Anda di halaman 1dari 12

Pendahuluan

Kehidupan pada masa BBL sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian BBL. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur 1 tahun terjadi pada masa BBL. Peralihan dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali. Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia yang disebabkan oleh prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir.1 Pada ibu yang hamil mengalami diabetes gestasional, dapat memberikan pengaruh pada janin yang dikandungnya. DM Gestasional (gestational diabetes mellitus, GDM) terbatas pada wanita hamil yang awitan diabetes/gangguan toleransi glukosa baru terjadi selama kehamilan, biasanya pada trimester ketiga. Penanganan meliputi kontrol diet atau insulin.2 Pengaruh diabetes pada janin yaitu glukosa akan menembus plasenta dan pada diabetes maternal yang tidak terkontrol, janin dapat mengalami hiperglikemia. Keadaan ini meningkatkan sekresi insulin fetal yang selanjutnya akan membuat janin tumbuh menjadi besar secara abnormal.2 Pada proses persalinan, dapat terjadi beberapa trauma pada kepala, misalnya karena persalinan dibantu dengan forceps atau vakum. Akan lebih dijelaskan pada makalah ini mengenai jenis-jenis trauma kepala yang dapat terjadi pada persalinan.

Anamnesis
Melalui anamnesis, bidan dapat mengidentifikasi ibu yang memeriksakan diri:3 1. Nama, usia, pekerjaan, suami, agama, dan alamat; 2. Keluhan utama yang mendorong ibu memeriksakan diri; 3. Usia untuk menetapkan risiko tinggi kehamilan bila kurang dari 19 tahun sudah hamil atau lebih dari 35 tahun ketika hamil pertama. Dengan anamnesis juga dapat dikaji perkawinan ibu apakah menikah atau tidak menikah, berapa kali menikah, atau lamanya menikah, dan setelah berapa tahun baru hamil. Catatatn: perkawinan lebih dari lima tahun baru hamil termasuk dalam risiko tinggi. 3

Anamnesis untuk kehamilan, persalinan, dan kala nifas meliputi hal-hal berikut. 1. Apakah kehamilan pertama, kedua, atau lebih. 2. Apakah kehamilan ini mendapat gangguan berupa emesis gravidarum atau hiperemis gravidarum, terjadi perdarahan hamil muda, atau gangguan hamil tua. 3. Bagaimana persalinan dan kehamilan yang lalu, apakah lahir spontan, aterm, dan hidup serta berapa berat lahir bayi; siapa yang menolong dan di mana pertolongan dilakukan; apakah pertolongan persalinan dengan tindakan vakum-forsep ekstraksi, tindakan seksio sesaria, dilakukan induksi persalinan; jumlah anak yang hidup dan usia anak terkecil; apakah mengalami komplikasi kala nifas; apakah terdapat keluhan pada kehamilan ini.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisis BBL Pemeriksaan bayi perlu dilakukan dalam keadaan telanjang di bawah lampu yang terang yang berfungsi juga sebagai pemanas untuk mencegah kehilangan panas. Tangan serta alat yang digunakan untuk pemeriksaan fisis harus bersih dan hangat. Pemeriksaan fisis pada BB: dilakukan paling kurang tiga kali, yakni (1) pada saat lahir, (2) pemeriksaan yang dilakukan dalam 24 jam di ruang perawatan, dan (3) pemeriksaan pada waktu pulang.1 Perawatan Neonatus Perkembangan ilmu kebidanan modern telah mencanangkan pengawasan antenatal sehingga tumbuh kembang janin dalam rahim mencapai optimal. Perawatan modern mengharapkan kelahiran well born baby dengan trauma minimal primum no nocere dengan persalinan dalam bentuk spontan belakang kepala, outlel vakum atau forsep, dan seksio sesarea. Pertolongan persalinan yang heroik, dengan trauma yang berat tidak diterapkan, sehingga kualitas sumber daya manusia dapat ditingkatkan.4 Perawatan bayi baru lahir adalah sebagai berikut:4 1. Saat kepala membuka pintu dilakukan episiotomy, sehingga mempercepat proses persalinan. 2. Defleksi kepala (ekspulsi dilakukan perlahan untuk memperkecil trauma.

3. Mulut dan hidung dibersihkan dari lendir, pada saat kepala melakukan putar paksi luar. 4. Setelah putarpaksi luar berakhir, kepala bayi ditarik curam ke bawah/ke atas untuk melahirkan bahu depan dan bahu belakang. Persalinan badan bayi dilakukan dengan mengait ketiak. 5. Setelah bayi lahir, jalan napas dibersihkan dari lendir sehingga perkembangan paru berjalan sempurna. 6. Tali pusat dipotong dengan cara legeartis untuk menghindari infeksi neonatus dan perdarahan. 7. Kehilangan panas badan bayi dihindari dengan segera membungkus dan memandikan dengan air hangat. 8. Bayi menangis dalam waktu 30 detik tanda jalan napas telah bebas dengan sempurna. 9. Bayi baru lagir dievaluasi dengan Nilai Apgar. Asfiksi berat: 0 sampai 3. Asifiksia sedang: 4 sampai 6. Vigorous baby: 7 sampai 10. Perhitungan nilai Apgar dilakukan pada waktu 1 menit pertama dan 5 menit kedua. Pada vigorous baby, nilai Apgar 1 menit pertama sudah mencapai 8 sampai 10. 10. Alat-alat yang diperlukan untuk pertolongan pertama sudah siap pakai: Tabung O2, alat resusitasi minimal, obat tetes mata untuk menghindari infeksi blenorea atau lainnya.

Penilaian Bayi Baru Lahir Penilaian bayi baru lahir dilakukan dengan menggunakan sistem Nilai Apgar.4

Tabel 1. Skor Apgar4

Pemeriksaan Usia Kehamilan Usia kehamilan BBL dapat dinilai dengan beberapa cara, termasuk dengan menghitungnya dari hari pertama haid terakhir sampai saat kelahiran, atau dengan cara ultrasonografi. Ballard mengajukan penyederhanaan prosedur dengan hanya menilai 6 kriteria klinis dan 6 kriteria neurologis.1 Mengetahui usia kehamilan dan keadaan gizi BBL sangat penting untuk dapat mengkategorikan BBL apakah cukup bulan, kurang bulan, atau lebih bulan dan apakah sesuai, lebih kecil, atau lebih besar untuk kehamilannya.1

Tabel 2. Skala Ballard5

Tabel 3. Klasifikasi Lubchenco.5

Skala Ballard baru, yang merupakan revisi skala asli, dapat digunakan pada bayi usia gestasi 20 minggu. Alat ini memiliki bagian fisik dan neuromuscular yang sama, namun menambahkan skor -1 dan -2 yang mencerminkan tanda bayi sangat premature, seperti kelopak mata yang masih menyatu; jaringan patudara yang belum teraba; kulit yang lengket, mudah robek, transparan; tidak ada lanugo; sudut siku-jendela (fleksi pergelangan tangan) lebih dari 90 derajat. Pemeriksaan bayi dengan usia gestasional 26 minggu atau kurang harus dilakukan kurang dari 12 jam setelah atau kurang harus dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir. Pada bayi dengan usia gestasional minimal 26 minggu, pemeriksaan dapat dilakukan

sampai 96 jam setelah lahir. Agar terjamin keakuratannya, pemeriksaan awal sebaiknya dilakukan dalam 48 jam pertama kehidupan. Penyesuaian neuromuscular setelah lahir pada bayi yang sangat imatur menuntut pemeriksaan tindak lanjut untuk menentukan criteria neuromuscular yang valid (Trotter, 1996). Skala ini memiliki perkiraan lebih terhadap usia gestasional dari 2 sampai 4 hari pada bayi yang lebih muda dan usia gestasional 37 minggu, terutama usia gestasional 32 sampai 37 minggu (Ballard dkk, 1991).5 Berat Badan sehubungan dengan Usia Gestasional Berat badan bayi saat lahir juga berkolerasi dengan insidensi morbiditas dan mortalitas perinatal. Akan tetapi, berat badan lahir saja merupakan indicator yang buruk untuk usia gestasional dan maturitas janin. Maturitas janin menunjukan kapasitas fungsionaltingkat kemampuan sistem organ neonates untuk beradaptasi dengan kebutuhan hidupp ekstrauterin. Dengan demikian, usia gestasional lebih berhubungan erat dengan maturitas janin

dibandingkan berat badan lahir Karena herediter memengaruhi ukuran bayi baru lahir, maka pencatatan ukuran anggota keluarga lainnya merupakan bagian proses pengkahian.5 Pengklasifikasian bayi saat lahir baik berdasarkan berat badan lahir maupun usia gestasional lebih merupakan metode yang tepat untuk meramalkan risiko mortalitas dan menjadi panduan penanganan bayi dibandingkan hanya memperkirakan usia gestasional atau berat badan lahir saja. Berat badan lahir, panjang, dan lingkar kepala bayi diplotkan ke grafik standar yang menunjukkan nilai normal usia gestasional (gambar x-B). Bayi yang beratnya cukup untuk usia gestasional (appropriate for gestational age [AGA]) (antara persentil ke-10 sampai 90) dapat dianggap mengalami pertumbuhan dengan kecepatan normal tanpa memerhatikan saat kelahiran-preterm, term, atau post-term. Bayi yang besar untuk gestasional (large for gestational age [LGA]) (di atas persentil ke-90) dapatdianggap mengalami laju pertumbuhan dengan kecepatan tinggi selama kehidupan janin; bayi kecil untuk usia gestasional (small-forgestational-age [SGA]) (di bawah persentil ke-10) dapat dianggap mengalami retardasi atau kelambatan pertumbuhan intrauterine. Setelah menentukan usia gestasional sesuai skala Ballard, maka bayi baru lahir akan dikelompokkan menjadi satu dari sembilan kemungkinan kategori berat badan lahir dan usia gestasional: AGAterm, preterm, post term (Dodd, 1996). Gambar xx menggambarkan perbedaan antara berat badan lahir dari tiga bayi preterm pada usia gestasional yang sama yaitu 32 minggu. Bayi dengan berat badan lahir 600 g memiliki mortalitas lebih dari 50%, bayi dengan berat badan 1400 g memiliki mortalitas 25% sampai 50%, dan bayi dengan berat badan 2750 g memiliki mortalitas kurang dari 4%. Oleh karena

itu, berat badan lahir memengaruhi mortalitassemakin rendah berat badan lahir dan usia gestasional, semakin tinggi mortalitasnya.5

Gambar 1. Perbandingan BBL.5

Pemeriksaan Kepala6 Prosedur:6 1. Ukur lingkar kepala 2. Lakukan penilaian hasil pengukuran, bandingkan dengan lingkar dada, jika diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada, bayi mengalami hidrosefalus dan jika diameter kepla lebih kecil 3 cm dari lingkar dada, bayi tersebut mengalami mikrosefalus. 3. Kaji jumlah dan warna adanya lanugo terutama di daerah bahu dan punggung. 4. Kaji adanya moulage, yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir, apakah asimetri atau tidak. 5. Kaji kaput suksedaneum (edema kulit kepala, lunak, dan tidak berfluktuasi, batas tidak tegas, dan menyeberangi sututra, akan menghilang dalam beberapa hari). 6. Kaji sefal hematom yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak pada hari pertama karena tertutup kaput suksedanemu, konsistensinya lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak menyeberangi sutura dan jika

menyeberangi sutura akan mengalami fraktur tulang tengkorak. Sefal hematom akan hilang dengan sempurna dalam waktu 2-6 bulan. 7. Kaji adanya perdarahan akibat pecahnya pembuluh vena yang mengubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala tampak asimetris, dengan palpasi teraba fluktuasi. 8. Kaji adanya fontanel dengan cara melakukan palpasi menggunakan jaari tangan, denyutannya sama dengan denyut jantung, kemudian fontanel posterior akan dilihat proses penutupan setelah usia 3 bulan dan fontanel anterior menutup saat usia 12-18 bulan.

Trauma Kepala Trauma kepala dan kulit kepala dapat terjadi selama proses persalinan yang biasanya ringan namun kadang-kadang bisa mengakibatkan cedera yang lebih serius. Cedera yang menghasilkan trauma serius, seperti perdarahan intracranial dan hematoma subdural, akan didiskusikan dalam hubungannya dengan gangguan neurologis pada bayi baru lahir. Fraktur tengkorak akan didiskusikan dalam hubungannya dengan fraktur lain yang terjadi selama proses kelahiran. Tiga jenis cedera perdarahan ekstrakranial yang paling sering adalah kaput suksedaneum, perdarahan sublageal, dan sefalhematoma.5 Molding kepala dan penumpangan tulang parietalis seringkali dihubungkan dengan kaput suksedaneum dan menjadi lebih nyata setelah kaput telah menyusut, tetapi akan menghilang pada satu minggu pertama.7

Sefalhematoma Kadang-kadang, sefalhematoma terjadi ketika pembuluh darah pecah selama persalinan atau kelahiran yang menyebabkan perdarahan ke dalam daerah antara tulang dan periosteum.5 Cedera ini terjadi paling sering pada wanita primipara dan sering berhubungan dengan persalinan dengan forsep dan ekstraksi vakum. Tidak seperti kaput suksedaneum, sefalhematoma berbatas tegas dan tidak melebar sampai batas tulang. Sefalhematoma dapat melibatkan salah satu atau kedua tulang parietal. Tulang oksipital lebih jarang terlibat, dan tulang frontal sangat jarang terkena. Pembengkakan biasanya minimal atau tidak ada saat

kelahiran dan bertambah ukurannya pada hari kedua atau ketiga. Kehilangan darah biasanya tidak bermakna. 5 Tidak diperlukan penanganan untuk sefalhematoma tanpa komplikasi. Kebanyakan lesi diabsorpsi dalam 2 minggu sampai 3 bulan. Lesi yang menyebabkan kehilangan darah hebat ke daerah tersebut atau yang melibatkan fraktur tulang di bawahnya perlu evaluasi lebih lanjut. Hiperbilirubinemia dapat terjadi selama resolusi hematomaini. Infeksi lokal dapat terjadi dan harus dicurigai bila terjadi pembengkakan mendadak yang bertambah besar. 5

Gambar 2. Sefalhematoma Unilateral

Kaput Suksedaneum Lesi kulit kepala yang paling sering ditemukan adalah kaput suksedaneum, suatu daerah jaringan edema dengan batas tidak tegas yang terletak di daerah kulit kepala yang merupakan bagian terbawah pada kelahiran puncak kepala. Pembengkakan tersusun atas serum atau darah, atau keduanya, terkumpul di jaringan di atas tulang, dan sering menyebar sampai batas tulang. Pembengkakan bisa berhubungan dengan petekie atau ekimosis di atasnya. Tidak diperlukan penanganan khusus, dan pembengkakan akan menghilang dalam beberapa hari. 5

Perdarahan Subgaleal Perdarahan subgaleal adalah perdarahan ke dalam kompartemen subgaleal. Kompartemen subgaleal adalah ruang potensial yang berisi jaringan ikat tersusun longgar; terletak di bawah galea aponerosis, suatu selubung tendo yang menghubungkan otot frontal dan oksipital dan membentuk permukaan dalam kulit kepala. Cedera terjadi karena gaya yang menekan, kemudian menarik kepala melalui pelvic outlet (Moe dan Paige, 1998). Ada beberapa laporan mengenai kekhawatiran terhadap penggunaan ekstraktor vakum pada kelahiran dan hubungannya dengan perdarahan subgaleal (peringatan kesehatan masyarakat FDA, 1998; Paluska, 1997). Perdarahan bisa melewati batas tulang, sering sampai posterior ke leher, dan berlanjut setelah kelahiran, dengan potensial komplikasi serius. 5 Deteksi dini adanya perdarahan sangat vital; inspeksi dan pengukuran lingkar kepala berkala untuk mengetahui perkembangan edema dan massa keras sangat penting. Tomografi terkomputerisasi atau pencitraan resonan magnetic berguna untuk konfirmasi diagnosis. Penggantian darah dan faktor pembekuan darah yang hilang diperlukan pada kasus perdarahan akut. Tanda awal adanya perdarahan subgaleal adalah posisi telinga bayi yang maju dan ke lateral akibat hematoma yang terbentuk di daerah belakang. Pemantauan bayi terkait perubahan tingkat kesadarannya juga merupakan kunci untuk temuan dan penatalaksanaan awal. Peningkatan bilirubin serum bisa terjadi sebagai akibat degradasi sel darah dalam hematoma. 5

Gambar 3. Trauma-trauma Kepala5

Pertimbangan Keperawatan Asuhan keperawatan diarahkan pada pengkajian dan observasi cedera kulit kepala biasa dan kehati-hatian melakukan observasi mengenai adanya komplikasi yang berhubungan seperti infeksi, atau yang jarang, kehilangan darah akut dan hipovolemia. Karena cedera yang kasat mata ini akan sembuh spontan, orang tua perlu jaminan mengenai sifat alaminya yang biasanya jinak/ringan.5

Kesimpulan
Pada masa BBL dapat dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan fisik yang dapat menganalisa trauma kelahiran pada kepala seperti sefahematom. Sedangkan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan berdasarkan usia gestasional dapat dilakukan dengan bantuan klasifikasi Lubchenco dan skala Ballard. Penilaian pada BBL dapat dilakukan berdasarkan skor APGAR, untuk menentukan apakah adanya asfiksia pada BBL. Sefalhematoma pada bayi tidak berbahaya bila tidak disertai komplikasi dan akan sembuh sendiri dalam beberapa waktu.

Daftar Pustaka
1. Kosim MS. Yunanto A. Dewi R. Sarosa GI. Usman A. Buku ajar neonatologi. Edisi-1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010. h. 71, 86. 2. Farrer H. Perawatan Maternitas. Edisi-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001. h. 103. 3. Manuaba IAC. Manuaba IBGF. Manuaba IBG. Buku ajar patologi obstetri untuk mahasiswa kebidanan. Edisi-1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009. h.1-2. 4. Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1998. h. 196-7. 5. Wong DL. Hockenberry-Eaton M. Wilson D. Winkelstein ML. Schwartz. Buku ajar keperawatan pediatrik wong. Edisi-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009. h. 232-6, 280-1. 6. Hidayat AAA. Asuhan neonatus, bayi, & balita: buku praktikum mahasiswa kebidanan. Edisi-1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009. h. 19-20. 7. Behrman. Kliegman. Arvin. Ilmu kesehatan anak Nelson. Edisi-15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000. h. 576.

Anda mungkin juga menyukai