Anda di halaman 1dari 19

Nomor Rekam Medis Nama Pasien Usia Pembimbing Nama dokter muda Masuk RS pada tanggal

: XX-XX-XX : Sdr. R : 33 tahun : dr. Jonli Indra, Sp.KJ : Arief Mauludhy Muhammad : 26 Januari 2014

Rujukan/datang sendiri/keluarga : Ny. S (Orang tua pasien) Usia : 33 tahun

Riwayat Perawatan 1. Tanggal 23 Maret 2010 pernah dirawat di RSJ Dr Soeharto Heerdjan 2. Tanggal 7 November 2012 pernah dirawat di RSJ Dr Soeharto Heerdjan 3. Tanggal 12 Juli 2013 pernah dirawat di RSJ Dr Soeharto Heerdjan 4. Tanggal 26 Januari 2014 dirawat sekarang

STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN Nama Jenis kelamin Umur Tempat/Tanggal lahir Agama Bangsa/Suku Status Pernikahan Pendidikan terakhir Pekerjaan Alamat Tanggal masuk RSJSH : Sdr. R : Laki-laki : 33 tahun : Jakarta, 14 Juli 1980 : Kristen : Indonesia / Batak : Belum menikah : SMP : Tidak bekerja : Cipinang Melayu, Jakarta Timur : 26 Januari 2014

II.

RIWAYAT PSIKIATRI Autoanamnesis : - 30 Januari 2014 di bangsal Elang pukul 16.30 - 17.15 WIB - 31 Januari 2014 di bangsal Elang pukul 10.30 - 11.15 WIB

Alloanamnesis

: 1 Februari 2014 dengan ibu kandung pasien via telepon

A. Keluhan Utama Pasien sering marah-marah tanpa sebab dan membanting benda-benda di rumahnya pada pagi hari SMRS.

B. Riwayat Gangguan Sekarang Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan pada tanggal 26 Januari 2014 diantar oleh ibu pasien karena pasien sering marah marah tanpa sebab dan membanting benda-benda SMRS. Pasien juga kadang-kadang mundar mandir di dalam rumah seolah-olah tidak senang dengan sesuatu dan berbicara sendiri. Orang tua pasien dan keluarga merasa terganggu dengan perbuatan pasien tersebut. Satu minggu SMRS, menurut keterangan ibu pasien awalnya pasien sering bicara sendiri di rumah. Pasien juga mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan sebelum dia dirawat. Bisikan yang didengar memanggil dia untuk memegang lantai karena apabila pasien tidak memegang lantai maka pasien akan merasa sakit. Pasien juga sering marah-marah dan bicara kasar dengan keluarga. Menurut ibunya marahnya timbul jika pasien disuruh-suruh sesuatu seperti makan atau mandi. Selain itu, pasien juga mengeluh dia tidak bisa tidur sebelum dirawat di rumah sakit dan hal ini diakui ibunya. Pasien tidak bisa tidur tetapi tidak mengganggu anggota keluarga yang lain. Apabila ditanya kenapa tidak bisa tidur, pasien mendengar bisikan sehingga menggangunya untuk bisa tidur. Ibu pasien juga sering menemui pasien sedang menyendiri di kamar. Pada siang hari, menurut ibunya pasien sering mundar mandir didalam rumah dan di luar rumah. Keadaan ini mengganggu tetangganya sehingga melapor ke ibunya. Satu hari SMRS, menurut ibu pasien, pasien terlihat mulai marah dan mengamuk seperti orang kerasukan dan membanting alat-alat yang ada di rumah. Oleh karena ibunya merasa kondisi anaknya semakin buruk, maka dia membujuk anaknya untuk di bawa berobat ke RSJSH. Setelah beberapa lama dibujuk bersama kakak pasien, akhirnya pasien setuju untuk berobat ke RSJSH.

Menurut ibu pasien, pasien pernah dirawat di RSJSH 6 bulan yang lalu, namun pasien tidak kontrol ke poli rawat jalan dan minum obat sudah hampir 2 bulan dikarenakan masalah jarak dan biaya. Awalnya keadaan pasien biasa-biasa saja tanpa kontrol dan minum obat. Tetapi 2 minggu SMRS keluhan pasien mulai kumat lagi, pasien sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, bicara sendiri, dan sering menyendiri di kamar, membanting benda-benda yang ada di rumah dan sulit tidur.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Gangguan Psikiatrik Menurut ibu pasien (Ny.S), pasien pertama kali menunjukkan perilaku yang tidak biasa pada tahun 1999 (usia 15 tahun). Saat itu pasien mengamuk-ngamuk di rumah, sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tidak bisa tidur, dan merasa ada orang yang ingin menyakiti dirinya. Pada waktu itu pasien sering menyendiri karena mau menghadapi ujian. Orang tua pasien merasa khawatir terhadap kondisi pasien lalu membawa pasien berobat RS Fatmawati untuk diobati dan dirawat disana. Kondisi pasien membaik karena sering kontrol di rumah sakit. Pada tahun 2010, karena pasien tidak rutin kontrol di poliklinik dan tidak mau minum obat sehingga keluhan yang dahulu timbul lagi. Ibu pasien membawa ke rumah sakit jiwa Soeharto Heerdjan. Dan pasien dirawat untuk pertama kalinya di RSJ Soeharto Heerdjan. Pada tahun 2012, Pasien mengeluhkan hal yang sama karena pasien tidak rutin kontrol di poliklinik dan tidak mau minum obat sehingga keluhan yang dahulu timbul lagi. Pada tanggal 26 Januari 2014 pasien dibawa oleh ibu kandungnya ke RSJ Soeharto Heerdjan untuk dirawat inap dan sekarang berada di bangsal Elang.

2. Gangguan Medik Menurut ibunya, Pasien tidak pernah menderita sakit yang serius. Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit dan dioperasi sebelumnya.

3. Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol Pasien mengaku bahwa dirinya sudah menghisap rokok sejak sekolah SMP dan menurut ayahnya pasien seorang perokok berat dan mulai merokok sejak usia 14 tahun. Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang disangkal oleh ibunya. D. Riwayat Kehidupan Pribadi 1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Pasien lahir spontan, cukup bulan, ditolong oleh paraji, tidak ada trauma dan tidak ada cacat bawaan. Ibu pasien tidak pernah sakit saat mengandung pasien dan pasien merupakan anak yang diinginkan. Pasien merupakan anak kedua dari 5 bersaudara.

2. Masa Kanak Awal (0-3 tahun) Pasien tergolong anak yang sehat dengan proses tumbuh kembang dan tingkah laku normal dengan anak seusianya.

3. Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun) Masa ini dilalui dengan baik, tumbuh kembang baik dan normal seperti anak seusianya. Pasien kurang memiliki banyak teman dan tidak pernah tinggal kelas, prestasi belajar pasien rata-rata. Pasien tergolong anak yang baik, pendiam, sering mendengar kata orang tua. Pasien cenderung berkepribadian tertutup. 4. Masa Kanak Akhir (Pubertas Remaja) a. Hubungan Sosial Pasien merupakan anak yang pendiam dan kurang mempunyai banyak teman di lingkungan sekolah dan lingkungan rumahnya. Pada masa

dewasa, pasien jarang bergaul dengan teman maupun tetangganya, jarang mengikuti kegiatan diluar rumah.

b. Riwayat Pendidikan Pasien pernah bersekolah di: SD (7-12 tahun). Pasien tidak pernah tinggal kelas. Pasien kurang memiliki banyak teman dan kurang dapat bergaul dengan baik, prestasi belajar pasien rata-rata. Pasien seorang pendiam.

SMP (13-16 tahun). Pasien tidak pernah tinggal kelas. Pasien kurang memiliki banyak teman dan kurang dapat bergaul dengan baik, prestasi belajar pasien rata-rata. Pasien seorang pendiam.

SMA (17-18 tahun). Pasien tidak menyelesaikan sekolah SMA hingga tamat. Hanya sampai SMA kelas 1 dan tidak melanjutkan pendidikan karena gagal dalam ujian dank arena masalah biaya.

c. Riwayat Psikoseksual Berdasarkan keterangan pasien, Pasien menyukai lawan jenis. Tetapi belum menikah.

d. Latar Belakang Agama Pasien beragama Kristen, dan jarang beribadah saat pasien belum sakit. Pada saat sakit pasien menjadi tidak pernah beribadat.

e. Riwayat Pelanggaran Hukum Pasien mengatakan tidak pernah terlibat dalam proses pengadilan yang berkaitan dengan hukum

5. Masa Dewasa a. Riwayat Pekerjaan Pasien setelah tidak melanjutkan sekolahnya, membantu pekerjaan ayahnya di bengkel motor. Pasien membantu menambal ban motor. Karena sering kambuh penyakitnya. Orang tuanya tidak lagi mengizinkan pasien untuk bekerja dan hanya dirumah.

b. Aktivitas sosial Menurut ibu kandung pasien, sebelum sakit pasien mempunyai banyak teman dan memiliki hubungan yang baik dengan tetangga maupun warga sekitarnya, namun setelah sakit pasien suka menyendiri dan setiap harinya mundar mandir di sekitar rumah sehingga pasien dijauhi orang sekitar.

c. Riwayat Pernikahan Pasien belum pernah menikah

E. Riwayat Keluarga Pasien merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Kakak laki-laki pertamanya sudah menikah. dan sisa ketiga adiknya belum menikah dan masih tinggal serumah dengan pasien dan orang tua. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Keterangan : : Laki-Laki : Perempuan - - - - = tinggal serumah

: Pasien

: Perkawinan

A : Tn. M, ayah pasien (65 tahun) B : Ny. S, ibu pasien (61 tahun) C : Tn. R, kakak pasien sudah menikah (37 tahun) D : Ny. C, istri kakak pasien (33 tahun) E : pasien sdr. R (33 tahun) F : sdri. E, adik pasien (26 tahun) G : sdr. R, adik pasien (21 tahun) H : sdr. I, adik pasien (19 tahun)

F. Riwayat Sosial Ekonomi Sekarang Pasien tinggal di suatu perumahan lingkungan yang padat penduduk. Pasien tinggal bersama dengan ayah,ibu, kakak dan adik-adiknya. Kondisi ekonomi keluarga pasien termasuk golongan ekonomi menengah kebawah. Pasien tidak bekerja, dan kebutuhan ditanggung oleh orang tua.

III.

STATUS MENTAL Status mental pasien didapatkan dari hasil autoanamnesis dengan pasien (sdr. R) di bangsal Elang pada tanggal 31 Januari 2014.

A.

Deskripsi umum

1.

Penampilan Pasien seorang laki-laki, 33 tahun, penampilan fisik terlihat sesuai

usianya, berkulit sawo matang, rambut rapih tercukur, berpakaian cukup rapih dan kebersihan diri cukup. Pada saat wawancara pasien menggunakan kaos dan celana seragam pasien RSJSH berwarna coklat muda.

2. -

Kesadaran Kesadaran neurologik / sensorium : compos mentis

3.

Perilaku dan aktivitas psikomotor

Sebelum, selama dan sesudah wawancara, pasien dalam keadaan tenang. Sebelum wawancara : pasien sedang duduk tenang Selama wawancara : Pasien duduk tenang dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan agak perlahan. Setelah wawancara : pasien berkumpul dengan teman-temannya.

4.

Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif, pasien mau coba untuk menjawab semua pertanyaan pewawancara.

B.

Pembicaraan Lancar, pasien menjawab semua pertanyaan yang diajukan, kuantitas cukup, bicara pasien spontan dengan intonasi cukup jelas dan nada suara cukup, dan tidak ada gangguan bicara.

C.

Gangguan berbicara : tidak ada gangguan

D. 1. 2. 3.

Alam perasaan (emosi) Suasana perasaan (mood) : hipertimik Afek Keserasian : terbatas : serasi

E.

Gangguan persepsi : halusinasi auditorik (+) karena pasien mengakui

Halusinasi

mendengar suara yang tidak bisa didengar orang lain berupa memanggil dia untuk memegang lantai karena apabila pasien tidak memegang lantai maka pasien akan merasa sakit

Ilusi Depersonalisasi Derealisasi

:::-

F.

Sensorium dan kognisi (fungsi intelektual) 1. Taraf pendidikan 2. Pengetahuan umum : pasien bersekolah hanya sampai kelas 1 SMA : cukup : Cukup dapat memusatkan perhatian

3. Konsentrasi dan perhatian

dan cukup fokus selama wawancara 4. Orientasi Waktu : baik (pasien dapat mengetahui waktu

wawancara pada siang hari) Tempat : baik (pasien sadar bahwa pasien sekarang sedang berada di RSJSH) Orang : baik (pasien mengetahui sedang diwawancarai oleh dokter muda) Situasi : baik (pasien tahu bahwa situasi sekeliling saat wawancara tenang) 5. Daya ingat Segera : baik (Pasien menyebutkan benda yang di mulai dari huruf M) Jangka pendek : baik (Pasien masih mengingat menu makanan tadi siang) Jangka panjang : baik (Pasien dapat menyebutkan dengan lahirnya) Pikiran abstrak : baik (Pasien mengetahui pepatah berakit rakit ke hulu berenang lengkap tempat tanggal

renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian) 6. Kemampuan Visuospasial : baik (dapat menggambar jam seperti contoh)

10

7.

Kemampuan menolong diri sendiri : baik (pasien dapat makan, mandi sendiri)

G.

Proses pikir 1. Arus pikir a. Produktivitas b. Kontinuitas c. Hendaya bahasa : cukup : asosiasi longgar : tidak ada

2. Isi pikir a. Preokupasi dalam pikiran : tidak ada b. Waham c. Obsesi d. Fobia : tidak ada : tidak ada : tidak ada

H.

Pengendalian impuls

Kemampuan mengendalikan impuls cukup baik, pasien bersikap tenang di ruangan dan selama di wawancara pasien tidak melakukan halhal yang membahayakan dirinya maupun teman-temannya selama di ruang Elang RSJSH.

I.

Daya nilai Daya nilai sosial : tidak terganggu (pasien mengetahui bahwa marah-marah tidak baik) Uji daya nilai tempat sampah) Daya nilai realitas : halusinasi) terganggu (karena pasien masih ada : tidak terganggu (pasien membuang sampah ke

J.

Tilikan Derajat 2 (pasien menyadari kalau dirinya sakit, namun pasien tidak mengetahui sebabnya)

11

K.

Reliabilitas

dapat dipercaya (dalam waktu yang berbeda dapat memberikan kesimpulan yang sama / konsisten)

IV.

PEMERIKSAAN FISIK A. Status Internus Keadaan Umum Kesadaran : Baik : Compos mentis

Tanda vital: Tekanan darah Nadi Suhu Pernafasan : 120/80 mmHg : 82x/ menit : 36.9C : 21 x/menit

Pemeriksaan Fisik: Bentuk badan Kepala Mata Mulut Leher Thoraks : Normal : Normocephali : Konjungtiva tidak pucat -/-, sklera tidak ikterik -/: Bibir berwarna kehitaman, pucat, agak kering. : KGB dan tiroid tidak teraba membesar : Cor : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen : Datar, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba membesar, bising usus (+) Urogenital Ekstremitas Dermatologis : Tidak dilakukan pemeriksaan : Akral hangat, deformitas (-) : Tidak dilakukan pemeriksaan

12

B. Status Neurologis Tanda rangsang meningeal Refleks fisiologis : Tidak dilakukan pemeriksaan : Tidak dilakukan Pemeriksaan

V.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan darah lengkap (senin, 27 Januari 2014) Laboratorium: Hb Ht LED Leukosit Trombosit GDS : 14,5mg/dL : 43 gr% : 17 mm/ jam : 11.400 mm3 : 341.000 U/L : 88mg/dl

VI.

IKTHISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien seorang laki-laki berusia 33 tahun, beragama kristen, belum menikah dan tidak bekerja, penampilan pasien sesuai dengan umurnya, rambut berwarna hitam tercukur rapih, kulit sawo matang, berpakaian cukup rapi, berupa kaos lengan pendek berwarna coklat muda seragam RSJSH, bercelana pendek berwarna coklat. Pasien datang ke RSJSH pada tanggal 26 februari 2014, diantar oleh ibu pasien karena pasien sering marah marah tanpa sebab dan membanting bendabenda yang ada dirumah pada pagi hari SMRS. Pasien juga kadang-kadang mundar mandir didalam rumah seolah-olah tidak senang dengan sesuatu. Orang tua dan keluarga pasien merasa terganggu. Selama wawancara pasien cukup kooperatif. Kontak mata pasien baik sewaktu menjawab pertanyaan pewawancara. Perhatian pasien terhadap apa yang dibicarakan oleh pewawancara cukup baik. Pasien menjawab pertanyaan yang diajukan dengan baik. Kadang-kadang terliat pasien berpikir dahulu sebelum menjawab. Tidak ada gangguan bicara. Pembicaraan pasien normal, jelas. Keadaan perasaan (mood) pasien hipertimik.
13

Afeknya terbatas. Pada fungsi intelektual (sensorium dan kognitif), taraf pendidikan pasien sekolah SMA kelas 1, taraf pengetahuan umum cukup baik. Daya konsentrasi pasien baik. Daya ingat jangka panjang pasien baik, daya ingat jangka pendek baik, daya ingat sesaat pasien baik, daya orientasi waktu baik, daya orientasi tempat pasien baik, daya orientasi personal pasien baik, daya orientasi situasi pasien baik, pikiran abstrak pasien baik, kemampuan menolong diri pasien baik. Ada gangguan persepsi halusinasi auditorik berupa mendengar suara yang tidak bisa didengar orang lain berupa memanggil dia untuk memegang lantai karena apabila pasien tidak memegang lantai maka pasien akan merasa sakit. Arus pikir pasien cukup, produktivitas pasien cukup, kontinuitas pikiran pasien koheren, hendaya berbahasa tidak ada, tidak ada gangguan isi pikir. Kemampuan mengendalikan impuls cukup baik, daya nilai sosial pasien cukup baik, uji daya nilai pasien tidak terganggu, daya nilai realita pasien terganggu karena masih ada halusinasi. Derajat tilikan pasien derajat 2, taraf dapat dipercaya pasien dapat dipercaya.

VII.

FORMULASI DIAGNOSTIK Aksis I : Gangguan klinis dan kondisi klinis yang perhatian klinis. Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, kasus ini dapat digolongkan kedalam : 1. Gangguan jiwa karena adanya gejala psikotik atau perilaku berupa : - Disstress/ penderitaan/ keluhan benda-benda yang ada di rumah. - Gangguan fungsi (hendaya) : gangguan dalam sosialisasi dan fungsi pekerjaan terganggu - Gejala kejiwaan berupa Waham Halusinasi Perilaku terdisorganisasi yang jelas : : tidak ada : Auditorik : marah-marah, mengamuk tanpa alasan :marah-marah, mengamuk, membanting menjadi fokus

14

2. Gangguan jiwa berupa GMNO, karena a. Tidak ada penurunan kesadaran neurologik b. Tidak ada penyakit organik spesifik yang diduga berkaitan dengan gangguan jiwanya tidak ada penurunan patologis c. Tidak ada gangguan sensorium dan gangguan neurologic d. Tidak ada gangguan fungsi kognitif (memory,intellect,learning) GMNO ini termasuk gangguan psikosis karena adanya gangguan daya nilai realitas berupa : halusinasi auditorik

Berdasarkan PPDGJ III, GMNO ini termasuk dalam Skizofrenia karena memenuhi pedoman diagnostik F20, yaitu adanya : halusinasi auditorik (berupa mendengar suara yang tidak bisa didengar orang lain berupa memanggil dia untuk memegang lantai) Terdapat tanda katatonik, yaitu gaduh gelisah gejala-gejala khas tersebut telah lama berlangsung selama kurang waktu satu bulan atau lebih

memenuhi kriteria untuk skozofrenia paranoid, karena : memenuhi kriteria umum skizofrenia Halusinasi auditorik yang dominan atau menonjol yang

bersifat memberi perintah pada pasien. Aksis I : Skizofrenia Paranoid Ditemukan adanya distress yang menyebabkan adanya gangguan persepsi seperti halusinasi auditorik. Aksis II : Gagguan Kepribadian dan Retardasi Mental Tidak ada diagnosis Aksis III : Kondisi Medis Umum Tidak ada diagnosis

15

Aksis IV : Problem Psikososial dan Lingkungan Masalah sosial, pekerjaan, ekonomi Aksis V : Penilaian Fungsi Secara Global Global Assesment of Functioning (GAF) Scale GAF HLPY : 60-51 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang GAF saat masuk rumah sakit : 20-11 bahaya mencederai diri / orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi & mengurus diri GAF saat pemeriksaan : 60-51 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang

VIII.

EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis I : F20.0Skizofrenia Paranoid

Aksis II : Tidak ada diagnosis Aksis III : Tidak ada diagnosis Aksis IV : Masalah sosial, pekerjaan, ekonomi Aksis V : - GAF HLPY : 60-51 - GAF saat masuk rumah sakit : 20-11 - GAF saat pemeriksaan : 60-51

XI.

DAFTAR PROBLEM

1. Organobiologik

: Tidak ditemukan kelainan organik dan tidak didapatkan faktor herediter

2. Psikologik 3. Sosiobudaya

: Halusinasi auditorik : hendaya dalam fungsi sosial dan pekerjaan

VIII.

PROGNOSIS

Quo ad vitam

: Dubia ad bonam (pasien tidak pernah membahayakan diri sendiri tetapi membahayakan orang.lain selama sakit

16

dan tidak ada tanda-tanda pasien menderita.gangguan mental organik atau penggunaan zat) Quo ad functionam : Dubia ad bonam (pasien masih dapat menjalankan kegiatan sehari-hari, dan fungsi sosialnya masih baik selama gejala-gejala psikotiknya terkontrol) Quo ad sanationam : Dubia ad bonam (Tilikan pasien adalah 2 tetapi pasien tidak patuh untuk minum obat secara teratur) Faktor-faktor yang mempengaruhi a. Faktor Yang Memperingan: b. Tidak ada riwayat keluarga gangguan jiwa Keinginan pasien ingin sembuh Pasien patuh minum obat

Faktor Yang Memperberat: Pasien saat dirumah tidak patuh untuk minum obat secara teratur Belum menikah

IX.

PENATALAKSANAAN 1. Rawat Inap Dengan indikasi: Perilaku membahayakan orang lain kondisi emosional tidak stabil Untuk menstabilkan medikasi

2. Psikofarmaka a. Risperidone 2x2 mg Risperidon merupakan obat antipsikotik generasi kedua, yang bekerja pada reseptor D2 dan 5HT2A sebagai antagonis kuat dengan efek samping yang relatif lebih rendah daripada obat antipsikotik generasi pertama. Risperidone dapat diberikan selama masih ada gejala positif pada pasien. Dosis risperidon dapat diturunkan sampai gejala pada pasien hilang.

17

Pemberian risperidon juga bisa diganti jika tidak efektif menurunkan gejala. Dosis optimal sebagai dosis terapi adalah antara 2-4 mg per hari. Dosis maksimal yang direkomendasikan adalah 6 mg karena melebihi dosis tersebut tidak dijumpai efikasi yang bermakna, malah lebih banyak efek samping yang timbul seperti distonia, akatisia, tardive dyskinesia.

3. Psikoterapi Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan masalahnya dan meyakinkan pasien bahwa dia sakit Memotivasi pasien agar selalu kontrol dan mau minum obat Menasihati pasien untuk ikut program rehabilitasi setelah selesai rawat inap Melibatkan keluarga dalam pemulihan, dengan memberikan

pengarahan kepada keluarga agar tetap memberi dukungan untuk pulih dan tidak selalu mengkritik setiap kegiatan pasien yang kurang tepat, Reedukasi keluarga tentang pentingnya mengawasi dan ikut serta dalam mendisiplinkan pasien untuk mengkonsumsi obat yang diberi dan kontrol rutin setelah pulang dari RS.Jiwa dr Soeharto Heerdjan guna perbaikan kualitas hidup pasien.

4. Sosioterapi : Melibatkan pasien dalam berbagai aktivitas di RSJSH, seperti kegiatan rehabilitasi dengan melatih keterampilan pasien, selain itu untuk memotivasi pasien agar mudah bergaul dengan pasien lain dan diikut sertakan dalam kegiatan rohani.

18

Grafik Perjalanan Penyakit


Nama Jenis kelamin Umur : Sdr. R : Laki-laki : 33 tahun : Jakarta,14 Juli 1980

Tempat/Tanggal lahir Agama Bangsa/Suku

: Kristen : Indonesia / Batak


Halusinasi Auditorik (+) Waham kejar

Status Pernikahan : Belum menikah


Halusinasi Auditorik (+) Waham kejar

Halusinasi Auditorik (+)

Halusinasi Auditorik (+)

Masa kanak-kanak Masa remaja

1999

Maret 2010

Juli 2013

Januari 2014

Keterangan : Tahun 1999


-Pasien mengamuk-ngamuk di rumah, marah-marah tanpa alasan yang jelas, tidak bisa tidur,dan Pasien takut bertemu dengan orang lain karena curiga akan disakiti.. -Halusinasi: Auditorik (+) - waham kejar

Maret 2010
-Marah-marah dan sempat
memukul ayahnya. Pencetus: Putus Obat - Halusinasi : Auditorik (+) - waham kejar

Juli 2013
- Marah-marah, membanting benda-benda di rumah. Pencetus: Putus obat - Halusinasi: Auditorik (+)

Januari 2014
Marah-marah, dan membanting benda-benda di rumah. Pencetus: Putus obat - Halusinasi: Auditorik (+)

19

Anda mungkin juga menyukai