Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merupakan komitmen Negara secara nasional dan global dalam upaya mensejahterakan masyarakat melalui pengurangan kemiskinan dan kelaparan, pendidikan, pemberdayaan perempuan, kesehatan, dan kelestarian lingkungan. Upaya percepatan pencapaian target MDGs menjadi prioritas pembangunan nasional, yang memerlukan perencanaan di tingkat nasional dan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. MDGs dikatakan sebagai satu set tujuan pembangunan karena MDGs berisi delapan target pembangunan yang harus dicapai oleh negaranegara yang menyepakatinya pada tahun 2015. Delapan target pembangunan tersebut bisa dituliskan sebagai berikut1 :

1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, dengan mengurangi setengah jumlah penduduk yang berpendapatan kurang dari US$ 1 per hari. Mengurangi setengah jumlah penduduk yang menderita kelaparan. 2. Pemenuhan Pendidikan dasar untuk semua, dengan menjamin semua anak dapat menyelesaikan sekolah dasar. Hal tersebut disertai dengan upaya agar anak-anak tetap mengikuti pendidikan di sekolah dengan kualitas pendidikan yang baik. 3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, dengan

menghilangkan perbedaan gender baik pada tingkat sekolah dasar maupun sekolah lanjutan tingkat pertama pada tahun 2005 dan tahun 2015 untuk semua tingkat. 4. Menurunkan angka kematian anak usia di abwah 5 tahun, dengan sasaran menjadi dua per tiganya. 5. Meningkatkan kesehatan ibu, dengan mengurangi rasio kematian ibu menjadi tiga per empatnya. 6. Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainya, dengan menghentikan serta menurunkan penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya.
1

UNMP, Investing in Development: A Practical Plans to Achieve the Millenium Development Goals, 2005

7. Memberikan jaminan akan kelestarian lingkungan hidup, dengan memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam program dan kebijakan masing-masing Negara; menurunkan hilangnya sumber daya alam; mengurangi hingga setengah penduduk yang selama ini tidak dapat mengakses air bersih secara berkelanjutan; serta perbaikan tempat tinggal secara signifikan terhadap sekurang-kurangnya 100 juta tempat tinggal kumuh (slum dwellers) hingga 2020. 8. Mengembangkan kerjasama global dalam pembangunan, antara lain dengan pengembangan system perdagangan dan keuangan yang transparan,

kepemerintahan yang baik dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan Negara berkembang, seperti : memberikan kuota ekspor, penghapusan/penundaan pembayaran hutang, bantuan untuk pengentasan kemiskinan, bantuan untuk peningkatan produktivitas kaum muda, akses untuk memperoleh obat-obatan yang penting bagi Negara berkembang. Kedelapan target tersebut adalah janji pembangunan. Dan semua model pembangunan mempunyai janji yang kurang lebih sama. Tidak ada perbedaan yang mencolok antara janji pembangunan pada masa awal kemunculannya dengan janji pembangunan selanjutnya, termasuk di dalamnya janji MDGs. Secara global ditetapkan 18 target dan 48 indikator. Meskipun secara glonal ditetapkan 48 indikator namun implementasinya tergantung pada setiap negara disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan dan ketersediaan data yang digunakan untuk mengatur tingkat kemajuannya. Indikator global tersebut bersifat fleksibel bagi setiap negara. Dalam era globalisasi Indonesia tidak bisa lepas dari negara-negara lainnya. Sebagai suatu Negara yang menganut ekonomi terbuka, ekspor impor barang dan jasa merupakan kegiatan yang tidak terelakkan dan sangat penting. Negara Negara dunia ketiga terikat erat dengan komitmen - komitmen global dalam bidang ekonomi, perdagangan, transaksi keuangan dan lain sebagainya. Dilator belakangi hal tersebutlah Negara Negara berkembang ikut dalam perjanjian dagang internasional antara lain WTO, APEC, OPEC, dan AFTA. Ada dua macam patokan yang bisa dijadikan acuan untuk melihat bahwa caracara yang digunakan untuk mencapai MDGs adalah dengan menerapkan hasil pendekatan neoliberalisme. Dimana FTA sebagai suatu pendekatan neo liberal tersebut dapat dikatakan hanya menguntungkan Negara Negara yang memiliki kemajuan dibidang industri atau pun sektor produksi. Hal ini akan sangat bertolak belakang dari hasil hasil yang diharapkan

oleh Negara Negara yang ikut berkomitmen dalam MDGs. Kebebasan dalam perekonomian adalah misi utama neo-liberalisme. Kebebasan ini hanya bisa diciptakan ketika transaksi ekonomi dalam bentuk apapun dibersihkan dari segala macam intervensi dalam bentuk apapun. Model perekonomian tanpa intervensi inilah yang disebut neoliberalisme sebagai pasar. Perekonomian yang bebas ini akan dengan sendirinya menciptakan keseimbangan yang tepat antara yang penawaran dan permintaan. Hal ini mendorong Negara Negara berkembang untuk menjaga dirinya sendiri dalam keseimbangan yang sempurna.

1.2 Maksud dan Tujuan Paper bertujuan untuk mengungkap bahwa, MDGs bukanlah program yang menguntungkan bagi Negara - Negara berkembang secara ekonomi. Negara berkembang dalam wacana ini hanyalah objek yang tidak pernah memiliki dirinya sendiri. Subjek dari sejarah negara berkembang adalah negara maju yang menciptakan wacana MDGs. Dalam kenyataan sejarah dunia, tidak ada suatu negara yang bisa melakukan transformasi ekonomi hanya dari bantuan atau utang asing. Negara-negara

berkembang yang memiliki hutang besar hingga saat ini tetap menjadi negara penghutang dan terpaksa tunduk pada kehendak negara pemberi utang. Dengan demikian sangat penting bagi suatu negara untuk bertanggung jawab dan ambil bagian dalam pengurangan kemiskinan bagi negaranya sendiri.

BAB II

A. KAPITALISME DALAM PEREKONOMIAN Kapitalisme memiliki makna sebagai aktivitas usaha yang menggunakan kekuatan modal (capital) berupa mesin dan alat-alat produksi di tangan swasta untuk menghasilkan laba. Kepemilikan barang-barang modal seperti mesin dan alat-alat produksi sebagai unsur utama selain buruh yang akan menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Dengan demikian, berbicara industri pengolahan berarti berbicara mengenai agribisnis, pertambangan, perdagangan, properti, jasa-jasa perbankan dan lain-lain,

sepanjang aktivitasnya menggunakan kaidah-kaidah kapitalisme dan melibatkan modal dalam maupun luar negeri.

B. HEGEMONI MDGS Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi ekonomi negara-negara dunia ketiga berada dalam keadaan miskin, namun banyak yang kaya akan sumber daya alam dengan jumlah penduduk besar. Situasi kehidupan penduduk dunia saat ini sedang mengalami penindasan secara ekonomi, politik dan budaya, menyebabkan kualitas kehidupan masyarakat memburuk, mengalami krisis pangan, air bersih, sanitasi yang buruk. Dengan adanya MDG ini, situasi kepentingan memasok pasar global dapat diperbaiki dalam

barang dan jasa hasil industri mereka ke negara-negara

berkembang, secara pararel menghisap kekayaan sumber daya alam, mineral, energi dan bunga hutang. Hegemoni kepentingan global ini telah menahan kedaulatan bangsa dan kemandirian warga negara, sehingga masa depan dan kesejahteraan masyarakat

menjaditerabaikan dan ditentukan oleh pihak lain. Jika perusahaan-perusahaan swasta hanya memusatkan pada pelanggan kaya dan mengabaikan pelangggan miskin. Sebaliknya, gabungan penyediaan layanan publik dan swasta dapat menghasilkan layanan yang lebih efisien. Bahkan penduduk miskin mungkin akan bersedia untuk membayar jika mereka merasa akan mendapatkan layanan yang baik. Pemerintah perlu memastikan akses bagi semua orang, tidak perduli siapa pun penyedia layanan tersebut. Seberapa terbuka kita dalam perdagangan barang dan jasa sebagian besar merupakan pilihan kita. Salah satu target yang menjadi bagian tujuan ke-8 MDGs adalah mengembangkan sistem perdagangan dan keuangan yang terbuka, berbasis peraturan, mudah diperkirakan, dan tidak diskriminatif. Singkat kata, ini berarti perdagangan yang berkeadilan dan WTO

adalah tempat di mana masalah-masalah tersebut semestinya ditangani. Sayangnya, perundingan putaran terakhir, yang disebut Putaran Doha (Doha Round) , gagal alasan utama gagalnya yaitu karena Negara Negara maju ingin memberikan proteksi terlalu banyak pada petani mereka sendiri.

C. KETIMPANGAN DALAM MDGs Kesepakatan yang ada dalam MDG lebih tepat disebut penjajahan baru dari negara maju yang dilegalkan oleh PBB. Ini dapat dilihat dalam poin-poin MDG yang memposisikan negara maju dapat membantu negara berkembang menyelesaikan masalah kemiskinan lewat penanaman investasi, pembukaan sektor-sektor penting ke pasar serta peminjaman hutang luar negeri. Ketimpangan pendapatan penduduk negara maju dan berkembang yang memberi harapan bahwa negara maju dapat menyelesaikan problem ekonomi dan sosial dunia. Tiga penyokong dana terbesar MDG adalah Bank Dunia, International Monetary Fund (IMF) dan World Trade Organization (WTO( yang selama ini didominasi pemilik-pemilik korporasi dari negara maju yang juga dikenal sebagai penyalur paham globalisasi. Dari ketiga lembaga inilah kemudian negara-negara berkembang harus menjalankan syarat yang sebenarnya dipaksakan oleh negara maju. Berlandaskan pada point 8 MDG yaitu mengembangkan kerjasama global untuk pembangunan maka negara yang menyepakati MDG dijajah kembali secara halus dan tanpa sadar oleh negara-negara maju.. Negara berkembang diwajibkan berhutang kepada negara maju untuk terus memutar uang yang ada di pasar saham global agar negara maju tidak terjebak dalam krisis ekonomi. Sekilas MDGs memang tampak begitu menjanjikan, namun dalam kenyataan lapangan MDGs yang diprakarsai Negara Negara bagian utara mengkondisikan seakanakan kemiskinan di negeri-negeri dunia ketiga adalah sebuah pemberian Tuhan yang melekat semenjak Negara tersebut didirikan. Memang tak dapat dipungkiri Negara Negara didunia saling membutuhkan satu sama lain, terutama di bidang ekoknomi. Mungkin Negara dunia ketiga identik dengan kemiskinan, namun banyak yang kaya akan sumber daya alam dengan jumlah penduduk besar. Situasi kehidupan penduduk dunia saat ini sedang mengalami pendindasan secara ekonomi, politik dan budaya, menyebabkan kualitas kehidupan masayarakat memburuk, mengalami krisis pangan, air bersih, sanitasi yang buruk. Keadaan ini dialami oleh tidak kurang dari 2,2 milyar penduduk dunia.

Kemiskinan dan ketimpangan merupakan permasalahan yang timbul dari kekacauan struktur ekonomi. Inti masalahnya terletak pada distribusi kesejahteraan . Karena itu, untuk memecahkan masalah kemiskinan harus fokus pada masalah kesejahteraan. Sistem ekonomi kapitalis menciptakan struktur ekonomi yang tidak seimbang hal ini disebabkan faktor kebebasan kepemilikan yang mendorong setiap orang berfokus kepada keuntungan dan materialistik. Siapa yang kuat, merekalah yang menang yang lemah mati. Di sini berlaku layaknya hukum alam. Kapitalisme tidak hanya menciptakan struktur yang menjadikan sejumlah kecil individu ataupun corporate menghisap masyarakat, tetapi juga menjadikan negara-negara kapitalis dan korporasinya sebagai lintah darat yang menghisap sumberdaya ekonomi dunia. Untuk itu, dunia harus mensetting ulang struktur ekonominya.

BAB III

KESIMPULAN MDGs bukanlah solusi. MDGs justru merupakan alat imperialisme negara-negara kapitalis untuk mengalihkan perhatian dunia dari masalah sebenarnya, yakni kerusakan ekonomi dan penjajahan. MDGs juga semakin memperkokoh kebergantungan terhadap negara-negara maju. MDGs ditawarkan sebagai pembenahan ekonomi dunia dan dipromosikan sebagai sebuat bentuk tanggung jawab Negara bumi belahan utara kepada Negara balahan bumi selatan. MDGs menempatkan diri sebagai sebuah program yang menghembuskan angin segar kepada Negara dunia ketiga dengan iming iming kesejahteraan dan hal hal liberal lainnya. Namun, hal yang sepertinya luput dari bahwa MDGs hanya menjembatani Negara maju untuk menguasai Negara berkembang. Hal yang aneh apabila target tersebut benar benar tecapai. Bagai mana mungkin sebuah program yang menjerumuskan ekonomi dapat sekaligus mengangkat ekonomi. MDGs bahkan tidak pernah membicarakan apa yang menjadi akar permasalahan kemiskinan dan bagaimana cara Negara dunia ketiga untuk mengatasinya. MDGs atau dalam ini WTO sebagai organisasi pengawas berlangsungnya program pembangunan milenium bahkan tidak pernah membahas atau bahkan menggugat penjajahan ekonomi yang dilakukan oleh Negara Negara maju di Negara dunia ketiga dan juga tidak membahas sisi kerusakan system ekonomi kapitalis yang mereka promosikan dimana system ekonomi inilah yang bermain dalam krisis pangan, krisis energy dan krisis krisis

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Tujuan_Pembangunan_Milenium http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jshi/article/viewFile/1124/1217_umm_scient ific_journal.pdf http://www.undp.or.id/pubs/docs/Komik%20MDGs.pdf

KOMPAS http://tekno.kompas.com/read/2009/10/16/08563553/target.mdgs.sulit.tercapai

TABLOIT DIPLOMASI, JULI 2011 http://www.kemitraan.or.id/uploads_file/20121220073418.MDGS2015_revisi%2 0final%202.pdf


UN WEBSITE

http://www.un.org/en/mdg/summit2010/

Anda mungkin juga menyukai