Anda di halaman 1dari 24

Pterigium

Aminudin Anwar FK UNSOED G1A211083

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Mata kiri seperti ada yg mengganjal sejak 2 bulan terakhir Pasien datang dengan keluhan mata kiri merah sejak 2 bulan yang lalu, terasa terus menerus. Pasien mengaku keluhan sering berulang sebelumnya. Keluhan disertai adanya rasa mengganjal pada mata, perih, mata terasa berair. Pasien juga merasa seperti ada sesuatu yang menghalangi penglihatan, seperti selaput berbentuk segitiga Pasien menyangkal adanya pandangan ganda, silau, gatal, nyeri kepala, mata terasa seperti berpasir, ataupun sekret yang banyak. Pasien menyangkal adanya riwayat trauma pada mata, namun mengaku penglihatan agak menurun sejak mengalami keluhan ini.

RPD

: Pasien sering menderita keluhan mata merah yang berulang (terutama bila terkena debu dan angin) dan sembuh sekitar 2 atau 3 hari berikutnya setelah diberi obat tetes mata. Hipertensi (-), DM (-), riwayat memakai kaca mata (-), contact lens (-) RPK : Tidak ada yang mengalami penyakit serupa. R. Alergi : Tidak ada. R. Operasi : Belum pernah. R. Obat : Pasien menggunakan obat tetes mata setiap mata merah kambuh.

PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg N : 88 x/menit RR : 20 x/menit S : 36.6 St. Generalis : dbn

Status Ophtalmikus
Inspeksi
Status Ophtalmikus Silia Palpebra superior Palpebra inferior Aparatus lakrimalis Konjungtiva tarsalis Konjungtiva fornik OD Madarosis (-), trikiasis (-) Udem Udem Lakrimasi normal Kemosis(-), papil (-), folikel (-) Hiperemis (-), papil (-), folikel (-) Hiperemis (-), injeksi konjungtiva (-), injeksi siliar (-) OS Madarosis (-), trikiasis (-) Udem Udem Lakrimasi normal Kemosis(-), papil (-), folikel (-) Hiperemis (-), papil (-), folikel (-) Hiperemis (+), injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (-) Terdapat massa putih di bagian nasal, meluas ke kornea berbentuk kerucut dengan puncak di kornea, ukuran 3mm dari kornea Putih Bening, bagian nasal tertutup massa putih, ukuran 1 mm dari limbus Cukup dalam Coklat, rugae(+) Bulat, rf (+/+) Bening

Konjungtiva bulbi

Sclera Kornea Kamera okuli anterior Iris Pupil Lensa

Putih Jernih Cukup dalam Coklat, rugae(+) Bulat,rf (+/+) Bening

Palpasi OD OS

Tekanan okuler
Nyeri tekan Massa tumor

Tn
(-) (-)

Tn
(-) (-)

Visus

: VOD tdl VOS tdl

Tes konfrontasi : tidak ada kelainan (lapang pandang) Funduskopi : tidak dilakukan

DIAGNOSIS BANDING
Pinguekulum Pseudopterygium

Diagnosis Banding
Pseudopterigium

Terjadi akibat pembentukan jaringan parut pada konjungtiva yang berbeda dengan pterigium, dimana pada pseudopterigium terdapat adhesi antara konjungtiva yang sikatrik dengan kornea dan sklera. Penyebabnya termasuk cedera kornea, cedera kimiawi dan termal. Pseudopterigium menyebabkan nyeri dan penglihatan ganda. Penanganan pseudopterigium adalah dengan melisiskan adhesi, eksisi jaringan konjungtiva yang sikatrik dan menutupi defek sklera dengan graft konjungtiva yang berasal dari aspek temporal

Pinguekulum

Merupakan lesi kuning keputihan pada konjungtiva bulbi di daerah nasal atau temporal limbus. Tampak seperti penumpukan lemak bisa karena iritasi ataupun karena kualitas air mata yang kurang baik. Pada umumnya tidak diperlukan terapi tetapi pada kasus tertentu dapat diberikan steroid topikal.

DIAGNOSIS KERJA
Pterygium Grade 3 OS

TERAPI
Prinsip pengobatan : 1. Pengobatan medikamentosa (derajat 1 & 2) 2. Pembedahan (> derajat 2, penurunan ketajaman penglihatan) Medikamentosa : Cendo Xytrol 3x1 tetes (5-7 hari) Edukasi: Penggunaan kaca mata/pelindung bila akan melakukan aktifitas yang dapat membahayakan mata (debu, pasir, sinar matahari)

PROGNOSIS
Quo ad Vitam

: Ad Bonam Quo ad visam : dubia Quo ad cosmeticam : ad bonam Quo ad Sanationam : dubia

Definisi
Pterigium berasal dari bahasa Yunani yaitu

Pteron yang artinya sayap (wing). Pterigium : pertumbuhan jaringan fibrovaskuler pada konjungtiva dan menginfiltrasi permukaan kornea, umumnya bilateral di sisi nasal, biasanya berbentuk segitiga dengan kepala/apex menghadap kesentral kornea dan basis menghadap lipatan semilunar pada cantus

Epidemiologi
Prevalensi pterigium meningkat dengan umur,

terutama dekade ke 2 dan 3. Insiden tinggi pada umur antara 20-49 tahun. Pterigium rekuren sering terjadi pada umur muda dibandingkan dengan umur tua. Laki-laki 4 kali lebih berisiko daripada perempuan dan berhubungan dengan merokok, pendidikan rendah dan riwayat paparan lingkungan di luar rumah.

Etiologi
Masih belum diketahui secara pasti.
Faktor resiko pterigium : paparan ultraviolet, mikro trauma

kronis pada mata, infeksi mikroba atau virus, kondisi kekurangan fungsi lakrimal film baik secara kuantitas maupun kualitas, konjungtivitis kronis dan defisiensi vitamin A. Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa etiologi pterigium merupakan suatu fenomena iritatif akibat pengeringan dan lingkungan dengan banyak angin karena sering terdapat pada orang yang sebagian besar hidupnya berada di lingkungan yang berangin, penuh sinar matahari, berdebu dan berpasir. Beberapa kasus dilaporkan sekelompok anggota keluarga dengan pterigium dan berdasarkan penelitian menunjukkan riwayat keluarga dengan pterigium, kemungkinan diturunkan autosom dominan.

Klasifikasi
Berdasarkan stadium pterigium dibagi ke dalam 4 stadium (Gradasi Klinis Youngson) yaitu : Stadium I : jika pterigium hanya terbatas pada limbus kornea Stadium II : jika pterigium sudah melewati limbus dan belum mencapai pupil, tidak lebih dari 2 mm melewati kornea. Stadium III : jika pterigium sudah melebihi stadium II tetapi tidak melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal (diameter pupil sekitar 3-4 mm). Stadium IV : jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehingga mengganggu penglihatan.

Stadium 1

Stadium 2

Stadium 3

Stadium 4

Gejala Klinis
Tahap awal biasanya ringan bahkan sering tanpa keluhan sama sekali. Beberapa keluhan yang sering dialami : mata sering berair dan tampak merah, merasa seperti ada benda asing, dapat timbul astigmatisme akibat kornea tertarik, pada pterigium lanjut stadium 3 dan 4 dapat menutupi pupil dan aksis visual sehingga tajam penglihatan menurun.

Pterigium memiliki tiga bagian : 1. Bagian kepala atau cap : biasanya datar, terdiri atas zona abu-abu pada kornea yang kebanyakan terdiri atas fibroblast. Area ini menginvasi dan menghancurkan lapisan Bowman pada kornea. Garis zat besi (iron line/Stockers line) dapat dilihat pada bagian anterior kepala. Area ini juga merupakan area kornea yang kering. 2. Bagain whitish : terletak langsung setelah cap, merupakan sebuah lapisan vesikuler tipis yang menginvasi kornea seperti halnya kepala. 3. Bagian badan atau ekor : bagian yang mobile (dapat bergerak), lembut, merupakan area vesikuler pada konjungtiva bulbi dan merupakan area paling ujung. Badan ini menjadi tanda khas yang paling penting untuk dilakukannya koreksi pembedahan.

Diagnosis
Anamnesis

Pada anamnnesis didapatkan adanya keluhan pasien seperti mata merah, gatal, mata sering berair, ganguan penglihatan. Selain itu perlu juga ditanyakan adanya riwayat mata merah berulang, riwayat banyak bekerja di luar ruangan pada daerah dengan pajanan sinar matahari yang tinggi, serta dapat pula ditanyakan riwayat trauma sebelumnya.

Pemeriksaaan fisik

Menunjukkan penebalan, berupa lipatan berbentuk segitiga yang tumbuh menjalar ke dalam kornea dengan puncak segitiganya di kornea, kaya akan pembuluh darah yang menuju ke arah puncak pterygium. Umumnya di sisi nasal, secara bilateral. Pada kornea penjalaran pterygium mengakibatkan kerusakan epitel kornea dan membran bowman. Pada bentuk dini, perygium sukar dibedakan dengan pinguecula. Pada bagian puncak pterygium dini terlihat bercak-bercak kelabu yang dikenal sebagai pulau-pulau Fuchs. Garis Stocker (garis yang terpigmentasi oleh zat besi) dapat terlihat pada pterygium lanjut di kornea.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan pada pterigium adalah topografi kornea untuk menilai seberapa besar komplikasi berupa astigmtisme ireguler yang disebabkan oleh pterigium.

Diagnosis Banding
Pseudopterigium

Terjadi akibat pembentukan jaringan parut pada konjungtiva yang berbeda dengan pterigium, dimana pada pseudopterigium terdapat adhesi antara konjungtiva yang sikatrik dengan kornea dan sklera. Penyebabnya termasuk cedera kornea, cedera kimiawi dan termal. Pseudopterigium menyebabkan nyeri dan penglihatan ganda. Penanganan pseudopterigium adalah dengan melisiskan adhesi, eksisi jaringan konjungtiva yang sikatrik dan menutupi defek sklera dengan graft konjungtiva yang berasal dari aspek temporal

Pinguekulum

Merupakan lesi kuning keputihan pada konjungtiva bulbi di daerah nasal atau temporal limbus. Tampak seperti penumpukan lemak bisa karena iritasi ataupun karena kualitas air mata yang kurang baik. Pada umumnya tidak diperlukan terapi tetapi pada kasus tertentu dapat diberikan steroid topikal.

Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan bersifat non bedah, penderita diberi penyuluhan untuk mengurangi iritasi maupun paparan terhadap ultraviolet . 2. Pada pterigium derajat 12 yang mengalami inflamasi, pasien dapat diberikan obat tetes mata kombinasi antibiotik dan steroid 3 kali sehari selama 57 hari. Diperhatikan juga bahwa penggunaan kortikosteroid tidak dibenarkan pada penderita dengan tekanan intraokular tinggi atau mengalami kelainan pada kornea. 3. Pada pterigium derajat 34 dilakukan tindakan bedah berupa avulsi pterigium. Sedapat mungkin setelah avulsi pterigium maka bagian konjungtiva bekas pterigium tersebut ditutupi dengan cangkok konjungtiva yang diambil dari konjugntiva bagian superior untuk menurunkan angka kekambuhan. Tujuan utama pengangkatan pterigium yaitu memberikan hasil yang baik secara kosmetik, mengupayakan komplikasi seminimal mungkin, angka kekambuhan yang rendah. Penggunaan Mitomycin C (MMC) sebaiknya hanya pada kasus pterigium yang rekuren, mengingat komplikasi dari pemakaian MMC juga cukup berat.

Anda mungkin juga menyukai