Anda di halaman 1dari 13

(Pengertian dan Penjelasan Sesak Nafas beserta Penyebabnya) Sesak napas merupakan keluhan subyektif (keluhan yang dirasakan

n oleh pasien) berupa rasa tidak nyaman, nyeri atau sensasi berat, selama proses pernapasan. Pada sesak napas, frekuensi pernapasan meningkat di atas 24 kali per menit. Sesak napas merupakan gejala dari suatu penyakit serius yang tidak boleh diremehkan karena dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu harus dicari penyebab awal dan segera diatasi. Sesak napas dapat digolongkan menjadi 2 kelompok besar berdasarkan penyebabnya, yaitu organik (adanya kelainan pada organ tubuh) dan non organik (berupa gangguan psikis yang tidak disertai kelainan fisik). Sesak napas organik tidak hanya disebabkan oleh kelainan organ pernapasan, tetapi penyakit pada organ seperti jantung dan ginjal pun dapat menyebabkan terjadinya keluhan sesak napas. Selain karena kelainan organ, penyakit karena gangguan metabolisme pada kelainan ginjal, jantung, paru, dan kelainan metabolisme lainnya seperti diabetes, dapat pula menimbulkan sesak napas. Sesak napas karena kelainan saluran pernapasan paling sering ditemukan pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Penyakit ini disebabkan oleh proses peradangan paru dan ditandai dengan gangguan aliran udara dalam saluran pernapasan yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali kekeadaan semula). Gejala lain yang menyertai adalah batuk lama (kronik) yang berdahak. Faktor resiko tonggi untuk menderita penyakit ini adalah perokok, usia di atas 40 tahun, sering terpapar debu dan zat kimia dalam jumlah banyak. Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu roentgen dada, tes fungsi paru dengan spirometri, pemeriksaan dahak (sputum), dan analisa gas darah. Cara menangani penyakit ini adalah segera berhenti merokok pada orang perokok, mengkonsumsi obat-obatan pelega pernapasan (bronkodilator), antiradang seperti pada golongan steroid, dan antibiotik untuk mengatasi infeksi. Sesak napas pada asma muncul saat saluran pernapasan (bronkus) mengalami peradangan dan menyempit. Gejalanya berupa sesak napas yang disertai bunyi napas tambahan yang tidak normal seperti suara bersiul yang kasar, biasa disebut mengi (wheezing). Gejala lainnya adalah batuk dan nyeri dada. Orang yang mempunyai riwayat asma dalam keluarga memiliki rasiko tinggi untuk menderita penyakit ini. Selain itu pada bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg dan orang yang sering terpapar asap rokok, zat kimia dan polusi udar pun juga beresiko tinggi terkena asma. Pemeriksaan dilakukan dengan tes fungsi paru dengan spirometri dan peak flow meter. Asma tidak dapat disembuhkan tapi dapat dicegah dengan menghindari hal-hal yang dapat memicunya jadi harus diketahui pasti zat yang dapat merangsang serangan asma. Pada saat serangan, pasien diberi obat pelega seperti ipratropium. Penyakit infeksi paru seperti pneumonia, TBC, flu babi, dan flu burung sering disertai dengan gejala sesak napas. Selain itu pasien juga akan mengalami demam, batuk, nyeri dada, dan badan lemas. Pada seseorang yang memiliki kekebalan tubuh rendah seperti penderita HIV-AIDS, beresiko tinggi terkena penyakit infeksi paru. Bayi dan orang berusia 65 tahun, perokok, dan orang yang sering bepergian ke negara dengan angka kejadian kasus flu babi (influenza A/H1N1) yang tinggi, juga beresiko tinggi

mengalami infeksi paru. Pemeriksaan utama yang dilakukan untuk kepastian kuman penyebab yaitu dengan pemeriksaan dahak (sputum). Foto roentgen dada dan pemeriksaan laboratorium darah digunakan untuk menegakkan diagnosis. Terapi dan obat yang diberikan tergantung dari penyebab infeksi paru tersebut. Jika penyebabnya bakteri maka akan diberikan antibiotik, dan bila disebabkan oleh virus maka akan diberikan antivirus. Lama pengobatan bervariasi, tergantung penyebab dan kondisi pasien. Kelainan jantung yang disertai keluhan sesak napas biasanya terjadi pada gagal jantung. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi pompa jantung dalam mengisi dan memompa darah dari paru, akibatnya terjadi penumpukan darah di paru (edema paru) dan menyebabkan peningkatan tekanan pada pembuluh darah paru. Maka fungsi paru pun terganggu dan terjadilah sesak napas. Keluhan sesak napas ini muncul saat beraktivitas, misalnya naik tangga, yang akan membaik setelah beristirahat. Jika tidak segera diatasi, keluhan tersebut dapat terus berlanjut walau pada saat istirahat, yaitu ketika pasien tidur terlentang. Oleh karena itu pasien harus tidur dengan banyak bantal menyangga kepala bahkan baru lega pada posisi setengah duduk. Keluhan lainnya yaitu kaki yang membengkak. Untuk kepastian diagnosis maka dilakukan pemeriksaan fisik, EKG, dan ekokardiografi. Obat yang diberikan antara lain obat yang mengurangi beban jantung, misalnya golongan diuretik. Pada gangguan saluran pencernaan bagian atas yaitu Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD) dan dyspepsia, dapat terjadi keluhan sesak napas. Peningkatan asam lambung yang kemudian naik dan masuk ke esophagus (kerongkongan), menimbulkan rasa sakit dan nyeri terutama saat bernapas pada pasien penderita GERD. Sesak napas pada dyspepsia timbul karena perut yang terisi penuh oleh gas dan angin menyebabkan rasa kembung dan begah sehingga diafragma (otot pemisah antara rongga dada dan perut) terdesak ke arah rongga dada. Untuk mengatasi sesak napas pada GERD, diperlukan obat untuk menurunkan asam lambung. Penderita sesak napas pada GERD harus segera dibawa ke dokter karena bila tidak segera diatasi dapat menimbulkan penyakit kanker. Untuk dyspepsia diperlukan obat prokinetik (obat untuk memperlancar gerakan saluran cerna) agar gas yang ada tidak terlalu banyak dan proses pembukaan diafragma berkurang. Jika pemberian obat maag tidak mengurangi keluhan maka pasien harus segera dibawa ke dokter untuk mendapat pemeriksaan lanjutan karena dikuatirkan terjadi tukak lambung yang dapat menimbulkan perdarahan saluran cerna. Pada kelainan ginjal, sesak napas terjadi karena adanya gangguan keseimbangan asam-basa yang menyebabkan darah menjadi lebih asam (asidosis). Penggunaan obat-obatan diperlukan dan dilanjutkan dengan mengurangi cairannya. Kadang pasien diharuskan pula untuk melakukan cuci darah. Pada diabetes, sesak napas terjadi karena komplikasi asidosis diabetes. Darah menjadi asam sehingga tubuh mengkompensasi dengan cara napas yang dalam dan cepat untuk mengeluarkan asam di dalam darah. Pernapasan seperti ini disebut pernapasan kussmaul. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan cairan yang cukup, memperbaiki kadar gulanya dan mengurangi kadar asam basa darah.

Semua sesak napas akibat gangguan metabolisme dapat menyebabkan kematian, oleh karena itu pasien harus segera dibawa ke dokter. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan sebelum mendapat bantuan dokter yaitu dengan membebaskan jalan napas pasien bila ada gangguan, melonggarkan segala hal yang menyulitkan pernapasan, menjaga posisi tubuh pasien agar tidak menutup jalan napas. Jangan memberikan makanan dan minuman pada pasien jika sedang terjadi sesak napas.

Gambaran Radiologi Cardiomegali Dan Udem Pulmo Pada Pasien Dengan Keluhan Sesak Nafas
Dibuat oleh: Inda Fathiya,Modifikasi terakhir pada Mon 24 of Jan, 2011 [02:50 UTC] Abstrak Edema paru merupakan penimbunan cairan serosa atau serosanguinosa yang berlebihan dalam ruang interstitial paru dan alveolus paru. Edema paru dapat terjadi karena peningkatan tekanan hidrostatika dalam kapiler paru, penurunan tekanan osmotic koloid seperti pada nefritis, atau kerusakan dinding kapiler. Jika terjadi gagal jantung kiri dan jantung kanan terus memompakan darah maka tekanan kapiler paru akan meningkat sampai terjadi edema paru. Pada pasien ini sejak 3 bulan ini mengeluh sesak nafas, sesak nafas ini dirasakan kambuh-kambuhan, sesak nafas dirasakan saat istirahat, memberat bila pasien bekraktifitas, dan sesak dirasa pada dimalam hari saat tidur. pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/100 mmhg, terdapat ronki basah basal pada kedua paru, Pemeriksaan Radiologis Thorax dapat memberikan interpretasi gagal jantung dengan udem pulmo. Keyword : udem pulmo, gambaran radiologis KASUS Pasien datang ke RS Jogja dengan keluhan sesak nafas sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit dan memberat 1 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas ini dirasakan kambuh-kambuhan sejak 2 tahun terakhir, sesak nafas dirasakan saat istirahat, memberat bila pasien bekerja sehingga membuat pasien membatasi pekerjaan. Saat muncul gejala, dada dirasakan nyeri, terutama sebelah kiri menyebar hingga seluruh dada. Sesak nafas muncul jika pasien kecapaian, udara dingin dan bekerja terlalu berat. Saat sesak nafas muncul bunyi mengi, namun sekarang sudah tidak. Malam hari pasien kadang-kadang terbangun karena sesak nafas, dengan posisi tidur bantal ditinggikan membuat pasien agak lega. Mual juga dikeluhkan, muntah 1x sebelum dibawa ke rumah sakit. BAB dan BAK lancar normal. Riwayat Penyakit Dahulu : pasien pernah menderita penyakit serupa kambuh-kambuhan sejak 2 tahun yang lalu, riwayat hipertensi ada, riwayat penyakit gula disangkal, riwayat penyakit asma disangkal pasien. Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada anggota keluarga yang menderita gejala serupa dengan pasien. Pada pemeriksaan fisik ditemukan, keadaan umum: lemah, tampak sesak nafas, kesadaran : compos mentis. Vital Sign : Tekanan Darah : 130 / 90 mmHg, Nadi : 92x/menit, Suhu : 36,6C, Respirasi :30x/menit. Pemeriksaan kepala, mata, hidung, mulut, telinga, leher dalam batas normal. Pemeriksaan thorax ditemukan: Paru-paru Inspeksi : Simetris, tidak tampak deformitas, tidak terdapat retraksi, tidak tampak jejas. Palpasi : Tidak terdapat ketinggalan gerak, vocal fremitus kanan sama dengan kiri. Perkusi : Sonor di lapang paru atas, redup pada regio basal, redup berubah dengan perubahan posisi (dextra dan sinistra) Auskultasi : terdapat suara dasar vesikuler, terdapat ronkhi basah halus, terdapat ronkhi basah basal Jantung Inspeksi : Ictus Cordis terlihat di spatium intercostalis VI linea axillaris anterior sinistra Palpasi : Ictus Cordis teraba di spatium intercostalis VI Linea axillaris anterior sinistra, kuat angkat. Perkusi : Batas jantung kanan atas : spatium intercostalis III linea para sternalis dextra Batas jantung kiri atas : spatium intercostalis III linea mid clavicula sinistra Batas jantung kanan bawah : spatium intercostalis V linea para sternalis dextra

Batas jantung kiri bawah : spatium intercostalis VI linea axillaris anterior sinistra Auskultasi : Bunyi Jantung SI-SII reguler. Tidak terdapat bising. 1. Abdomen

Inspeksi : Dinding perut sama dengan dinding dada, tidak ada deformitas. Auskultasi : Persitaltic usus normal Palpasi : Supel, tidak terdapat nyeri tekan, hepar lien tidak teraba. Perkusi : Tymphani di seluruh lapang abdomen. 2. Ekstremitas

Superior : Tidak terdapat udem, akral hangat, tidak pucat, tidak sianosis. Inferior : terdapat udem dextra dan sinistra (minimal), akral hangat, tidak pucat, tidak sianosis. Pemeriksaan foto rontgen thorax didapatkan hasil : cor kesan membesar, pulmo corakan bronkhovaskuler bertambah, tampak bercak-bercak kesuraman pada kedua paru, diaphragma dan sinus dalam batas normal.

DIAGNOSIS Gambaran radiologi, kesan: cardiomegali, suspek udem pulmonum

Diskusi : Gambaran paru didapat Garis Kerley untuk menentukan edema interstitial sulit dinilai pada pasien ini, gambaran pengurangan lusensi paru yang difus mulai dari hilus sampai ke perifer bagian atas dan bawah (butterfly appearance/ butterfly patterns atau bats wing pattern) terlihat pada gambaran rontgennya, hal ini menunjukkan adanya edema alveolar. Edema alveolar merupakan kelanjutan dari edema interstitial. Sehingga didapat kesan cardiomegali dan suspect oedem pulmonum. Gagal jantung kiri pada pasien ini merupakan komplikasi mekanis yang paling sering terjadi setelah infark miokardium, yaitu pada 50% kasus.. Dengan berkurangnya kemampuan ventrikel kiri untuk mengosongkan diri, maka besar curah sekuncup berkurang sehingga volume sisa ventrikel meningkat. Akibatnya tekanan jantung sebelah kiri meningkat. Kenaikan tekanan ini disalurkan ke belakang ke vena pulmonalis. Bila tekanan hidrostatik dalam kapiler paruparu melebihi tekanan onkotik vaskuler maka terjadilah proses transudasi ke dalam ruang interstitial menyebabkan edema pulmo interstitial. Bila tekanan ini masih meningkat lagi, terjadi edema paru-paru alveoli akibat perembesan cairan ke dalam alveoli. Edema alveoli tampak pada pemeriksaan rontgen paru. Gagal jantung kanan pada pasien ini adalah akibat meningkatnya tekanan vaskuler paru-paru hingga membebani ventrikel kanan. Selain tak langsung melalui pembuluh paru-paru terebut, disfungsi ventrikel kiri juga mempengaruhi langsung terhadap ventrikel kanan melalui fungsi anatomis dan biokimianya. Kedua ventrikel mempunyai satu dinding yang ama, yaitu septum interventrikuler dan keduanya terletak dalam pericardium. Selain itu, perubahan-perubahan biokimia seperti berkurangnya cadangan norepinefrin miokardium selama gagal jantung dapat merugikan kedua ventrikel. Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri, gagal jantung kanan dan gagal jantung kongestif. Gejala dan tanda yang timbul pun berbeda, sesuai dengan pembagian tersebut. Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu deffort, fatig, ortopnea, dispnea nocturnal paroksimal, batuk, pembesaran jantung, irama derap, ventricular heaving, bunyi derap S3 dan S4, pernafasan Cheyne Stokes, takikardia, pulsus alternans, ronkhi dan kongesti vena pulmonalis. Pada gagal jantung kanan timbul fatig, edema, liver engorgement, anoreksia dan kembung. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan hipertrofi jantung kanan, heaving ventrikel kanan, irama derap atrium kanan, murmur, tanda-tanda penyakit paru kronik, tekanan vena jugularis meningkat, bunyi P2 mengeras,

ascite, hidrotoraks, peningkatan tekanan vena, hepatomegali dan edema putting. Gagal jantung kongestif terjadi manifetasi gabungan gagal jantung kanan dan kiri (Price, 2006). New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungional dalam 4 kelas: Kelas I : Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan Kelas II: Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari hari tanpa keluhan Kelas III: Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan Kelas IV: Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan harus tirah baring. (Sudoyo, 2007). Penyebab tersering edema paru adalah kegagalan ventrikel kiri akibat penyakit jantung arteriosklerotik atau stenosis mitralis (obstruksi katup mitral). Jika terjadi gagal jantung kiri dan jantung kanan terus memompakan darah maka tekanan kapiler paru akan meningkat sampai terjadi edema paru (Price, 2006). Pembentukan edema paru dapat terjadi dalam dua stadium: 1. Edema interstitial yang ditandai pelebaran ruang perivaskuler dan ruang peribronkial serta peningkatan aliran getah bening 2. Edema alveolar terjadi sewaktu cairan bergerak masuk ke dalam alveoli.

Gambaran Radiologis Foto Toraks Terdapat hubungan lemah antara ukuran jantung pada foto toraks dengan fungsi ventrikel kiri. Pada gagal jantung akut sering tidak terdapat kardiomegali. Kardiomegali mendukung diagnosis gagal jantung khususnya bila terdapat dilatasi vena lobus atas. Foto rontgen adalah indicator penting untuk menentukan ukuran jantung dan mendeteksi pembesaran. Yang paling umum digunakan adalah CTR (cardiothoracic Ratio). Selain itu juga digunakan diameter tranversal jantung. CTR adalah perbandingan diameter transversal jantung dengan diameter transversal rongga thoraks. Rasio normalnya 50% (55% untuk orang Asia dan Negro). Rasio ini meningkat pada orang tua dan pada neonates kadang mencapai 60%. Metode ini tidak bisa dipakai pada orang yang letak jantungnya mendatar (horizontal) atau vertical dan orang dengan pericardium penuh lemak (Malueka, 2008). CTR = (a+b) (c1+c2) Keterangan: Garis a: jarak dari penonjolan yang dibentuk oleh atrium kordis dekstra sampai ke Linea mediana Garis b: jarak dari penonjolan yang dibentuk oleh ventrikel kordis sinstra sampai ke linea mediana Garis c: jarak dinding kanan-dinding kiri melalui sinus kardiofrenik. Normal = 48 50% (Malueka, 2008).

GAMBARAN RADIOLOGIS GAGAL JANTUNG KIRI Pada foto thoraks gagal jantung terlihat perubahan corakan vaskuler paru 1. 2. 3. Distensi vena di obus superior, bentuknya menyerupai huruf Y dengan cabang lurus mendatar ke lateral Batas hilus pulmo terlihat kabur Menunjukkan adanya edema pulmonum keadaan awal

4. 5. a.

Terdapat tanda-tanda edema pulmonum meliputi edema paru interstitial dan alveolar. Edema interstitial: edema ini menunjukkan septal line yang dikenal sebagai Kerleys line, ada 4 jenis yaitu: Kerley A: garis panjang di lobus superior paru, berasal dari daerah hilus menuju ke atas dan perifer

b. Kerley B: garis-garis pendek dengan arah horizontal tegak lurus pada dinding pleura dan letaknya di lobus inferior, paling mudah terlihat karena letaknya tepat diatas sinus costophrenicus Garis ini adalah yang paling mudah ditemukan di gagal jantung c. Kerley C: garis-garis pendek, bercabang, ada di lobu inferior. Perlu pengalaman untuk melihatnya, karena hampir sama dengan pembuluh darah. d. Kerley D: garis-garis pendek, horizontal, letaknya retrostrenal hanya tampak pada foto lateral (Malueka, 2008). Edema alveolar: terjadi pengurangan lusensi paru yang difus mulai dari hilus sampai ke perifer bagian atas dan bawah. Gambaran ini dinamakan butterfly appearance/ butterfly patterns atau bats wing pattern. Batas kedua hilus menjadi kabur (Malueka, 2008).

GAMBARAN RADIOLOGIS GAGAL JANTUNG KANAN Beberapa tanda khas gagal jantung kanan adalah: Vena cava superior melebar, terlihat sebagai pelebaran di suprahiler kanan sampai ke atas Vena azygos membesar sampai mencapai lebih dari 2 mm Efusi pleura, biasanya terdapat di sisi kanan atau terjadi bilateral

Interlobar effusion atau fissural effusion. Sering terjadi pada fissure minor, bentuknya oval atau elips. Setelah gagal jantung dapat diatasi, maka efusi tersebut menghilang, sehingga dinamakan vanishing lung tumor sebab bentuknya mirip tumor paru. Kadang-kadang disertai dengan efusi pericardial (Malueka, 2008).

2. Hematolosi dan biokimia (pemeriksaan laboratorium) Peningkatan hematokrit memnunjukkan bahwa sesak nafas mungkin disebabkan oleh penyakit paru, penyakit jantung congenital atau malformasi arteri vena. Kadar ureum dan kreatinin penting untuk diagnosis differential penyakit ginjal. Kadar kalium dan natrium merupakan predictor mortalitas 3. Ekokardiografi Pemeriksaan ini dilakukan untuk diagnosis optimal gagal jantung dalam menilai fungsi sistolik dan diastolic ventrikel kiri, katup, ukuran ruang jantung, hipertrofi dan abnormalitas gerakan 4. 5. 6. Tes fungsi paru Uji latih beban jantung Kardiologi nuklir

Kesimpulan : Diagnosis Gagal jantung dengan uden pulmo dapat ditegakkan dengan pemeriksaan radiologis Thorax Daftar Pustaka :

1.

Malueka, RG. 2008. Radiologi Diagnostik. Pustaka Cendekia Press. Yogyakarta.

2. Price, A.S et al. 2006. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-Prose Penyakit Volume I Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 3. Price, A.S et al. 2006. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-Prose Penyakit Volume II Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 4. Sudoyo, Aru W. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, FK UI, Jakarta.

PENULIS Inda Fathiya. Bagian Ilmu Radiologi, RSU JOGJA. 2011

(Pengertian dan Penjelasan Sesak Nafas beserta Penyebabnya) Sesak napas merupakan keluhan subyektif (keluhan yang dirasakan oleh pasien) berupa rasa tidak nyaman, nyeri atau sensasi berat, selama proses pernapasan. Pada sesak napas, frekuensi pernapasan meningkat di atas 24 kali per menit. Sesak napas merupakan gejala dari suatu penyakit serius yang tidak boleh diremehkan karena dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu harus dicari penyebab awal dan segera diatasi. Sesak napas dapat digolongkan menjadi 2 kelompok besar berdasarkan penyebabnya, yaitu organik (adanya kelainan pada organ tubuh) dan non organik (berupa gangguan psikis yang tidak disertai kelainan fisik). Sesak napas organik tidak hanya disebabkan oleh kelainan organ pernapasan, tetapi penyakit pada organ seperti jantung dan ginjal pun dapat menyebabkan terjadinya keluhan sesak napas. Selain karena kelainan organ, penyakit karena gangguan metabolisme pada kelainan ginjal, jantung, paru, dan kelainan metabolisme lainnya seperti diabetes, dapat pula menimbulkan sesak napas. Sesak napas karena kelainan saluran pernapasan paling sering ditemukan pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Penyakit ini disebabkan oleh proses peradangan paru dan ditandai dengan gangguan aliran udara dalam saluran pernapasan yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali kekeadaan semula). Gejala lain yang menyertai adalah batuk lama (kronik) yang berdahak. Faktor resiko tonggi untuk menderita penyakit ini adalah perokok, usia di atas 40 tahun, sering terpapar debu dan zat kimia dalam jumlah banyak. Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu roentgen dada, tes fungsi paru dengan spirometri, pemeriksaan dahak (sputum), dan analisa gas darah. Cara menangani penyakit ini adalah segera berhenti merokok pada orang perokok, mengkonsumsi obat-obatan pelega pernapasan (bronkodilator), antiradang seperti pada golongan steroid, dan antibiotik untuk mengatasi infeksi. Sesak napas pada asma muncul saat saluran pernapasan (bronkus) mengalami peradangan dan menyempit. Gejalanya berupa sesak napas yang disertai bunyi napas tambahan yang tidak normal seperti suara bersiul yang kasar, biasa disebut mengi (wheezing). Gejala lainnya adalah batuk dan nyeri dada. Orang yang mempunyai riwayat asma dalam keluarga memiliki rasiko tinggi untuk menderita penyakit ini. Selain itu pada bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg dan orang yang sering terpapar asap rokok, zat kimia dan polusi udar pun juga beresiko tinggi terkena asma. Pemeriksaan dilakukan dengan tes fungsi paru dengan spirometri dan peak flow meter. Asma tidak dapat disembuhkan tapi dapat dicegah dengan menghindari hal-hal yang dapat memicunya jadi harus diketahui pasti zat yang dapat merangsang serangan asma. Pada saat serangan, pasien diberi obat pelega seperti ipratropium. Penyakit infeksi paru seperti pneumonia, TBC, flu babi, dan flu burung sering disertai dengan gejala sesak napas. Selain itu pasien juga akan mengalami demam, batuk, nyeri dada, dan badan lemas. Pada seseorang yang memiliki kekebalan tubuh rendah seperti penderita HIVAIDS, beresiko tinggi terkena penyakit infeksi paru. Bayi dan orang berusia 65 tahun, perokok, dan orang yang sering bepergian ke negara dengan angka kejadian kasus flu babi (influenza A/H1N1) yang tinggi, juga beresiko tinggi mengalami infeksi paru. Pemeriksaan utama yang dilakukan untuk kepastian kuman penyebab yaitu dengan pemeriksaan dahak (sputum). Foto roentgen dada dan pemeriksaan laboratorium darah digunakan untuk menegakkan diagnosis. Terapi dan obat yang diberikan tergantung dari penyebab infeksi paru tersebut. Jika penyebabnya

bakteri maka akan diberikan antibiotik, dan bila disebabkan oleh virus maka akan diberikan antivirus. Lama pengobatan bervariasi, tergantung penyebab dan kondisi pasien. Kelainan jantung yang disertai keluhan sesak napas biasanya terjadi pada gagal jantung. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi pompa jantung dalam mengisi dan memompa darah dari paru, akibatnya terjadi penumpukan darah di paru (edema paru) dan menyebabkan peningkatan tekanan pada pembuluh darah paru. Maka fungsi paru pun terganggu dan terjadilah sesak napas. Keluhan sesak napas ini muncul saat beraktivitas, misalnya naik tangga, yang akan membaik setelah beristirahat. Jika tidak segera diatasi, keluhan tersebut dapat terus berlanjut walau pada saat istirahat, yaitu ketika pasien tidur terlentang. Oleh karena itu pasien harus tidur dengan banyak bantal menyangga kepala bahkan baru lega pada posisi setengah duduk. Keluhan lainnya yaitu kaki yang membengkak. Untuk kepastian diagnosis maka dilakukan pemeriksaan fisik, EKG, dan ekokardiografi. Obat yang diberikan antara lain obat yang mengurangi beban jantung, misalnya golongan diuretik. Pada gangguan saluran pencernaan bagian atas yaitu Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD) dan dyspepsia, dapat terjadi keluhan sesak napas. Peningkatan asam lambung yang kemudian naik dan masuk ke esophagus (kerongkongan), menimbulkan rasa sakit dan nyeri terutama saat bernapas pada pasien penderita GERD. Sesak napas pada dyspepsia timbul karena perut yang terisi penuh oleh gas dan angin menyebabkan rasa kembung dan begah sehingga diafragma (otot pemisah antara rongga dada dan perut) terdesak ke arah rongga dada. Untuk mengatasi sesak napas pada GERD, diperlukan obat untuk menurunkan asam lambung. Penderita sesak napas pada GERD harus segera dibawa ke dokter karena bila tidak segera diatasi dapat menimbulkan penyakit kanker. Untuk dyspepsia diperlukan obat prokinetik (obat untuk memperlancar gerakan saluran cerna) agar gas yang ada tidak terlalu banyak dan proses pembukaan diafragma berkurang. Jika pemberian obat maag tidak mengurangi keluhan maka pasien harus segera dibawa ke dokter untuk mendapat pemeriksaan lanjutan karena dikuatirkan terjadi tukak lambung yang dapat menimbulkan perdarahan saluran cerna. Pada kelainan ginjal, sesak napas terjadi karena adanya gangguan keseimbangan asam-basa yang menyebabkan darah menjadi lebih asam (asidosis). Penggunaan obat-obatan diperlukan dan dilanjutkan dengan mengurangi cairannya. Kadang pasien diharuskan pula untuk melakukan cuci darah. Pada diabetes, sesak napas terjadi karena komplikasi asidosis diabetes. Darah menjadi asam sehingga tubuh mengkompensasi dengan cara napas yang dalam dan cepat untuk mengeluarkan asam di dalam darah. Pernapasan seperti ini disebut pernapasan kussmaul. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan cairan yang cukup, memperbaiki kadar gulanya dan mengurangi kadar asam basa darah. Semua sesak napas akibat gangguan metabolisme dapat menyebabkan kematian, oleh karena itu pasien harus segera dibawa ke dokter. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan sebelum mendapat bantuan dokter yaitu dengan membebaskan jalan napas pasien bila ada gangguan, melonggarkan segala hal yang menyulitkan pernapasan, menjaga posisi tubuh pasien agar tidak menutup jalan napas. Jangan memberikan makanan dan minuman pada pasien jika sedang terjadi sesak napas.

Sesak Nafas (Dyspneu)


Puskesmas samarinda Penyebab:

Bebagai penyakit yang memerlukan penanganan cepat Jika diagnosis dan terapi lerlambat -> fatal Penatalaksanaan, anamnesis, pemeriksaan jasmani yang seksama -> memegang peranan sangat penting.

Penyakit-penyakit penyebab Sesak Napas:


Alergi: Asma Bronkiale Kardiologi: Payah Jantung Pulmonologi: Efusi pleura masif, Pneumonia, Pneumothoraks, Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM) Penyakit dalam: Gastritis, Esofagitis Psikiatri: Kesakitan atau ketegangan

Yang Harus Ditanyakan pada Anamnesa:

Sejak Kapan: Baru saja ? Sudah lama dan kambuh-kambuhan ? Tiba-tiba atau Perlahan-lahan? Apakah timbul sesudah kegiatan fisik berat? Apakah timbul bila berjalan jauh atau naik tangga? Apakah disertai batuk-batuk? Apakah disertai sputum : banyak? Berbuih? Mengandung darah? Apakah disertai nyeri dada kiri?

Asma Bronkiale Anamnesa:

Sering kambuh pada saat-saat tertentu (menjelang pagi, udara dingin, banyak debu, dll) Nafas berbunyi, disertai/ tanpa sputum

Kadang ada riwayat alergi (makanan tertentu, Obat, dll) Ada riwayat alergi/ sesak pada keluarga lain yang sedarah Kadang dicetuskan oleh stres.

Payah Jantung (Decompensatio Cordis) Anamnesa:

Timbul setelah aktivitas fisik berat (jalan jauh, naik tangga, dll) dan berkurang dengan istirahat Lebih enak berbaring dengan bantal tinggi.

Efusi Pleura, Pneumonia, Pneumothorax, Penyakit Paru Obstruktif Menahun Anamnesa: Sesak napas terus-menerus dan berkepanjangan

Gastritis (Dispepsia) Sesak nafas di hulu hati, sesaknya berhubungan dengan kecemasan, makanan, misalnya sesudah makan makanan yang merangsang (pedas, kecut, kopi, dll)

Penatalaksanaan Umum Sesak Napas:


Diagnosis Pasti : anamnesis, pemeriksaan fisik, foto thorak,EKG. Berikan O2 2-4 liter/ menit tergantung derajat sesaknya (secara intermiten) Infus D5% 8 tetes/menit, jika bukan payah jantung -> tetesan dapat lebih cepat Posisi setengah duduk atau berbaring dengan bantal tinggi -> usahakan yang paling enak buat pasien. Bila syok -> Posisi kepala jangan tinggi. Cari penyebab -> tindakan selanjutnya tergantung penyebab.

Perhatian :

Pada panyah jantung -> jangan beri infus NaCl, dan tetesan harus pelan sekali -> agar tidak makin memberatkan beban jantung Pada (riwayat) sakit dada -> jangan injeksi adrenalin -> fatal Pada PPOM, jika diperlukan O2 -> aliran kecil : 1-2 liter/ menit -> dapat terjadi Apnea.

Pengobatan Spesifik: Penatalaksanaan secara spesifik dilanjutkan sesuai dengan kausa nya.

Anda mungkin juga menyukai