Anda di halaman 1dari 6

PENGERTIAN KEBUDAYAAN MEGALITIK

Pengertian bangunan megalitik secara leksikal berasal dari bahasa Breton, yaitu kata mega yang berarti besar dan lithos yang berarti batu. Dengan demikian megalitik mempunyai kaitan dengan kebudayaan yang menghasilkan bangunanbangunan atau obyek-obyek yang pada umumnya dibuat dari batu-batu besar . Akan tetapi dalam kenyataannya tidak selalu diterapkan sesuai dengan arti yang sebenarnya. Secara etimologi peristilahan megalitik berasal dari kata mega dan lithos, mega berarti basar dan lithos berarti batu. Jadi pengertian megalitik adalah batu yang bentuknya besar. Ini menandakan bahwa terdapat suatu budaya yang menghasilkan bangunan dari batu besar yang di adikan sarana pemu aan dan uga benda-benda lain dari batu yang berhubungan dengan bangunan-bangunan makam. !ntuk masa sekarang pengertian megalitik lebih luas lagi dari yang di kemukakan di atas, begitupun angkauannya tidak hanya dihubungkan dengan batu besar. "onumen yang disusun dari batu kecil pun dapat digolongkan ke dalam kebudayaan megalitikum sepan ang monumen itu ada hubungannya dengan pemu aan terhadap arwah leluhur. Disamping itu beberapa ritus-ritus pemu aan nenek moyang walaupun tidak diabadikan dengan bangunan-bangunan megalitik namun tindakannyapun dapat digolongkan atau dapat dipandang sebagai mani#estasi dari kebudayaan megalitik. "ani#estasi semacam ini telah merasuk ke dalam sikap dan perilaku masyarakat pendukungnya sepan ang masa, sehingga tampak bangunan yang lengkappun suatu masyarakat dianggap melakukan upacara megalitik seperti di $ora a dalam hal ini pengorbanan kerbau yang berkaitan dengan pemu aan leluhur. Pola penghidupan pada masyarakat megalitik yang menon ol adalah upacara penguburan, terutama sekali seseorang yang mempunyai kedudukan yang tinggi dalam masyarakat. Penguburan sering dilakukan di daerah yang sering dihubungkan dengan se arah nenek moyangnya, atau tempat-tempat tiggi yang di sakralkan. %al ini disebabkan karena adanya kepercayaan bahwa roh seseorang yang meniggal tidak lenyap tetapi hidup di dunia arwah. Agar arwah mempunyai kedudukan yang tinggi di dunia arwah maka saat dikuburkan diikut sertakan bekal kubur burial gifts, baik pada pase penguburan yang pertama primary burial maupun penguburan yang kedua secondary burial. Sebagai puncak acara pada waktu penguburan dilakukan pemotongan hewan yang disertai pendirian bangunan dari batu besar. "elalui upacara dan pendirian bangunan tersebut diharapkan agar arwah si mati mendapat tempat yang khusus di dunia arwah, dan bagi yang ditinggalkan dapat memohon perlindungan untuk kese ahteraan hidupnya maupun untuk kesuburan tanaman. Pendirian monumen yang letaknya berdiri sendiri maupun yang berkelompok semuanya tidak luput dari latar belakang pemu aan kultus nenek moyang. Pada pola perkembangan tradisi megalitik uga ditandai dengan adanya ker asama dalam hal gotong royong di dalam mendirikan monumen, yang mana tidak dapat dilakukan seorang diri karena &olumenya besar dan berat. Pemu aan arwah nenek moyang yang telah mati pada

'aman megalitik merupakan ciri khas yang tidak pernah ditemukan pada tradisi lain. Pemu aan arwah nenek moyang itu sudah menyatu di kalangan pendukungnya yang mana tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mereka. Bahkan pemu aan itu berkembang terus sampai sekarang.

TRADISI MEGALITIK
$radisi megalitik yang muncul setelah tradisi bercocok tanam mulai meluas, tidak ketinggalan terus-menerus ikut menghayati setiap corak budaya yang masuk di Indonesia. Bentuk-bentuk menhir, batu, lumpang, batu dakon, serta susunan batu berundak masih banyak diperlihatkan di kuburan-kuburan islam maupun kristen, seperti yang terdapat di Sulawesi Selatan, (lores, dan $imor. Sebuah nisan dari kuburan islam yang menyerupai bentuk menhir setinggi )*+ atau lebih separti terdapat di Pulau Barang ,ompo dan Soppeng - Sulawesi Selatan.. DI (lores $engah terdapat kuburan bislam bersama-sama dengan batu yang mirip dolmen yang mungkin ber#ungsi sebagai pelinggih. Di Pulau $imor, di /abupaten Atambua terdapat sebuah tempat upacara megalitik yang terdiri dari tumpukan batu bersusun temugelang. Salah satu kehidupan sangat sederhana yang erat hubungannya dengan tradisi megalitik dan telah mengalami penelitian arkeologi maupun antropologis yang mendalam adalah daerah 0ias. $radisi megalitik masih kuat di Pulau ini karena oleh sar ana Pulau 0ias dianggap sebagai tempat dengan tradisi megalitik yang tergolong ma u. "asyarakat pendukung tradisi megalitik di Pulau Sulawesi ditandai dengan kehidupan yang bersi#at sakral dan pro#an yang tidak dapa bahwa sarana-sarana yang berkembang dengan kebutuhan sakral selalu berkaitan dengan kebutuhan pro#an, misalnya tempat tinggal selalu ditemukan bersama-sama dengan tempat pemu aan. Begitupun tradisi pendirian monumen megalitik selalu berdasarkan kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan yang mati, terutama akan adanya pengaruh yang kuat terhadap kese ahteraan hidup dan kesuburan tanaman. 1lehnya itu asa dari seseorang yang telah meninggal diabadikan dengan mendirikan bangunan yang berupa batu besar yang kemudian men adi medium pemu aan, penghormatan, tempat persinggahan sekaligus merupakan lambang si mati. Pola pemikiran semacam ini dapat ditemukan dalam pembuatan bangunanbangunan megalitik di Pangesoreng /abupaten "aros Sulawesi Selatan. Peninggalan megalitik yang tersebar di hampir seluruh Pulau Sulawesi bila ditin au dari #ungsinya secara umum dapat dibedakan atas dua bagian yaitu 2 -). ,i&ing "onument $radition, yaitu setiap peninggalan prase arah yang pada saat ditemukan masih dipergunakan oleh masyarakat pendukungnya sesuai dengan #ungsinya dan maksud-maksud tertentu yang ingin dicapai. -+. Dead "onument, yaitu peniggalan prase arah bangunan teras berundak-undak yang pada saat ditemukan sudah tidak digunakan lagi sesuai dengan #ungsinya pada masa lampau. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa peninggalan dari masa tradisi megalitik hampir tersebar di seluruh pelosok /epulauan Indonesia. Peninggalan kebudayaan megalitik tersebut &pada umumnya memperlihatkan corak dan bentuk-bentuk yang mendasar. "eskipun pada penampilannya memperlihatkan ciri-ciri yang ber&ariasi dan ukuran yang berneda-beda. Diantara semua temuan ada pula yang memiliki ciri khas tersendiri dan terbatas wilayah perkembangannya seperti kalamba -Sulawesi $engah., waruga -"inahasa., dan t dipisahkan dalam arti

sarko#agus -Bali.. 3iri-ciri khas tersebut menampakkan perbedaan kondisi lingkungan alam sekitar sebagai pembentuk kebudayaan dan tingkah laku manusia. Dari patung-patung dan alat-alat batu yang ditinggalkannya dapatlah diketahui bahwa sistem kepercayaan manusia prase arah di Sulawesi $engah adalah pemu aan arwah nenek moyang. Di antara peninggalan-peninggalan megalitikum di Sulawesi $engah di umpai bangunan menhir. Seperti kita ketahui bahwa menhir adalah bangunan yang melambangkan arwah nenek moyang dan men adi benda pu aan pada masa tersebut. Dari lukisan yang ada pada bangunanbangunan dapat pula diketahui bahwa mereka uga percaya pada adanya kekuatan pada setiap benda yang disebut dinamisme. Dapat dikatakan manusia-manusia prase arah di Sulawesi $engah dahulu menganut kepercayaan serba arwah atau animisme. %al ini diperkuat pula antara lain dari hiasan-hiasan yang di umpai pada peninggalan-peninggalan di ,ore !tara. Di sana ada lukisan kepala orang, buaya dan lain-lain yang menun ukkan bahwa mereka percaya pada adanya kekuatan gaib atau pada benda-benda dan makhluk hidup. /ekuatan itu terdapat di bagian tubuh tertentu, misalnya di kepala pada manusia. Demikian pula patung-patung orang yang ada, sepertinya itu merupakan patung-patung nenek moyang yang senga a dibangun untuk kepercayaan pemu aan. Adanya perbedaan bentuk serta tipe menhir di berbagai situs megalitik, karena mempunyai latar belakang konsep yang berbeda. Seperti halnya menhir yang ada di Poso, Sulawesi $engah mempunyai dua enis bentuk. Bentuk yang pertama adalah persegi empat pan ang dan menyerupai papan, sedangkan yang kedua berbentuk menyerupai batang pohon. Adapun bentuk pola biasanya berupa pahatan garis lurus hori'ontal yang mempunyai tu uan pro#an. "engenai menhir yang berbentuk pohon dapat di elaskan bahwa bagi masyarakat Poso, apabila suatu komplek ladang akan diker menentukan satu tempat yang ber#ungsi sebagai pusat yang artinya titik permulaan dan titik akhir dari segala kesibukan yang terdapat pada ladang itu dan temp4at itu disebut 5pongkaresi6. Di tempat ini ditanam pula sebuah pohon yang sangat subur tumbuhnya dan banyak buahnya dan dinamakan 5pokae6 -se enis #icus. adanya hubungan pohon pokae yang bisa mendatangkan kesuburan dan kese ahteraan dengan menhir yang berbentuk pohon. Salah satu temuan baru dari masa megalitik di /abupaten ,uwu Sulawesi Selatan dan uga dianggap cukup unik adalah bangun teras berundak situs 0e7ku "ombomg. "enurut deskripsi yang diberikan penemunya bahwa pada mulanya bangunan itu hanya beberapa bagian sa a yang nampak. %al ini disebabkan karena bentuk bangunan tersebut telah tertimbun &egetasi daun, beberapa pohon dan tanah. /elan utan tradisi megalik masih banyak terdapat di tempat-tempat lain di Indonesia.$radisi ini masih dilan utkan dengan nyata dan dengan mudah dapat dibedakan dari tradisi-tradisi sebagai inti kehidupan masyarakat seperti tanah $ora a dan tanah Batak tempat tradisi ini berkembang dalam corak-corak lokal dalam kondisi masa sekarang. Di Jawa yang telah banyak menerima pengaruh budaya dari luar agak sukar untuk menentukan kebiasaan-kebiasaan yang berasal dari 'aman

megalitik yang lain. Akan tetapi kadang-kadang tampak nyata sekali si#at megalitik ini di tempat-tempat yang menun ukkan betapa kuat tradisi ini berperan dalam beberapa aspek kehidupan. "asih banyak yang memerlukan penelitian dalam bidang ini untuk melihat persebaran kebudayaan megalitik serta pengaruh-pengaruh lain yang telah memberinya corak baru dalam kehidupan masyarakat. Suatu hal yang sudah elas ialah bahwa pemu aan arwah nenek moyang untuk mencapai kese ahteraan indi&idu dan masyarakat dapat ditemukan kembali hampir di seluruh Indonesia, baik dalam bentuknya yang kompleks di tempat-tempat yang melan utkan tradisi megalitik maupun dalam bentuk sederhana dimana tradisi tersebut hampir lenyap oleh adanya pengaruh budaya lain dalam kehidupan masyarakat.

SEJARAH PENELITIAN OBYEK MEGALITIK DI BONDOWOSO


Penelitian tentang obyek megalitik atau bangunan megalitik di Bondowoso, pertama kali dilakukan oleh Steinmet' pada tahun )898, mencakup daerah seperti Sumberpandan, $anam, $anggulangin, /retek, serta /emuningan - Steinmet', )989, )-:; .. Pada tahun )9+9 sampai dengan tahun )9<+ %.= &an %eekeren melan utkan penelitian yang pernah diteliti oleh Steinmet', antara lain meliputi daerah /retek, /emuningan, $anggulangin, Pakisan, $logosari, Sokosari, serta lahan perladangan desa Pakauman. Adapun obyek-obyek megalitik yang berhasil di dokumentasikan yaitu obyek dolmen, sarko#agus, arca megalitik atau patung nenek moyang, batu lumpang, pandhusa atau sering disebut dengan kuburan 3ina, serta monolit yang berbentuk silinder yang oleh penduduk setempat disebut dengan obyek batu kenong - %.= &an %eekeren, )9<), )-)8 .. Pada tahun )9<8, >illems mengadakan penelitian dan penggalian terhadap kelompok-kelompok batu kenong dab pandhusa di situs Pakauman. Berdasarkan penggalian terhadap pandhusa dolmen sebagai kuburan membuktikan bahwa pandhusa benar-benar digunakan sebagai kuburan. Di dalam kubur tersebut ditemukan tulang-tulang manusia, disamping sisa-sisa bekal kubur berupa pecahan periuk, gigi binatang ternak dan pecahan keramik 3ina abad ke-? "asehi. Penggalian terhadap kelompok-kelompok batu kenong menghasilkan gerabah berhias, manik-manik, #ragmen logam besi, dan pemukul kulit kayu dari batuan andesit - >.J.A >illems, )9<9, ?-@) .. Di elaskan pula bahwa tudak auh dari kelompok batu kenong dan pandhusa ditemukan patung nenek moyang bergaya statis. Arca megalitik mungkin erat sekali hubungannya dengan pemu aan nenek moyang.

Anda mungkin juga menyukai