Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Agrisistem, Desember 2009, Vol. 5 No.

ISSN 1858-4330

ANALISIS SEBARAN SPASIAL KARAKTERISTIK LAHAN DI KABUPATEN PANGKAJENE SULAWESI SELATAN


ANALYSIS OF SPATIAL DISTRIBUTION OF LAND CHARACTERISTICS IN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN REGENCY, PROVINCY OF SOUTH SULAWESI M. Ramli 1, Syaifuddin 2, dan Sumbangan Baja 3 Instalasi Lab. Tanah Maros Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Gowa 3) Jurusan Ilmu Tanah Universitas Hasanuddin, Makassar
2) 1)

ABSTRAK Sebuah penilaian yang tepat dalam pemanfaatan sumberdaya lahan diperlukan untuk memastikan produktivitas optimal dan keberlanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi karakteristik lahan untuk pengembangan daerah Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep). Penelitian ini menggunakan metode pendekatan fisiografi dan analisis tanah di laboratorium dilakukan untuk mendukung investigasi di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah wilayah penelitian memiliki relief tanah yang datar, agak datar dan sedikit bergelombang. Yang lainnya berombak sampai bergunung. Ada enam bentuk lahan (land form) utama di wilayah ini, yaitu aluvial, Marin, fluvio-Marin, karst, vulkanik dan tektonik/struktural. Selanjutnya, jenis tanah di wilayah ini terdiri dari entisol, Inceptisols, Mollisols dan Alfisols. Dari keempat ordo tanah tersebut dihasilkan 19 subordo tanah. Kemudian, dari sifat-sifat lahan ini terbentuk 48 satuan lahan dan 5 satuan lahan dari grup aneka (miscellaneous). Kata kunci: lahan, karakteristik lahan, analisis sebaran spasial

ABSTRACT An exact judgement in utilisation of land resources is needed to ensure optimal productivity and sustainability. The aim of this research is to investigate land characteristics for regional development in Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) regency. Research employs fisiographic methods and soil analysis in the laboratory is done to support field investigation. The result of the research showed that more than a half of study region has a flat, slightly flat and undulating relief. The other are hummocky until mountainous. There are six main land forms in this region i.e. alluvial, marin, fluvio marin, karst, volcanic and tectonic/structural. Furthermore, soils in this region consist of Entisols, Inceptisols, Mollisols and Alfisols. Such four soil orders have 19 subgroups. Then, these land attributes make 48 land units and 5 land units of miscellaneous. Keywords: land, land characteristics, analysis of spatial distribution

PENDAHULUAN Inventarisasi dan karakterisasi sumberdaya lahan pada suatu wilayah merupakan 102

salah satu kegiatan yang sifatnya fundamental dalam mendukung pengembangan wilayah secara optimal. Sementara

Jurnal Agrisistem, Desember 2009, Vol. 5 No. 2

ISSN 1858-4330

itu pemetaan tanah adalah bahagian yang tak terpisahkan dan sekaligus menjadi basis sumber informasi khususnya informasi lahan untuk tujuan pengembangan wilayah tersebut. Peta tanah merupakan hasil sintesa dari penelitian dasar dan terapan ilmu tanah, dari peta dapat diinterpretasikan berbagai macam penggunaan baik pertanian maupun non pertanian. Soekardi (1986, 1993); Djaenudin et al., (2003) menjelaskan bahwa peta tanah adalah alat pemberita visual tentang satuan tanah di suatu wilayah baik mengenai penyebaran maupun sifat-sifatnya. Karena sifat-sifat tanah itu banyak jenisnya, maka tidak akan mungkin semua keterangan yang ada dapat dicamtumkan di dalam peta tanah. Maka untuk memudahkan pengenalan tentang tanah demikian pula untuk mengingatnya, uraian tersebut selanjutnya dituangkan dalam bentuk klasifikasi tanah. Sementara karakteristik lahan yang lain seperti landform, relief, lereng, litologi, landuse dan hidrologi yang umum dikenal sebagai atribut lahan dan juga mempunyai kaitan yang erat dengan kesesuaian lahan sangat penting direkam dan dijadikan informasi untuk proses evaluasi lahan. Kenyataan bahwa penggunaan peta tanah erat kaitannya dengan berbagai keperluan termasuk diantaranya adalah: pengelolaan daerah aliran sungai, teknis kehutanan, konservasi tanah dan air, arsitektur pemukiman, jaringan drainase dan irigasi, pengembangan peternakan, reklamasi lahan-lahan terdegradasi serta masih banyak lagi kegiatan yang sangat memerlukan informasi lahan. Oleh karena itu tulisan ini ditujukan untuk memberi gambaran tentang karakterisasi lahan dalam mendukung pengembangan wilayah di kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan.

BAHAN DAN METODE Dalam pelaksanaan kegiatan karakterisasi lahan ini secara garis besarnya dapat dibagi menjadi kegiatan lapangan dan laboratorium. Pengamatan morfologi tanah dan keadaan lingkungan mengikuti petunjuk teknis pengamatan tanah (Balai Penelitian Tanah, 2004) dengan pendekatan fisiografik. Sifat morfologi tanah yang diamati adalah kedalaman/ketebalan lapisan, warna tanah (matriks dan karatan), horizonisasi, tekstur, struktur, konsistensi (lembab dan basah), keadaan media perakaran, pH, sifat aquik, kandungan kapur, bahan sulfidik dan parameter lainnya yang masih erat kaitannya dengan penggunaan lahan. Sementara data lapangan yang dikumpulkan adalah data iklim, landform, relief, bahan induk/ geologi, drainase, genangan dan air tanah serta penggunaan lahan. Klasifikasi tanah dilakukan pada tingkat subgrup mengikuti sistem Soil Taxonomi (Soil Survei Staff, 1993; 2003). Untuk mengetahui status kesuburan tanah di lapang, maka dilakukan pula pengambilan contoh tanah secara komposit dengan mengikuti petunjuk Sulaeman dan Sofyan (1996). Contoh tanah komposit yang diambil tersebut selanjutnya dianalisis di Laboratorium untuk mengetahui sifat fisik dan kimia tanahnya seperti tekstur tiga fraksi, pH, C-Organik, N-Total, P dan K Potensial, P ekstrak Olsen/Bray, Kapasitas Tukar Kation dan Basa-basa dapat tukar.

HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Dan Perhubungan Batas wilayah kabupaten Pangkep secara administratif di sebelah timur adalah Kabupaten Bone, sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Barru, di sebelah Barat adalah wilayah kepulauan dari kabupaten Pangkep (Kecamatan Liukang Tangaya, Liukang Kalmas dan Liukang Tupabbi-

103

Jurnal Agrisistem, Desember 2009, Vol. 5 No. 2

ISSN 1858-4330

ring), sementara di sebelah Selatan adalah Kabupaten Maros. Sementara posisi secara geografis adalah kurang lebih 43330-45710 Lintang Selatan dan 1192850 1194840 Bujur Timur dengan luasan sekitar 80.105 ha. Kabupaten Pangkep dilewati oleh jalan utama Makassar-Parepare dengan kondisi jalan baik dan ditunjang dengan sarana transportasi yang memadai. Kondisi jalan di dalam Kabupaten hampir seluruhnya dalam kondisi baik, sehingga aksesibilitas kewilayah pedesaanpun tidak bermasalah. Wilayah daratan kabupaten Pangkep meliputi 9 kecamatan yakni kecamatan Pangkajene, Balocci, Bungoro, Labakkang, Marang, Segeri, Minasa Tene, Tondong Tallasa, dan Mandalle dengan luas total kurang lebih 80.105 ha. Jumlah penduduk di 9 kecamatan sebanyak 230.032 jiwa dengan kerapatan sekitar 302,36 jiwa km-2. Sedangkan penduduk seluruh kabu-

paten sekitar 285.172 jiwa dengan kerapatan 256,38 jiwa km-2 (Kabupaten Pangkep dalam angka, 2005). Iklim Dan Hidrologi. Berdasarkan data curah hujan dari stasiun pengamat iklim yang tersebar di kabupaten Pangkep (Gambar 1), bahwa rerata curah hujan dari 6 stasiun pengamat iklim adalah sebesar 2.195 mm/tahun. Tertinggi (3.257 mm) di stasiun BPP Labbakang/ Gentung dan terendah (1.623 mm) di Segeri Mandale/Manggalung . Di wilayah daratan Kabupaten Pangkep dapat pula dijumpai beberapa sungai yang relatif besar. Sungai-sungai ini umumnya mengalir ke arah barat seperti S. Segeri, S. Limbangan, S. Lerang-lerang, S. Bontoala, S. Bontomarannu, S. Pangkajene, S. Jenae dan tentunya juga terdapat beberapa sungai kecil yang merupakan anak-anak sungai besar tersebut.

GRAFIK SEBARAN HUJAN DI KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN SULAWESI SELATAN


800 700 600 500

mm

400 300 200 100 0 -100 Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des

BULAN

Minasa Tene (1996-2006) BPP Marang (1996-2005) Balleangin/Balloci (1996-2002) Rerata

Segeri Mandale/Manggalung (1996-2006) BPP Labbakang/Gentung (1996-2001) Mattampa/Bungoro(1996-2005)

Gambar 1. Grafik sebaran hujan di Kabupaten Pangkep.

Geologi Dan Bahan Induk Berdasarkan Peta Geologi Bersistem Indonesia Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat Sulawesi serta Lembar Ujungpandang, Benteng dan Sinjai, Sulawesi (Puslitbang Geologi, 1982) bahwa

formasi geologi yang dijumpai di wilayah penelitian (Pangkep daratan) adalah formasi berumur quarter terbentuk pada jaman holosen yang terdiri dari endapan aluvium, danau dan pantai (Qac), Terumbu koral (Qc). Sementara formasi dengan umur tersier yang terbentuk pada jaman

104

Jurnal Agrisistem, Desember 2009, Vol. 5 No. 2

ISSN 1858-4330

plistosen yakni endapan undak yang terdiri dari kerikil, pasir dan liat (Qpt). Sedangkan formasi Walanae terdiri dari batupasir, batulanau, tufa, napal, batuliat, konglomerat, batugamping (Tmpw) yang terbentuk pada jaman pliosen, anggota Tacipi adalah dari formasi Walanae berupa batugamping (Tmpt) terbentuk pada jaman pliosen. Selanjutnya formasi Camba terdiri dari batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunungapi (Tmc) terbentuk pada jaman pliosen miosen, batuan gunungapi formasi Camba berupa breksi, lava, tufa konglomerat (Tmcv) terbentuk jaman miosen akhir-miosen tengah, terutama Tefrit Leusit berupa lava, breksi (Tmca) terbentuk jaman pliosen-miosen akhir, batugamping formasi Camba (Tmcl) terbentuk jaman miosen tengah. Untuk formasi Tonasa berupa batugamping (Temt) terbentuk pada jaman miosen tengah-miosen awal-oligoseneosen. Formasi Mallawa berupa batupasir, konglomerat, batuliat, batubara (Tem) terbentuknya pada jaman eosen. Untuk formasi Sale Kelupang terdiri dari batuan sedimen berselingan dengan batuan gunung api (Teos Teot) terbentuk pada jaman oligosen-eosen. Sedangkan formasi Balangbaru-formasi Maranda berupa batuan sedimen Flis (Kb/Km) terbentuk pada jaman kapur, batuan gunungapi BaturapeCindako berupa lava dan breksi (Tpbv) terbentuk pada jaman pliosen, batuan gunungapi Parepare berupa tufa, breksi, konglomerat dan lava (Tppv) terbentuk pada jaman pliosen, terutama lava (Tppl) terbentuk pada jaman pliosen, batuan gunungapi Soppeng berupa breksi dan lava (Tmsv) terbentuk pada jaman miosen tengah, batuan gunung api Kalimiseng berupa lava dan breksi (Tmkv) terbentuk pada jaman miosen tengah, batuan gunungapi terpropilitkan berupa breksi, lava dan tufa (Tpv) terbentuk pada jaman holosen Paleosen.

Batuan terobosan yang dijumpai di wilayah penelitian yaitu diorit (d) terbentuk pada jaman miosen akhir, demikian juga dengan trakit (t), sedangkan basal (b) terbentuknya pada jaman miosen tengah serta granodiorit (gd) terbentuk pada jaman miosen awal. Untuk kompleks tektonik Bantimala yang terdiri dari kompleks Malange (m) terbentuk pada jaman jura, batuan malihan (s) terbentuk pada jaman trias dan batuan ultrabasa (ub) juga terbentuk pada jaman yang sama. Dari hasil penelitian lapangan yang telah dilakukan, bahan induk tanah berasal dari aluvium, aluvio-koluvium, batuan sedimen, batugamping, batuan volkanik (andesit basal), diorit, granodiorit, dan batuan ultra basa. Sifat-Sifat Dan Klasifikasi Tanah Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh lima faktor yaitu: iklim, bahan induk, topografi, organisme, dan waktu. Di antara lima faktor tersebut, bahan induk dan topografi tampaknya berpengaruh lebih dominan, sehingga dijumpai sifatsifat tanah yang bervariasi. Faktor iklim yang cukup kering pada musim kemarau, pe-ngaruhnya relatif seragam untuk seluruh daerah penelitian. Tanah-tanah di daerah penelitian terbentuk dari bahan induk aluvium/endapan, batu gamping, breksi, lava, tufa, konglomerat, basal, ultra basal, trachit dan batuan tak dipisahkan (campuran), kondisi iklim kering dengan bentuk wilayah datar hingga bergunung. Ketiga faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan dan sifat-sifat tanahnya. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan ditunjang oleh data analisis laboratorium, tanah-tanah di daerah penelitian dapat diklasifikasikan ke dalam empat ordo (Tabel 1), yaitu: Entisols, Inceptisols, Mollisols dan Alfisols. Sifat-sifat dari

105

Jurnal Agrisistem, Desember 2009, Vol. 5 No. 2

ISSN 1858-4330

keempat ordo tanah tersebut diuraikan sebagai berikut. Entisols Tanah Entisols yang ditemukan pada wilayah ini tentunya belum mempunyai perkembangan profil, susunan horisonnya hanya A-C. Terbentuk dari bahan induk alluvium/endapan liat dan pasir, basal ataupun ultra basal. Penyebarannya adalah pada landform grup aluvial, dan volkanik. Mulai dari tanggul sungai meandering, dataran aluvial dan perbukitan intrusi. Bentuk wilayah datar sampai agak datar dan bergunung, drainase dari terhambat sampai cepat, tekstur liat sampai pasir, reaksi tanah masam kuat sampai alkalis. Tanah diklasifikasikan ke Aquic Ustipsamments, Typic Ustifluvents, dan Lithic Ustorthents. Inceptisols Tanah ini telah mempunyai perkembangan profil dengan susunan horison A-Bg-C dan A-Bw-C, dicirikan oleh horison Bkambik. Terbentuk dari bahan induk alluvium/endapan, alluvium/marin, batu gamping, breksi, lava, tufa, konglomerat, basal, ultra basal, trachit dan batuan tak dipisahkan (campuran). Penyebarannya sangat dominan hampir di seluruh daerah penelitian mulai dari landform grup aluvial, marin, fluvio-marin, karst, volkanik dan tektonik. Tanah ini tampak jelas ditemukan di dataran alluvial, lahan alluvial & koluvial, lereng koluvial, dataran antar perbukitan, punggung dan cekungan pesisir resen, rawa belakang pasang surut, delta estuarin, dataran estuarin, dataran fluvio-marin, dataran karst, perbukitan, pegunungan karst, perbukitan volkanik tua, pegunungan volkanik tua, perbukitan tektonik dan pegunungan tektonik dengan bentuk wilayah datar sampai bergunung, tanah berdrainase terhambat sampai baik, tekstur

liat sampai lempung, reaksi tanah masam kuat sampai agak masam. Tanah diklasifikasikan ke dalam Typic Sulfaquepts, Sulfic Endoaquepts, Aeric Endoaquepts, Typic Endoaquepts, Aquic Haplustepts, Udic Haplustepts, Dystric Haplustepts, Lithic Haplustepts dan Typic Haplustepts. Mollisols Kelompok tanah ini sudah mempunyai perkembangan profil yang dicirikan oleh adanya epipedon molik dengan susunan horison A-Bw-C serta terjadinya iluviasi liat yang membentuk horison B-argilik/Bt dengan susunan A-Bt-C. Drainase tanahnya baik, kedalaman tanahnya di lapang adalah dangkal sampai sangat dalam, struktur cukup kuat dan konsistensi teguh. Terbentuk dari bahan induk koluviumaluvium dan batu gamping. Penyebarannya adalah pada landform lereng koluvial, dataran karst dan perbukitan karst dengan bentuk wilayah agak datar, berombak, bergumuk dan berbukit kecil. Tanah ini umumnya berasosiasi dengan Inceptisols dan Alfisols. Teksturnya liat sampai lempung berliat, pH tanah masam sampai agak alkalis, kadar C organik rendah sampai sangat rendah, P total sedang sampai sangat rendah, K total sangat rendah sampai rendah, basa-basa dapat ditukar rendah, KTK tanah dan kejenuhan basa rendah sampai sangat rendah. Tanah diklasifikasikan ke dalam subgrup Lithic Argiustolls, Typic Argiustolls, Lithic Haplustolls dan Typic Haplustolls. Alfisols Tanah ini sudah mempunyai perkembangan profil, dicirikan oleh terjadinya iluviasi liat yang membentuk horison Bargilik/Bt dengan susunan horison A-BtC. Drainase tanahnya agak terhambat sampai baik, kedalaman tanah dalam, struktur cukup kuat dan konsistensi teguh. Terbentuk dari bahan induk endapan liat,

106

Jurnal Agrisistem, Desember 2009, Vol. 5 No. 2

ISSN 1858-4330

endapan liat dan pasir, endapan undak (liat, pasir dan kerikil), dan batu gamping. Penyebarannya pada landform dataran aluvial, lahan alluvial dan koluvial serta dataran karst dengan bentuk wilayah agak datar hingga berombak. Tanah ini umumnya berasosiasi dengan Entisols, Inceptisols dan Mollisols. Tekstur liat sampai lempung liat berpasir, pH tanah masam sampai agak masam, kadar C organik rendah sampai sangat rendah, P total sedang sampai sangat rendah, K total sangat rendah sampai rendah, basa-basa dapat ditukar rendah, KTK tanah dan kejenuhan basa rendah sampai sangat rendah. Tanahnya diklasifikasikan ke dalam subgrup Aquic Haplustalfs, Ultic Haplustalfs dan Typic Haplustalfs.

Bentuk Wilayah Dan Landform Sebaran bentuk wilayah daerah penelitian pada umumnya adalah datar, agak datar, dan berombak dengan lereng < 8 %, yang lainnya adalah bergumuk, berbukit kecil, dan berbukit (lereng 15 40 %) dan selebihnya bergunung (lereng > 40 %). Klasifikasi bentuk wilayah ini merujuk ke Marsoedi (1997). Bentuk wilayah daerah penelitian disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan hasil interpretasi citra dan pengamatan lapangan, daerah penelitian dibedakan ke dalam tujuh grup landform, yaitu: Aluvial, Marin, Fluvio-marin, Karst, Volkanik dan Tektonik serta grup Aneka (Tabel 3).

Tabel 1. Tanah-tanah di daerah penelitian.


Ordo Entisols Subordo Grup Ustipsamments Ustifluvents Ustorthents Sulfaquepts Endoaquepts Subgrup Aquic Ustipsamments Typic Ustifluvents Lithic Ustorthents Typic Sulfaquepts Sulfic Endoaquepts Aeric Endoaquepts Typic Endoaquepts Aquic Haplustepts Udic Haplustepts Dystric Haplustepts Lithic Haplustepts Typic Haplustepts Lithic Argiustolls Typic Argiustolls Lithic Haplustolls Typic Haplustolls Aquic Haplustalfs Ultic Haplustalfs Typic Haplustalfs Setara dengan: PPT, 1983 FAO. 1989 Regosol Gleiik Eutric Regosols Regosol Gleiik Eutric Fluvisols Regosol Eutrik Eutric Regosols Gleisol Tionik Thionic Gleysols Gleisol Tionik Thionic Gleysols Gleisol Aerik Eutric Gleysols Gleisol Eutrik Eutric Gleysols Kambisol Gleiik Gleyic Cambisols Kambisol Eutrik Eutric Cambisols Dystric Kambisol Distrik Cambisols Kambisol Litik Eutric Cambisols Kambisol Eutrik Eutric Cambisols Brunizem Haplik Haplic Luvisols Brunizem Haplik Haplic Luvisols Kambisol Litik Eutric Cambisols Kambisol Eutrik Eutric Cambisols Mediteran Gleiik Gleyic Luvisols Mediteran Haplik Haplic Luvisols Mediteran Haplik Haplic Luvisols

Psamments Fluvents Orthents Inceptisols Aquepts

Ustepts

Haplustepts

Mollisols

Ustolls

Argiustolls Haplustolls

Alfisols

Ustalfs

Haplustalfs

107

Jurnal Agrisistem, Desember 2009, Vol. 5 No. 2

ISSN 1858-4330

Peta Satuan Lahan Peta satuan lahan skala 1: 50.000 disusun berdasarkan hasil interpretasi citra dan pengamatan lapangan serta ditunjang oleh data analisis contoh tanah dari labora-

torium. Peta ini memberikan informasi tentang penyebaran keadaan karakteristik lahan, termasuk sifat-sifat tanah yang berkaitan erat dengan parameter untuk evaluasi lahan (Gambar 1).

Tabel 2. Sebaran bentuk wilayah dan lereng di daerah penelitian Simbol f n u o c h m x Luas Lereng No. Satuan Lahan (%) Ha % Datar 01 1, 2, 19, 20, 21, 22 10.733 13.40 Agak datar 13 3, 4, 5, 6, 9,10, 15, 16, 23, 24, 25 27.488 34.31 Berombak 38 7, 8, 11, 12, 13, 14, 17, 18, 26 4.704 5.87 Bergumuk 15 25 27, 28 445 0.56 Berbukit kecil 15 25 29, 30, 31, 32 18.481 23.07 Berbukit 25 40 36, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47 8.512 10.63 Bergunung > 40 33, 34, 35, 37, 38, 48 7.305 9.12 Penggunaan lain 49, 50, 51, 52, 53 2.437 3.04 80.105 100.00 Relief

Gambar 1. Peta Satuan Lahan Kabupaten Pangkep Daratan, Sulawesi Selatan

108

Jurnal Agrisistem, Desember 2009, Vol. 5 No. 2

ISSN 1858-4330

Karakteristik lahan yang disajikan pada legenda peta satuan lahan terdiri atas: satuan landform dan tingkat torehan, elevasi, litologi atau bahan induk, relief dan lereng, subgrup tanah, jenis penggunaan lahan, dan luasan untuk setiap satuan lahan. Dari hasil penyusunan tersebut diperoleh sebanyak 48 satuan lahan dari grup landform aluvial, marin, fluvio-

marin, karst, volkanik dan tektonik serta 5 satuan lahan dari grup aneka. Peta satuan lahan dan basis datanya ini selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar untuk penyusunan tata ruang wilayah terutama bidang yang berbasis lahan seperti pertanian maupun non pertanian seperti perikanan, kehutanan dan lain sebagainya.

Tabel 3. Satuan landform di daerah penelitian.


Simbol Landform Elevasi (dml) < 10 5 50 10 30 25 50 50 150 <5 <5 <5 <5 < 10 50 150 50 200 400 700 100 400 700 1200 100 400 No. Satuan Lahan 1, 2 3, 4, 5, 6, 7, 8 9, 10 11, 12, 13, 14 15, 16, 17, 18 19 20 21 22 23, 24 25, 26 27, 28, 29, 30, 31, 32 33, 34, 35 36 37, 38 39, 40 Luas ha 1.326 11.397 639 2.080 946 826 278 191 8.112 15.835 1.295 18.926 5.991 2.027 974 713 5.772 340 % 1.66 14.23 0.80 2.60 1.18 1.03 0.35 0.24 10.13 19.77 1.62 23.63 7.48 2.53 1.22 0.89 7.21 0.42

Grup Aluvial (A) A1.1.2.1 Tanggul sungai meandering A1.3 Dataran aluvial A2 Lahan aluvial dan koluvial A.2.2.3 Lereng koluvial A.2.3 Dataran antar perbukitan Grup Marin (M) M.1.1 Punggung dan cekungan pesisir resen M.2.3 Rawa belakang pasang surut Grup Fluvio Marin (M) B.1.1 Delta estuarin B.2 Dataran estuarin B.3 Dataran fluvio-marin Grup Karts (K) K2 Dataran karts K3 Perbukitan karts K4 Pegunungan karts Grup Volkanik (V) V.3.2 Perbukitan volkanik tua V.3.3 Pegunungan volkanik tua V.4 Perbukitan intrusi Grup Tektonik (T) T.12.1 Perbukitan tektonik T.12.2 Pegunungan tektonik Grup Aneka (X) X Penggunaan lain Jumlah

100 400 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47 700 1200 48 49, 50, 51, 52, 53

2.437 3.04 80.105 100.00

Kesuburan Tanah Berdasarkan data hasil analisis contoh tanah komposit (lapisan tanah atas) status hara umumnya sangat rendah dan sebagian kecil termasuk rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi kecuali hara P dan

K termasuk sedang sampai sangat tinggi. Sedangkan status kesuburan tanahnya sebagian besar termasuk sangat rendah dan sebagian kecil termasuk rendah dan sedang (Tabel 4).

109

Jurnal Agrisistem, Desember 2009, Vol. 5 No. 2

ISSN 1858-4330

Tabel 4. Status kesuburan tanah lapisan atas di daerah penelitian


No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Kode contoh MR 01/I MR 03/I MR 06/I MR 08/I MR 10/I MR 14/I MR 18/I MR 19/I YS 3/I YS 9/I YS 14/I YS 21/I YS 46/I YS 49/I LR 3/I LR 15/I LR 21/I LR 31/I LR 36/I LR 38/I LR 41/I LR 47/I LR 49/I LR 51/I LR 56/I MR 21/I YS 40/I YS 43/I LR 7/I LR 24/I YS 23/I MR 23/I YS 31/I LR 34/I YS 36/I pH Kls (1:2.5) Tekstur H2O sil Am c Mk sil M l Mk sil M sil N sil Am sil M sil Am cl Msk cl M sl Aa sic Mk sl Am sil Am sil M sil N sil Am sic N sicl M cl Mk sicl Am sil Mk sil M cl Mk sicl A sicl A c Aa scl Am sicl N sicl M sil A l N cl Aa sicl mk Bahan Organik C N C/N Ekstrak HCl 25 % P2O5 K2O P2O5 Olsen Bray Ca Nilai Tukar Kation Mg K Na KTK KB Al

r s r r t r r t r r r sr s sr r r s s sr r r r s r sr t s r s sr st r r r st

r s r r s r s s s r s r r r s s s s r s s s s r r s r r s r s r r r s

r r s r r r r r r r r r t r r r r r r r r r r s r s t s s r t r s t st

st t s r t t r t st r r st t r s s s st s st t t st st st st st st t t st st t t t

s r sr sr s r st r t sr sr st st r st r s st s s sr st st st sr st st s r st st st st st st

s r r r r s r s st s r r r r r r r s r r r st s st st st st t t r s st s st s

st r r sr s t s r t sr r st sr t s s t st t s r st r t sr st st st t t st st s s t

t r s sr t s s s t sr r t r r t t s t t t r s r s sr st st st r st st st st st st

s r sr r s r r r t sr r s s r t r t t r s r st r r sr st st r r st st st st st st

r r r r r sr r sr r sr sr sr r r sr r sr r st sr r r sr sr sr st st s r s st st st st st

t r s r r r r r t r r r s r r r r st s s r s s r r t t st r t t t r s t

st r t r t st t t st r st st sr st st t st st st s r st r st r st st st st st st st st st st

sr s sr s sr sr sr sr sr s sr sr t sr sr sr sr sr sr sr r sr sr sr s sr sr sr sr sr sr sr sr sr sr

Keterangan: Tekstur

: sl = lempung berpasir, l = lempung, scl = lempung liat berpasir, cl = lempung berliat, sil = lempung berdebu, sicl = lempung liat berdebu, sic = liat berdebu, c = liat pH : msk = masam sangat kuat, mk = masam kuat, m = masam, am = agak masam, n = netral, aa = agak alkalis, a = alkalis Status hara : sr = sangat rendah, r = rendah, s = sedang, t = tinggi, st = sangat tinggi

110

Jurnal Agrisistem, Desember 2009, Vol. 5 No. 2

ISSN 1858-4330

Tabel 5. Potensi dan luas pengembangan komoditas pertanian di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Daratan. Kelas Kesesuaian Lahan (ha) S1 S2 S3 N td 1 Padi sawah 14.939 6.111 46.128 10.490 2.437 2 Padi ladang 16.265 6.111 12.374 42.918 2.437 3 Kedelai 22.376 30.318 24.974 2.437 4 Jagung 22.376 30.318 24.974 2.437 5 Nenas 2.447 37.719 27.012 10.490 2.437 6 Jarak pagar 16.738 8.486 41.954 10.490 2.437 7 Jeruk 2.447 26.961 23.238 24.974 2.437 8 Kelapa 16.265 16.869 20.284 24.250 2.437 9 Mangga 19.185 10.223 37.770 10.490 2.437 10 Mete 16.738 8.486 41.954 10.490 2.437 Keterangan: S1 = Sangat Sesuai, S2 = Agak Sesuai, S3 = Sesuai Marginal, N = Tidak Sesuai, td = Tidak dinilai (wilayah badan air, pemukiman, lereng terjal, kawasan industri, dan pelabuhan) No. Komoditas

KESIMPULAN Tingkat intrusi air laut yang terus bertambah perlu dihentikan. Perluasan lahan tambak yang tidak sesuai dengan keadaan lahannya harus diperhatikan secara serius baik masyarakat terutama oleh pemerintah.

Kabupaten Pangkep dalam Angka. 2005. Statistik Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. BPS, Pangkep Marsoedi, Ds., Widagdo, J. Dai, N. Suharta, Darul SWP, S. Hardjowigeno, J. Hof dan E.R. Jordens.1997. Pedoman Klasifikasi Landform. LT 5 Versi 3.0. LREP II, CSAR. Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. 1982. Peta Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat Lembar Ujungpandang, Sulawesi Skala 1: 250.000. Puslitbang Geologi, Bandung. Soil Survey Division Staff. 1993. Soil Survey Manual. USDA Handbook No. 18 Washington DC. Soil Survey Staff. 2003. Keys to Soil Taxonomy. Ninth Edition.US Dept of Agriculture, Natural Resources Conservation Service. Washington DC. Soekardi, M. 1986. Macam-macam Peta Tanah dan penggunaannya. Lokakarya Pemanfaatan Hasil Penelitian Tanah untuk Perencanaan Pemba111

UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Marwan Hendrisman atas segala masukan mulai dari perencanaan sampai dengan selesainya penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Balai Penelitian Tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. Djaenudin, D., Marwan H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Versi 3. 2000. Balai Penelitian Tanah, Puslitbang Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Jurnal Agrisistem, Desember 2009, Vol. 5 No. 2

ISSN 1858-4330

ngunan Wilayah Menunjang Gerakan Desa Makmur Merata di Sulawesi Tenggara. Prosiding Pemanfaatan Hasil Pemetaan Tanah di Sultra. Pusat Penelitian Tanah, Bogor. Soekardi, M. 1993. Mengenal Peta Tanah. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Sulaeman dan A. Sofyan. 1996. Pengambilan Contoh Tanah untuk Evaluasi Status Hara. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Sukarman, 1993. Pengamatan Tanah di Lapang. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor, Bogor.

112

Anda mungkin juga menyukai