Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH UNDANG UNDANG JASA KONSTRUKSI

2010

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH swt karena berkat limpahan karunia-NYA kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Peraturan-Peraturan Jasa Konstruksi. Makalah ini berisikan mengenai undang-undang yang mengatur mengenai jasa konstruksi di Indonesia. Dimana sering terjadi perubahan didalamnya guna menyesuaikan dengan perkembangannya. Pada makalah ini kami membatasi pembahasannya hanya mengambil terpusat pada undang-undang jasa konstruksi. Kami juga tidak lupa mengucapkan terim kasih kepada semua pihak yang membantu menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan perlu diperbaiki. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan. Semoga makalah ini memberi manfaat dan hanya kepada ALLAH SWT kami memohon agar meridhoi segala upaya kami.

Depok , November 2010

MAKALAH UNDANG UNDANG JASA KONSTRUKSI

2010

Daftar Isi

Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 1.2 Rumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4 1.3 Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. 4 Bab II Pembahasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5 Bab III Analisis Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9 Bab IV Penutup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15 Referensi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17

MAKALAH UNDANG UNDANG JASA KONSTRUKSI

2010

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Dewasa ini jasa konstruksi merupakan bidang usaha yang banyak diminati oleh anggota masyarakat, Ini terlihat dari makin banyaknya perusahaan-perusahaan yang mendirikan usaha di bidang jasa konstruksi, baik swaata maupun pemerintah. Peningkatan perusahaan ini belum diikuti oleh peningkatan kualitasnya yang tercermin pada kenyataan bahwa mutu produk ketepatan waktu pelaksanaan dan efisiensi pemanfaatan sumber daya manusia, modal, dan teknologi yang dalam penyelenggaraan jasa konstruksi masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh karena persyaratan usaha serta persyaratan keahlian dan keterampilan belum diarahkan maju ke arah yang profesional. Banyak jasa konstruksi yang ditawarkan, mulai dari pihak swasta , pemerintah sampai kepada pihak asing yang juga ikut serta dalam pembangunan di Indonesia. Sehingga menimbulkan kompetisi yang

ketat antara pihak swasta , pemerintah dan juga asing. Apalagi kini Indonesia akan mengikuti pasar bebas yang artinya Indonesia yang akan masuk ke negara lain dalam hal jasa konstruksi atau negara lain yang akan masuk ke Indonesia dan akan mengambil alih pembangunan di Indonesia. Di sisi lain masyarakat masih belum mengerti sepenuhnya mengenai konstruksi sehingga masih perlu dikembangkan lagi untuk membantu dalam penyelenggaraan jasa konstruksi di Indonesia. Pada umumnya jasa konstruksi masih memiliki masih memiliki kelemahan dalam manajemen, penguasaan teknologi dan permodalan serta keterbatasan tenaga ahli dan tenaga terampil yang ada di Indonesia. Tantangan yang dihadapi di Indonesia selain itu adalah budaya KKN. Semakin besar proyek yang dikerjakan semakin besar pula KKN yang berada didalamnya. Semakin lama budaya KKN akan terus berkembang apabila pemerintah tidak sigap dalam menghadapinya. Untuk itu kita harus memiliki asas kejujuran dan keadilan dalam penyelenggaraan tertib jasa konstruksi serta bertanggung jawab dalam memenuhi berbagai kewajiban guna mendapatkan haknya. Untuk itu pemerintah sebisa mungkin membuat suatu peraturan untuk membatasi peran asing dan juga mengembangkan secara luas jasa konstruksi di

MAKALAH UNDANG UNDANG JASA KONSTRUKSI

2010

Indonesia. Dan untuk mengembangkan jasa konstruksi seperti diatas pemerintah membuat berbagai peraturan yang tersusun dalam undang-undang sebagai tingkatan yang paling tinggi. Sehingga jasa konstruksi di Indonesia agar berjalan dengan baik.

1.2

Rumusan Masalah Apa saja undang-undang jasa konstruksi ?

1.3

Tujuan Mengetahui peraturan-peraturan yang mengatur konstruksi di Indonesia dari yang tertinggi sampai yang paling rendah.

MAKALAH UNDANG UNDANG JASA KONSTRUKSI

2010

Bab II Pembahasan

Tata urutan perundang-undangan

Undang Undang Jasa Konstruksi

Peraturan Pemerintah ( PP )

Keputusan Presiden ( KePres )

Peraturan Mentri ( PerMen ) MeMenMen ) Peraturan Daerah ( PerDa )

Bagan diatas merupakan tata urutan peraturan di Indonesia mengenai jasa konstruksi. Dimulai dari Undang- undang mengenai jasa konstruksi, dimana di dalamnya terdapat berbagai peraturan yang mengaturnya Undang-undang mengenai jasa konstruksi ini menjadi landasan untuk menyesuaikan peraturan yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait tidak sesuai. Undangundang ini memiliki hubungan komplementaritas dengan peraturan perundangundangan lainnya antara lain : a. Undang-undang yang mengatur tentang keselamatan kerja; b. Undang-undang yang mengatur tentang wajib daftar perusahaan; c. Undang-undang yang mengatur tentang perindustrian;

MAKALAH UNDANG UNDANG JASA KONSTRUKSI

2010

d. Undang-undang yang mengatur tentang ketenagalistrikan; e. Undang-undang yang mengatur tentang kamar dagang dan industri; f. Undang-undang yang mengatur tentang kesehatan kerja; g. Undang-undang yang mengatur tentang usaha perasuransian; h. Undang-undang yang mengatur tentang jaminan sosial tenaga kerja; i. Undang-undang yang mengatur tentang perseroan terbatas; j. Undang-undang yang mengatur tentang usaha kecil; k. Undang-undang yang mengatur tentang hak cipta l. Undang-undang yang mengatur tentang paten; m. Undang-undang yang mengatur tentang merek; n. Undang-undang yang mengatur tentang pengelolahan lingkungan hidup; o. Undang-undang yang mengatur tentang ketenaga kerjaan; p. Undang-undang yang mengatur tentang perbankan; q. Undang-undang yang mengatur tentang perlindungan konsumen; r. Undang-undang yang mengatur tentang larangan praktek monopoli dan persaingan tidak sehat; s. Undang-undang yang mengatur tentang arbitrase dan alternatif pemilihan penyelesaian sengketa; t. Undang-undang yang mengatur tentang penataan ruang.

Kemudian dilanjutkan dengan peraturan pemerintah ( PP ) dimana tingkatannya berada dibawah undang-undang. Terutama yang akan kita bahas adalah PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor 28 Tahun 2000 tentang usaha dan peran masyarakat jasa konstruksi. Peraturan ini dibuat sehubungan bahwa dalam rangka pelaksanaan Undangundang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi diperlukan adanya pengaturan lebih lanjut mengenai jenis, bentuk dan bidang usaha, registrasi, sertifikasi keterampilan, dan keahlian kerja, perizinan usaha jasa konstruksi, serta pengaturan peran masyarakat jasa konstruksi yang diwujudkan dalam bentuk Forum dan Lembaga, bahwa sehubungan dengan hal tersebut dipandang perlu untuk menetapkan

MAKALAH UNDANG UNDANG JASA KONSTRUKSI

2010

Peraturan Pemerintah tentang Usaha danPeran Masyarakat Jasa Konstruksi. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 , disana terdapat VIII Bab yang semuanya mengatur mengenai tata tertib dalam jasa konstruksi. Lalu karena perkembangan zaman dan dirasa kurang efektif dalam pengaplikasiannya, peraturan pemerintah tersebut diganti menjadi Peraturan

Pemerintah Nomor 4 tahun 2010 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi. Selanjutnya terdapat Keputusan Presiden ( KePres ), yaitu suatu keputusan yang diambil oleh presiden. Sebagai contoh dalam kepres 80/2003 yang hingga saat ini telah diadendum sebanyak empat kali, dan yang terakhir dengan peraturan

perubahan Keppres No.8 Tahun 2006. Maksud dikeluarkannya keppres tersebut adalah untuk mengatur pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dari APBN/APBD sesuai dengan tugas, fungsi hak dan kewajiban serta peranan masing-masing pihak dalam pengadaan barang/jasa dari instansi pemerintah. Tujuannya adalah agar pelaksanaa pengadaan barang/jasa yang sebagian atau semuanya dibiayai oleh APBN/APBD diperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan instansi pemerintah dalam jumlah yang cukup,dengan kualitas , dan harga yang bisa dipertanggungjawabkan. Dibawah Keputusan Presiden (KepPres) terdapat keputusan menteri ( Permen ) dimana keputusan ini dibuat dengan menimbang bahwa; a. bahwa proses pengadaan jasa konstruksi oleh Pemerintah dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi yang menggunakan media elektronik akan lebih transparan, akuntabel, efektif dan efisien, selaras dengan upaya

pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme; b. bahwa penerapan proses pengadaan jasa konstruksi oleh pemerintah secara elektronik sepenuhnya masih harus menunggu ditetapkannya Undang-Undang yang mengatur tentang transaksi elektronik (cyber-law) di Indonesia;

MAKALAH UNDANG UNDANG JASA KONSTRUKSI

2010

c.

bahwa proses pengadaan jasa konstruksi oleh pemerintah secara elektronik sejalan dengan upaya mempersiapkan para penyedia jasa nasional untuk menghadapi tantangan dan perkembangan global;

d.

bahwa dengan telah diterbitkannya Keppres RI Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta Keputusan Menteri tentang Pengadaan Jasa Konstruksi yang menindak lanjutinya, terbuka

kemungkinan untuk melakukan proses pengadaan jasa konstruksi dengan menggunakan media elektronik; e. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut perlu ditetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Pemerintah Secara Elektronik. Selanjutnya terdapat Peraturan Daerah ( PerDa ) yang berada di bawah Peraturan Menteri ( Permen ) yang dibuat guna melengkapi peraturan-peraturan yang berada di atasnya penerapannya. agar tercipta peraturan yang lebih efektif dalam

MAKALAH UNDANG UNDANG JASA KONSTRUKSI

2010

Bab III Analisis Data

Berdasarkan Undang-Undang Nomor I8 Tahun 1999, kelompok kami mengalisis bahwa dalam dunia konstruksi kita tidak hanya mengenal jasa konstruksinya saja tetapi juga disana terdapat pengguna jasa , penyedia jasa dan juga terdapat forum jasa konstruksi. Dimana setiap subjek tersebut memiliki perannya masaing-masing. Dimana dalam pembahasan ini kita lebih mendetailkan pada Bab II nya yaitu mengenai asas dan tujuannya itu sendiri dan Bab X tentang sanksi. Bahwasanya kita tahu bahwa pengaturan jasa konstruksi berlandaaskan pada kejujuran, keadilan, manfaat, keserasian, keseimbangan, kemandirian, keterbukaan, kemitraan, keamanan, dan keselamatan demi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Landasan-landasan tersebut dijadikan tolak ukur dalam pembangaunan jasa konstruksi di Indonesia khususnya. Asas kejujuran mengandung arti bahwa dalam pelaksanaannya di lapangan kita harus beersikap jujur dalam hal apapun. Sebagai contoh dalam hal materialnya. Jika sudah dipatokkan sekian ton dalam pengerjaannya jangan kita mengurangi bobot dari material itu untuk kepentingan kita pribadi. Akibat yang akan ditimbulkan dalah sangant fatal, di mana suatu infrastuktur yang telah kita bangun usianya relatif dini dan itu akan merugian bukan hanya pemerintah tetapi juga masyarakat umum. Walaupun ada orang yang mengatakan sebaik besar proyek yang dibangun semakin besar pula ketidakjujuran di dalamnya atau dalam kata lain, itu merupakan korupsi dalam bidang jasa konstruksi. Hendaknya kita sebagai seorang yang berilmu menanamkan kejujuran sejak dini agar nantinya kita bisa menjadi seorang kontraktor yang jujur dan tidak merugikan pihak manapun. Selanjutnya keadilan di sini memiliki makna bahwa dalam pembangunan suatu proyek kita harus memperlakukan semua pihak dengan adil. Jangan ada rasa

MAKALAH UNDANG UNDANG JASA KONSTRUKSI

2010

berat sebelah. Misal dalam pemberian upah antar sesama kenek, yang notabennya memiliki tingkatan yang sama, jika satu kenek diberi upah berlebih itu akan menimbulkan kecemburuan sosial yang nantinya berdampak buruk pada proyek yang sedang dikerjakan. Dalam peraturannya apabila terjadi perbuatan kriminal didalamnya atau dalam kata lain terdapat sesuatu yang merugikan kepentingan orang banyak maka ada sanksi yang akan dikenakan. Sanksi itu dapat berupa sanksi administratif ataupun sanksi pidana. Sanksi administratif dapat berupa peringatan tertulis, penghentian sementara pekerjaan konstruksi, pembatasan kegiatan usaha atau profesi, pembekuan izsin usaha atau profesi, pencabutan izin usaha atau profesi. Jika yang melakukan perencanaan pekerjaan konstruksi tidak memenuhi ketentuan keteknikan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi dikenai pidana paling lama lima tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 10% dari nilai kontrak. Jika yang melakukan kesalahan Pelaksanaan konstruksi dikenakan denda 5% dari nilai kontrak dan jika yang melakukan pengawasan pekerja konstruksi dikenai denda 10%. Dalam pelaksanaannya terdapat sengketa-sengketa dalam pelaksanaanya. Seperti yang kita ketahui Industri konstruksi dianggap sebagai industri yang terfragmentasi. Dalam penyelenggaraan proyek konstruksi, fungsi-fungsi

perancangan, pemasangan, dan operasional dilaksanakan secara terpisah-pisah oleh berbagai pihak yang berbeda. Sejalan dengan meningkatnya aktivitas pembangunan berbagai fasilitas infrastruktur yang disertai dengan kemajuan teknologi konstruksi, terdapat peningkatan potensi timbulnya perbedaan pemahaman, perselisihan pendapat, maupun pertentangan antar berbagai pihak yang terlibat dalam kontrak konstruksi. Hal ini seringkali tidak dapat dihindari namun tidak dapat dibiarkan berlarut-larut. Perselisihan yang timbul dalam penyelenggaraan proyek-proyek konstruksi perlu diselesaikan sejak dini secara memuaskan bagi semua pihak. Jika dibiarkan, perselisihan akan bertambah buruk menjadi persengketaan dan berakibat pada

1 0

MAKALAH UNDANG UNDANG JASA KONSTRUKSI

2010

penurunan kinerja pelaksanaan konstruksi secara keseluruhan, dalam hal ini akan menimbulkan waste dan menurunkan value yang diharapkan.

2. FAKTOR PENYEBAB SENGKETA Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam penyelenggaraan proyek konstruksi sangat besar kemungkinan timbulnya perselisihan/persengketaan (disputes).

Mitropoulos dan Howell (2001) menjelaskan bahwa pada dasarnya terdapat tiga akar permasalahan penyebab persengketaan dalam penyelenggaraan proyek konstruksi yaitu: 1). Adanya faktor ketidakpastian dalam setiap proyek konstruksi 2). Masalah yang berhubungan dengan kontrak konstruksi 3) Perilaku oportunis dari para pihak yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi. Kondisi ideal bagi pelaksana konstruksi adalah apabila seluruh komponen kontrak konstruksi dengan pengguna jasa terinci secara jelas yang tercakup dalam surat perjanjian, syarat umum kontrak, syarat khusus kontrak, spesifikasi teknis, gambar rencana, dan daftar kuantitas (bila ada). Pelaksana konstruksi biasanya berasumsi bahwa seluruh informasi yang ada dalam kontrak sesuai dengan kondisi aktual, namun kondisi proyek yang diketahui selama masa pelaksanaan sering kali tidak sesuai dengan asumsi tersebut. Perbedaan kondisi ini dapat meningkatkan biaya pelaksanaan proyek, termasuk pembayaran kepada pelaksana konstruksi, tergantung kesepakatan yang telah diatur dalam kontrak. Perbedaan kondisi yang sering dijumpai adalah pada aspek kondisi bawah tanah. Aspek waktu penyelesaian pekerjaan merupakan bagian penting pada suatu kontrak konstruksi, karena pengguna jasa biasanya membutuhkan bangunan konstruksi untuk keperluan tertentu pada waktu

1 1

MAKALAH UNDANG UNDANG JASA KONSTRUKSI

2010

yang sudah ditentukan sebelumnya. Banyak hal yang dapat mempengaruhi penyelesaian pekerjaan tetap waktu, misalnya faktor cuaca. Keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan konstruksi yang disebabkan oleh kesalahan pelaksana konstruksi umumnya dapat berakibat pengenaan denda oleh pengguna jasa sesuai dengan lamanya keterlambatan dengan batas maksimal denda tertentu. Hal lain yang seringkali menjadi penyebab sengketa adalah terjadinya kesalahan/perubahan terhadap rencana/rancangan (design) awal proyek dalam masa pelaksanaan konstruksi. Sesuai dengan karakteristik proyek konstruksi, kesalahan atau perubahan terhadap design awal terkadang tidak dapat dihindarkan walaupun proses perencanaan dan perancangan telah dilakukan secara matang. Di samping perubahan terhadap rancangan awal yang memang perlu dilakukan, pihak pengguna jasa terkadang memutuskan untuk melakukan perubahan pula sesuai dengan kebutuhan yang baru terpikirkan kemudian. Berbagai faktor potensial penyebab perselisihan dalam penyelenggaraan proyek konstruksi tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga aspek yaitu aspek teknis/mutu, aspek waktu, dan aspek biaya.Ketidakpastian sudah merupakan risiko dalam suatu proyek konstruksi, tidak semua hal secara detil dapat ditentukan dengan baik selama proses perencanaan sehingga para pihak yang terlibat harus menyelesaikannya setelah masa pelaksanaan dimulai. Penyusunan dokumen kontrak yang adil bagi semua pihak untuk mengatur hubungan seperti dalam proyek konstruksi yang memiliki sedikit banyak tingkat ketidakpastian menjadi sesuatu yang tidak mudah. Penggunaan kontrak konstruksi yang standar belum umum dilakukan di Indonesia, apalagi untuk keperluan pengaturan hubungan yang bersifat

subkontraktual. Aturan-aturan dalam kontrak yang sulit menghilangkan seluruh celah (gaps) seringkali diperparah dengan sifat oportunisnik dari para pelaku yaitu pihak yang memiliki posisi tawar yang lebih tinggi. Pihak dengan posisi tawar yang lebih tinggi ini bisa dilakoni oleh pemilik, perencana, pengawas, kontraktor, subkontraktor, atau pemasok, tergantung kepada situasi yang dihadapi. 2.1. Metoda Penyelesaian Sengketa

1 2

MAKALAH UNDANG UNDANG JASA KONSTRUKSI

2010

Berbagai cara penyelesaian sengketa yang timbul dalam penyelenggaraan proyek konstruksi secara umum di dunia konstruksi internasional . Di Indonesia, berdasarkan UUJK 18/1999 dan PP 29/2000, terdapat beberapa hal yang masih menyisakan pertanyaan, misalnya ada kesan tumpang tindih dalam hal istilah mediasi dan konsiliasi, serta fungsi mediator dan konsiliator. Istilah-istilah tersebut dibedakan secara tegas definisinya dalam UUJK 18/1999 dan PP 29/2000, namun sebenarnya sering merujuk kepada definisi yang sama dalam istilah yang umum dijumpai dalam penyelesaian sengketa konstruksi. Hal lain yang agak berbeda adalah dalam hal penyelesaian yang bersifat final dan mengikat pada metoda negosiasi dan mediasi. Dalam penyelesaian sengketa konstruksi yang umum di luar negeri, keputusan hasil negosiasi dan mediasi tidak bersifat mengikat (non-binding), namun lebih berupa upaya informal pihak-pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan masalahnya dengan bantuan pihak ketiga yang dianggap netral dan mampu membantu menyamakan pendapat kedua belah pihak terhadap masalah yang disengketakan. Dengan demikian, diperlukannya sertifikasi untuk para negosiator dan mediator dalam tata cara penyelesaian sengketa di Indonesia menjadi tidak terlalu relevandalam proses penyelesaian sengketa konstruksi yang bersifat informal tersebut. Dalam UUJK 18/1999, masalah Penyelesaian Sengketa diatur dalam Pasal 36, dan 37. Di sini dijelaskan bahwa penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang bersengketa. Penyelesaian sengketa jasa konstruksi di luar pengadilan dapat menggunakan jasa pihak ketiga, yang disepakati oleh para pihak, yang dibentuk oleh Pemerintah dan/atau masyarakat jasa konstruksi.

1 3

MAKALAH UNDANG UNDANG JASA KONSTRUKSI

2010

Bab IV Penutup

4.1 Kesimpulan

1. Dalam satu dekade pelaksanaan UUJK, secara umum pengembangan industri jasa konstruksi nasional telah berjalan dengan baik. 2. Telah terjadi peningkatan partisipasi masyarakat dengan berbagai kemajuan , namun tujuan UUJK sebagian besar belum terwujud. 3. Namun masih terdapat berbagai permasalahan mendasar yang mempengaruhi laju pengembangan industri Jaskonnas pada masa yang akan datang, terutama dalam menghadapi situasi kritis seperti persaingan yang makin keras, dan masuknya, yang memerlukan penanganan segera. 4. Pelaksanaan tanggung jawab pengembangan jasa konstruksi yang diamanahkan kepada lembaga belum dapat dilaksanakan secara maksimal.

4.2 Saran Sebaiknya ada relasi yang baik antara pemerintah dengan jasa konstruksi agar peraturan yang nanti pada akhirnya akan dibuat dapat lebih mengefektifkan fungsi dari jasa konstruksi nitu sendiri dalam pembangunan di Indonesia.

1 4

MAKALAH UNDANG UNDANG JASA KONSTRUKSI

2010

Referensi
www.google.com www.wikipedia.org www.detik.com www.koranjakarta.com www.fiqhislam.com www.lpjk.com www.vibiznews.com www.bing.com

1 5

Anda mungkin juga menyukai