Anda di halaman 1dari 12

Prosiding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Yogyakarta, 01 Oktober 2011

ISSN: 0854 - 2910

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK DETEKTOR GEIGER-MUELLER SELF QUENCHING DENGAN EXTERNAL QUENCHING


1,2

Irma Safitri1, Anis Yuniati2 dan Irianto3

Prodi Fisika, Fakultas Saintek, UIN Sunan Kalijaga, Jl.Marsda Adisucipto Yogyakarta 55281 3 PTAPB-BATAN, Jl.Babarsari Yogyakarta 55281

ABSTRAK PERBANDINGAN KARAKTERISTIK DETEKTOR GEIGER-MUELLER SELF QUENCHING DENGAN EXTERNAL QUENCHING. Telah dilakukan penelitian perbandingan karakteristik detektor Geiger-Mueller self quenching dengan external quenching yang menggunakan tambahan rangkaian resistor-kapasitor. Penentuan karakteristik detektor diperoleh dari hasil 137 pencacahan detektor Geiger-Mueller dengan sumber radiasi yaitu 55 Cs . Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan rangkaian resistor-kapasitor sebagai external quenching mempengaruhi karakteristik detektor Geiger-Mueller. Hasil karakteristik detektor Geiger-Mueller self quenching memiliki tegangan operasi 580 V, panjang plateau (440 0,1) V, slope (16,10 2,59) % / 100 V, resolving time 22,59 s dan dead time 290 s, sedangkan hasil karakteristik detektor Geiger-Mueller external quenching yang optimal diperoleh pada saat detektor menggunakan resistor sebesar 60 M dan kapasitor sebesar 1000 pF yang memiliki tegangan operasi 425 V, panjang plateau (150 0,1)V, slope (18,23 2,67) % / 100 V, resolving time 98,11 s dan dead time 50 s. Kata kunci: Detektor Geiger-Mueller, self quenching, external quenching, plateau, slope

ABSTRACT THE CHARACTERISTIC COMPARISON OF SELF QUENCHING AND EXTERNAL QUENCHING GEIGER MUELLER DETECTOR. Research comparing characteristic of self quenching and external quenching Geiger Mueller Detector has been done using the addition of resistor-capasitor circuits. The detectors characteristic was determined from the result of counting 137 Geiger Mueller detector with radiation source 55 Cs . The result shows that the addition of resistor-capasitor circuits as external quenching affects the characteristics of Geiger Mueller detector. The result of self quenching Geiger Mueller detector characteristics has operation voltage 580 V, plateau region (440 0,1) V, slope (16,10 2,59) % / 100 V, resolving time 22,59 s and dead time 290 s, meanwhile the optimum result of external quenching Geiger Mueller detector was obtained when detector used 60 M resistor and 1000 pF capasitor which has operation voltage 425 V, plateau region (150 0,1) V, slope (18,23 2,67) % / 100 V, resolving time 98,11 s and dead time 50 s. Keywords: Geiger Mueller detector, self quenching, external quenching, plateau, slope

1. PENDAHULUAN Radiasi adalah suatu berkas zarah atau foton yang dipancarkan dari suatu sumber yang mengalami proses perubahan inti atom dari keadaan tidak stabil menjadi stabil. Hal yang paling mendasar untuk mengendalikan bahaya radiasi adalah mengetahui besarnya radiasi yang dipancarkan oleh suatu sumber radiasi baik melalui pengukuran maupun perhitungan. Besarnya radiasi dapat diukur dengan menggunakan alat ukur radiasi berupa detektor. Detektor nuklir mempunyai jenis serta bentuk yang cukup banyak. Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai penemuan dan pengembangan telah dilakukan terhadap sistem pencacah radiasi untuk meningkatkan

651

Perbandingan Karakteristik Detektor Geiger-Muller Self Quenching ... Irma Safitri dkk.

ISSN: 0854 - 2910

aplikasi dan kemudahan penggunaannya. Terdapat beberapa jenis detektor sebagai alat ukur radiasi, yaitu detektor isian gas, detektor sintilasi dan detektor semikonduktor[1]. Detektor isian gas adalah detektor yang paling banyak digunakan untuk mengukur radiasi. Salah satu jenis detektor isian gas adalah detektor Geiger-Mueller yang menggunakan isian gas sebagai medium pengaktifannya. Kelebihan dari detektor Geiger-Mueller terletak pada kostruksinya yang sederhana dan bersifat portable. Detektor Geiger-Mueller bekerja atas dasar interaksi radiasi dengan media detektor yaitu gas isian. Interaksi radiasi dengan gas akan mengakibatkan terjadinya proses ionisasi yang menimbulkan ion positif dan elektron. Elektron bergerak menuju anoda dan ion positif bergerak menuju katoda. Elektron hasil ionisasi ini mendapat tambahan energi cukup besar dari medan listrik kuat yang ditimbulkan oleh tegangan tinggi antara dua elektroda sehingga menyebabkan terjadinya ionisasi sekunder. Elektron yang dihasilkan dari proses ionisasi sekunder ini dipercepat lagi oleh medan listrik sehingga menyebabkan terjadinya ionisasi tersier, begitu seterusnya hingga timbul arus elektron yang makin lama makin bertambah besar menuju ke arah anoda. Peristiwa ini disebut multiplikasi pasangan ion (avalanche). Adanya multiplikasi ion akan mengakibatkan terjadinya lucutan ion yang tak terkendali di sepanjang kawat anoda. Lucutan ion ini dapat dihindari dengan menambahkan suatu peredam (quenching). Teknik peredaman pada detektor Geiger-Mueller ada dua yaitu self quenching dan external quenching. Self quenching merupakan teknik peredaman dari dalam tabung detektor dengan menggunakan gas poliatomik atau gas halogen misalnya alkohol atau bromin sebagai peredamnya sehingga proses avalanche yang terjadi dapat dikendalikan dalam tabung itu sendiri. External quenching merupakan teknik peredaman dari luar tabung detektor, teknik ini dilakukan ketika proses avalanche tidak dapat dikendalikan dalam tabung detektor sehingga diperlukan suatu tambahan rangkaian elektronik. Rangkaian elektronik yang ditambahkan pada detektor dalam penelitian ini adalah rangkaian resistor- kapasitor. Rangkaian resistor-kapasitor pada detektor diharapkan mampu mengendalikan proses avalanche pada detektor sehingga diperoleh karakteristik detektor yang baik. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian untuk membandingkan karakteristik detektor Geiger-Mueller self quenching dengan detektor Geiger-Mueller external quenching berupa tambahan rangkaian resistor-kapasitor. Pengamatan karakteristik detektor meliputi pengukuran tegangan operasi, plateau, slope, resolving time, dan dead time.

2. TEORI Interaksi partikel radiasi dengan materi akan menghasilkan beberapa pasang ion primer. Ion-ion primer itu selanjutnya melakukan proses ionisasi sekunder sehingga diperoleh pasangan ion yang lebih banyak dibandingkan yang terbentuk pada proses ionisasi primer. Ada tiga proses utama yang dapat terjadi apabila radiasi melewati suatu materi yaitu efek fotolistrik, hamburan Compton dan efek produksi pasangan. Ketiga proses tersebut melepaskan elektron yang selanjutnya dapat mengionisasi atom-atom lain dalam suatu materi ditunjukkan pada Gambar 1-3:

652

Prosiding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Yogyakarta, 01 Oktober 2011

foton fotoelektron

ISSN: 0854 - 2910

intiatom

Lintasanelektron elektron

Gambar 1. Efek fotolistrik


2 1

L M

intiatom

Elektron compton elektron

Gambar 2. Hamburan Compton


M foton L k
intiatom

positron

elektron

elektron

Gambar 3. Efek produksi pasangan 2.1. Detektor Geiger-Mueller Sejak ditemukan detektor radiasi pengion oleh Hans Geiger pada tahun 1908, kemudian tahun 1928 disempurnakan oleh Walther Mueller menjadi tabung detektor Geiger-Mueller yang konstruksinya sederhana dibandingkan dengan jenis detektor yang lain. Detektor Geiger-Mueller terdiri dari suatu tabung logam atau gelas dilapisi logam yang biasanya diisi gas seperti argon, neon, helium atau lainnya (gas mulia dan gas poliatomik) dengan perbandingan tertentu. Skema detektor Geiger-Mueller ditunjukkan pada Gambar 4:

Gambar 4. Skema detektor Geiger-Mueller

653

Perbandingan Karakteristik Detektor Geiger-Muller Self Quenching ... Irma Safitri dkk.

ISSN: 0854 - 2910

Detektor Geiger-Mueller merupakan salah satu jenis detektor isian gas yang bekerja berdasarkan prinsip ionisasi oleh radiasi yang masuk terhadap molekul yang berada dalam detektor. Dinding tabung sebagai katoda sedangkan kawat di poros sebagai anoda. Apabila antara anoda dan katoda diberikan tegangan maka akan terjadi medan listrik dalam tabung. Kuat medan listrik yang terjadi bergantung pada tegangan yang diberikan, besar jari-jari anoda dengan katoda dan jarak antara anoda dengan katoda seperti pada Gambar 5:

Gambar 5. Skema parameter yang mempengaruhi medan listrik dalam detektor Detektor berbentuk silider dengan dengan jari-jari r berpusat pada poros silinder, maka garis gaya yang menembus seluruh selimut silinder akan berbanding lurus dengan kuat medan listriknya E(r) dinyatakan dalam persamaan berikut[2]:

E (r ) =

V (r ) b rln a

(1)

Berdasarkan mekanisme quenching, detektor Geiger-Mueller dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 1. Detektor Geiger-Mueller non self quenching Detektor ini biasa disebut juga dengan detektor Geiger-Mueller external quenching. Detektor ini hanya diisi dengan satu macam gas isian yaitu gas mulia misalnya gas argon, neon, helium dan lain-lain. Pada detektor jenis ini, proses avalanche yang terjadi tidak dapat dikendalikan di dalam tabung ini sendiri tetapi dikendalikan dengan suatu rangkaian elektronik. 2. Detektor Geiger-Mueller self quenching Detektor jenis ini diisi dengan gas mulia ditambahkan dengan gas poliatomik sebagai peredam. Dengan adanya tambahan gas peredam tersebut maka proses avalanche yang terjadi dapat dikendalikan dalam tabung itu sendiri. Pada detektor Geiger-Mueller, peningkatan jumlah ion-ion positif yang mencapai katoda sangat mempertinggi kemungkinan pemancaran elektron bebas dan selanjutnya terjadi lucutan yang tak terkendali (discharge). Untuk alasan ini tindakan pencegahan dapat diberikan kepada detektor Geiger-Mueller untuk mencegah kemungkinan pulsa yang berlebihan yaitu dengan menambahkan peredam (quenching). Quenching ada dua jenis yaitu external quenching dengan tambahan resistor654

Prosiding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Yogyakarta, 01 Oktober 2011

ISSN: 0854 - 2910

kapasitor yang sederhana dan self quenching dengan menambahkan gas poliatomik atau gas halogen. Secara khusus untuk mencegah kemungkinan pulsa yang dihasilkan berlebihan maka digunakan external quenching dengan tambahan resistor-kapasitor. External quenching dengan tambahan resistor-kapasitor akan menurunkan pemakaian tegangan tinggi pada tabung detektor sehingga akan memberikan hasil ionisasi yang rendah dan proses avalanche tidak terbentuk meskipun sebuah elektron bebas melepaskan diri dari katoda. Rangkaian ekivalen detektor Geiger-Mueller ditunjukkan pada Gambar 6:

Gambar 6. Rangkaian ekivalen detektor Geiger-Mueller dengan resistor-kapasitor R1 dan R2 menggambarkan resistansi masukan dari rangkaian, C1 merupakan kapasitansi detektor, sedangkan C2, C3, dan C4 merupakan stray capacitance yaitu kapasitansi pada rangkaian yang mempengaruhi sistem kerja detektor. 2.2. Parameter Detektor Geiger-Mueller

Geometri Faktor geometri sangat mempengaruhi pembuatan detektor terutama untuk memperoleh karakteristik detektor yang optimal. Pembuatan detektor disesuaikan dengan kebutuhan dan kegunaannya, misalnya detektor Geiger-Mueller untuk pengukuran radiasi alpha, beta maupun gamma maka dibuat detektor Geiger-Mueller tipe end window, sedangkan untuk mengukur radiasi gamma dibuat detektor Geiger-Mueller tipe side window. Bentuk fisik dari detektor Geiger-Mueller terdiri dari selongsong tabung silinder yang berfungsi sebagai katoda dan kawat yang terletak di sumbu silinder berfungsi sebagai anoda. Letak anoda dalam tabung harus dibuat simetris agar medan listrik yang ditimbulkan dalam ruang tabung bersifat konsentris.

Jenis bahan Bahan untuk pembuatan anoda dipilih dari suatu bahan yang mempunyai sifat tahan terhadap campuran gas isian dalam tabung detektor. Bahan untuk membuat katoda menggunakan bahan yang mempunyai tenaga ikat elektron tinggi, tahan terhadap vakum yang tinggi serta

655

Perbandingan Karakteristik Detektor Geiger-Muller Self Quenching ... Irma Safitri dkk.

ISSN: 0854 - 2910

bahannya juga harus tahan terhadap gas isian. Bahan katoda juga harus mempunyai daya hantar listrik yang baik, mudah melekat pada gelas, murah dan mudah diperoleh[3]. Variasi bahan komponen detektor Geiger-Mueller yang dapat dibuat adalah sebagai berikut: (1) Bahan katoda: tembaga, perak, perunggu, nikel dan lain-lain. (2) Bahan Anoda: wolfram, kawat baja, nikel, tungsten dan lain-lain. (3) bahan jendela untuk detektor GeigerMueller tipe end window berupa millar, aluminium foil, plastik, mika, titanium foil dan lain-lain.

Tekanan vakum Kevakuman pada tabung detektor yang tinggi dan stabil dapat menyebabkan karakteristik detektor yang stabil. Kevakuman akan menentukan banyak sedikitnya molekulmolekul gas yang ada dalam tabung detektor sebelum diisi dengan gas yang akan digunakan. Tekanan vakum yang rendah akan menyebabkan sisa molekul gas yang berada dalam sistem vakum masih banyak sehingga konsentrasi gas isian akan terpengaruh yang membuat karakteristik detektor menjadi tidak optimal.

Gas isian Gas isian ini bergantung pada jenis detektor yang akan dibuat, karena detektor GeigerMueller bila ditinjau dari jenis gas isian ada dua yaitu non self quenching yang diisi dengan satu jenis gas mulia dan self quenching yang diisi dengan gas mulia ditambah dengan gas quenching. Gas pengisi detektor tersebut diantaranya adalah gas mulia atau gas monoatomik seperti argon, kripton, helium, neon dan xenon. Jenis gas quenching berupa gas poliatomik seperti alkohol, metana, ethyl atau gas halogen seperti bromine, iodine, chlorine

2.3. Karakteristik detektor Geiger-Mueller

Plateau dan slope Plateau detektor Geiger-Mueller adalah daerah tegangan kerja detektor Geiger-Mueller.

Panjang plateau detektor yang baik adalah lebih dari 100 volt. Detektor yang dioperasikan di bawah tegangan kerja menyebabkan pulsa-pulsa yang tercacah masih sedikit, karena elektron dan ion yang terjadi akibat ionisasi masih banyak yang mengalami penggabungan kembali atau rekombinasi. Detektor yang dioperasikan di atas tegangan kerja akan menyebabkan terjadinya pelucutan ion yang sangat banyak dan sudah tidak sebanding lagi dengan intensitas radiasi yang datang.

Gambar 7. Grafik jumlah cacah per menit terhadap tegangan


656

Prosiding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Yogyakarta, 01 Oktober 2011

ISSN: 0854 - 2910

Kurva yang menyatakan hubungan antara jumlah cacah per satuan waktu terhadap tegangan kedua elektroda ditampilkan pada Gambar 7: Kemiringan garis kurva plateau disebut slope. Detektor Geiger-Mueller dikatakan baik apabila mempunyai daerah plateau yang panjang dan slope yang kecil. Panjang plateau dinyatakan dalam persamaan berikut: Panjang plateau = V2 V1 Besar slope dinyatakan dalam % per 100 volt yang dituliskan pada persamaan berikut:
Slope = 100 ( N 2 N 1 ) x 100 % (V 2 V 1 )

(2)

(3)

Resolving time Resolving time adalah waktu minimum yang diperlukan agar radiasi berikutnya dapat dicacah setelah terjadinya pencacahan radiasi yang datang sebelumnya. Resolving time dapat ditentukan dengan cara mencacah dua sumber radioaktif yang sama. Mula-mula, dicacah secara terpisah dan memberikan hasil pencacahan N1 dan N2, kemudian dicacah bersama-sama yang akan memberikan hasil pencacahan N1-2, selanjutnya dilakukan pencacahan tanpa sumber radasi atau cacah latar. Resolving time dapat dihitung dengan persamaan berikut:

(N 1 2 )2 (N 1 )2 (N 2 )2

N 1 + N 2 N 1 2 N b

(4)

Dead time Pelepasan muatan dalam tabung detektor menyebabkan terbentuknya muatan ruang ion positif di sekitar kawat anoda. Adanya muatan ruang menyebabkan kuat medan listrik pada daerah anoda menurun[4]. Radiasi yang datang dalam keadaan ini tidak akan tercacah oleh detektor, dengan kata lain detektor tidak mampu menghasilkan pulsa keluaran. Waktu dimana detektor tidak mampu mencacah radiasi yang masuk dinamakan waktu mati (dead time). Dead time dikatakan berakhir ketika ion positif bergerak menjauhi anoda.

Gambar 8. Bentuk pulsa keluaran detektor Geiger-Mueller Pada akhir dead time, multiplikasi ion (avalanche) sudah terjadi, tetapi pulsa keluaran masih kecil karena medan listrik belum cukup kuat. Pulsa keluaran yang dihasilkan dari zarah radiasi sudah dapat dicacah oleh detektor ketika ion positif mencapai katoda. Pada keadaan ini

657

Perbandingan Karakteristik Detektor Geiger-Muller Self Quenching ... Irma Safitri dkk.

ISSN: 0854 - 2910

detektor dikatakan telah pulih kembali atau disebut juga dengan waktu pulih (recovery time). Jumlah waktu mati dan waktu pulih disebut dengan resolving time yang ditunjukkan seperti pada Gambar 8:

3. TATA KERJA Alat Penelitian a. b. c. d. e. f. Pembalik pulsa (inverter) Pengala (timer) Pencacah (counter) Sumber tegangan tinggi (HV) Sumber tegangan rendah Osiloskop

1. Sistem alat uji detektor Geiger-Mueller

2. Sistem pompa vakum dan perangkat pengisian gas detektor Geiger-Mueller 3. Sistem alat las gelas untuk pemanas pipa kaca sehingga lunak dan mudah dalam pembentukannya. 4. Alat vacum leak detector untuk tes kebocoran pada sistem pengisian gas detektor. 5. Alat ultrasonic cleaner untuk membersihkan bahan-bahan tabung detektor. Bahan Penelitian

a. Sumber radiasi gamma 137Cs dengan waktu paruh 30 tahun dan aktivitas 10 Ci. b. Bahan window yang digunakan pada detektor Geiger-Mueller adalah mika. c. Bahan katoda atau tabung detektor yang digunakan dari bahan stainless steel. d. Bahan anoda yang digunakan berasal dari kawat tungsten e. Jenis gas isian detektor digunakan gas argon-bromin. f. Rangkaian resistor-kapasitor yang berfungsi untuk meneruskan pulsa keluaran detektor. Resistor yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 10 M, 20 M, 30 M, 40 M, 50 M, dan 60 M. Kapasitor yang digunakan adalah 100 pF, 200 pF, 500 pF, 1000 pF dan 2000 pF. Tahap Pelaksanaan Penelitian Pembuatan detektor Geiger-Mueller dilakukan dengan melalui beberapa tahapan yang meliputi persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian. Persiapan meliputi persiapan bahan dan alat, sedangkan penyelesaian meliputi uji karakteristik detektor. Proses penelitian ditunjukkan pada Gambar 9:

658

Prosiding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Yogyakarta, 01 Oktober 2011

ISSN: 0854 - 2910

Persiapan

Perancangan/desain: pemilihan bahan pembuatan tabung dan anoda pencucian bahan detektor perakitan bahan detektor

Pemvakumantabungdetektor

ada Ujikebocoran Dilakukanperbaikan

tidak Pengisiangas

Pengujianawaldetektor tidak hasil baik

Pengujiankarakteristikdetektortanparesistorkapasitor

Penyambunganresistorkapasitor

Tidakbaik

Hasilkarakteristikdetektor: -

Plateau, slope Tegangan operasi Resolving time Dead time

baik Analisadata

Laporan

Gambar 9. Diagram alir proses penelitian 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Detektor Geiger-Mueller tipe end window dikarakterisasi dengan tiga variasi yaitu variasi detektor tanpa resistor-kapasitor (self quenching), variasi resistor dan variasi kapasitor (external quenching). Variasi resistor dilakukan untuk menentukan nilai resistor yang optimal yang memiliki plateau panjang dan slope kecil, selanjutnya resistor yang optimal ditambahkan dengan rangkaian kapasitor. Variasi kapasitor dalam hal ini dilakukan untuk mengetahui nilai kapasitansi yang optimal

659

Perbandingan Karakteristik Detektor Geiger-Muller Self Quenching ... Irma Safitri dkk.

ISSN: 0854 - 2910

yang mampu mengendalikan proses avalanche, sehingga proses avalanche tersebut tidak langsung terbeban pada kapasitansi detektor. Berikut adalah garfik hasil karakterisasi detektor Geiger-Mueller self quenching dan detektor Geiger-Mueller external quenching yang ditunjukkan pada Gambar 10 dan 11: a. Detektor Geiger-Mueller self quenching
1000

800

Cacah per menit (cpm)

600

400

200

300

400

500

600

700

800

900

Tegangan (volt)

Gambar 10. Grafik hubungan antara tegangan terhadap laju cacah per menit pada detektor GM self quenching b. Detektor Geiger-Mueller external quenching

1000

Cacah per menit (cpm)

800

600

400

200

0 300 350 400 450 500 550

Tegangan (volt)

Gambar 11. Grafik hubungan antara tegangan terhadap laju cacah per menit pada detektor GM external quenching Berdasarkan gambar 10 dan 11 maka perbandingan detektor Geiger-Mueller self quenching dengan detektor Geiger-Mueller external quenching dapat ditunjukkan pada Tabel 1: Tabel 1. Hasil karakteristik detektor Geiger-Mueller Karakteristik Detektor Plateau (volt) Slope (%/100 volt) Resolving time (s) Dead time (s)
660

Jenis Detektor Geiger-Mueller Self quenching External quenching 440 150 16,10 18,23 22,59 98,11 290 50

Prosiding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Yogyakarta, 01 Oktober 2011

ISSN: 0854 - 2910

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh memperlihatkan karakteristik detektor GeigerMueller self quenching dengan detektor Geiger-Mueller external quenching. External quenching yang digunakan pada penelitian ini adalah rangkaian resistor-kapasitor. Pada tabel hasil percobaan dapat diketahui bahwa detektor Geiger-Mueller dengan external quenching memiliki plateau yang lebih pendek daripada detektor Geiger-Mueller self quenching. Berdasarkan teori dijelaskan bahwa tegangan antara elektroda berbanding lurus dengan muatan listrik dan berbanding terbalik dengan kapasitansi detektor[5]. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa kapasitor berpengaruh terhadap pengurangan muatan listrik yang mengakibatkan penurunan tegangan di antara kedua elektroda, sehingga jumlah pasangan ion yang terbentuk juga berkurang dan plateau detektor menjadi pendek. Berdasarkan hasil pengukuran resolving time dan dead time dapat diketahui bahwa detektor GM self quenching memiliki resolving time yang lebih pendek dan dead time yang besar daripada detektor GM external quenching. Berdasarkan teori dijelaskan bahwa pembentukan pulsa tergantung pada konstanta waktu dari rangkaian pengukur. Konstanta waktu berbanding lurus dengan resistansi dan berbanding terbalik dengan kapasitansi pada detektor. Ditinjau dari pembentukan pulsa berarti konstanta waktu mempengaruhi resolving time dan dead time detektor. Pada hasil penelitian diperoleh bahwa nilai kapasitor yang besar memiliki resolving time yang besar dan dead time yang kecil. Hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin besar kapasitansi maka konstanta waktu pada detektor menjadi kecil dengan resistansi yang tetap. Konstanta waktu pembentukan pulsa yang kecil ini menyebabkan resolving time detektor menjadi besar dengan dead time yang kecil. 5. KESIMPULAN Karakteristik detektor Geiger-Mueller self quenching dengan detektor Geiger-Mueller tipe external quenching sangat berbeda. Hasil karakteristik detektor Geiger-Mueller self quenching memiliki tegangan operasi 580 volt, panjang plateau (440 0,1) volt, slope (16,10 2,59) % / 100 volt, resolving time 22,59 s dan dead time 290 s, sedangkan karakteristik detektor Geiger-Mueller dengan penambahan external quenching berupa rangkaian resistor-kapasitor yang optimal terdapat pada detektor yang menggunakan resistor sebesar 60 M dan kapasitor sebesar 1000 pF. Hasil karakteristik detektor yang diperoleh yaitu memiliki tegangan operasi 425 volt, panjang plateau (150 0,1) volt, slope (18,23 2,67) % / 100 volt, resolving time 98,11 s dan dead time 50 s. 6. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih penulis ucapkan kepada Bp. Irianto S.T dan Bp. Sayono S.T yang telah membantu, memberikan pengarahan dan masukan untuk penelitian ini, juga kepada Ibu Anis Yuniati, M.Si yang telah memberikan bimbingan dan nasehat sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. 7. DAFTAR PUSTAKA [1]. SUSETYO, WISNU., Spektrometri Gamma dan Penerapannya Dalam Analisis Pengaktifan Neutron, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, (1988). [2]. PRINCE, W. J., Nuclear Radiation Detector, Mc. Graw-Hill Book, New York, (1964).

661

Perbandingan Karakteristik Detektor Geiger-Muller Self Quenching ... Irma Safitri dkk.

ISSN: 0854 - 2910

[3]. SAYONO, Pembuatan Detektor Geiger-Mueller tipe Jendela Samping dengan Gas Isian Neon Bromine, BATAN, Yogyakarta, (1991). [4]. SITORUS, JUANTO., Pengaruh Resistor-Kapasitor Terhadap Karakteristik Detektor Geiger Muller, Universitas Riau, Pekanbaru, (1992). [5]. TSOULFANIDIS, NICHOLAS., Measurement and Detection of Radiation, Hemisphere Publishing Corporation, New York, (1983).

DISKUSI/TANYA-JAWAB: 1. PERTANYAAN: (Nanang Triagung EH, BAPETEN)

Dari perbandingan antara 2 jenis detektor ini dari sisi optimasi kinerja manakahyang lebih baik? JAWABAN: (Irma Safitri, UIN-Sunan Kalijaga) Masing-masing detektor GM baik self quenching external, maupun external quenching memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing: GM Self Quenching: menggunakan dua jenis gas isian yaitu gas utama dan gas peredam. Ketika terjadi lecutan ion maka gas peredam disini sangat beperan. Naum ketika gas peredam tidak mampu maka kita memerlukan peredam tambahan yaitu peredam eksternal quenching, jadi ketika lecutan ion sudah mampu diredamkan dengan self quenching kita tidak perlu menambahkan external quenching.

GM External Quenching: detector ini memerlukan rangkaian tambahan tetapi kelebihannya dengan penggunaan rangkaian tambahan tersebut maka lecutan ion akan lebih bias dikendalikan.

662

Anda mungkin juga menyukai