Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH HIPERTENSI TERHADAP STROKE

A. LATAR BELAKANG Stroke sudah dikenal sejak dahulu kala, bahkan sebelum zaman Hippocrates. stroke merupakan salah satu penyakit saraf yang paling banyak menarik perhatian. stroke adalah suatu manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan kematian. Stroke adalah penyakit neurologis terbanyak sehingga merupakan masalah kesehatan yang serius karena berdampak pada kecacatan, kematian, dan biaya. Hal ini dikarenakan mulai banyak terjadi pada usia produktif walaupun begitu stroke merupakan penyakit yang dapat dicegah. Kasus stroke meningkat di negara maju seperti Amerika. Stroke adalah penyebab kematian tersering ketiga pada orang dewasa di Amerika Serikat. Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika dan menyebabkan kematian 275.000 300.000 orang Amerika. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 detik, ada satu orang Amerika yang terkena serangan stroke. Hasil Riset Kesehatan Indonesia pada tahun 2007 menunjukkan prevalensi stroke di Indonesia sebesar 8,3 per 1000 penduduk. Di pusat-pusat pelayanan neurologi di Indonesia jumlah penderita stroke selalu menempati urutan pertama dari seluruh penderita rawat inap. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas ) tahun 2007 sebagaimana dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran tekanan darah sangat tinggi, yaitu 31,7 persen dari total penduduk dewasa atau satu di antara 3 penduduk memiliki hipertensi. Berdasarkan data Riskesdas maka hipertensi ( 12,3 % ) adalah penyebab kematian penyakit tidak menular kedua terbanyak setelah stroke ( 26,9% ). RUMUSAN MASALAH Apakah hipertensi dapat menyebabkan stroke? TUJUAN PENELITIAN Tujuan umum Untuk mengetahui informasi tentang hipertensi terhadap stroke. Tujuan khusus Untuk mengetahui distribusi hipertensi terhadap stroke.

TINJAUAN FILSAFAT
A. ONTOLOGI stroke atau penyakit serebrovaskular mengacu kepadasetiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya alirandarah melalui sistem suplai arteri otak. Penyebab utamanya ada dua, yaitu akibat sumbatan pembuluh darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Akibat terhentinya pasokan darah, maka beberapa saat kemudian jaringan otak mengalami kerusakan dan kematian. Gejala yang tampak pada penderita antara lain tubuh mati sebelah, susah bicara, bingung, tidak dapat melihat, susah berdiri atau berjalan, atau sakit kepala hebat. Gejala-gejala ini biasanya terjadi secara tiba-tiba. Faktor yang dapat menyebabkan orang terkena stroke antara lain adalah faktor resikodemografik mencakup usia lanjut, etnis, dan riwayat stroke dalam keluarga. Faktor resiko yang memodifikasi adalah fibrilasi atrium, diabetes melitus, hipertensi, alkohol, dan merokok, menggunakan obat terlarang dll. Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah naiknya tekanan darah di atas normal, yaitu di atas 140/90 mmHg. Gejalanya biasanya berupa sakit kepala, nyeri tengkuk, mudah marah, dan lain-lain. Tekanan darah setiap saat berfluktuasi. Kadang-kadang agak turun, kadang-kadang meninggi, terutama jika konsumsi garam berlebihan. Semakin tinggi tekanan darah, semakin besar tekanan yang diderita oleh dinding pembuluh darah. Jika tekanan sedemikian tingginya, misalnya di atas 200/140 mmHg, maka pembuluh darah dapat pecah, terutama pembuluh darah kecil yang berdinding lebih tipis. Tekanan darah yang tinggi pada hipertensi akan memicu pecahnya pembuluh darah otak. Pada gilirannya, jaringan otak akan rusak dan timbul gejala-gejala stroke. Stroke akibat hipertensi termasuk ke dalam stroke hemoragik, atau stroke perdarahan. Efek hipertensi pada pembuluh darah serebral yang dapat memicu stroke adalah aterosklerosis, nekrosis fibrinoid dan lipohyalinosis, autotoregulasi serebral, dan neurovascular coupling. Hipertensi dapat menyebabkan pembentukan plak ateroma. Plak aterotrombotik yang terjadi pada pembuluh darah ekstrakranial dapat lisis akibat mekanisme fibrinotik pada dinding arteri dan darah, yang menyebabkan terbentuknya emboli, yang akan menyumbat arteri yang lebih kecil, distal dari pembuluh darah tersebut. Trombus dalam pembuluh darah juga dapat akibat kerusakan atau ulserasi endotel, sehingga plak menjadi tidak stabil dan mudah lepas membentuk emboli. Emboli dapat menyebabkan penyumbatan pada satu atau lebih pembuluh darah. Emboli tersebut akan mengandung endapan kolesterol, agregasi trombosit dan fibrin. Emboli akan lisis, pecah atau tetap utuh dan menyumbat pembuluh darah sebelah distal, tergantung pada ukuran, komposisi, konsistensi dan umur plak tersebut, dan juga tergantung pada pola dan kecepatan aliran darah. Sumbatan pada pembuluh darah tersebut (terutama pembuluh darah di otak) akan meyebabkan matinya jaringan otak, dimana kelainan ini tergantung pada adanya pembuluh darah yang adekuat. Bila aliran darah jaringan otak berhenti maka oksigen dan glukosa yang diperlukan untuk pembentukan ATP akan menurun, akibat kekurangan oksigen terjadi asidosis yang menyebabkan gangguan fungsi enzim-enzim, karena tingginya ion H. Selanjutnya asidosis menimbulkan edema serebral yang ditandai pembengkakan sel, terutama jaringan glia, dan berakibat terhadap mikrosirkulasi. Oleh karena itu terjadi peningkatan resistensi vaskuler dan ekmudian penurunan dari tekanan perfusi sehingga terjadi perluasan daerah iskemik.

Komplikasi lebih lanjut dari iskemia serebral adalah edema serbral. Kejadian ini terjadi akibat peningkatan jumlah cairan dalam jaringan otak sebagai akibat pengaruh dari kerusakan lokal atau sistemis. Hal ini terjadi akibat kerusakan dari sawar darah otak, dimana cairan plasma akan mengalir ke jaringan otak dan ke dalam ruang ekstraseluler sepanjang serabut saraf dalam substansia alba sehingga terjadi pengumpalan cairan. B. EPITEMOLOGI Penyakit stroke dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis stroke yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Sekitar 80-85% stroke adalah stroke iskemik,yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum.Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan(trombus) yang terbentuk di dalam suatu pembuluh darah otak atau pembuluh darah lainnya. Metode penelitian yang dipakai adalah Penelitian Kasus/Lapangan yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungansuatu obyek dan Penelitian Kausal-komparatif. Penelitian Kausal-komparatif dipakai karena mempunyai tujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat, tapi tidak dengan jalan eksperimen tetapi dilakukan dengan pengamatan terhadap data dari faktor yang diduga menjadi penyebab, sebagai pembanding. Penelitian Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seseorang individu atau kelompok yang dipandang mengalami kasus tertentu. Tekanan utama dalam studi kasus adalah mengapa individu melakukan apa yang dia lakukan dan bagaimana tingkah lakunya dalam kondisi dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Untuk mengungkap persoalan kepala sekolah yang tidak disiplin peneliti perlu mencari data berkenaan dengan pengalamannya pada masa lalu, sekarang, lingkungan yang membentuknya, dan kaitan variabel-variabel yang berkenaan dengan kasusnya. Data diperoleh dari berbagai sumber seperti rekan kerjanya, guru, bahkan juga dari dirinya. Teknik memperoleh data sangat komprehensif seperti observasi perilakunya, wawancara, analisis dokumenter, tes, dan lain-lain bergantung kepada kasus yang dipelajari. Setiap data dicatat secara cermat, kemudian dikaji, dihubungkan satu sama lain, kalau perlu dibahas dengan peneliti lain sebelum menarik kesimpulankesimpulan penyebab terjadinya kasus atau persoalan yang ditunjukkan oleh individu tersebut. Studi kasus mengisyaratkan pada penelitian kualitatif. Kelebihan studi kasus dari studi lainnya adalah, bahwa peneliti dapat mempelajari subjek secara mendalam dan menyeluruh. Metode penelitianya dengan mencari menelti pasien stroke di rumah sakit. kehadiran faktor risiko lain seperti merokok, diabetes melitus, penyakit arteri koroner, fibrilasi atrium dan dislipidemia juga dievaluasi. Pemeriksaan fisik dan neurologis umum dilakukan pada semua pasien untuk mendiagnosis dan menemukan faktor risiko yang mungkin mendasari stroke. Elevasi transien tekanan darah, yang menetap tanpa pengobatan, telah diabaikan. Semua pasien dalam penelitian memiliki otak CT scan untuk memastikan diagnosis klinis stroke. Dalam semua kasus pemeriksaan rutin termasuk menghitung darah lengkap. Pasien di atas 20 tahun dari kedua jenis kelamin dengan otak mereka CT scan menunjukkan stroke infark atau perdarahan intraserebral dimasukkan dalam penelitian. Pasien di bawah 20 tahun, orang-orang yang bisa tidak mampu CT scan, memiliki lesi Ruang menempati pada C.T scan dan pasien dengan Sub-arachnoid Perdarahan dikeluarkan dari penelitian. Namun kelemahanya sesuai dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya subyektif, artinya hanya untuk individu yang bersangkutan dan belum tentu dapat digunakan untuk kasus yang sama pada individu yang lain. Dengan kata lain, generalisasi informasi sangat terbatas penggunaannya. Studi kasus bukan untuk menguji hipotesis, namun sebaliknya hasil studi kasus dapat

menghasilkan hipotesis yang dapat diuji melalui penelitian lebih lanjut. Banyak teori, konsep dan prinsip dapat dihasilkan dan temuan studi kasus.

c. AKSIOLOGI Ditinjau dari segi aksiologinya, Stroke merupakan kejadian yang berkembang karenaterjadinya jenjang perubahan metabolik yang menimbulkan kerusakan saraf dengan lamabervariasi setelah terhnetinya aliran darah ke suatu bagian otak. Dengan mengetahui bahwa hipertensi dapat mengakibatkan stroke sehingga kita dapat mencegah terjadinya stroke dengan melakukan pencegahan maupun terapi untuk hipertensi agar tidak terjadinya stroke. hal-hal yang dapat kita lakukan dalam hal pencegahan hipertensi ini adalah dengan : 1. Mengurangi dalam hal mengkonsumsi garam.Bila kita menginginkan terhindar dari penyakit hipertensi ini alangkah baiknya kita sedari awal mengkonsumsi garam, karena konsumsi garam yang berlebihan akan meningkatkan faktor resiko hipertensi itu sendiri. 2. Melakukan rutinitas dalam berolahraga. Olahraga ini efektif sekali dalam hal mencegah berbagi macam penyakit, termasuk penyakit hipertensi ini. disarankan untuk olahraga yang ringan selama 30 menit dan seminggu paling tidak 3 kali. Rajin dalam mengkonsumsi makanan dan juga buahbuahan yang kaya akan serat seperti halnya melon, tomat dan juga sayuran hijau. 3. Menghindari dari konsumsi alkohol. 4. Mengendalikan kadar kolesterol jahat dalam tubuh dan juga menghindari kegemukan atau obesitas. 5. Tidak merokok dan bagi para perokok maka pencegahan hipertensi ini dengan menghentikan merokok itu sendiri. 6. Menghindari dan mengendalikan diabetes bila mempunyai penyakit DM tersebut. Khusus untuk konsumsi garam, hendaknya pasien tidak pantang garam sama sekali, karena ternyata pantang garam akan mengurangi nafsu makan dan membuat badan menjadi lemas. Jadi cukup dengan mengurangi porsi garam saja. Penggunaan obat anti hipertensi terbaru dari golongan Angiotensin II Receptor Blocker (ARB), semisal telmisartan dan irbesartan, juga perlu dipertimbangkan untuk menangani kasus hipertensi. Sangat baik terutama bila dikombinasikan dengan golongan diuretik (Hct). Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi

meliputi beberapa langkah yang terdiri dari :


Langkah Pertama : pemberian obat pilihan pertama yang digunakan dalam pengobatan hipertensi ini adalah menggunakan diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor. Langkah Kedua : Alternatif yang bisa diberikan dalam langkah ini yaitu dengan dosis obat pertama dinaikan, diganti jenis lain dari obat pilihan pertama dan yang selanjutnya ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa obat diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator. Langkah Ketiga : Alternatif yang bisa ditempuh yaitu dengan obat ke-2 diganti dan ditambah obat ke-3 jenis lain.

Langkah Keempat : Alternatif pemberian obatnya ditambah obat ke-3 dan ke-4, mengevaluasi kembali dan konsultasi, follow up yang bertujuan untuk mempertahankan therapi.

PENUTUP
Hipertensi merupakan salah satu factor yang dapat menyebabkan stroke. Stroke dapat menyebabkan suatu kecacata seumur hidup dan dapat mengakibatkan kematian. Oleh karena itu, stroke bisa dicegah sedini mungkin dengan menghindari factor resikonya, salah satu nya dengan pencegahan terhadap hipertensi.

Dalam hal ini, saya berkeinginan menyampaikan bahwa dalam pembuatan makalah ini saya menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan kekurangan baik dari bentuk maupun isinya. Semoga dengan makalah ini para pembaca dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan.

Daftar pustaka
dinkes.kalselprov.go.id/berita/88-hari-hipertensi-sedunia-2011 America stroke association, a division American heart association dr Japardi Iskandar. Patofisiologi Stroke Infark Akibat Tromboemboli. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Univewrsitas Sumatera Utara Jehangir Khan, Frequency Of Hypertension In Stroke Patients Presenting At Ayub Teaching Hospital. Buku ajar ilmu penyakit dalam

Anda mungkin juga menyukai