan, Dan tidak ada satu pun hadits yang shahih tentang urutan jemari ketika memotong kuku. (Fathul Bari 10/345) Begitu pula tidak ada keterangan yang shahih dari Nabi Shalallahu alaihi wa Sallam tentang mendahulukan tangan sebelum kaki. Ibnu Daqiqil Ied rahimahullah mengatakan, Orang-orang yang berpendapat sunnahnya mendahulukan tangan atas kaki ketika memotong (kuku) butuh (mendatangkan) dalil (untuk menguatkan pendapatnya tersebut, pen). Karena hadits-hadits yang ada tidak menunjukkan hal itu. (Fathul Bari 10/345) Sebagai kesimpulan, Al-Imam Syamsuddin As-Sakhawi rahimahullah mengatakan, Tidak ada (hadits yang shahih) tentang tata cara memotong kuku atau penentuan harinya dari Nabi Shalallahu alaihi wa Sallam. (Al-Maqashidul Hasanah hal. 489) Berwudhu Setelahnya Al-Imam Mujahid, Al-Hakam bin Utbah, dan Hammad rahimahumullah berkata, Barangsiapa memotong kukunya atau memendekkan kumisnya maka wajib atasnya berwudhu. (Fathul Bari 1/281) Pendapat mereka ini dikomentari oleh Ibnu Qudamah rahimahullah, kata beliau, Pendapat mayoritas ulama menyelisihi mereka. Dan kami tidak mengetahui mereka memiliki hujjah (dalil) atas pendapatnya itu. Wallahu subhanahu wa taala alam. (Al-Mughni 1/227) Memendam Potongan Kuku Sebagian ulama salaf, seperti Abdullah bin Umar radliyallahu anhuma, Muhammad bin Sirin, Ahmad bin Hanbal d, dan selain mereka menyukai memendam potongan kuku atau rambut. Muhannan rahimahullah berkata, Aku bertanya kepada Ahmad bin Hanbal rahimahullah tentang seseorang yang memotong rambut dan kukunya, apakah (potongan rambut dan kukunya itu) dipendam ataukah dibuang begitu saja? beliau menjawab, Dipendam, aku bertanya lagi,

Apakah sampai kepadamu dalil tentang hal ini? Imam Ahmad menjawab, Ibnu Umar memendamnya. Oleh karena itu, boleh bagi seseorang memendam potongan rambut dan kuku-kukunya, terlebih jika dikhawatirkan akan dijadikan permainan oleh para tukang sihir. Dengan catatan jangan sampai meyakininya sebagai sunnah, karena tidak ada dalil yang shahih tentang hal itu. Dalam memotong kuku boleh meminta bantuan orang lain. Terlebih, bila seseorang tidak bisa memotong kuku kanannya dengan baik. Karena kebanyakan orang tidak dapat menggunakan tangan kirinya dengan baik untuk memotong kuku, sehingga lebih utama baginya meminta orang lain melakukannya agar tidak melukai dan menyakiti tangannya. (Tharhut Tatsrb f Syarhit Taqrb 1/243) MEMENDEKKAN KUMIS Kata asy-syarib (kumis) dalam bahasa arab artinya adalah rambut yang tumbuh di bibir bagian atas. Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam memerintahkan umatnya agar memotong kumis dan tidak membiarkannya terus tumbuh hingga menutupi kedua bibir. Beliau Shalallahu alaihi wa Sallam bersabda: (( )) Pendekkanlah kumis dan biarkanlah jenggot. (HR. Muslim no. 623 dari shahabat Abdullah bin Umar radliyallahu anhuma) Di antara tujuan memendekkan kumis adalah membedakan diri dengan orang-orang musyrik, dari kalangan Majusi dan selain mereka. Karena kebiasaan mereka adalah memotong jenggot dan membiarkan kumis panjang melebihi ukuran semestinya, Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam bersabda: (( )) Selisihilah kaum musyrikin, pendekkanlah kumis dan biarkanlah jenggot. (HR. Muslim no. 259) dalam hadits Abu Hurairah radliyallahu anhu dengan lafazh: (( )) Potonglah kumis dan biarkanlah jenggot, selisihilah orang-orang Majusi. (HR. Muslim no. 602) Bahkan, Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam mengancam keras orang-orang yang tidak mau memendekkan kumisnya, kata beliau Shalallahu alaihi wa Sallam: (( )) Barangsiapa yang tidak memotong (memendekkan) kumisnya, maka ia bukan dari golongan kami. (Shahih At-Tirmidzi no. 2922 dari shahabat Zaid bin Arqam radliyallahu anhu) Atas dasar ini, memendekkan kumis hukumnya adalah wajib. Sehingga tidak boleh bagi seseorang membiarkan kumisnya panjang melebihi kadar yang telah ditetapkan. Wallahu alam Tata caranya Dari dalil-dalil yang ada menunjukkan bahwa cara yang afdhal dan sempurna adalah dengan memendekkannya bukan mencukur habis sampai ke pangkalnya. Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam bersabda, Termasuk dari fithrah adalah memotong kumis. (HR. Al-Bukhari, dari

shahabat Ibnu Umar radliyallahu anhuma) Al-Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan, Batasannya adalah memotongnya sampai terlihat tepi bibir dan tidak mencukurnya sampai dasar. Adapun cara memotongnya yang utama adalah dimulai dari sisi sebelah kanan sebagaimana hadits Aisyah radliyallahu anha yang telah lalu, kata beliau radliyallahu anha, Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam senang mendahulukan sisi yang kanan dalam semua hal (yang baik). (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Dan untuk memotong kumis ini boleh meminta bantuan orang lain. Al-Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan, Disukai (ketika memendekkan kumis) mendahulukan sisinya yang kanan. Dan ia boleh memilih, memotong sendiri atau meminta bantuan orang lain. (Al-Minhaj 3/149) Waktunya Batas maksimal memotong kumis adalah empat puluh hari sebagaimana hadits Anas bin Malik radliyallahu anhu yang telah lalu, Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam memberikan waktu kepada kami untuk memendekkan kumis, memotong kuku, mencukur rambut kemaluan, dan mencabut bulu ketiak, agar tidak membiarkannya lebih dari empat puluh hari. (HR. Muslim no. 258 dan An-Nasai no. 14) Sebagai seorang muslim hendaknya kita selalu memperhatikan bimbingan Islam yang disampaikan Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam di atas terkait dengan kebersihan jasmani. Kapan saja kita dapati salah satu dari lima perkara tersebut telah melebihi kadarnya hendaklah dibersihkan (dipotong, dicabut, dicukur) selama tidak dilakukan pada waktu-waktu terlarang. Diantara waktu yang dilarang bagi seseorang untuk melaksanakan salah satu dari lima kebersihan jasmani di atas adalah ketika masuk sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah bagi seseorang yang hendak berkurban. Dari Ummu Salamah radliyallahu anha, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam bersabda: (( )) Apabila telah masuk sepuluh (hari pertama bulan Dzulhijjah) dan ada diantara kalian yang hendak berkurban, maka janganlah sedikit pun ia menyentuh (mencabut) rambutnya atau (mengambil) kulitnya. (HR. Muslim no. 5232) dalam riwayat lain, Janganlah sekali-kali ia mengambil rambutnya atau memotong kukunya. Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan, Yang dimaksud larangan mengambil kuku dan rambut adalah menghilangkan kuku, baik dengan cara memotong, mematahkan, atau (dengan cara) lainnya. Sedangkan larangan menghilangkan rambut adalah dengan mencukur, memendekkan, mencabut, membakar, menggunakan obat perontok, atau selainnya. Larangan tersebut berlaku untuk bulu ketiak, kumis, bulu kemaluan, dan seluruh rambut yang tumbuh di badan. (Al-Minhaj 6/472) Wallhu Subhnahu wa Tal Alamu bish Shawb. Ini yang bisa kami suguhkan pada kesempatan kali ini, semoga tulisan ringkas ini bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan segenap pihak yang ikut serta menyebarkannya. mn y Robbal lamn www. buletin-alilmu. com/?p=485 sumber: www. darussalaf. or. id, penulis: Buletin Islam AlIlmu

1. Anjuran memotong kuku Kuku yang dicipta oleh Allah swt mempunyai peranan dan kepentingannya kepada manusia. Dalam Islam, kuku berperanan dalam beberapa hukum yang tidak seharusnya diabaikan oleh umat Islam. Walaupun dilihat seolah-olah perkara kecil, kadang-kadang ia menjadi perkara besar. Contohnya ketika seseorang masih dalam ihram haji atau umrah didenda membayar dam kerana memotong kuku. Demikian juga kuku boleh menyebabkan tidak sah wuduk atau mandi junub, jika air tidak atau terhalang sampai ke kuku. Hukum dan Hikmat Memotong Kuku Memotong kuku termasuk dalam amalan sunat. Hal ini disebut dalam hadis iaitu daripada Saidatina Aisyah yang maksudnya Sepuluh perkara yang dikira sebagai fitrah (sunnah) iaitu memotong misai, memelihara janggut, bersugi, memasukkan air ke dalam hidung, memotong kuku, membasuh sendi-sendi, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu ari-ari, bersuci dengan air (beristinjak). Berkata Zakaria Aku lupa yang ke-10 kecuali berkumur (riwayat Muslim) Memotong kuku adalah sunat bagi lelaki dan perempuan sama ada kuku kaki atau tangan. Adapun hikmat daripada pensyariatan memotong kuku adalah menghilangkan kekotoran yang melekat atau berkumpul di celahnya. Kotoran itu jika tidak dibersihkan akan dan boleh menghalang air ketika bersuci. Selain itu, jika kuku dibiarkan panjang segala kekotoran atau najis akan terlekat padanya dan nescaya ia menjejaskan kesihatan. Cara dan benda untuk memotong kuku. Sunat memotong kuku bermula daripada tangan kanan, kemudian tangan kiri, memotong kuku kaki kanan,kemudian kaki kiri. Menurut Imam Nawawi, sunat memotong kuku bermula dari jari tangan kanan keseluruhannya dari jari telunjuk hingga ke jari kelingking dan diikuti ibu jari. Kemudian tangan kiri bermula dari jari kelingking hingga ibu jari. Sementara kuku kaki pula bermula dari kaki kanan daripada jari kelingking hingga ibu jari. Kemudian kaki kiri daripada ibu jari hingga kelingkiing. Harus seseorang memotong menggunakan gunting, pisau atau benda khas seperti alat pemotong kuku supaya tidak memudaratkan kuku atau jarinya. Selesai memotong kuku segeralah membasuh tangan dengan air. Ada riwayat mengatakan bahawa makruh memotong kuku dengan menggunakan gigi kerana boleh mewarisi penyakit kusta. Waktu Memotong Kuku Islam juga mengambil kira waktu memotong kuku yang tidak tertakluk kepada panjang kuku tersebut. Kuku harus dipotong pada bila-bila masa. Walau bagaimanapun, jangan membiarkan kuku tidak dipotong melebihi 40 hari. Hal ini diriwayatkan daripada Anas bin Malik yang bermaksud Sudah ditentukan waktu bagi kami memotong misaim, memotong kuku, mencabut

bulu ketiak dan mencukur bulu ari-ari agar kami tidak membiarkannya lebih daripada 40 malam. (riwayat Muslim) Menurut Imam Syafie dan ulamaknya, sunat memotong kuku sebelum mengerjakan solat Jumaat seperti disunatkan mandi, bersugi, berharuman, berpakaian kemas sebelum ke masjid. Diriwayatkan daripada Abu Said al-Khudri dan Abu Hurairah katanya, Rasulullah saw bersabda yang bermaksud Sesiapa yang mandi pada hari Jumaat, bersugi, berwangian jika memilikinya dan memakai pakaian yang terbaik, kemudian keluar rumah hingga sampai ke masjid, dia tidak melangkahi orang yang bersaf, kemudian mengerjalan solat sunat, dia diam ketika imam keluar (berkhutbah) dan tidak berkata apa-apa hinga selesai solat, maka jadilah penebus dosa antara Jumaat itu dengan Jumaat sebelumnya (Riwayat Ahmad). Daripada Abu Hurairah maksudnya Nabi saw memotong kuku dan menggunting misaim pada hari Jumaat sebelum baginda keluar untuk solat (Riwayat al-Bazzar dan al-Tabrani). Sementara itu, menurut Ibnu Hajar, sunat memotong kuku pada Khamis, pagi Jumaat atau Isnin. Menanam Potongan Kuku Islam sangat perihatin terhadap memuliakan anak Adam, termasuklah anggota badanya. Kuku yang dipotong, sunat ditanam dalam tanah sebagai tanda hormat kerana ia adalah anggota manusia. Memotong Kuku Ketika Haid, Nifas dan Junub Kitan al-Ihya ada menyatakan bahawa jika seseorang dalam keadaan junub atau berhadas besar, jangan memotong rambut, kuku atau mengeluarkan darah atau memotong sesuatu yang jelas daripada badannya sebelum mandi junub. Ini kerana potongan itu akan kembali kepadanya dengan keadaan junub. Memanjangkan Kuku Tabiat memanjangkan kuku bertentangan dengan sunnah Rasulullah saw yang menggalakkan supaya memotong kuku. Jika dibiarkan kuku panjang, nescaya banyak perkara yang membabitkan hukum seperti wuduk, mandi wajib dan sebagainya. Selain itu, antara perkara sunat dilakukan kepada orang sakit atau nazak adalah mengelokkan diri iaitu dengan memotong kuku, misaim, mencabut bulu ketiak, cukur bulu ari-ari, bersugi, mandi, berwangian dan memakai pakaian bersih.

"Allah melaknat wanita yang menyambung rambutnya dan wanita yang meminta disambungkan rambutnya." (Muttafaqun Alaih) hair extension ini! gunisnaeni 25/Jan/2013 06:02:30 PM PST "Allah melaknat wanita yg membuat tato (pada kulitnya) dan wanita yang meminta dibuatkan tato, yang mencukur alisnya dan... gunisnaeni 25/Jan/2013 06:03:30 PM PST ...wanita yang meminta direnggangkan giginya untuk mempercantik diri, yang mereka semua merubah ciptaan Allah." (Muttafaqun Alaih) gunisnaeni 25/Jan/2013 06:03:50 PM PST "Setiap wanita mana saja yang memakai wangi-wangian lalu dia berjalan melewati suatu kaum supaya mereka mencium bau wanginya itu,... gunisnaeni 25/Jan/2013 06:06:29 PM PST ...berarti dia telah berzina." (HR. Ahmad, An Nasa'i, Abu Dawud, At Tirmidzi) #parfum gunisnaeni 25/Jan/2013 06:06:42 PM PST "Ketahuilah, parfum pria adalah yang tercium dan tidak tampak warnanya... gunisnaeni 25/Jan/2013 06:08:48 PM PST ...Sedangkan parfum wanita adalah yg tampak warnanya & tdk tercium aromanya." (HR. Abu Dawud dan Ahmad) #parfum gunisnaeni 25/Jan/2013 06:09:03 PM PST "Seandainya aku seorang wanita, niscaya aku akan merubah kukumu dg daun pacar." (HR. Abu Dawud dan An Nasa'i) *boleh pake pacar, bukan kutek gunisnaeni 25/Jan/2013 06:11:45 PM PST

"Dua golongan ahli neraka yg belum saya lihat: kaum yang di tangannya cemeti laksana ekor sapi yg dg itu mereka mencambut umat manusia.. gunisnaeni 25/Jan/2013 06:15:01 PM PST ..dan perempuan2 yg berbaju namun telanjang, yg berjalan dg congkak dan berlenggak lenggok, kepalanya seperti punuk unta yg bergerak2... gunisnaeni 25/Jan/2013 06:15:49 PM PST ..Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium baunya, padahal bau surga tercium dr jarak sekian dan sekian." (HR. Muslim, dll

Cara Berhias yang Islami


Yanti subhanallah, mau pesta kemana? Tatap seorang temannya tak berkedip pada Yanti yang berdandan tebal bak artis. Yanti menjawab, Kamu berlebihan deh. Yanti mau ikut pengajian bareng temen-temen, jadi harus bersih & rapi. Kebersihan itu kan sebagian dari iman. Berangkat dulu ya. Assalaamualaykum Setelah Yanti pergi, ada suara heboh Riri yang hendak pergi juga. Duh Riri tetangga kamarku yang baru pulang dari kampus. Kucel amat. Lho lho Ini mo pergi lagi ya, gak mau bersihin wajah & rapiin bajumu dulu? Riri menjawab, Nanti menyebar fitnah lho. Wanita itu kan ujian bagi laki-laki. Riri berangkat talim ya. Assalaamualaykum Sepenggal kisah di atas banyak kita jumpai dlm kehidupan kita sehari-hari. Banyak sekali wanita berhias di luar rumahnya dgn alasan kerapian & kebersihan, sementara di sisi lain banyak juga yang sama sekali tak memperhatikan penampilannya dgn alasan menjaga kehormatan muslimah. Tahukah saudariku bahwa Islam memiliki tuntunan dlm berhias? Dalam kitab Shahih Bukhari disebutkan sebuah hadits shahih dari Ibnu Masud radhiyallhu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda, Sesungguhnya Allah itu indah & mencintai keindahan. Dan dlm sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Al Handhalliyah disebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda kepada para sahabatnya ketika mereka hendak mendatangi saudara mereka,

Kalian akan mendatangi saudara-saudara kalian. Karenanya perbaikilah kendaraan kalian, & pakailah pakaian yang bagus sehingga kalian menjadi seperti tahi lalat di tengah-tengah umat manusia. Sesungguhnya Allah tak menyukai sesuatu yang buruk. (HR. Abu Dawud & Hakim) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mengkategorikan kondisi & pakaian yang tak bagus sebagai suatu hal yang buruk. Semuanya itu termasuk hal yang dibenci oleh Islam. Islam mengajak kaum muslimin secara keseluruhan utk selalu berpenampilan bagus. Bertolak dari hal itu, seorang muslimah tak boleh mengabaikan dirinya & bersikap tak acuh terhadap penampilan yang rapi & bersih, terlebih lagi jika sudah membina rumah tangga. Hendaknya ia senantiasa berpenampilan yang baik dgn tak berlebih-lebihan. Muslimah yang cerdas akan senantiasa menyelaraskan antara lahir & batin. Perhatiannya pada penampilan yang baik bersumber dari pemahaman yang baik pula terhadap agamanya. Karena penampilan yang rapi & bersih merupakan hal yang mulia. Lalu, bagaimanakah tuntunan Islam dlm berhias? Kebersihan badan adalah kuncinya. Sudah seharusnya seorang wanita menjaga kebersihan badannya dgn mandi. Dari Abu Hurairah radhiyallau anhu, nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Dari Abi Rofi, ia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada suatu malam berkeliling mengunjungi beberap istrinya (untuk menunaian hajatnya), maka beliau mandi setiap keluar dari rumah istri-istrinya. Maka Abu Rofi bertanya, Ya, Rasulullah, tidakkah mandi sekali saja? Maka jawab Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Ini lebih suci & lebih bersih. (Ibnu Majah & Abu Daud, derajat haditsnya hasan) Mandi dapat menghilangkan kotoran sehingga menjauhkan seorang muslimah dari penyakit & menjaga agar badannya tak bau. Sehingga ia pun akan menjadi dekat dgn orang-orang di sekitarnya. Hendaklah seorang wanita juga menjaga hal-hal yang termasuk fitrah yaitu memotong kuku & memelihara kebersihannya agar tak panjang atau kotor. Kuku yang panjang akan tampak buruk dipandang, menyebabkan menumpuknya kotoran di bawah kuku & mengurangi kegesitan pemiliknya dlm bekerja. Hal lain yang termasuk fitrah adalah mencabut bulu ketiak & mencukur bulu kemaluan. Hal ini sangat dianjurkan dlm Islam, selain dapat menjaga kebersihan & keindahan tubuh seorang muslimah. Oleh karenanya, seorang muslimah hendaknya tak membiarkannya lebih dari 40 hari.Dari Abu Hurairah radhiyallau anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Lima hal yang termasuk fitrah (kesucian): mencukur bulu kemaluan, khitan, menipiskan kumis, mencabut bulu ketiak & memotong kuku. (HR. Bukhari Muslim) Perhatikanlah mulut karena dengannya engkau berdzikir & berbicara kepada manusia. Wanita muslimah hendaknya selalu menjaga kebersihan mulutnya dgn cara membersihkan giginya dgn siwak atau sikat gigi & alat pembersih lain jika tak ada siwak. Bersiwak dianjurkan

dlm setiap keadaan & lebih ditekankan lagi ketika hendak berwudhu, akan shalat, akan membaca Al Quran, masuk ke dlm rumah & bangun malam ketika hendak shalat tahajjud. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Seandainya tak memberatkan umatku, niscaya aku akan memerintahkan kepada mereka utk bersiwak setiap kali akan shalat. (HR. Bukhari & Muslim) Selain itu, hendaknya seorang muslimah menjaga mulutnya dari bau yang tak sedap. Barangsiapa yang makan bawang merah & bawang putih serta kucai, maka janganlah dia mendekati masjid kami. (HR. Muslim) Karena bau yang tak sedap mengganggu malaikat & orang-orang yang hadir di dlm masjid serta mengurangi konsentrasi dlm berdzkikir. Maka hendaknya seorang muslimah juga menjaga bau mulutnya di mana pun ia berada. Rawatlah keindahan mahkotamu. Sudah seharusnya seorang muslimah menjaga keindahan rambutnya karena rambut merupakan mahkota seorang wanita. Dan hendaknya dia menjaga kebersihan, menyisir, merapikan & memperindah bentuknya. Barangsiapa yang memiliki rambut maka hendaklah dia memuliakannya. (HR. Abu Dawud) Kebersihan pakaian tak pantas diabaikan. Islam menyukai orang yang menjaga kebersihan pakaiannya & tak menyukai orang yang berpakaian kotor padahal ia mampu mencuci & membersihkannya. Dari Jabir radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah mengunjungi kami, lalu beliau melihat seorang laki-laki yang mengenakan pakaian kotor, maka beliau pun bersabda, Orang ini tak mempunyai sabun yang dapat digunakan utk mencuci pakaiannya. (HR. Imam Ahmad & Nasai). Jika petunjuk nabi ini ditujukan pada laki-laki, maka terlebih lagi pada wanita karena ia memegang peranan penting dlm rumah tangganya. Perbaikilah penampilan Hendaklah seorang muslimah memperbaiki penampilannya utk menampakkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya. Sesungguhnya Allah senang melihat tanda nikmat yang diberikan kepada hamba-hambaNya. (HR. Tirmidzi & Hakim) Seorang muslimah diperbolehkan utk menghiasi dirinya dgn hal-hal yang mubah misalnya mengenakan sutra & emas, mutiara & berbagai jenis batu permata, celak, menggunakan inai (pacar) pada kuku & menyemir rambut yang beruban, menggunakan kosmetik alami atau kosmetik yang tak mengandung zat berbahaya dgn tak berlebihan. Dan tentu saja berhias di sini bukanlah dgn maksud mempercantik diri di hadapan lelaki yang bukan mahramnya. Hal yang dapat membantu memperbaiki penampilan seorang muslimah adalah memakan makanan yang bergizi serta tak berlebih-lebihan dlm makan & minum. Makan & minumlah, & janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tak menyukai orangorang yang berlebih-lebihan. (Qs. Al Araf: 31)

Selain itu juga rajin berolahraga dapat bermanfaat utk menjaga stamina & keindahan tubuh serta mempercantik kulit seorang muslimah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam merupakan teladan yang baik dlm hal ini, beliau pernah mengajak Aisyah radhiyallahu anha utk lomba lari (HR. Abu Daud, Nasai & Thabrani) Janganlah tabarruj Berhias bagi wanita ada 3 macam, yaitu berhias utk suami, berhias di depan wanita & lelaki mahram (orang yang haram dinikahi), & berhias di depan lelaki bukan mahram. Berhias utk suami hukumnya dianjurkan & tak memiliki batasan. Berhias di hadapan wanita & lelaki mahram dibolehkan tetapi dgn batasan tak menampakkan aurat & boleh menampakkan perhiasan yang melekat pada selain aurat. Di mana aurat wanita bagi wanita lain adalah mulai pusar hingga lutut[*] sedangkan aurat wanita di hadapan lelaki mahram adalah seluruh tubuh kecuali muka, kepala, leher, kedua tangan & kedua kaki. Berhias di depan lelaki bukan mahram hukumnya haram & inilah yang disebut dgn tabarruj. Demikianlah pendapat banyak ulama. Namun menurut Syaikh Al Albani, pendapat ini tak ada dalilnya, sehingga aurat di depan wanita sama dgn aurat di hadapan mahram. Jauhilah cara berhias yang dilarang oleh Islam. Tidak diperbolehkan utk berhias dgn cara yang dilarang oleh Islam, yaitu:

Memotong rambut di atas pundak karena menyerupai laki-laki, kecuali dlm kondisi darurat. Aku terbebas dari wanita yang menggundul rambut kepalanya, berteriak dgn suara keras & merobek-robek pakaiannya (ketika mendapat musibah). (HR. Muslim) Menyambung rambut. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melaknat wanita yang menyambung rambutnya dgn rambut lain & wanita yang meminta agar rambutnya disambung. (HR. Bukhari Muslim) Menghilangkan sebagian atau seluruh alis. Tertera dlm Shahih Muslim bahwa Ibnu Masud radhiyallau anhu berkata, Allah melaknat wanita yang mentato bagian-bagian dari tubuh & wanita yang meminta utk ditato, wanita yang mencukur seluruh atau sebagian alisnya & wanita yang meminta utk dicukur alisnya, & wanita yang mengikir sela-sela gigi depannya utk kecantikan, yang merubah ciptaan Allah Azza wa Jalla. Mengikir sela-sela gigi, yaitu mengikir sela-sela gigi dgn alat kikir sehingga membentuk sedikit kerenggangan utk tujuan mempercantik diri. Mentatto bagian tubuhnya. Menyemir rambut dgn warna hitam.

Pada akhir zaman akan ada suatu kaum yang mewarnai (rambutnya) dgn warna hitam seperti dada burung merpati, mereka tak akan mencium baunya surga. (Shahih Jamiush Shaghir no. 8153) Berhati-hati dlm memilih cara berhias. Sesungguhnya cara berhias sangatlah banyak & beragam. Hendaknya seorang muslimah berhati-hati dlm memilih cara berhias, di antaranya adalah sebagai berikut:

Tidak boleh menyerupai laki-laki. Sungguh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melaknat seorang wanita yang menyerupai laki-laki. (HR. Abu Daud) Tidak boleh menyerupai orang kafir. Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk mereka. (HR. Ahmad & Abu Daud) Tidak boleh berbentuk permanen sehingga tak hilang seumur hidup misalnya tatto & tak mengubah ciptaan Allah misalnya operasi plastik. Hal ini disebabkan termasuk hasutan setan sebagaimana diceritakan oleh Allah, Dan akan aku suruh mereka merubah ciptaan Allah & mereka pun benar-benar melakukannya. (Qs. An Nisa: 119) Tidak berbahaya bagi tubuh. Tidak menghalangi air utk bersuci ke kulit atau rambut. Tidak mengandung pemborosan atau membuang-buang uang. Tidak membuang-buang waktu sehingga kewajiban lain terlalaikan. Penggunaannya jangan sampai membuat wanita sombong, takabur, membanggakan diri & tinggi hati di hadapan orang lain.

Wanita santun lebih baik daripada wanita pesolek. Kita tahu banyak wanita yang berdandan secara berlebihan & bepergian keluar rumah tanpa mengenal batas waktu dgn mengatasnamakan Inilah rupa kemajuan & modernitas. Sesungguhnya kemajuan & modernitas bukanlah dgn menentang perintah & larangan Allah. Ketahuilah Allah Maha Tahu apa yang baik & buruk utk hambaNya. Mengikuti kemajuan adalah mengambil hal-hal bermanfaat yang dapat memajukan umat & membantu kita utk hidup lebih baik. Dan kita harus memandangnya dari kaca mata kebenaran. Kita mengambil hal-hal yang sesuai tuntunan Islam & meninggalkan hal-hal yang bertentangan dgn Islam. Jauhilah berhias yang dilarang oleh syariat, wahai saudariku. Sungguh wanita yang keluar rumah dgn penampilan yang berlebihan sebenarnya dia melemparkan dirinya ke dlm api neraka. Sedangkan wanita yang menghiasi jiwanya dgn kesantunan & berhias sesuai tuntunan Islam adalah wanita yang menempatkan dirinya pada tempat yang mulia. Maraji: Indahnya Berhias (Muhammad bin Abdul Aziz al Musnid) Sentuhan Nilai Kefikihan utk Wanita Beriman (Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Bin Abdullah al Fauzan) Jati Diri Wanita Muslimah (Dr. Muhammad Ali al Hasyimi), Ensiklopedi Wanita Muslimah (Haya binti Mubarok al Barik) Al Wajiz (Abdul Azhim bin Badawi al Khalafi) Kenikmatan yang Membawa Bencana (Jamal bin Abdurrahman bin Ismail) 40 Hadits tentang Wanita beserta Syarahnya (Manshur bin Hasan al Abdullah) Manajemen Wanita Sholehah (Khalid Mustafa) Note: Baca juga: Etika Berhias, karya Amru Abdul Munim Salim terbitan at Tibyan. Penyusun: Ummu Abdirrahman Murojaah: Ustadz Abu Salman & Ustadz Aris Munandar. sumber: www.muslimah.or.id

Anda mungkin juga menyukai