Anda di halaman 1dari 26

Disertasi, Program Studi Pendidikan IPS, SPS UPI. Promotor: Prof. H.M.

Nu’man
Somantri, M.Sc.Ed.; Ko-Promotor: Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab, M.A.; Anggota:
Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M.Ed.

Disertasi ini menyajikan hasil kajian Pendidikan Kewarganegaran (PKn) dalam konteks
Pendidikan IPS untuk memperoleh kejelasan tentang: (1) ontologi dan kedudukan PKn
dalam konteks filsafat pendidikan disiplin ilmu serta kontribusi domain PKn terhadap
pembentukan struktur keilmuan; (2) peran PKn dalam membangun karakter bangsa; dan
(3) proses pembangunan karakter bangsa dalam sejarah perkembangan bangsa Indonesia.
Penelitian ini dilakukan sebagai upaya memperoleh dasar-dasar teoritik-konseptual PKn
untuk memberi sumbangan pemikiran bagi masyarakat akademik dalam memperkokoh
keilmuan PKn.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara; (1) wawancara terhadap para pakar dalam
bidang keilmuan secara multidisiplin yang menaruh perhatian besar terhadap PKn dan
upaya pembangunan karakter bangsa; (2) observasi terhadap akademisi, birokrat,
ilmuwan, dan tokoh nasional yang memiliki perhatian besar terhadap PKn dan upaya
pembangunan karakter bangsa dalam berbagai kesempatan forum ilmiah; dan (3) studi
dokumentasi sebagai pembanding dan pemerkaya temuan penelitian. Data kemudian
diolah melalui proses reduksi, analisis, dan penyajian secara kualitatif.

Simpulan temuan penelitian ini adalah: (1) Pengembangan PKn sebagai pendidikan
disiplin ilmu dengan identitas bidang kajian eklektik yang dinamakan “an integrated
system of knowledge”, “synthetic discipline”, “interdisciplinary”, “multidimensional“,
“scientific boundary line” dan atau “kajian konseptual sistemik” memiliki ontologi
“perilaku warga negara” dan landasan pokok, filosofis, normatif, psikologis, dan
material serta dua tugas ialah: tugas dalam bidang telaah dan tugas dalam bidang
pengembangan; (2) Peran PKn dalam membangun karakter bangsa memiliki kedudukan
yang sangat strategis karena bidang ini memfokuskan proses pembelajaran pada perilaku
individu warga negara dan proses pendidikan yang melibatkan tanggung jawab bersama
secara sinergi antara keluarga, masyarakat, sekolah, dan pemerintah; (3) Proses
pembangunan karakter bangsa di Indonesia dilakukan pada sebelum dan sesudah
berdirinya NKRI dengan fokus dan orientasi yang disesuaikan dengan tuntutan dan
tantangan perkembangan zaman.

Berdasarkan pada simpulan di atas, maka diperlukan paradigma baru PKn Indonesia.
Rekomendasi ditujukan kepada para pakar (global reformers) dan peneliti hendaknya
melanjutkan pengkajian keilmuan PKn secara lebih mendalam dan meluas, sedangkan
untuk praktisi baik pengembang kurikulum maupun guru perlu mengkaji,
mempertimbangkan, dan mengimplementasikan temuan penelitian ini dalam
mengembangkan kurikulum baik pada tataran makro maupun mikro.

SAPRIYA, H. NIM. 019813 / 2007. THE EXPERT THINKING PERSPECTIVES


ON CIVIC EDUCATION TO BUILD THE NATIONAL CHARACTER” (A
Conceptual-Ontological Analysis Within the Context of Social Studies Education).
Dissertation, Social Studies Education Program, Postgraduate Program, Indonesia
University of Education. Promoter: Prof. H.M. Nu’man Somantri, M.Sc.Ed.; Co-
Promoter: Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab, M.A.; Member of Promoter: Prof. Dr. H.
Endang Sumantri, M.Ed.

This dissertation presents the research findings on Civic Education (CE) to build the
National Character within the context of Social Studies Education in order to clarify: (1)
ontology and position of CE in the area of philosophy of social sciences education and
their contributions to the structure of the body of knowledge of CE; (2) the role of CE to
build the national character; and (3) the process of the national character building in the
Indonesian history. The study was also conducted as an effort to formulate the
theoretical and conceptual foundations to contribute to the community of CE scholars in
strengthening the building of the structure of CE as scientific discipline.

Data collection was undertaken by means of: (1) interviewing a number of experts with
multidisciplinary backgrounds who concern to the CE and national character building; (2)
observing the academicians, bureaucrats, and a number of experts in the area of
philosophy, law, and civic education in some academic forums; (3) analyzing documents
as a comparison to and enrichment for research findings. Data were then analyzed
qualitatively using reduction, analysis, and presentation techniques.

Conclusions finally drawn were: (1) Civic Education as the social studies education
developed eclectively in term of “an integrated system of knowledge”, “synthetic
discipline”, “interdisciplinary”, “multidimensional“, “scientific boundary line” or
“systemic-conceptual analysis” has main ontology called “citizen’s behavior” and
fundamental, philosophical, normative, psychological, and material foundations as well
as two formal tasks, namely (a) a domain of analysis and (b) domain of development; (2)
The role of CE in the national character building was argued as an important position
emphasizing a process of learning on an individual citizen behavior and synergyzing an
educational process as a collective responsibility of family, school, community, and
government; (3) The process of national character building in Indonesia was conducted at
pre and post stages of the declaration of the independence of Indonesia focusing on the
needs and challenges of era.

Based on those conclusions above, it was needed a new paradigm of Indonesia civic
education and recommended that: (1) the community of scholars as well as researchers
should continue efforts to investigate more broadly and deeply the area of CE as a
structure of knowledge, and (2) for the practitioners both as curriculum developers and
teachers should analyze, develop, and implement the research findings in the scopes of
macro and micro curriculum development respectively.

PENINGKATAN KOMPETENSI SISWA DALAM PELAJARAN PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN MELALUI PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING (CTL) DI KELAS VII-1 SMP NEGERI 44 BANDUNG
Dibiayai oleh: Direktur Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Dengan Surat
Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Nomor : 725 C/8104/P2TK & KPT/2005 Tanggal 16
Juni 2005 Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi (PPTK dan KPT) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional

Kokom Komalasari, S.Pd., M.Pd., Yusuf Haryasa, S.Pd. M.M. dan Dra.
Andayaningsih

Penelitian tindakan kelas ini beranjak dari permasalah yang dihadapi oleh guru PKN
Kelas VII-1 SMP Negeri 44 Bandung sebagai berikut: 1) Siswa menganggap mata
pelajaran PKN menjemukan karena berisi konsep-konsep yang harus dihapal; 2) Siswa
menghapal konsep-konsep dari buku teks PKN, bukan mengalami dan menemukan
sendiri melalui penugasan inquiry, sehingga mudah lupa (tidak berbekas); 3) Siswa hapal
konsep-konsep dalam PKN, tetapi tidak memahami maknanya (Verbalisme); 4) Siswa
mengetahui konsep tetapi tidak memahami bagaimana penerapan konsep dalam
memecahkan masalah yang ada di lingkungan sekitarnya; 5) Guru berorientasi pada
target hasil dan mengabaikan proses belajar siswa menuju penguasaan materi.

Untuk itu perlu perbaikan mutu pembelajaran PKN, maka dilakukan kolaborasi antara
guru pelajaran PKN dengan dosen LPTK untuk mengadakan classroom action research
pembelajaran PKN di Kelas VII-1 SMP Negeri 44 Bandung, dimana disepakati bersama
bahwa untuk memperbaiki mutu pembelajaran PKN dalam upaya meningkatkan
kompetensi kewarganegaraan siswa dalam civic knowledge, civic dispositions dan civic
skills perlu diterapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Penelitian dilakukan di kelas VII.1 SMPN 44 Bandung dengan jumlah siswa 38 orang
dan melibatkan 2 orang guru PKN dan 1 dosen LPTK. Penelitian dilaksanakan dalam 3
siklus, karena setelah siklus ketiga proses dan hasil pembelajaran telah sesuai dengan
harapan atau tujuan yang ingin dicapai. Masing-masing siklus menggunakan tahapan dari
Hopkins (1992) yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, Refleksi, dan Tindak Lanjut
Kegiatan. Siklus 1 menerapkan metode cooperative learning dengan media berupa
lembar pertanyaan, siklus 2 metode cooperative learning, analisis gambar dan pemecahan
masalah, siklus ke 3 cooperative learning dan analisis artikel surat kabar.

Hasil penelitian tindakan kelas menunjukkan bahwa : 1) Pendekatan Contextual


Teaching and Learning dapat digunakan sebagai sarana peningkatan kompetensi
kewarganegaraan siswa dalam keseluruhan aspek, meliputi pengetahuan (civic
knowledge), sikap (civic disposition), dan keterampilan (civic skill); 2) Penggunaan
pendekatan Contextual Teaching and Learning sebagai sarana peningkatan kompetensi
kewarganegaraan siswa dapat efektif jika didukung oleh kemampuan guru dalam
membuat perencanaan pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning,
kemampuan guru dalam menerapkan Contextual Teaching and Learning di kelas,
pelibatan aktivitas siswa secara proporsional di dalam proses pembelajaran, daya dukung
iklim kelas yang kondusif dan sarana-prasaran pembelajaran yang memadai (diantaranya
media pembelajaran yang menarik minat belajar dan penataan ruangan kelas untuk
belajar kelompok).

Keberhasilan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning dapat dilihat dari
adanya: 1) Respon positif siswa dalam penerapan pendekatan Contextual Teaching and
Learning; 2) Partisipasi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran berbasis Contextual
Teaching and Learning; 3) Peningkatan kompetensi siswa dalam aspek pengetahuan,
sikap, keterampilan kewarganegaraan.

Penelitian ini berhasil melakukan perbaikan dalam strategi pembelajaran menuju ke arah
student centered, dan metode pembelajaran lebih bervariasi melalui cooperative learning,
pemecahan masalah, analisis gambar dan artikel. Oleh karena itu, maka perlu diteruskan
kolaborasi antara guru dengan dosen LPTK dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan
Kelas untuk memperbaiki mutu pembelajaran di sekolah. Dan penerapan Pendekatan
pembelajaran PKN berbasis Contextual Teaching and Learning perlu diterapkan oleh
guru PKN di kelas lain, bahkan pada mata pelajaran lain.

Posted July 17th, 2009 by galihjoko

• Pendidikan Kewarganegaraan

ANALISIS

BAB 2
NASIONALISME, NEGARA BANGSA DAN KEWARGANEGARAAN

A. Nasionalisme dan Negara Bangsa


Hubungan negara dan warga negara sangat kuat, tidak dapat dilepaskan dari paham
nasionalisme. Kewarganegaraan merupakan konsekuensi dari paham nasionalisme.
Dengan terbentuknya negara bangsa atau negara modern maka yang paling penting
adalah siapa-siapa yang menjadi warga negara dan negara bangsa tersebut.
Nasionalisme memiliki banyak arti, tergantung dari penekanan dan sudut pandang yang
dipakai. Nasionalisme dapat diartikan kesadaran diri suatu bangsa. Nasionalisme
berkaitan dengan gagasan dan sentimen tentang identitas nasional bersamaan dengan
identitas seperti okupari, agama, suku, kelas, gender dan lain-lain. Nasionalisme juga
merupakan gerakan untuk meraih dan memelihara otonomi kohesi dan individualitas bagi
suatu kelompok.
Nasionalisme terbagi menjadi 5 jenis yaitu :
1. Nasionalisme humaniter
2. Nasionalisme yacobin
3. Nasionalisme tradisional
4. Nasionalisme liberal
5. Nasionalisme integral
Konsep nasionalisme dapat dikatakan sebagai suatu konsep yang meletakkan kesetiaan
tertinggi sesorang pada suatu negara tertentu. Konsep nasionalisme berasal dari
peradaban purba Yunani dan Ibrani Purba. Yang kemudian diubah pandangannya oleh
kaum kosmopolitan dengan pendapat tidak ada bangsa yang ada warga dunia. Dengan
munculnya Rennaissance dan reformasi maka nasionalisme kemudian tumbuh dan
berkembang dan akhirnya lahirlah bangsa-bangsa modern.
Revolusi Prancis pada tahun 1789 mengakibatkan perombakan total pada berbagai bidang
politik, negara memiliki peranan yang sangat penting memahami pendidikan agar
terbentuk generasi muda nasionalis. Revolusi ini digerakkan oleh bangsawan nasionalis.
Indonesia dapat dicirikan sebagai satu negara modern didasari dengan semangat
kebangsaan atau nasionalisme yaitu masyarakat untuk membangun masa depan bersama
negara walaupun berbeda-beda suku, agama, ras, etnik, budaya dan golongan.
Nasionalisme lahir pada abad 20 dengan adanya organisasi Boedi Oetomo yang
menghasilkan ketetapan Sumpah Pemuda pada tanggal 20 Oktober 1928. Tetapi pada saat
itu belum dilandasi dengan nasionalisme. Akar nasionalisme muncul setelah para pemuda
belajar di Belanda atau belajar dari pemerintah jajahan yang memunculkan nasionalisme
modern karena melampaui batas-batas etnis.
Untuk membentuk negara lebih sulit daripada membentuk pemerintahan khususnya
bangsa yang majemuk seperti Indonesia. Agar terbentuk negara modern harus memiliki
wawasan kenegaraan dan dasar-dasar kultur Politik Nasional yang bersifat abstrak dan
lembaga-lembaga negara yang bersifat konkrit untuk mewujudkan kepentingan rakyat.
Perlu adanya integrasi nasional yang solid.
Dalam merancang lembaga-lembaga negara Indonesia bersumber dari :
1. Esensi kultur politik tradisional yang dianut masyarakat Indonesia yang sifatnya
majemuk
2. Faham atau institusi kenegaraan modern yang dianut pemimpin pergerakan
kemerdekaan Indonesia.
Dari faham dan institusi kenegaraan modern disepakati bahwa paham negara yang
berdasarkan hukum, bentuk negara yang republik, kedaulatan rakyat atau demokrasi,
pemilihan umum, sistem pemerintahan presidensiil, pengawasan oleh dewan perwakilan
rakyat, otonomi daerah dan jaminan hak warga negara dan penduduk. Dengan
kesepakatan tersebut maka terbentuklah negara Indonesia.

B. Bangsa, Negara Bangsa dan Kewarganegaraan


Pengertian bangsa dikaji dari segi etnik, politik, dan hukum. Bangsa artinya sekelompok
orang yang terikat antara satu sama lainnya di mana mereka tinggal. Pengertian bangsa
dari sudut etnik terletak pada kesamaan hal-hal yang diturunkan dan juga lingkungan asal
di mana mereka tinggal. Bangsa dari sudut politik adalah satu kesatuan ditentukan oleh
keinsafan sebagai persekutuan yang tersusun menjadi satu yang terbit karena percaya atas
kesamaan nasib dan tujuan. Pengertian bangsa dari segi hukum adalah ikatan antara
negara dengan orang-orang pribadi.
Kewarganegaraan dapat dibedakan menjadi empat macam aitu kewarganegaraan dalam
arti yurudis, kewarganegaraan dalam arti sosiologis, kewarganegaraan dalam arti formal
dan kewarganegaraan dalam arti material.
Status kewarganegaraan untuk dimiliki seseorang itu sangat penting dan pentingnya
status seseorang dapat dilihat dari kepentingan seseorang sebagai warga negara. Dari segi
negara warga negara sangat menentukan berhasil tidaknya pencapaian tujun negara.
PEMIKIRAN KEWARGANEGARAAN INDONESIA DALAM SIDANG BPUPKI
DAN UUD 1945

A. Pemikiran Kewarganegaraan Indonesia sebelum Indonesia merdeka (dalam sidang


BPUPKI)
Istilah warga negara dalam UUD 1945 yang juga dikenal dalam berbagai peraturan
perundang-undangan pada awalnya dirumuskan dalam setiap Sidang BPUPKI. Badan ini
memberikn andil yang cukup besar dalam kelahiran NKRI. Dalam rangka
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, BPUPKI melakukan beberapa sidang, yang
antara lain :
1. Sidang Pertama Tanggal 29 Mei – 1 Juni 194, membicarakan dasar negara Indonesia.
Dalam sidang telah berbicara 32 orang anggota.
a. Sidang Kedua Tanggal 10 – 17 Juli 1945 mempunyai arti yang penting dalam
membahas dan mematangkan persiapan kemerdekaan Indonesia untuk mempersatukan
dasar negara serta tiga unsur negara yaitu wilayah negara, warga negara serta pemerintah
negara. Pembahasan tentang arga negara didasarkan atas golongan ras dan etnik
penduduk. Penduduk golongan bumiputera dengan sendirinya menjadi warga negara
sedangkan penduduk golongan timur asing terbagi menjadi keturunan Arab dan
keturunan Tionghoa.
Mereka yang tidak ingin menjadi sebagai warganegara pada massa Hindia Belanda,
penduduk dikelompokkan menjadi empat yaitu :
1) Orang Eropa
2) Orang yang dipersamakan dengan Eropa
3) Bumi putra, dan
4) Orang yang disamakan dengan Bumi Putra.
Kedudukan ini berakhir dengan berlakunya Undang-undang Kewarganegaraan Belanda
dan Kependudukan 1892 kecuali Suriname dan Euralap (Paulus, 1983 : 22) sebagai dasar
pemberian hak-hak dan kewajiban berakhir pula dengan berlakunya Undang-undang
tentang kewarganegaraan Belanda bukan Belanda pada tahun 1910 dan menggantinya
dengan status onderduan (sejenis warga negara) terhadap penduduk yang lahir di daerah
jajahan Hindia Belanda. Berdasarkan pasal 163 Indische Staatregeling (15) maka dikenal
adanya 3 (tiga) golongan rakyat yaitu : Orang Belanda, Orang Bumiputera, dan Orang
timur asing yang digolongkan lagi atas timur Asing Cina dan Timur asing lainnya.

B. Pemikiran Kewarganegaraan Republik Indonesia setelah Indonesia Merdeka (dalam


UUD 1945)
Negara Republik Indonesia berdiri tanggal 17 Agustus 1945, saat diproklamirkan
Indonesia merdeka oleh Soekarno Hatta, hukum terdiri dari tiga unsur yang dapat
dipisah-pisahkan antara lain : Norma (ugeran) ialah hukum yang dicita-citakan
berdasarkan keyakinan dan kenyataan masyarakat; Idea; dan Praktik
Beberapa sarjanah ada yang memiliki pendirian bahwa pendiri negara Republik Indonesia
tanggal 18 Agustus 1945 berpendapat saat proklamasi diucapkan belum ada negara
Republik Indonesia. Asalnya adalah bahwa pada waktu itu belum ada unsur yang
keempat dari syarat adanya negara.
Adanya tertib hukum apabila memenuhi empat syarat: Ada kesatuan subyek (penguasa)
tercantum alinia 4 pembukaan UUD 1945, adanya suatu pemerintah Indonesia; Ada
kesatuan asas kerohanian yang meliputi / menjadi dasar tercantum dalam Pancasila; Ada
kesatuan daerah tempat keseluruhan peraturan-peraturan hukum yang berlaku seluruh
tumpah darahku Indonesia, pada pembukaan UUD 1945 alinia ke 4; dan Ada kesatuan
waktu saat peraturan-peraturan hukum yang berlaku terdapat susunan, susunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam bentuk negara tercantum pembukaan UUD
1945.
Pokok-pokok pikiran yang mengenai kewarganegaraan yang terdapat dalam proklamasi,
pembukaan, batang tubuh dan pasal-pasal UUD 1945 ialah :
a. Ditinjau dari sudut filsafat, warga negara adalah jiwa bangsa alias berkat rahmat Allah
Yang Maha Esa. Jiwa asli, jiwa leluhur atau jiwa bangsa Indonesia.
b. Ditinjau dari sejarah atau histori, warganegara adalah bangsa dalam 6 arti etnik yaitu
bangsa itu lahir atau Sriwijaya dan Majapahit.
c. Ditinjau dari sudut konstitusi batang tubuh UUD 1945 warganegara bangsa Indonesia
dalam daerah negara Indonesia.
d. Ditinjau dari hukum atau yuridis (pasal-pasal), warganegara adalah orang asli bangsa
Indonesia.
Syarat-syarat untuk mendapatkan atau kehilangan sebagai warga negara antara lain :
a. Asas kerohanian
1) Harus berketuhanan yang maha kuasa.
2) Tidak menyebarkan dan mengembangkan paham yang bertentangan atau meniadakan
tentang ajaran kerohanian.
3) Selama berdiri di negara Indonesia menunjukkan tingkah laku yang tidak tercela
terhadap dasar negara, pemerintah dan masyarakat yang tinggal.
b. Terhadap landasan sejarah (histori) ikatan dengan negara adalah ikatan berdasarkan
keturunan atau asal atau pertalian darah atau sanguinis.
c. Terhadap landasan hukum konstitusi ikatan dengan negara (yuridis konstitusional).
Secara sosiologis yaitu warga negara Indonesia,
1) Harus dapat berbahasa daerah atau berbahasa Indonesia.
2) Dalam kehidupan sehari-hari harus dapat bersosial kepada masyarakat.
3) Menyekolahkan anak-anak ke sekolah yang mengajarkan sejarah.
d. Secara yuridis berkat rahmat yang Maha Esa adalah warga negara adanya tali hukum
dengan negara.
Dalam sidang BPUPKI telah lahir pemikiran-pemikiran yang mendasar kewarganegaraan
Indonesia dari beberapa golongan. Pimikiran dalam BPUPKI maupun bidang pnitia UUD
dapat dirumuskan dalam Undang-Undang Dasar.
1. Yang menjadi warganegara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan.
2. Syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan, negara ditetapkan dengan undang-
undang pasal 26 mengenai orang-orang bangsa. Pasal 26 menerangkan antara warga
negara asli dan warga negara keturunan negara asing.

• click link
• 343 clicks

Untuk dapat merequest file lengkap yang dilampirkan pada setiap judul, anda harus
menjadi special member, klik Register untuk menjadi free member di Indoskripsi.
Semua Special Member dapat mendownload data yang ada di website ini.
NB: Ada kemungkinan beberapa data belum ada filenya, karena dikirim oleh member
biasa dan masih menunggu konfirmasi dari member yang bersangkutan. Untuk
memastikan data ada atau tidak silahkan login di download area.

Posted July 17th, 2009 by galihjoko

• Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I
PENDIDIKAN KEWARGAAN NEGARA

A. Pengertian Pendidikan Kewargaan Negara


PKN adalah suatu pendidikan yang ingin membina seseorang yang sudah memiliki status
kewarganegaraan menjadi warga negara yang baik. Jadi PKN bertujuan meningkatkan
kualitas manusia Indonesia (WNI). Yang dalam dunia pendidikan di negara kita
mempunyai 12 sasaran bina aspek yaitu :
1. Pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME
2. Yang berbudi pekerti luhur
3. Yang berkepribadian
4. Berdisiplin
5. Yang bekerja keras
6. Yang tangguh
7. Yang mandiri
8. Yang bertanggung jawab
9. Yang cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani
10. Yang mampu menumbuhkan dan mempertebal rasa cinta tanah air
11. Yang mampu menumbuhkan dan mempertebal semangat kebangsaan dan
kesetiakawanan sosial
12. Yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri serta sikap dan perilaku yang inofatif dan
kreatif
PKN tidak dibatasi oleh lingkup tempat dan waktu. Hanya saja penyampaian PKN itu
disesuaikan dengan profesi yang ingin dimiliki oleh peserta didik.

B. Sasaran Pendidikan Kewargaan Negara


Objek studi PKN adalah manusia Indonesia yaitu Warga Negara Indonesia.
Status/kedudukan seseorang membawa serta peranan seseorang. Disinilah seseorang
dituntut dapat senantiasa menampilkan dirinya sesuai dengan hakekat manusia. Pangkal
tolak untuk supaya manusia itu dapat sesuai dengan statusnya adalah pengendalian diri.

C. Teori Status Warga Negara


Menurut Patmo Wahyono dalam bukunya “Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum”
ada 4 teori status warga negara yaitu:
1. Status positif adalah sebagai warga negara kita berhak memperoleh sesuatu yang
positif dari organisasi negara.
2. Status Negatif artinya warga negara mempunyai hak untuk tidak dicampuri oleh negara
dalam hal tertentu.
3. Status Aktif artinya pelaksanaan hak dan kewajiban merupakan hal yang paling utama.
4. Status Pasif artinya patuh pada pimpinan penyelenggara negara.
Untuk mendasari supaya menusia WNI itu menyadari akan statusnya perlu mengetahui
lebih dahulu hakekat dari manusia pada umumnya. Tapi yang dikatakan hakekat manusia
adalah terdiri dari rokhani dan jasmani faktor nXn. Pada dasarnya manusia dapat dan
harus mendidik serta dapat mendidik diri sendiri.

D. Pancasila Pencerminan Hakekat Kodrat Manusia


Hubungan manusia Indonesia dengan status warga negara Indonesia dilandasi oleh
Pancasila yang telah menjadi pandangan hidupnya.
Asas Pancasila melekat pada realita manusia/asas kodrat manusia, khususnya manusia
Indonesia. Hakekat kodrat manusia dapat disajikan dalam bagan sebagai berikut:
1. makhluk pribadi/manusia Indonesia
Kodrat Manusia
2. makhluk sosial/warga negara Indonesia

Segi Lahiriah perlu bantuan orang lain/kerjasama dalam


1. Sebagai
makhluk
individu
Segi Batiniah perlu tanggapan yang sifatnya emosional

2. Sebagai makhluk ada hubungan dengan Kemampuan untuk bekerja


sosial (WNI) orang/pribadi yang lain sama, mempunyai
arti/berperan apabila
hidup memasyarakat

Kebudayaan

Teknologi
E. PKN Sebagai Program Pendidikan
PKN berobjekkan warga negara, karena status WNI itu didapat sejak manusia lahir dan
berakhir sampai dengan akhir hayat, maka PKN merupakan pendidikan seumur hidup.
Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia
yang semuanya berlangsung seumur hidup. Sistem pendidikan adalah sistem buatan
manusia yang dengan sendirinya tidak lepas dari proses perubahan.
Secara skematis sistem pendidikan dapat disajikan sebagai berikut:
Lingkungan

Masukan pendidikan proses pendidikan Hasil pendidikan (output)

Menurut H Combs dan WY Plat ada 3 sumber masukan pendidikan yaitu:


1. Pengetahuan, nilai-nilai dan cita-cita yang terdapat dalam masyarakat.
2. Penduduk dan persediaan tenaga kerja
3. Hasil produksi dan penghasilan
Proses pendidikan adalah upaya yang mempunyai 2 arah, yaitu:
1. Bersifat menjaga kelangsungan hidupnya
2. Menghasilkan sesuatu

Dalam hal ini ada 2 pihak dalam proses pendidikan. Yaitu pihak pengelola (pemerintah,
swasta) dan pihak peserta didik (subjek didik) yaitu pihak yang dikenai atau diatur.
Hasil pendidikan yaitu orang terdidik. Tujuan pendidikan meliputi perubahan
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.

Analisis dari BAB I mengenai pengertian pendidikan Kewargaan Negara:


1. PKN merupakan suatu pendidikan sifatnya sangat umum dan senantiasa disesuaikan
dengan status kewarganegaraan. PKN dapat dilaksanakan dalam pendidikan formal,
informal dan nonformal. Sehingga penyampain PKNB disesuaikan dengan profesi yang
ingin dimiliki oleh peserta didik.
2. objek dari PKN adalah manusia Indonesia. Manusia senantiasa membangun dirinya
dalam kehidupan bersama, bermasyarakat dan bernegara. Program PKN, yaitu program
pendidikan yang ingin membuat manusia Indonesia (WNI) menjadi warga negara yang
baik sesuai dengan yang telah diakuinya yaitu Pancasila dan UUD 1945
3. PKN diharapkan antara lain dapat mendidik warga negara Indonesia menjadi warga
negara yang baik. Dikatakan sebagai warga negara yang baik apabila warga negara
tersebut mampu memenuhi ketentuan kodrat yang telah tertanam dalam diri manusia itu
sendiri. Di Indoesia dikatakan baik adalah manusia Indonesia yang bermoral Pancasila.
4. Dengan demikian PKN sangat penting bagi kehidupan manusia Indonesia, karena PKN
banyak mengandung berbagai pendidikan yang baik untuk kita terapkan masyarakat.
Tanpa adanya PKN interaksi kita dengan orang lain akan terjalin dengan baik.

BAB II
PENDIDIKAN KEWARGAAN NEGARA
SEBAGAI PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

A. Pendidikan Seumur Hidup


Pendidikan seumur hidup disebut juga Life Long Education. (Life = hidup, Long =
panjang, Education = pendidikan). Life Long berarti seumur hidup. Istilah tersebut
menunjukkan ukuran waktu belajar. Life Long Education menunjukkan bahwa waktu
belajar itu mulai awal/permulaan kehidupan dan berakhir setelah kehidupan berakhir
(mati). Life Long Education berarti pula Life Long Learning (belajar yang berlangsung
terus menerus seumur hidup)
Pendidikan seumur hidup merupakan proses budaya yang dapat meningkatkan harkat dan
martabat manusia. Sesuai dengan program “International Education Year”, maka
program pendidikan seumur hidup difokuskan pada pendidikan di masa mendatang.
Program pendidikan seumur hidup (PKN) adalah program yang diintegrasikan dengan
kehidupan yang nyata dalam masyarakat. Pendidikan tidak hanya bersifat akademik
melainkan juga mengandung sifat vocational dan kebudayaan. Pendidikan seumur hidup
disebut pula pendidikan yang diintegrasikan (Life Integrated Education).
Pendidikan yang diintegrasikan mengandung pengertian:
1. Pendidikan yang bukan hanya mengejar kepuasan Lahiriah, tetapi juga sekaligus
mencapai kepuasan Batiniah.
2. Pendidikan yang diintegrasikan mengandung maksud pula terjadinya penyesuaian
antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
3. Melalui PKN diharapkan pula dapat terjadi kesinambungan antara pendidikan pertama
(informal), lingkungan pendidikan kedua (formal) dan lingkungan pendidikan ketiga
(nonformal)
Pendidikan seumur hidup mempunyai beberapa prinsip. Menurut Paul Lengrand bahwa
prinsip pendidikan seumur hidup adalah:
1. Terjadinya kontinuitas (kesinambungan) pendidikan tanpa menimbulkan kebosanan
pengetahuan.
2. Dalam mencapai tujuan khusus yang ada dalam masyarakat perlu adanya penyesuaian
antara program dan cara/metode
3. pembinaan manusia ditujukan untuk mencapai kehidupan yang dapat terjadi
penggantian dan perubahan bentuk
4. penggunaan bermacam sasaran latihan dan penerangan selain yang digunakan dalam
dunia pendidikan
5. Kaitan yang erat antara berbagai bentuk tindakan dan tujuan pendidikan

Menurut Edgars Fours yang menyebutkan prinsip pendidikan seumur hidup yaitu :
1. Prinsip membimbing untuk posisi pendidikan
2. Prinsip perspektif menyeluruh
3. kurang formalitas dalam pendidikan
4. mobilitas dan pilihan
5. pendidikan pra sekolah merupakan prakondisi yang asasi bagi kebijakan pendidikan
dan kebudayaan
6. Pendidikan dasar
7. memperluas pendidikan umum
8. mobilitas kejuruan yang maksimal
9. peran pendidikan dari perdagangan dan industri
10. variasi dalam pendidikan tinggi
11. kriteria seleksi
12. pendidikan orang dewasa
13. pandai membaca menulis
14. belajar sendiri
15. teknologi pendidikan
16. penerapan teknik baru
17. kedudukan pengajar
18. pendidikan konvensional dan tidak konvensional
19. tempat pelajar dalam kehidupan sekolah
20. tanggungjawab pengajar

B. Karakteristik Pendidikan Seumur Hidup


Menurut studi yang dipersiapkan untuk UNESCO yaitu Institute for Education yang
bekerja sama dengan IERS (The International Educational Reporting Service),
menetapkan karakteristik pendidikan seumur hidup sebagai berikut :
1. Totalitas
2. kualitas hidup
3. Integrasi
4. Demokratisasi
5. Saling hubungan tingkatan pendidikan
6. Fleksibilitas
7. Saling hubungan antara pekerjaan dan pendidikan
8. kesamaan memperoleh kesempatan
9. mengubah formula pada pola pendidikan

Menurut UNESCO yaitu Institute for Education bekerjasama dengan Moditerranean


General Foundation di Hamburg, menetapkan karakteristik pendidikan seumur hidup
sebagai berikut :
1. Pendidikan tidak terminal pada akhir pendidikan formal di sekolah
2. pendidikan seumur hidup tidak membatasi pada pendidikan orang dewasa
3. rumah sebagai tempat pertama
4. pendidikan seumur hidup termasuk kedua pola pendidikan formal dan non formal
5. masyarakat
6. lembaga pendidikan
7. kesinambungan dan artikulasi sepanjang dimensi vertikal
8. integrasi horisontal
9. bersifat universal
10. ditandai dengan keluwesan dan keanekaragaman di dalam isi
11. pendekatan yang dinamis
12. pola alternatif dan bentuk-bentuk perubahan pendidikan
13. umum dan profesional
14. fungsi adaptasi dan inovasi dari individu dan masyarakat
15. fungsi korektif
16. mencapai dan memperbaiki kualitas hidup
17. kesempatan yang baik, motivasi dan kemampuan untuk memperoleh manfaat belajar
18. prinsip organisasi dari seluruh pendidikan

C. PKN Sebagai Pendidikan Seumur Hidup


Menurut Skager dan Dave bahwa kurikulum sekolah pendidikan seumur hidup memiliki
kriteria sebagai berikut :
1. Memandang belajar sebagai suatu proses yang berkesinambungan dari masa kanak-
kanak sampai dewasa.
2. Dilihat dalam konteks belajar yang serempak yang berlangsung di keluarga,
masyarakat, tempat kerja dan sebagainya.
3. mengenal hakekat kesatuan pengetahuan dan hubungan antara bidang studi utama
4. mengetahui bahwa sekolah adalah lembaga pendidikan yang utama
5. menekankan tentang pentingnya terbentuknya orang-orang autodidak
6. Memperhitungkan kebutuhan akan pemahaman dan pembaharuan sistem nilai-nilai
yang maju oleh individu
PKn sebagai pendidikan seumur hidup khususnya program PKN di sekolah hendaknya
mencakup :
1. Pembinaan kesadaran tentang kebutuhan terhadap pendidikan seumur hidup itu sendiri
2. Pengembangan potensi
3. Pengintegrasian antara pengalaman sekolah dan di luar sekolah

Analisis dari Bab II


tentang Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Seumur Hidup
1. Bahwa pendidikan seumur hidup akan dapat meningkatkan kualitas manusia dengan
hakekat dan kodrat sebagai manusia. Pendidikan merupakan suatu totalitas, suatu
pembangunan masusia utuh sehingga program pendidikan seumur hidup (PKN) adalah
program yang diintegrasikan dengan kehidupan nyata dalam masyarakat. Program ini
mengandung maksud pengembangan kepribadian secara penuh yang disesuaikan dengan
kehidupan nyata.
2. PKN sebagai pendidikan seumur hidup mempunyai tujuan membina agar manusia
menjadi warga negara yang baik merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah. Dengan demikian dalam rangka membantu program PKN
diharapkan untuk menanamkan moral Pancasila (P4) dengan mengintegrasikan ke
dalamtingkah laku dan perbuatannya. Karena PKN dalam hal ini mempunyai banyak
cakupan dan potensi dalam pengembangan di sekolah.

BAB III
KEDUDUKAN WARGA NEGARA DALAM PEMERINTAHAN
MENURUT UUD 1945

A. Hubungan antara Pemerintah dan Warga Negara


1. Pengertian Pemerintah
Menurut Colly Lubis, istilah ‘Pemerintahan’ mencakup pengertian tentang keukasaan
dalam negara. Sedangkan ‘Pemerintah’ lebih menggambarkan peralatan dan organ
pemerintahan itu sendiri. Jadi pemerintah dalam arti luas adalah gabungan dari semua
badan kenegaraan yang berkuasa memerintah termasuk semua badan kenegaraan yang
bertugas menyelenggarakan kesejahteraan umum. Sedangkan dalam arti sempit
pemerintah adalah kepala negara (presiden) bersama-sama dengan menteri-menterinya
yang disebut organ eksekutif.
2. Hubungan antara Pemerintah dengan Warga Negara
Ada beberapa pendapat di kalangan ahli mengemukakan persoalan hubuungan antara
pemerintah dengan warga negara sebagai berikut :
a. Pemerintah sebagai suatu personifikasi dari kekuasaan egara yang merupakan
‘Herrschergewalt’
b. Teori Krabbe tentang ‘Rechts Souvereiniteit’ berpendapat bahwa semua subjek hukum
itu adalah sama derajatnya begitu pula negara
c. Bidang hukum yang meliputi perjanjian-perjanjian antara pemerintah dengan warga
negara
d. Sifat hubungan hukum antara pemerintah dengan warga negara
e. Dasar hukum pemerintah untuk bertindak sebagai pemerintah terhadap warga negara
dengan dasar ‘respublica’ atau kepentingan umum.

B. Beberapa hal tentang Kehidupan pemerintah dan Warga Negara dalam Hubungannya
ddengan Pelaksanaan UUD 1945
Ada beberapa pasal yang berkaitan dengan hubungan pemerintah dan warga negara
antara lain :
1. Pasal 26 UUD 1945 yang mengatur tentang siapa yang berhak menjadi warga negara
RI.
2. Pasal 27 UUD 1945 yang mengatur hak dan kewajiban warga negara dalam bidang
hukum dan pemerintahan
3. Pasal 28 UUD 1945 yang mengatur tentang pengakuan atas adanya hak untuk
berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat baik berupa lisan maupun tulisan
4. Pasal 29 UUD 1945 yang mengatur hak kehidupan beragama
5. Pasal 30 UUD 1945 yang mengatur bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pembelaan negara
6. Pasal 31 UUD 1945 yang mengatur yang mengatur tentang hak dalam pendidikan
7. Pasal 32 UUD 1945
8. Pasal 33 UUD 1945 yang mengatur tentang hak dan kewajiban dalam perekonomian
9. Pasal 34 UUD 1945

Analisis dari Bab III adalah sebagai berikut :


1. Dasar hubungan antara pemerintah dan warga negara yaitu di satu pihak pemerintah
berkewajiban memelihara kepentingan warga negara, di lain pihak warga negara sebagai
warga dari negara hukum RI berkewajiban mematuhi dan mendukung hukum dan
pemerintah tidak kecuali.
2. Dengan demikian maka hubungan antara pemerintah dan warga negara harus ada
keselarasan yang harmonis dan tercermin dalam hubungannya dengan pelaksanan UUD
1945 yang berkaitan dengan dijabarkannya dalam pasal-pasal UUD 1945 yaitu dari pasal
26 sampai dengan pasal 34 UUD 1945. sehingga dalam hal ini pemerintah menggunakan
haknya untuk menuntut kewajiban warga negara misalnya masalah perpajakan dan lain-
lain.

BAB IV
WARGA NEGARA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN
ASPEK-ASPEK KEHIDUPAN IDEOLOGI, SOSIAL, BUDAYA DAN HANKAM

A. Warga Negara dalam Hubungannya dengan Aspek Kehidupan Ideologi


Ideologi dapat diartikan sebagai suatu gagasan yang berdasarkan pemikiran. Pemikiran
tersebut berkaitan dengan suatu gagasan, tindakan dan akan menjadi pedoman bagi suatu
tindakan tertentu.
Pancasila sebagai ideologi negara dan bangsa merupakan keyakinan dan ajaran pook
yang dijadikan dasar serta memberikan arah untuk dicapai dalam melangsungkan dan
mengembangkan hidup dan kehidupan nasional suatu bangsa dan negara.
Untuk mengamalkan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara perlu adanya
penghayatan yang terdiri dari beberapa tahap antara lain tahap dimilikinya pengetahuan,
tahap kesadaran, tahap ketaatan dan tahap pengamalan.

B. Warga Negara dalam Hubungannya dengan Aspek Kehidupan Sosial


Sosial yaitu segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau suka memperhatikan
kepentingan umum. Istilah sosial menunjuk pada segi kehidupan bersama yaitu segi
kemasyarakatan. Setiap masyarakat mempunyai em,pat unsur penting bagi eksistensinya
yaitu struktur sosialm pengawasan sosial, media sosial dan standar sosial.

C. Warga Negara dalam Hubungannya dengan Aspek Kehidupan Budaya


Dalam arti sempit, kebudayaan adalah terbatas pada hal-hal yang indah seperti candi, tari-
tarian, seni rupa, seni suar, kesusasteraan dan filsafat. Dalam arti luas kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi
kebutuhan dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik dengan belajar
yang mencakup rohani, material, potensi maupun keterampilan.
Isi pokok dari kebudayaan adalah :
1. Bahasa
2. Sistem penegtahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian
6. sistem religi
7. Kesenian
Tiga wujud kebudayaan adalah :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari
manusia dalam bermasyarakat
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Dari penjelasan ini sebagai warga negara yang baik harus ikut berpartisipasi
mengembangkan kebudayaan nasional sebagai upaya yang melekat langsung pada
perwujudan cita-cita kebangsaan.

D. Warga Negara dalam Hubungannya dengan Aspek Kehidupan Hankam


Pertahanan keamanan negara adalah pertahanan keamanan negara Republik Indonesia
sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara yang mencakup upaya dalam bidang
pertahanan yang ditujukan terhadap segala ancaman dari luar negeri dan upaya dalam
bidang keamanan yang ditujukan terhadap ancaman dari dalam negeri.
Pada dasarnya pertahanan keamanan adalah perlawanan rakyat semesta. Perlawanan
rakyat semesta memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Kerakyatan
2. Kesemestaan
3. Kewilayahan
Pertahanan keamanan negara bertujuan untuk menjamin tetap tegaknya negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. terhadap ancaman baik dari
dalam negeri maupun luar negeri demi tercapainya tujuan nasional.
Dalam kaitannya dengan pertahanan dan keamanan yang dapat dilakukan dan harus
dilakukan oleh setiap warga negara ialah ikut serta menjaga keamanan dan ketertiban
dalam lingkungan masing-masing.
Analisis dari Bab IV adalah sebagai berikut :
1. Warga negara yang baik harus bisa menyelaraskan kehidupannya dengan aspek-aspek
ideologi, sosial, budaya, hankam. Karena tanpa itu mungkin saja negara Kesatuan
Republik Indonesia tidak akan berdiri kokoh sebagaimana sekarang dan kita sebagai
warga negara harus bisa menjaganya demi tegaknya negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Warga negara yang baik harus bisa menjaga kelestarianbudaya Indonesia agar tidak
hilang atau diakui oleh negara lain. Kita harus dapat mendalami, melestarikan budaya asli
kita. Dengan rasa sosial yang tinggi kita akan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
3. Dimulai dari setiap individu sebagai warga negara, perlu ditingkatkan kesadaran akan
perlunya menjaga keamanan dan keutuhan negara agar tidak direbut dan dipecah belah
oleh bangsa lain demi tegaknya negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kerbau dan Kambing


Aesop

Seekor kerbau jantan berhasil


lolos dari serangan seekor singa dengan cara memasuki sebuah gua dimana gua tersebut
sering digunakan oleh kumpulan kambing sebagai tempat berteduh dan menginap saat
malam tiba ataupun saat cuaca sedang memburuk. Saat itu hanya satu kambing jantan
yang ada di dalam gua tersebut. Saat kerbau masuk kedalam gua, kambing jantan itu
menundukkan kepalanya, berlari untuk menabrak kerbau tersebut dengan tanduknya agar
kerbau jantan itu keluar dari gua dan dimangsa oleh sang Singa. Kerbau itu hanya tinggal
diam melihat tingkah laku sang Kambing. Sedang diluar sana, sang Singa berkeliaran di
muka gua mencari mangsanya.

Lalu sang kerbau berkata kepada sang kambing, "Jangan berpikir bahwa saya akan
menyerah dan diam saja melihat tingkah lakumu yang pengecut karena saya merasa takut
kepadamu. Saat singa itu pergi, saya akan memberi kamu pelajaran yang tidak akan
pernah kamu lupakan."

Sangatlah jahat, mengambil keuntungan dari kemalangan orang lain.

Anjing dan Bayangannya


Aesop

Seekor anjing yang


mendapatkan sebuah tulang dari seseorang, berlari-lari pulang ke rumahnya secepat
mungkin dengan senang hati. Ketika dia melewati sebuah jembatan yang sangat kecil, dia
menunduk ke bawah dan melihat bayangan dirinya terpantul dari air di bawah jembatan
itu. Anjing yang serakah ini mengira dirinya melihat seekor anjing lain membawa sebuah
tulang yang lebih besar dari miliknya.

Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu hanyalah bayangannya.
Tetapi anjing itu tidak berpikir apa-apa dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya
dan langsung melompat ke dalam sungai. Anjing serakah tersebut akhirnya dengan susah
payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa
berdiri termenung dan sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia kemudian
menyesali apa yang terjadi dan menyadari betapa bodohnya dirinya.

Sangatlah bodoh memiliki sifat yang serakah

Dua Orang Pengembara dan Seekor Beruang


Aesop

Dua orang berjalan mengembara bersama-sama melalui sebuah hutan yang lebat. Saat itu
tiba-tiba seekor beruang yang sangat besar keluar dari semak-semak di dekat mereka.

Salah satu pengembara, hanya memikirkan keselamatannya dan tidak menghiraukan


temannya, memanjat ke sebuah pohon yang berada dekat dengannya.

Pengembara yang lain, merasa tidak dapat melawan beruang yang sangat besar itu
sendirian, melemparkan dirinya ke tanah dan berbaring diam-diam, seolah-olah dia telah
meninggal. Dia sering mendengar bahwa beruang tidak akan menyentuh hewan atau
orang yang telah meninggal.

Temannya yang berada di pohon tidak berbuat apa-apa untuk menolong temannya yang
berbaring. Entah hal ini benar atau tidak, beruang itu sejenak mengendus-endus di dekat
kepalanya, dan kelihatannya puas bahwa korbannya telah meninggal, beruang
tersebutpun berjalan pergi.

Pengembara yang berada di atas pohon kemudian turun dari persembunyiannya.

"Kelihatannya seolah-olah beruang itu membisikkan sesuatu di telingamu," katanya.


"Apa yang di katakan oleh beruang itu"

"Beruang itu berkata," kata pengembara yang berbaring tadi, "Tidak bijaksana berjalan
bersama-sama dan berteman dengan seseorang yang membiarkan dan tidak
menghiraukan temannya yang berada dalam bahaya."

Kemalangan dapat menguji sebuah persahabatan.

Si Pelit
Aesop
Seorang yang sangat pelit
mengubur emasnya secara diam-diam di tempat yang dirahasiakannya di tamannya.
Setiap hari dia pergi ke tempat dimana dia mengubur emasnya, menggalinya dan
menghitungnya kembali satu-persatu untuk memastikan bahwa tidak ada emasnya yang
hilang. Dia sangat sering melakukan hal itu sehingga seorang pencuri yang
mengawasinya, dapat menebak apa yang disembunyikan oleh si Pelit itu dan suatu
malam, dengan diam-diam pencuri itu menggali harta karun tersebut dan membawanya
pergi.

Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa.
Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya.

Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan
bertanya apa saja yang terjadi.

"Emasku! oh.. emasku!" kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!"

"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas
tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah
mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?"

"Membeli sesuatu?" teriak si Pelit dengan marah. "Saya tidak akan membeli sesuatu
dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan
emas itu." teriaknya lagi dengan marah.
Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam
lubang harta karun yang telah kosong itu.

"Kalau begitu," katanya lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu
yang telah hilang!"

Harta yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta tersebut.

Pemerah Susu dan Ember nya


Aesop

Seorang wanita pemerah susu


telah memerah susu dari beberapa ekor sapi dan berjalan pulang kembali dari peternakan,
dengan seember susu yang dijunjungnya di atas kepalanya. Saat dia berjalan pulang, dia
berpikir dan membayang-bayangkan rencananya kedepan.
"Susu yang saya perah ini sangat baik mutunya," pikirnya menghibur diri, "akan
memberikan saya banyak cream untuk dibuat. Saya akan membuat mentega yang banyak
dari cream itu dan menjualnya ke pasar, dan dengan uang yang saya miliki nantinya, saya
akan membeli banyak telur dan menetaskannya, Sungguh sangat indah kelihatannya
apabila telur-telur tersebut telah menetas dan ladangku akan dipenuhi dengan ayam-ayam
muda yang sehat. Pada suatu saat, saya akan menjualnya, dan dengan uang tersebut saya
akan membeli baju-baju yang cantik untuk di pakai ke pesta. Semua pemuda ganteng
akan melihat ke arahku. Mereka akan datang dan mencoba merayuku, tetapi saya akan
mencari pemuda yang memiliki usaha yang bagus saja!"

Ketika dia sedang memikirkan rencana-rencananya yang dirasanya sangat pandai, dia
menganggukkan kepalanya dengan bangga, dan tanpa disadari, ember yang berada di
kepalanya jatuh ke tanah, dan semua susu yang telah diperah mengalir tumpah ke tanah,
dengan itu hilanglah semua angan-angannya tentang mentega, telur, ayam, baju baru
beserta kebanggaannya.

Jangan menghitung ayam yang belum menetas.

Keledai dan Garam Muatannya


Aesop
Seorang pedagang, menuntun
keledainya untuk melewati sebuah sungai yang dangkal. Selama ini mereka telah melalui
sungai tersebut tanpa pernah mengalami satu pun kecelakaan, tetapi kali ini, keledainya
tergelincir dan jatuh ketika mereka berada tepat di tengah-tengah sungai tersebut. Ketika
pedagang tersebut akhirnya berhasil membawa keledainya beserta muatannya ke pinggir
sungai dengan selamat, kebanyakan dari garam yang dimuat oleh keledai telah meleleh
dan larut ke dalam air sungai. Gembira karena merasakan muatannya telah berkurang
sehingga beban yang dibawa menjadi lebih ringan, sang Keledai merasa sangat gembira
ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka.

Pada hari berikutnya, sang Pedagang kembali membawa muatan garam. Sang Keledai
yang mengingat pengalamannya kemarin saat tergelincir di tengah sungai itu, dengan
sengaja membiarkan dirinya tergelincir jatuh ke dalam air, dan akhirnya dia bisa
mengurangi bebannya kembali dengan cara itu.

Pedagang yang merasa marah, kemudian membawa keledainya tersebut kembali ke pasar,
dimana keledai tersebut di muati dengan keranjang-keranjang yang sangat besar dan
berisikan spons. Ketika mereka kembali tiba di tengah sungai, sang keledai kembali
dengan sengaja menjatuhkan diri, tetapi pada saat pedagang tersebut membawanya ke
pinggir sungai, sang keledai menjadi sangat tidak nyaman karena harus dengan terpaksa
menyeret dirinya pulang kerumah dengan beban yang sepuluh kali lipat lebih berat dari
sebelumnya akibat spons yang dimuatnya menyerap air sungai.

Cara yang sama tidak cocok digunakan untuk segala situasi.

Dua Ekor Kambing


Aesop

Dua ekor kambing berjalan


dengan gagahnya dari arah yang berlawanan di sebuah pegunungan yang curam, saat itu
secara kebetulan mereka secara bersamaan masing-masing tiba di tepi jurang yang
dibawahnya mengalir air sungai yang sangat deras. Sebuah pohon yang jatuh, telah
dijadikan jembatan untuk menyebrangi jurang tersebut. Pohon yang dijadikan jembatan
tersebut sangatlah kecil sehingga tidak dapat dilalui secara bersamaan oleh dua ekor tupai
dengan selamat, apalagi oleh dua ekor kambing. Jembatan yang sangat kecil itu akan
membuat orang yang paling berani pun akan menjadi ketakutan. Tetapi kedua kambing
tersebut tidak merasa ketakutan. Rasa sombong dan harga diri mereka tidak membiarkan
mereka untuk mengalah dan memberikan jalan terlebih dahulu kepada kambing lainnya.

Saat salah satu kambing menapakkan kakinya ke jembatan itu, kambing yang lainnya pun
tidak mau mengalah dan juga menapakkan kakinya ke jembatan tersebut. Akhirnya
keduanya bertemu di tengah-tengah jembatan. Keduanya masih tidak mau mengalah dan
malahan saling mendorong dengan tanduk mereka sehingga kedua kambing tersebut
akhirnya jatuh ke dalam jurang dan tersapu oleh aliran air yang sangat deras di
bawahnya.
Lebih baik mengalah daripada mengalami nasib sial karena keras kepala.

Semut dan Belalang


Aesop

Pada siang hari di akhir


musim gugur, satu keluarga semut yang telah bekerja keras sepanjang musim panas untuk
mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-butiran gandum yang telah mereka
kumpulkan selama musim panas. Saat itu seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuah
biola di tangannya datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut itu
memberikan sedikit makan untuk dirinya.

"Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah mengumpulkan dan
menyiapkan makanan untuk musim dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja
yang kamu lakukan sepanjang musim panas?"

"Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang Belalang;
"Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah
berlalu."

Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena merasa gusar.

"Membuat lagu katamu ya?" kata sang Semut, "Baiklah, sekarang setelah lagu tersebut
telah kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!" Kemudian
semut-semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan mereka tanpa
memperdulikan sang Belalang lagi.

Ada saatnya untuk bekerja dan ada saatnya untuk bermain.

Anda mungkin juga menyukai