Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL PRODUKSI KERIPIK MANGGA MANALAGI (STUDI KASUS DI UNIT USAHA BERKAH, DESA

GENTING, MALANG) TECHNICAL AND FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS OF MANALAGI MANGO CHIPS PRODUCTION (CASE STUDY IN BUSINESS UNIT BERKAH, GENTING, MALANG) Oleh : 1) 2) 2) Dony Prasetyo Nugroho ; Wignyanto ; Siti Asmaul Mustaniroh 1) Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP-Unibraw 2) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP-Unibraw Abstrak Tujuan penelitian ini adalah menentukan kelayakan teknis dan finansial produksi Keripik Mangga Manalagi di Unit Usaha Berkah. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Pengkajian aspek teknis meliputi kapasitas produksi, jenis teknologi yang digunakan serta penggunaan mesin peralatan, sedangkan aspek finansial meliputi perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP), Break Event Point (BEP), Payback Periods (PP), serta efisiensi usaha (R/C). Kapasitas produksi harian Keripik Mangga Manalagi di Unit Usaha Berkah rata-rata membutuhkan 300 kg Mangga Manalagi yang menghasilkan produk Keripik Mangga Manalagi rata-rata per hari sebanyak 45kg. Setelah dilakukan analisis finansial diketahui bahwa modal awal yang dibutuhkan sebesar Rp. 137.585.342,84 dengan nilai HPP yang diperoleh sebesar Rp.42.329,27 serta harga jual per unit/kg Rp. 60.000,00 dengan mark up sebesar 40%, sehingga BEPunit 2.351 bungkus dan BEPrupiah sebesar Rp. 141.024.307,00. RC ratio (efisiensi usaha) sebesar 1,4 yang berarti usaha produksi Keripik Mangga Manalagi di Unit Usaha Berkah sudah efisien dan menguntungkan, sedangkan waktu pengembalian investasi ( Payback Period) dicapai pada 2 tahun 8 bulan 7 hari. Kata Kunci: Keripik Mangga Manalagi, Unit Usaha Berkah ,Analisis Kelayakan Abstract The objectives of this research are to technical and financial feasibility analysis of mango chips production in business unit Berkah. This study is conducted by using descriptive analysis method. The review on technical aspects include production, technology they used and the uses of machine, while the financial aspects are the calculation of production pricing (HPP), Break Event Point (BEP), Payback Periods (PP), and business efficiency (R/C). The daily production capacity of Manalagi mango in business unit Berkah in average needs 300 kg Manalagi mango that produces mango chips for everyday as much as 45kg chips. After having financial analysis, it is known that the initial capital needed here is Rp. 137.585.342,84 by HPP value is Rp.42.329,27 and the selling price per unit /kg is Rp. 60.000,00 by mark up 40%, so that BEPunit 2.351 package and BEPrupiah is Rp. 141.024.307,00. RC ratio (business efficiency) 1,4 that means the production unit of manalagi mango chips in business unit Berkah have been efficient and profitable, while payback period of investment would be achieved in 2 years 8 months 7 days. Key words: manalagi mango chips, business unit Berkah , feasibility analysis

PENDAHULUAN
Mangga Manalagi merupakan salah satu jenis buah mangga yang populer di Indonesia. Daging buah tebal, berwarna kuning menarik, teksturnya lembut dan lunak, dan tidak banyak mengandung air. Rasanya manis segar, seperti perpaduan antara rasa mangga arumanis dan golek. Melihat karakteristiknya yang tidak banyak mengandung air, Mangga Manalagi cocok untuk diolah menjadi produk keripik mangga. (Anonymous, 2008). Keripik adalah makanan ringan (snack food) yang tergolong jenis makanan crackers, yaitu makanan yang bersifat kering, renyah ( crispy). Keripik mempunyai sifat renyah, tahan lama, praktis, mudah dibawa dan disimpan. (Sulistyowati,1999). Sejalan dengan perkembangan teknologi, buah-buahan yang sudah matang, seperti buah Mangga Manalagi bisa diolah menjadi keripik. Menurut Lastriyanto (1998), pembuatan keripik buah-buahan dilakukan dengan menggunakan penggoreng hampa udara vacuum frying. Unit Usaha Berkah merupakan Unit Usaha yang bergerak dalam bidang produksi keripik buah, terletak di Jalan Tirto Agung RT.03/RW.07 Desa Genting, Kecamatan Lowokwaru, Malang. Produk yang dihasilkan oleh Unit Usaha Berkah yakni Keripik Salak, Keripik Nangka, Keripik Apel, Keripik Nanas dan Keripik Rambutan. Saat ini sedang dilakukan pengembangan produk Keripik Mangga Manalagi sebagai usaha untuk menambah keragaman produk dengan kapasitas produksi harian rataratanya 300 kg buah Mangga Manalagi yang menghasilkan rata-rata 45 kg produk Keripik Mangga Manalagi. Dalam pengembangan produk Keripik Mangga Manalagi perlu dilakukan analisis kelayakan aspek teknis dan finansial. Aspek teknis atau operasi juga dikenal sebagai aspek produksi. Evaluasi aspek teknis meliputi kapasitas produksi proyek, jenis teknologi yang digunakan serta pengguanaan mesin dan peralatan. Metode kelayakan finansial yang

digunakan dalam menganalisis kelayakan Keripik Mangga Manalagi di Unit Usaha Berkah adalah Harga Pokok Produksi (HPP), Break Event Point (BEP), Payback Periods (PP), dan efesiensi usaha (R/C). Tujuan dari penelitian adalah menentukan kelayakan teknis dan finansial produksi Keripik Mangga Manalagi di Unit Usaha Berkah.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di unit usaha Berkah yang berlokasi di jalan Tirto Agung 63 RT 03/RW 07 Desa Genting, Kecamatan Lowokwaru Malang pada bulan September 2008 dan pada bulan Februari sampai Maret 2009. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Manajemen dan Sistem Industri Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Malang Alatalat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain mesin vacum frying, spinner, sealer, kompor gas timbangan, pisau, telenan kayu, bak perendaman, wadah / keranjang plastik.Sedangkan bahan yang digunakan antara lain buah Mangga Manalagi, air, dan minyak goreng. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif analisis. Tahapan penelitian dilakukan berdasarkan prosedur penelitian sebagai berikut: Perumusan masalah, studi literatur, penentuan metode pengumpulan data, pengumpulan data, analisa hasil, serta menentukan kesimpulan dan saran. Data yang diperoleh, dianalisis untuk mengetahui aspek teknis (kapasitas produksi, teknologi proses produksi, serta mesin dan peralatan produksi). Data yang dianalisis pada aspek finansial meliputi data yang berhubungan dengan biaya produksi serta perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP), Break Event Point (BEP), Payback Period (PP), dan Efisiensi Usaha (RC Rasio).

a. Harga Pokok Produksi (HPP) menunjukkan akumulasi dari biaya-biaya yang dibebankan pada produk yang dihasilkan oleh perusahaan, dapat dihitung menggunakan rumus:

b = initial investment (modal awal) c = kumulatif net cash inflow pada tahun ke t d = kumulatif net cash inflow pada tahun t + 1 d. RC rasio merupakan perbandingan antara TR (Total Revenue) atau total penerimaan dengan TC (Total Cost) atau total biaya produksi. R/C dirumuskan sebagai berikut : R / C dengan TR = P x Q TC = TFC + TVC Keterangan: TR = Total Revenue (jumlah penerimaan yang diperoleh) P = Price (harga)

HPP

Jml. seluruh biaya Jml.barang dihasilkan

b. Break Event Point merupakan teknik untuk analisis hubungan antara biaya variabel, biaya tetap, dan harga jual. Perhitungan BEP adalah sebagai berikut:

TR TC

BEP (unit )

FC P VC

BEP( price)
Keterangan :

FC 1 (VC / P)

FC = Fixed cost (Biaya tetap) VC = Variable cost (Biaya variabel) P = Price (Harga jual) c. Payback Periode (PP) merupakan perhitungan atau penentuan jangka waktu yang dibutuhkan untuk menutupi modal awal dari suatu proyek dengan menggunakan arus kas masuk yang dihasilkan oleh proyek tersebut. Rumus umum untuk menghitung PP adalah sebagai berikut: PP =

Q = Quantity (Jumlah unit) TC = Total cost (Jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan) Adapun kriteria pengujian dengan menggunakan R/C ratio adalah : R/C < 1 : Usaha tidak efisien dan merugikan R/C=1 : Usaha tidak menguntungkan , tidak merugikan R/C > 1 : Usaha efisien dan menguntungkan

b c x12 bulan d c

Keterangan : t = tahun terakhir dimana komulatif net cash belum mencapai initial investment

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Unit Usaha Berkah


Unit Usaha Berkah merupakan usaha kecil menengah yang bergerak dalam bidang industri keripik buah yang sudah memiliki ijin dari DepKes RI SP 01/23.03/2002. UKM milik Bapak Muhammad Effendy ini terletak di sentral industri di Jalan Tirto Agung RT.03/RW.07 Desa Genting ,Kecamatan Lowokwaru Malang. Usaha ini didirikan pada tahun 2001 yang bekerjasama dengan BTP (Badan Teknologi Pertanian) Lawang dengan sistem bagi hasil dimana BTP pada saat itu bertindak sebagai penyedia mesin vacuum frying. Dengan sistem bagi hasil ini BTP memperoleh 40% dari keuntungan hasil penjualan serta pemilik Unit Usaha Berkah itu sendiri mendapat 60% dari keuntungan hasil penjualan. Pada tahun 2004 pemilik Unit UsahaBerkah memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak dengan BTP. Setelah tidak menjalani kerjasama dengan BTP maka pemilik memutuskan untuk menjalankan usaha keripik buah secara mandiri dengan modal sendiri. Pada awal menjalankan usaha dengan modal sendiri ini pemilik Unit Usaha Berkah hanya memiliki satu buah mesin vacuum frying, namun sekarang Unit Usaha Berkah telah memiliki tiga buah mesin vacuum frying. Unit Usaha Berkah memiliki 6 orang karyawan. Proses produksi dilaksanakan 24 jam penuh, maka jam kerja dibagi menjadi dua shift yaitu: Shift I : pukul 07.00 19.00 WIB Shift II : pukul 19.00 07.00 WIB Setelah satu minggu kedua shift tersebut berganti jam kerja, dimana shift pagi menjadi shift malam dan sebaliknya.

Ada beberapa macam produk yang dihasilkan oleh UKM Berkah Keripik Buah yakni Keripik Salak, Keripik Nangka, Keripik Apel, Keripik Nanas, Keripik Rambutan dan saat ini sedang dilakukan pengembangan produk Keripik Mangga Manalagi. Dalam pengembangan produk Keripik Mangga Manalagi perlu dilakukan analisis kelayakan aspek teknis dan finansial.

Analisis Kelayakan Teknis Kapasitas Produksi


Kapasitas produksi merupakan volume atau jumlah satuan produk yang dihasilkan selama satu satuan waktu tertentu dan dinyatakan dalam bentuk keluaran (output) per satuan waktu. Yamit (2003) memberikan penjelasan bahwa penentuan kapasitas produksi ditentukan oleh kapasitas sumber daya yang dimiliki seperti kapasitas mesin, tenaga kerja, serta bahan baku. -Kapasitas Mesin Produksi Pada Unit Usaha Berkah terdapat 3 buah mesin penggorengan (Vacum Frying), masing-masing mesin memiliki kapasitas 7 kg. Kapasitas produksi per hari Keripik Buah yang dihasilkan oleh Unit Usaha Berkah berbeda-beda berdasarkan jenis bahan baku (buah) yang digunakan serta jumlah produksi rata-rata per prosesnya. Kapasitas produksi rata-rata tiap produk Keripik Buah yang dihasilkan Unit Usaha Berkah secara garis besar dapat dilihat pada tabel 1.

Berdasarkan banyaknya produk yang dihasilkan rata-rata tiap tahun dapat dibuat persentase jumlah produksi Keripik Buah di Unit Usaha Berkah. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase jumlah produksi Keripik Mangga Manalagi dalam 1 tahun (kapasitas produksi Keripik Mangga Manalagi) adalah sebesar 25 % dari kapasitas total produksi Keripik Buah di Unit Usaha Berkah, sehingga dapat diasumsikan bahwa dalam 1 tahun proses produksi Keripik Buah, selama 4 Bulan Unit Usaha Berkah melakukan proses produksi Keripik Mangga Manalagi. - Kapasitas Tenaga Kerja Proses produksi Keripik Buah di Unit Usaha Berkah membutuhkan tenaga kerja sebanyak 7 orang, dengan spesifikasi kerja 6 orang tenaga kerja langsung yang terlibat langsung dalam proses produksi dan 1 orang pengawas produksi. Dalam sehari tenaga kerja langsung di Unit Usaha Berkah dapat melakukan 30 kali proses produksi. Besarnya gaji yang diterima oleh tenaga kerja langsung didasarkan pada banyaknya proses produksi/penggorengan, yaitu sebesar Rp. 6000,- untuk 1 kali proses produksi. Jika dalam sehari tenaga kerja dapat memproduksi 30 kali maka besarnya gaji yang diterima keenam tenaga kerja langsung tiap harinya adalah sebesar Rp. 180.000,-. Jadi setiap tenaga kerja langsung menerima gaji Rp. 30.000,- per harinya.

1. Bahan baku utama


Unit Usaha Berkah Keripik Buah memperoleh bahan baku Mangga Manalagi dari pedagang besar di Pasar Induk Gadang dengan harga Rp.3000,per kg. Bahan baku Mangga Manalagi yang dibutuhkan adalah rata-rata 300 kg per hari untuk 2 shift kerja selama 24 jam. 2. Bahan Pembantu Pada proses produksi Keripik Mangga Manalagi di Unit Usaha Berkah Keripik Buah tidak ada penambahan bahan-bahan kimia (Bahan Tambahan Makanan), baik berupa bahan pengawet, pemanis, pemutih dsb. Bahan pembantu yang digunakan pada produksi Keripik Mangga Manalagi di Unit Usaha Berkah adalah : a. Air Proses Produksi Keripik Mangga Manalagi memerlukan air yang digunakan pada proses pencucian untuk menghilangkan kotorankotoran sisa pada proses pengupasan dan pengirisan yang mungkin masih menempel pada daging buah Mangga Manalagi. Air yang digunakan adalah air bersih dan jernih dari PDAM. Kebutuhan air per bulan untuk proses produksi Keripik Mangga 3 Manalagi adalah sebesar 22,5 m .Biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan air per bulan adalah sebesar Rp. 100.500,00.

-BahanBaku

b. Minyak Goreng Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas ke dalam daging buah Mangga Manalagi dan menguapkan kandungan air dalam buah sehingga menjadikan daging buah Mangga Manalagi menjadi Keripik Mangga yang renyah. Minyak goreng yang digunakan dibeli dari pedagang besar di pasar induk Gadang dengan harga Rp. 175.000,00 per kemasan yang berisi 18 liter. 3. Bahan Baku Kemasan Bahan baku yang digunakan untuk mengemas produk Keripik Mangga Manalagi di Unit Usaha Berkah Keripik Buah adalah sebagai berikut: a. Plastik Polietilen Digunakan sebagai pengemas primer produk Keripik Mangga Manalagi, dengan ukuran 1 kg dengan warna putih jernih dan tembus pandang. Menurut Fellows (2000) plastik polietilen adalah kemasan fleksibel yang mengkilap, sangat kuat dan merupakan penghalang uap air dan gas yang baik, bersifat fleksibel pada o o suhu -71 C - 135 C. Plastik Polietilen yang digunakan adalah dengan ketebalan 0,08 cm yang dibeli dengan harga Rp. 75.000,00 per gulungan (roll). b. Kardus Kardus digunakan sebagai pengemas sekunder setelah produk dikemas dengan kemasan primer. Fungsi pengemas sekunder ini agar lebih mudah dalam hal penyimpanan dan transportasi , selain itu agar produk tidak mudah rusak. Kardus yang digunakan adalah kardus bekas dari produk rokok yang masih layak pakai, yang dibeli dengan harga Rp. 1.000,00 per buah.

Teknologi Proses Produksi Keripik Mangga Manalagi


Proses produksi Keripik Mangga Manalagi menggunakan rata-rata 6,5 kg daging Mangga Manalagi yang telah diirisiris. Kapasitas tersebut disesuaikan dengan kapasitas maksimal mesin penggorengan. Tahapan proses produksi keripik meliputi penimbangan bahan baku utama maupun pembantu, pengirisan buah, pencucian, penggorengan, penirisan, pengemasan.. Pada setiap proses produksi, jumlah Mangga Manalagi yang dibutuhkan sebanyak 10 kg, dengan jumlah tenaga kerja secara keseluruhan sebanyak 6 orang yang dibagi menjadi 2 shift selama 24 jam. Sedangkan secara rinci Keripik Mangga Manalagi diproduksi dengan tahapan sebagai berikut : 1. Persiapan Bahan Persiapan bahan dimulai dengan penimbangan buah Mangga Manalagi sebanyak 10 kg, kemudian Mangga Manalagi dikupas untuk dimanfaatkan daging buahnya. Rendemen pengupasan Mangga Manalagi adalah sebesar 65%, sehingga dari 10 kg buah Mangga Manalagi akan diperoleh 6,5 kg daging buah Mangga yang siap untuk diolah/diproses menjadi Keripik Mangga Manalagi. Limbah dari proses ini adalah kulit buah Mangga Manalagi. 2. Pengirisan buah Pengirisan daging buah Mangga Manalagi dilakukan dengan menggunakan pisau. Pengirisan daging buah dilakukan dengan cara menyamping, dan besarnya irisan disesuaikan dengan standart yang telah ditentukan. Dalam satu siklus produksi diperlukan 6,5 kg daging buah Mangga Manalagi. Pengirisan ini bertujuan untuk memperoleh bentuk irisan yang seragam serta proses pemasakan berlangsung dengan lancar. Limbah dari proses pengirisan ini adalah biji buah Mangga Manalagi. 3. Pencucian Proses Produksi Keripik Mangga Manalagi memerlukan proses pencucian

untuk menghilangkan kotoran-kotoran sisa pada proses pengupasan dan pengirisan yang mungkin masih menempel pada daging buah Mangga Manalagi. Air yang digunakan adalah air bersih dan jernih dari PDAM. 4. Penggorengan Tahap ini dilakukan selama 90, irisan daging buah Mangga Manalagi siap dimasukan dalam mesin penggoreng apabila suhu dan tekanan dalam mesin vacum frying telah cukup atau sekitar o 80 C 66 cmHg, Selama proses penggorengan tersebut juga dilakukan proses pengadukan setiap 15-20 menit sekali agar panas yang diterima daging buah Mangga dalam mesin penggoreng benar-benar merata, sehingga tidak ada yang gosong. Setelah 1,5 jam dilakukan pengecekan melalui jendela vakum, parameter yang digunakan untuk mengetahui keripik telah matang adalah dengan melihat gelembung-gelembung minyak, apabila minyak dalam vakum tenang, tidak ada gelembunggelembungnya berarti Keripik Mangga Manalagi telah matang. 5. Penirisan Penirisan dilakukan agar produk Keripik Mangga Manalagi terpisah dengan minyak sisa-sisa penggorengan. Penirisan dilakukan 5 menit menggunakan spinner dengan kecepatan putaran 1400 rpm. Proses penirisan ini penting dilakukan karena jika minyak yang terdapat pada produk cukup banyak akan menyebabkan produk Keripik Mangga Manalagi cepat rusak (layu, tengik, dan tidak renyah). Setelah ditiriskan produk ditimbang dan dimasukkan dalam wadah (kresek) sampai produk benar-benar sudah dingin. 6. Pengemasan Proses pengemasan Keripik Mangga Manalagi menggunakan kemasan primer yaitu plastik PE 0,08 cm. Sebelum Keripik dikemas, plastik PE dalam gulungan(roll) dipotong 40cm dan disealler satu sisinya. Setelah itu keripik dimasukkan sedikit demi sedikit sambil ditimbang sampai berat 1kg. Setelah berat yang diinginkan pas kemasan plastik PE

disealler lagi sisi lainnya. Proses merekatkan/menutup plastik dengan sealler harus dilakukan dengan baik dalam artian plastik harus dalam kondisi benar-benar rapat agar kualitas produk Keripik Mangga Manalagi tetap terjaga. Setelah dikemas dengan kemasan primer (plastik PE) produk dimasukkan dalam kemasan sekunder (kardus) yang berisi 22 buah produk kemasan 1kg.

Mesin dan Peralatan Produksi


Mesin dan peralatan adalah salah satu faktor penting dalam melaksanakan proses produksi, karena mesin dan peralatan berfungsi memberi kemudahan pekerja dalam melakukan proses produksi. Jenis mesin dan peralatan disesuaikan pada modal yang tersedia untuk industri skala kecil. Mesin adalah suatu perangkat yang menggunakan atau memanfaatkan daya mekanik, memiliki komponen-komponen yang masingmasing mempunyai fungsinya sendiri dan secara kesatuan berfungsi melakukan pekerjaan dan proses tertentu. Sedangkan peralatan merupakan assetaset pendukung yang berfungsi untuk membantu operasional suatu proses. Implementasi teknologi pada suatu proseos produksi pada dasarnya tidak dapat dipisahkan penggunaan mesin dan peralatan. Beberapa mesin dan peralatan yang berperan secara signifikan dalam proses produksi Keripik Mangga Manalagi adalah Vacum Frying , Spinner, dan sealler Penggorengan vakum (hampa udara) merupakan cara pengolahan yang tepat untuk menghasilkan Keripik Mangga Manalagi dengan mutu tinggi. Dengan teknologi ini buah Mangga Manalagi yang melimpah pada saat panen dapat dimanfaatkan sehingga tetap memiliki harga jual tinggi. Cara menggoreng dengan menggunakan penggoreng vakum (hampa udara), akan menghasilkan keripik dengan warna dan aroma buah asli serta rasa lebih renyah. Kerenyahan tersebut diperoleh karena proses penurunan kadar air dalam buah terjadi

secara berangsurangsur. Penggunaan Spinner sebagai mesin pemisah antara keripik dengan minyak sisa-sisa penggorengan memerlukan keahlian dan ketrampilan dalam mengoperasikannya,hal ini dimaksudkan untuk meminimalisasi kadar minyak yang menempel pada produk. Semakin sedikit minyak yang ada pada produk, maka produk yang dihasikan semakin baik. Jika kadar minyak yang ada pada produk Keripik Mangga banyak akan mengakibatkan produk mudah mengalami kerusakan (tengik). Sealler adalah alat untuk merekatkan plastik ( tipe PE / PP ) dengan menggunakan sistem pemanas elektrik. Di Unit Usaha Berkah Keripik Buah, alat ini digunakan untuk merekatkan plastik PE sebagai kemasan primer Keripik Mangga Manalagi. Cara penggunaan alat ini adalah sebagai berikut : Atur tingkat kepanasan sesuai dengan ketebalan plastik yang akan direkatkan, kemudian jepit bagian plastik yang akan direkatkan. Lampu indikator akan menyala pada saat plastik di jepitkan, dan lampu indikator akan padam secara otomatis ( dalam hitungan detik ) yang berarti proses perekatan sudah selesai.

Break Event Point (BEP), Payback Period (PP), dan analisa efisiensi usaha. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan biaya produksi adalah : Produksi dilaksanakan 25 hari per bulan Kapasitas produksi per hari ditetapkan berdasarkan kapasitas produksi Unit Usaha Berkah Keripik Buah. (kapasitas produksi Keripik Mangga Manalagi ratarata 45 kg per hari) Harga bahan baku, mesin, peralatan, kebutuhan utilitas, bangunan, tenaga kerja untuk perhitungan biaya produksi Keripik Mangga Manalagi berlaku pada saat perhitungan ini yakni pada bulan Mei 2009 Modal yang digunakan berasal dari modal sendiri Industri adalah Unit Usaha Berkah Keripik Buah di Desa Genting, Malang. Umur ekonomis proyek adalah 5 tahun Permintaan produk stabil, produk terjual habis setiap akhir tahun dan selama umur proyek Bahan baku tersedia selama proses produksi (4 bulan) Harga pokok produksi dan harga jual produk naik secara proporsional setiap tahun sesuai kenaikan komponen biaya tetap dan biaya variabel berdasarkan tingkat inflasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada bulan Mei 2009 sebesar 6,2 % dan diasumsikan tetap selama proses pengujian Pajak penghasilan dihitung berdasarkan Undang-Undang Perpajakan Pasal 17 No. 17 tahun 2000 yaitu penghasilan antara 025 juta dikenakan pajak 5%. Penghasilan antara 25-50 juta dikenakan pajak 10%, penghasilan antara 50-100 juta

Analisis Kelayakan Finansial


Aspek finansial memegang peranan penting dalam melakukan studi kelayakan bisnis perlu melakukan pengkajian lebih mengenai aspek-aspek pendapatan dan biaya yang diperlukan dalam pengimplementasiannya. Hal ini dimaksudkan sebagai bahan kajian pertimbangan tersendiri bagi pihak manajemen perusahaan dalam mengambil langkah strategi terhadap penyelenggaraan bisnis (Husnan dan Suwarsono, 1999). Pengkajian aspek finansial dilakukan untuk mengetahui besarnya biaya operasional yang dikeluarkan untuk memproduksi. Perkiraan finansial meliputi perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP),

dikenakan pajak 15%, penghasilan antara 100-200 juta dikenakan pajak 25% dan penghasilan diatas 200 juta dikenakan pajak 35%.
Tabel 2. Ringkasan Biaya Produksi Keripik Mangga Manalagi No. Jenis Jumlah (Rp) 1. Biaya tetap selama 1 86.946.703,42 tahun (FC) Biaya tidak tetap selama 1 tahun (VC) Total biaya produksi selama 1 tahun (TC) Jumlah produksi selama 1 tahun (@ 1 kg) HPP per unit (per 1 kg) Harga jual ( per 1kg) (mark up 40 %) 103.535.000,00 190.481.703,42 4.500 unit 42.329,27 Rp. 60.000,00

Harga

2. 3.

Pokok Produksi (HPP) Harga Pokok Produksi (HPP) sebesar Rp. 42.329,27/kemasan 1 kg. Harga jual yang dihitung ditingkat produsen hingga pengecer Rp 60.000,00 dengan asumsi pengambilan keuntungan (mark up) sebesar 40 % dari harga pokok produksi. Dari harga jual tersebut, berarti keuntungan yang diterima produsen adalah sebesar 40 % dari setiap unit produk yang terjual. Menurut Subanar (2001), besarnya mark up ditingkat produsen langsung ke konsumen sebesar 20%, jika melalui agen atau pengecer mark up sebesar 40% dan bila pengecer menjual produk ke konsumen akhir mark up yang ditetapkan bisa mencapai 70%. Break Event Point (BEP) Break Event Point (BEP) merupakan titik impas, dimana nilai penjualan atau pendapatan sama dengan total biaya. Analisis BEP tersebut merupakan cara untuk mengetahui volume penjualan minimal agar suatu usaha tidak mengalami kerugian tetapi juga belum memperoleh laba (laba sama dengan nol). BEP sangat tergantung terhadap perubahan fixed operating cost, variable operating cost perunit dan harga jual per unit hasil produksi unit usaha. Hasil perhitungan BEP menunjukkan bahwa titik balik pokok akan dicapai pada volume penjualan 2.351 bungkus atau senilai Rp. 141.024.307,00. Apabila Unit Usaha Berkah telah mencapai angka penjualan produk Keripik Mangga Manalagi seperti yang tersebut di atas, maka dapat diartikan bahwa unit usaha tersebut mencapai titik dimana usaha tidak mengalami kerugian maupun memperoleh keuntungan. C. Efisiensi Usaha (RC Rasio) Perhitungan efisiensi usaha dengan analisis R/C merupakan perbandingan antara penerimaan usaha dengan biaya total yang dikeluarkan, sehingga R/C akan menunjukkan keberhasilan usaha untuk mencapai laba. Total penerimaan yang didapat Unit

Total biaya produksi selama 1 tahun dari produksi Keripik Mangga Manalagi di Unit Usaha Berkah adalah sebesar Rp. 190.481.703,42 dengan perincian biaya tetap sebesar Rp. 86.946.703,42 dan biaya tidak tetap sebesar Rp. 103.535.000,00. Perhitungan biaya produksi dilakukan dalam periode 1 tahun (4bulan) yang merupakan jumlah keseluruhan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap dalam periode 1 tahun. Biaya tetap terdiri dari biaya tenaga kerja sebesar Rp. 24.000.000,00; biaya pemeliharaan alat (2,5 % dari nilai awal) dan bangunan sebesar Rp. 5.022.375,00; biaya penyusutan (depresiasi) sebesar Rp. 1.494.166,67; biaya air sebesar Rp. 402.000,00; biaya listrik sebesar Rp. 852.786,75; serta biaya telepon sebesar Rp. 328.000,00. Biaya tidak tetap terdiri dari biaya bahan baku utama (Mangga Manalagi) sebesar Rp. 90.000.000,00; biaya bahan pembantu (minyak goreng) sebesar Rp. 5.250.000,00; biaya bahan pengemas sebesar Rp. 1.085.000,00; biaya untuk LPG sebesar Rp.2.700.000,00; serta biaya bahan bakar (bensin) untuk alat transportasi sebesar Rp. 4.500.000,00.

Usaha Berkah dari penjualan Keripik Mangga Manalagi adalah sebesar Rp 270.000.000,00 dengan total biaya untuk proses produksi Keripik Mangga Manalagi sebesar Rp. 190.481.703,42 sehingga didapatkan nilai efisiensi usaha R/C sebesar 1,4 Hal ini berarti bahwa usaha tersebut sudah efisien dan menguntungkan sesuai dengan kritetria efisiensi usaha yaitu bila nilai R/C >1. Pentingnya efisiensi dalam usaha adalah sebagai dasar pertimbangan dalam evaluasi efisiensi usaha serta sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk menentukan kebijakan dalam rangka pengembangan usaha, dalam hal ini adalah pengembangan usaha Keripik Mangga Manalagi. D. Payback Period (PP) Payback period merupakan metode yang digunakan untuk mengukur kecepatan pengembalian modal investasi yang dinyatakan dalam tahun. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai payback period dicapai pada 2 tahun 8 bulan 7 hari. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka waktu tersebut nilai investasi usaha pengembangan produk Keripik Mangga Manalagi sebesar Rp. 137.585.342,84 telah kembali. Payback period memiliki jangka waktu yang lebih pendek daripada umur proyek yang direncanakan dalam pengembangan produk Keripik Mangga Manalagi yaitu selama 5 tahun. Jangka waktu pengembalian modal investasi yang lebih cepat dari umur proyek yang direncanakan, maka dapat dikatakan bahwa pengembangan produk Keripik Mangga Manalagi ini layak untuk dilaksanakan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Unit Usaha Berkah sedang melakukan pengembangan produk Keripik Mangga Manalagi dengan kapasitas 45 kg /hari. Produksi ini membutuhkan bahan baku Mangga Manalagi sebanyak 300 kg

dengan tenaga kerja 6 orang dengan waktu kerja 24 jam kerja/hari yang dibagi menjadi 2 shift. Proses produksi menggunakan mesin utama yakni mesin penggorengan hampa( vakum frying), mesin peniris minyak (spinner) dan sealler. 2. Hasil perhitungan produksi Keripik Mangga Manalagi di Unit Usaha Berkah Keripik Buah ditinjau dari aspek finansial didapatkan HPP sebesar Rp. 42.329,27/kemasan @ 1 kg dengan harga jual sebesar Rp. 60.000,00, sehingga diperoleh BEP (unit) 2.351 bungkus dan BEP (rupiah) sebesar Rp. 141.024.307,00. R/C (efisiensi usaha) didapatkan nilai 1,4, hal tersebut berarti produksi Keripik Mangga Manalagi di Unit Usaha Berkah Keripik Buah telah memenuhi standar efisiensi usaha yang menguntungkan dan dapat dikatakan layak sedangkan waktu pengembalian investasi (Payback Period) adalah 2 tahun 8 bulan 7 hari.

Saran
Produksi Keripik Mangga Manalagi di Unit Usaha Berkah masih membutuhkan perbaikan dari segi efektifitas dan efisiensi kerja.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2008. Mangga Manalagi. http://www.iptek.net.id/ind/teknolo gi_pangan. Tanggal akses 5 Desember 2008 Fellows, P. 2000. Food Processing Technology Principles and Practice. Woodhead Publishing Limied. Engand

Husnan, S dan M. Swarsono. 1999. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN. Yogyakarta

10

Lastriyanto, A. 1998. Mesin Penggorengan Hampa Sistem Water Jet, kajian Teknis, Ekonomis, dan Penerapannya Pada Industri Kecil. Jurusan TEP Universitas Brawijaya. Malang Subanar, H. 2001. Manajemen Usaha Kecil. Edisi Kesatu. BPFE. Yogyakarta. Sulistyowati, A. 1999. Membuat Keripik Buah Dan Sayur. Puspa Swara. Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai