Anda di halaman 1dari 14

PALMAR DEXTRA BENGKAK SEHINGGA KESULITAN MENGGENGGAM DAN MENULIS

Oleh:
Vita Paramitha Teken (10-2012-107) Email: vita.teken@civitas.ukrida.ac.id

PENDAHULUAN Tubuh manusia terdiri dari rangka yaitu rangkaian tulang-tulang yang saling berhubungan dan di bungkus oleh otot. Otot memberi bentuk tubuh manusia juga selain tulang. Bayangkan jika tubuh kita hanya tersusun dari rangka tanpa otot rangka(lurik), maka semua kegiatan atau aktivitas kehidupan sehari-hari kita tidak akan terlaksana. Karena pada otot terdapat berbagai protein khusus yang menghasilkan energi.1 Energi inilah yang kita gunakan dalam melakukan aktivitas kita sehari-hari. Menggerakan beberapa bagian dari tubuh kita berarti menggerakkan otot-otot tubuh kita. Misalnya, saat kita berjalan menuju kampus, saat kita menulis,saat kita berlari dan semua bentuk aktivitas. Saat menekuk lengan atas kita, ternyata terdapat banyak otot yang bekerja,yaitu otot bahu,otot lengan atas,otot lengan bawah,otot pergelangan tangan dan otot jari tangan. Struktur Mikroskopis Tulang Ketika kita masih bayi kita memiliki sekitar 300 tulang. Namun ketika kita beranjak dewasa beberapa dari tulang-tulang ini ada yang melebur hingga akhirnya menjadi 206 tulang. Struktur tulang ada yang dibedakan berdasarkan matriksnya dan ada yang berdasarkan jaringan dan sifat fisik tulang. Berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya tulang dibedakan menjadi dua jenis,yaitu: A. Tulang Rawan (Kartilago) Tulang rawan adalah tulang yang tidak mengandung pembuluh darah dan saraf kecuali lapisan luarnya (perikondrium). Tulang rawan memiliki sifat lentur karena tulang rawan tersusun atas zat interseluler yang berbentuk jelly yaitu kondroithin sulfat yang didalamnya terdapat serabut kolagen dan elastin. Maka dari itu tulang rawan bersifat lentur dan lebih kuat dibandingkan dengan jaringan ikat biasa.3 Pada zat interseluler tersebut juga terdapat rongga-rongga yang disebut lakuna yang berisi sel tulang rawan yaitu kondrosit. Tulang rawan terdiri dari tiga tipe yaitu: 1. Tulang rawan hialin: tulang yang berwarna putih sedikit kebiru-biruan, mengandung seratserat kolagen dan kondrosit. 2. Tulang rawan elastin: tulang yang mengandung serabut-serabut elastis. 3. Tulang rawan fibrosa: tulang yang mengandung banyak sekali bundel-bundel serat kolagen sehingga tulang rawan fibrosa sangat kuat dan lebih kaku.1,2

B. Tulang Keras (Osteon) Tulang keras atau yang sering kita sebut sebagai tulang berfungsi menyusun berbagai sistem rangka. Tulang tersusun atas: 1. Osteoblas: sel pembentuk jaringan tulang 2. Osteosit: sel-sel tulang dewasa 3. Osteoklas : sel-sel penghancur tulang Pada umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal dari material yang sama. Dari luar ke dalam kita akan dapat menemukan lapisan-lapisan berikut ini: A. Periosteum Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak. B. Tulang Kompak Tulang kompak terdiri dari sistem-sistem havers. Setiap sistem havers terdiri dari saluran havers yaitu suatu saluran yang sejajar dengan sumbu tulang, di dalam saluran terdapat pembuluh-pembuluh darah dan saraf. Disekeliling sistem havers terdapat lamela-lamela yang konsentris dan berlapis-lapis. Lamela adalah suatu zat interseluler yang berkapur. Pada lamela terdapat rongga-rongga yang disebut lacuna. Di dalam lakuna terdapat osteosit. Dari lacuna keluar menuju ke segala arah saluran-saluran kecil yang disebut canaliculi yang berhubungan dengan lakuna lain atau canalis havers. Canaliculi penting dalam nutrisi osteosit. Di antara sistem havers terdapat lamela interstitial yang lamela-lamelanya tidak berkaitan dengan sistem havers. Pembuluh darah dari periosteum menembus tulang kompak melalui saluran volkman dan berhubungan dengan pembuluh darah saluran havers. Kedua saluran ini arahnya saling tegak lurus. Dan tulang spons tidak mengandung sistem havers.5 Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang ini teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anakanak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur. Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.1,2 C.Tulang Spongiosa Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai dengan namanya tulang spongiosa adalah tulang yang memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat mampu memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa ini terdiri dari kisi-kisi tipis tulang ini yang disebut dengan namanya trabekula. D. Sumsum Tulang Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah sumsum tulang. Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang telah dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting dalam tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.1

Berdasarkan bentuknya terdapat tiga macam bentuk tulang yang menyusun rangka tubuh,yaitu: a. Tulang Pipa, berbentuk bulat panjang. Tulang pipa dijumpai pada anggota gerak. Setiap tulang pipa terdiri atas bagian batang dan dua bagian ujung. Tulang pipa bekerja sebagai alat ungkit dari tubuh dan memungkinkan adanya pergerakan. Di bagian tengah terdapat rongga besar yang berisi sumsum kuning dan banyak mengandung zat lemak. Contoh tulang pipa adalah tulang lengan atas, tulang hasta, tulang pengumpil, tulang telapak tangan, dan tulang betis. Bagian-bagian dari tulang pipa, antara lain adalah sebagai berikut: 1). Epifisis, yaitu kedua ujung tulang. 2). Diafisis, yaitu bagian tengah tulang 3). Cakraepifisis, yaitu sambungan epifisis dan diafisis. 4). Tulang rawan daerah sendi. 5) . Kanalis medularis, yaitu rongga memanjang di dalam diafisis yang diisi oleh sumsum tulang kuning. 6) . Periosteum,yaitu selaput yang menyelimuti bagian luar tulang. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat, dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot skeleton ke tulang dan berperan dalam nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusuk.

Gambar 1.Tulang Pipa b. Tulang Pipih, berbentuk pipih dan lebar. Tulang pipih terdiri atas dua lapisan jaringan tulang keras dan di tengahnya berupa lapisan tulang seperti bunga karang (spons) yang di dalamnya berisi sum-sum merah sebagai tempat pemben-tukan selsel darah. Tulang-tulang pipih berperan dalam melindungi organ tubuh. Tulang pipih terdapat pada tulang tengkorak, belikat, rusuk, dan tulang wajah.

Gambar 2. Tulang pipih(Tulang Tengkorak)

c. Tulang Pendek, berbentuk bulat dan berukuran pendek, tidak beraturan, misalnya terdapat pada tulang pergelangan tangan, pergelangan kaki, telapak tangan, dan telapak kaki. Tulang pendek diselubungi jaringan padat tipis. Tulang pendek sebagian besar terbuat dari jaringan tulang jarang karena diperlukan sifat yang ringan dan kuat. Karena kuatnya, maka tulang pendek mampu mendukung bagian tubuh seperti terdapat pada tulang pergelangan tangan.

Gambar 3. Tulang Pendek ( Tulang Tangan dan Kaki)

Tulang tulang pada manusia selain menyusun rangka, juga mempunyai fungsi lain, yaitu: a. Memberi bentuk tubuh b. Melindungi alat tubuh yang vital, c. Menahan dan menegakkan tubuh d. Tempat perlekatan otot e. Tempat menyimpan mineral terutama kalsium dan posfor f. Tempat pembentukan sel darah g. Tempat penyimpan energy, yaitu berupa lemak yang ada di sumsum kuning

Stuktur Mikroskopis tulang pada telapak tangan Tulang tangan tersusun atas tulang-tulang pergelangan tangan, telapak tangan, dan jari tangan. Tangan disusun oleh karpal skafoid, lunate, triquetrum, pisiform, trapesium, trapesoid, kapitatum, hamate. Telapak tangan (metakarpal) terdiri dari bagian dasar, batang, dan kepala. Jari tangan terdiri dari tiga ruas, kecuali ibu jari yang mempunyai dua ruas.

Gambar 4. Tulang Telapak Tangan

Stuktur Mikroskopis Sendi Di dalam tubuh kita tulang dapat berhubungan secara erat maupun tidak erat. Hubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya disebut artikulasi. 2 Agar artikulasi tersebut dapat bergerak diperlukan struktur khusus yang dinamakan dengan sendi. Sendi dibentukdarikartilagoyangberadadidaerahsendi.DiDidalamsistemrangkamanusiaterdapattigaje nishubunganantartulang,yaitu: 1. Sinartrosis yaitusendiyangtidakdapatdigerakkan 2. Amfiartrosis yaitusendiyangpergerakannyasedikit 3. Diartrosis yaitu sendi yang pergerakannya bebas 1.Sinartrosis Sinartrosis adalah hubungan antartulang yang tidak memiliki celah sendi. Hubungan antartulang ini dihubungkan dengan erat oleh jaringan ikat yang kemudian menulang sehingga sama sekali tidakbisadigerakkan.Ada duatipesinartrosis,yaitu: A.Suture Suture adalah hubungan antartulang yang dihubungkan dengan jaringan ikat serabut ikat padat. Contohnya pada tulang tengkorak. b.Sinkondrosis Sinkondrodis adalah hubungan antartulang yang dihubungkan oleh kartilago hialin. Contohnya hubungan antara epifisis dan diafisis pada tulang dewasa.

2.Amfiartrosis Amfiartrosis adalah sendi yang dihubungkan oleh kartilago sehingga memungkinkan untuk sedikitdigerakkan.Amfiartrosisdibagimenjadidua,yaitu: A.Simfisis Pada simfisis, sendi dihubungkan oleh kartilago serabut yang pipih. Contohnya pada sendi antartulangbelakangdanpadatulangkemaluan. B.Sindesmosis Pada sindesmosis, sendi dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan ligamen. Contohnyasendiantartulangbetisdantulangkering 3.Diartrosis Diartrosis adalah hubungan antartulang yang kedua ujungnya tidak dihubungkan oleh jaringan sehingga tulang dapat digerakkan. Hubungan antartulang diartrosis ini sering juga disebut sendi. Sendi pada Lengan menurut arah geraknya, persendian di bagian lengan terdapat beberapa sendi : A.Sendi Engsel, Pada sendi engsel, kedua ujung tulang berbentuk engsel dan berporos satu.Gerakannya hanya satu arah seperti gerak engsel pintu. Misalnya gerak sendi pada siku, lutut,matakaki,dan,ruasantarjari. 3 B.Sendi Pelana, Pada sendi pelana, kedua ujung tulang membentuk sendi seperti pelana dan berporos dua, tetapi dapat bergerak lebih bebas seperti orang naik kuda. Misalnya sendi antaratulangtelapaktangandenganpergelangantangan. C.Sendi Putar, Pada sendi ini, ujung tulang yang satu dapat mengitari ujung tulang yang lain. Bentuk seperti ini memungkinkan gerakan rotasi dengan satu poros. Misalnya sendi antara tulang hasta dan pengumpil, dan sendi antaratulangatlasdengantulangtengkorak. D.Sendi Luncur/Geser, Pada sendi luncur, kedua ujung tulang agak rata sehingga menimbulkan gerakan menggeser dan tidak berporos. Contohnya sendi antartulang pergelangan tangan, antar tulang pergelangan kaki, antartulangselangkadantulangbelikat E.Sendi Peluru, Pada sendi ini kedua ujung tulang berbentuk lekuk dan bongkol. Bentuk ini memungkinkan gerakan bebas ke segala arah dan berporos tiga. Misalnya sendi antara tulang gelang bahu dan lengan atas, dan antara tulang gelang panggul dan paha. F.Sendikondiloid/ellipsoid, Sendi kondiloid memungkinkan gerakan berporos dua dengan gerakan ke kiri dan ke kanan, ke depan dan ke belakang. Ujung tulang yang satu berbentuk oval dan masuk ke dalam suatu lekuk berbentuk elips. Misalnya sendi antara tulang pengumpil dan tulang pergelangan tangan. Struktur Mikroskopis otot Otot merupakan alat gerak aktif yang mempunyai ciri: A. Kontrakbilitas yaitu kemampuan alat untuk mengadakan perubahan menjadi lebih pendek dari ukuran semula. B. Ekstensibilitas yaitu kemampuan otot untuk relaksasi atau memanjang dari ukuran semula. Ekstensibilitas merupakan kebalikan dari kontrakbilitas. C. Elastisitas yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.

Otot permukaan ventral lengan bawah 1. Otot : M. Fleksor carpi radialis, Origo: Epicondilus medialis humeri, fascia antebrachii. Insertio: Permukaan palmar dasar Os metacarpi II (sering kali juga III).Fungsi :Sendi siku: Fleksi, pronasi. Sendi tangan : Fleksi palmar, abduksi ke arah radial. 2. Otot : M. Pronator teres Origo: Caput Humeral : Epicondilus medialis humeri, Caput ulna: Processus coronoideus ulna, Insertio: Permukaan radius bagian lateral, Fungsi: Pronasi. 3. Otot : M. Palmaris Longus. Origo: Epicondilus medialis humeri, fascia antebrachii, Insertio: Aponeurosis Palmaris Fungsi : Sendi siku : Fleksi, Pronasi. Sendi tangan : Fleksi palmar, penegangan aponeurosis palmaris. 4. Otot : M. Fleksor Digitorum superficialis. Origo: Epicondilus medialis humeri, Processus coronoideus. Insertio : Dengan empat tendo panjang pada landasan phalanx media jari ke 2-5. Fungsi: Sendi siku : Fleksi. Sendi tangan : Fleksi palmar, abduksi ke arah ulnar. Sendi-sendi dasar jari (II V) : fleksi, adduksi. Sendi jari proksimal (II V) : Fleksi. 5. Otot : M. Fleksor carpi ulnaris.Origo: Epicondilus medialis humeri, septum intermusculare brachii mediale. Insertio: Os pisiform. Fungsi: Sendi siku : Fleksi. Sendi tangan : Fleksi palmar, abduksi ke arah ulnar. Sendi-sendi dasar jari (II V) : fleksi, adduksi. Sendi jari proksimal (II V) : Fleksi.

Otot Radial Lengan Bawah 1. Otot : M. Brachioradialis. Origo: Margo lateralis humeri. Insertio: Processus styloideus radii. Fungsi: Sendi siku : Fleksi, Pronasi atau supinasi (Pergerakan memutar dari posisi akhir yang berlawanan ke posisi tengah tergantung dari sudut tekuk). 2. Otot : M. Fleksor carpi radialis longus.Origo:Margo lateralis humeri, Epicondilus lateralis. Insertio: Permukaan dorsal dari dasar os metacarpi II. Fungsi: Sendi siku : Fleksi, Pronasi atau supinasi (Pergerakan memutar dari posisi akhir yang berlawanan ke posisi tengah tergantung dari sudut tekuk). 3. Otot : M. Ekstensor carpi radialis brevis.Origo:Epicondilus lateralis humeri, Ligamen annulare radii. Insertio: Permukaan dorsal dari dasar os metacarpi III. Fungsi: Sendi tangan : Fleksi dorsal, abduksi ke radial.

Otot Permukaan Ventral Lengan Bawah Sebelah Dalam 1. Otot : M. Fleksor Digitorum Profundus. Origo: Facies anterior ulna (2/3 proksimal), Membrana interossea. Insertio:Basis phalanx distalis jari ke 3-5. Fungsi: Sendi siku : Fleksi. Sendi dasar jari (II-V) : Fleksi, adduksi. Sendi jari (II-V) : Fleksi. 2. Otot : M. Fleksor Policis Longus. Origo:Caput humeral (epicondilus medialis humeri), Caput Radiale (Facies anterior radii, distal dari tuberositas radii). Insertio Basis phalanx distalis ibu jari. Fungsi: Sendi tangan : Fleksi palmar. Sendi pelana ibu jari : oposisi, adduksi. Sendi ibu jari : Fleksi. 3. Otot : M. Pronator Quadratus. Origo: Margo anterior ulna (1/4 distal). Insertio: Margo dan facies anterior radius. Fungsi: Sendi radioulnar : Pronasi.

Otot merupakan kelompok jaringan terbesar dalam tubuh, dan membentuk sekitar separuh berat tubuh. Otot terdiri dari 3 jenis : otot rangka, otot polos, dan otot jantung. Sekitar 40% dari berat tubuh pada pria dan 32% pada wanita terdiri dari otot rangka, sementara sekitar 10% dari berat tubuh lainnya berupa otot polos dan otot jantung. Otot Tugas utama dari otot adalah berkontraksi. Walaupun secara struktural dan fungsional berbeda, ketiga jenis otot dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara sesuai dengan karakteristik umum mereka. Pertama, otot digolongkan sebagai seran lintang (otot rangka dan jantung) dan polos (otot polos), bergantung pada apakah dapat ditemukan pita atau garis gelap terang berganti-ganti saat otot dilihat di bawah mikroskop cahaya. Kedua, otot digolongkan sebagai voulnter (otot rangka) dan involunter (otot jantung dan otot polos), bergantung pada apakah dipersarafi oleh sistem saraf somatic dan berada di bawah pengaruh kesadaran atau oleh sistem saraf otonom dan tidak berada di bawah control kesadaran.(1,2) Tiga perbedaan tipe otot-otot tersebut adalah: 1. Otot rangka: - Melekat pada tulang. - Memberii bentuk postur dan menggerakkan tubuh. - Berkontraksi di bawah kesadaran 2. Otot jantung: - Kontraksi hanya pada jantung. - Berkontraksi di luar kesadaran. 3. Otot polos: - Berada pada pembuluh darah dan organ-organ berongga. - Mengatur pembuluh darah.- Bekerja di luar kesadaran.

Gambar 5. Tipe-tipe Otot.

Otot Rangka Sistem muskular (otot) terdiri dari sejumlah besar otot yang bertanggungjawab atas gerakan tubuh. Otot-otot volunter yang melekat pada tulang, tulang rawan, ligamen, kulit, atau otot lain melalui fibrosa yang disebut tendon dan aponeuris. Fungsi utama dari otot ini adalah menggerakkan tulang. Bentuknya bermacam-macam, ada yang pipih, ada yang seperti silinder, ada yang bersirip tunggal, dan ada juga yang bersirip banyak. Dalam menjalankan fungsinya menggerakkan tulang, ada bagian yang melekat pada tulang yang diam (origo) dan ujung lain melekat pada tulang yang bergerak (insersio). Serabut-serabut otot volunter, bersama selubung sarkolema, masing-masing tergabung dalam kumparan oleh endomisium dan dibungkus oleh perimisium. Kelompok serabut tersebut (fasikulus) digabungkan oleh selubung yang lebih padat, yang disebut epimisium dan gabungan fasikulus ini membentuk otot volunter badan individu. Otot rangka berwarna merah karena mengandung myoglobin. Baik diperhatikan lebih teliti, ada otot rangka yang lebih merah, yang baik untuk gerakan cepat dan kuat (seperti berlari). Ada otot rangka yang berwarna lebih muda yang dipersiapkan untuk lebih mampu menahan beban. Semua otot memiliki suplai darah yang baik dari arteriarteri di dekatnya. Arteriol pada perimisium memberii cabang kapiler yang berjalan dalam endomisium dan melintasi serabut-serabut. Pembuluh darah dan saraf memasuki otot bersama-sama di daerah hilum.(4,5) Otot terdiri dari: 1. Serabut otot rangka. Pada gambar 2, diperlihatkan bahwa semua otot rangka dibentuk oleh sejumlah serabut yang diameternya berkisar dari 10 sampai 80 m. Masingmasing serabut ini terbuat dari rangkaian subunit yang lebih kecil, yang juga diperlihatkan pada gambar 2 tersebut. Pada sebagian besar otot rangka, masingmasing serabutnya membentang di seluruh panjang otot. Kecuali pada sekitar 2 ersen serabut, masing-masing serabut biasanya hanya dipersarafi oleh satu ujung saraf, yang terletak di dekat bagian tengah serabut. 2. Sarkolema. Sarkolema adalah membrane sel dari serabut otot. Sarkolema terdiri dari membrane sel yang sebenarnya, yang disebut membrane plasma, dan sebuah lapisan luar yang terdiri dari satu lapisan tipis materi polisakarida yang mengandung sejumlah fibril kolagen tipis. Di setiap ujung serabut otot, lapisan permukaan sarkolema ini bersatu dengan serabut tendon, dan serabut-serabut tendon kemudian berkumpul menjadi berkas untuk membentuk tendon otot dan kemudian menyisip ke dalam tulang.

3. Miofibril; Filamen aktin dan miosin. Setiap serabut otot mengandung beberapa ratus hingga beberapa ribu myofibril, berupa bulatan-bulatan kecil pada potongan melintang. Setiap miofibril tersusun oleh sekitar 1500 filamen miosin yang berdekatan dan 3000 filamen aktin, yang merupakan molekul protein polimer besar yang bertanggungjawab untuk kontraksi otot sesungguhnya. Filamen-filamen ini dapat dilihat dari pandangan longitudinal dengan mikrograf electron. Filamen tebal tersebut adalah miosin dan filamen tipis adalah aktin. Filamen miosin dan filamen aktin sebagian saling bertautan sehingga myofibril memiliki pita terang dan gelpa yang berselang-seling. Pita-pita terang hanya mengandung filament aktin dan disebut pita I karena bersifat isotropic terhadap cahaya dan dipolarisasikan. Pita-pita yang mengandung filamen-filamen miosin, dan ujung-ujung filamen aktin tempat pita-pita tersebut menumpang0tindih miosin, yang disebut pita A karena bersifat anisotropic terhadap cahaya yang dipolarisasikan. Penonjolan-penonjolan pada filament miosin merupakan jembatan silang. Interaksi antara jembatan silang dan filamen aktin tersebut adalah peristiwa yang menyebabkan kontraksi. Ujung-ujung filament aktin melekat pada lempeng Z. dari lempeng ini, filamen-filamen tersebut memanjang dalam dua arah untuk sling bertautan dengan filamen miosin. Lempeng Z, yang terdiri atas protein filamentosa, yang berbeda dari filamen aktin dan miosin, berjalan menyilang melewati miofibril dan juga menyilang dari satu miofibril ke miofibril lainnya, dan melekatkan miofibril satu dengan yang lain di sepanjang otot. Oleh karena itu, seluruh serabut otot mempunyai pita terang dan gelap seperti yang terdapat pada tiap-tiap miofibril. Pita-pita ini memberi corakan bergaris pada otot rangka dan otot jantung. Bagian miofibril (atau seluruh serabut otot) yang terletak antar dua lempeng Z yang berurutan disebut sarkomer. Bila serabut otot berkontraksi, panjang sarkomer kira-kira 2m. Pada ukuran panjang ini, filament aktin bertumpang tindih seluruhnya dengan filamen miosin, dan ujung filamen aktin mulai bertumpang tindih satu sama lain. Pada ukuran yang panjang ini, otot juga mampu menimbulkan kontraksi terbesarnya.

Gambar 6. Struktur Otot

Mekanisme Kontraksi Otot Kontraksi otot berawal dari membran neuron membebaskan neurotransmitter asetilkolin sebagai respon terhadap suatu potensial aksi yang sampai pada terminal sinaptik sebuah neuron.4 Asetilkolin berdifusi melalui persambungan neuromuskuler dan mendepolarisasikan membran plasma serabut otot, dan potensial aksi akan merambat di sepanjang serabut itu dan masuk ke dalam tubula T transversal). Di dalam sel otot, potensial aksi tersebut memicu pelepasan Ca2+ dari retikulum sarkoplasmik ke dalam sitoplasma. Ca2+ memulai peluncuran filamen dengan cara pengikatan miosin ke aktin. Kepala miosin akan menghidrolisis ATP menjadi ADP dan fosfat anorganik (P) dan berada dalam konfigurasi berenergi tinggi. Kemudian kepala miosin berikatan dengan aktin dan membentuk titian silang. Dengan membebaskan ADP dan P (fosfat), miosin berelaksasi sampai pada keadaan energi rendahnya, yang meluncurkan filamen tipis. Pengikatan satu molekul baru ATP akan membebaskan kepala miosin. Pada dasarnya, ketika otot berkontraksi tidak terjadi perubahan panjang filamen tebal dan tipis, tetapi zona H dan pita I memendek. Oleh karena itu, susunan filamen yang saling menjalin harus bergeser/meluncur melewati satu sama lain sewaktu kontraksi. Jembatan silang (cross-bridge) yang menghubungkan filamen tebal dan tipis di tahap-tahap tertentu siklus berkontraksi menghasilkan dan mempertahankan tegangan otot. Mekanisme Relaksasi Otot Mekanisme relaksasi pada otot mirip dengan proses repolaisasi pada sel saraf. Relaksasi otot diawali dengan penurunan permeabilitas membran sarkolema, retikulum sarkoplasma, dan tubulus transversus terhadap kalsium. Hal ini menyebabkan pemasukan kalsium ke sarkoplasma terhenti. Proses tersebut dilanjutkan dengan pengaktifan pompa kalsium, yang akan meningkatkan pemompaan kalsium dari sarkoplasma ke tempat penyimpanan di dalam retikulum sarkoplasma turun secara signifikan sehingga troponin C tidak lagi berikatan dengan kalsium. Dengan demikian, konformasi dan posisi troponin serta aktin dan miosin akan kembali seperti semula sehingga relaksasi pun terjadi. Pengaktifan pompa kalsium menuntut ketersediaan energi untuk memompakan kalsium dari sarkoplasma kembali masuk ke tubulus transversus dan retikulum sarkoplasma. Hal ini dapat diatasi dengan adanya retikulum sarkoplasma ATP-ase.5 Sumber energi untuk kontraksi. Karena ATP yang tersimpan dalam otot biasanya akan habis setalah sepuluh kali kontraksi, maka ATP harus dibentuk kembali untuk kelangsungan aktivitas otot melalui sumber lain.6 1. Kreatin fosfat (CP). Senyawa berenergi tinggi lainnya merupakan sumber energi yang langsung tersedia untuk memperbaharui ATP dari ADP (CP +ADP ATP + kreatin). a. CP memungkinkan kontraksi otot tetap berlangsung saat ATP tambahan dibentuk melalui metabolisme glukosa secara anaerob dan aerob. b. CP menyediakan energi utnuk sekitar 100 kontraksi dan harus disintesis ulang dengan cara memproduksi lebih banyak ATP (ATP + kreatin ADP + CP). c. ATP tambahan terbentuk dari metabolisme glukosa dan asam lemak melalui reaksi aerob dan anaerob. 2. Reaksi anaerob (jalur glikolisis) a. Otot dapat berkontraksi secara singkat tanpa memakai oksigen dengan menggunakan ATP yang dihasilkan melalui glikolisis anaerob, langkah pertama dalam respirasi selular.

b. Glikolisis berlangsung dalam sarkoplasma, tidak memerlukan oksigen, dan melibatkan pengubahan satu molekul glukosa menjadi dua molekul asam piruvat. c. Glikolisis anaerob berlangsung cepat tetapi tidak efisien karena hanya menghasilkan dua molekuk ATP per molekul glukosa. Mekanisme interaksi aktin dan miosin 1. Hipotesis sliding filament Dikemukakan oleh Hansen dan Huxley pada 1955. a. Selama kontraksi, panjang miofilamen aktin dan miosin tetap sama tetapi saling bersilangan, sehingga memperbesar jumlah tumpang tindih antar filamen.7 b. Filamen aktin kemudian menyusup untuk memanjang ke dalam pita A, mempersempit dan menghalangi pita H. c. Panjang sarkomer (dari garis Z ke garis Z lain) memendek saat kontraksi. d. Pemendekan sarkomer akan memperpendek serabut otot individual dan keseluruhan otot. 2. Dasar molekular untuk kontraksi a. Molekul miosin terbentuk dari dua rantai protein berat yang identik dan dua pasang rantai ringan. (1) Bagian ekor rantai yang berat berpilin satu sama lain dengan dua kepala protein globular, atau crossbridge, menonjol di salah satu ujungnya. (2) Crossbrodge menghubungkan filamen tebal ke filamen tipis. Setiap crossbridge memiliki sisi pengikat aktin, sisi pengikat ATP, dan aktivitas ATPase (enzim yang menghidrolisis aktivitas ATP). (3) Beberapa ratus molekul miosin tersusun dalam setiap filamen tebal dengan ekor cambuknya yang saling bertumpang tindih dan kepala globularnya menghadap ke ujungnya. b. Molekul aktin tersusun dari tiga protein. (1) F-aktin fibrosa terbentuk dari dua rantai globular G-aktin yang berpilin satu sama lain. (2) Molekul tropomiosin membentuk filamen yang memanjang melebihi subunit aktin dan melapisi sisi yang berikatan dengan crossbridge miosin. (3) Molekul troponin berikatan dengan molekul tropomiosin dan menstabilkan posisi penghalang pada molekul tropomiosin. Tropomiosin adalah suatu kompleks yang tersusun dari: (a) Satu polipeptida yang mengikat tropomiosin (b) Satu polipeptida yang mengikat aktin (c) Satu polipeptida yang mengikat ion-ion kalsium. c. Jika kalsium (Ca++) tidak ada, topomiosin dan troponin mencegah terjadinya ikatan antara aktin dan miosin. d. Jika kalsium ada, maka reorganisasi troponin-tropomioson memungkinkan terjadinya hubungan antara aktin dan miosin.

Kolagen, Elastin, Glikosaminoglikan Kolagen, merupakan protein utama jaringan ikat,jumlahnya 1/3 masa tubuh. Kolagen tidak larut dalam air,di cerna lambat oleh pepsin dan HCL,asam amino utama kolagen adalah glisin.Kolagen bila didihkan dalam air atau asam dapat diubah menjadi gelatin,kolagen terdapat pada tilang,jaringan bawah kulit,dan ligamentum.8 Elastin, Merupakan jaringan elastis kuning seperti karet, banyak di temukan pada ligamentum,dan pembuluh darah. Jumlahnya hanya 1/6%, tidak larut tetapi dapat di cerna,tidak diubah menjadi gelatin. Proteoglikan,tersebar banyak pada jaringan: tulang,kartilago,kornea,gigi,cairan sinovial.Proteoglikan mengikat banyak air untuk membentuk matriks ekstra seluler berbentuk gel. Proteoglikan terdiri dari, Polisakarida(95%) yang terdiri dari glikosaminoglikan= gula amin= mukopolisakarida,Protein (5%). Ada macam-macam glikosaminoglikan: kondroitin 4 sulfat, kondroitin 6 sulfat, keratansulfat 1 & 2, heparin, heparan sulfat, dermatan sulfat,asam hialuronat. KESIMPULAN Sendi merupakan suatu ruangan diantara dua atau beberapa tulang berdekatan. Fungsi sendi adalah memberikan fleksibilitas terhadap tulang-tulang untuk bergerak. Jika sendi mengalami suatu gangguan, maka secara otomatis gerakan-gerakan tubuh juga mengalami gangguan. Sehingga dapat dikatakan bahwa sendi merupakan salah satu faktor utama penyebab suatu gerakan terganggu. Akan tetapi selain sendi, otot dan tulang juga merupakan faktor utama penyebab gangguan pada gerak. Dimana otot merupakan alat penggerak dan tulang menjadi alat yang akan digerakan. Dan otot serta tulang pun tidak akan dapat bergerak dengan baik jika tidak ada yang memberikan fleksibilitas. Otot,tulang dan sendi merupakan suatu kesatuan untuk melakukan suatu gerakan. Gerakan ini terjadi ketika otot berkontraksi dan relaksasi. Pada saat kontraksi bagian dalam struktur otot mengeluarkan ion-ion, mineral, dan beberapa enzim. Dan jika terjadi gangguan pada tulang,sendi,dan otot maka terjadi kesulitan mengenggam dan menulis. DAFTAR PUSTAKA 1. Damjanov I. Tulang dan sendi. Dalam: Histopatologi. Jakarta: Widya Medika;2000: 422. 2. Pearce EC. Kerangka anggota gerak bawah. Dalam: Anatomi dan fisiologi untuk paramedis Jakarta: PT Gramedia;2001:81-5. 3. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo;2008: 25-8. 4. Faiz O, Moffat D. At aglance anatomi. Jakarta: Erlangga;2003:108-9. 5. Watson R. Struktur dan kerja otot. Dalam: Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Ed.10. Jakarta: EGC; 2002: 193-194. 6. Murray RK. Otot & Sitoskeleton. Dalam: Murray RK, Granner DK, Rodwell VW,penyunting. Biokimia Harper. Ed.27. Jakarta: EGC; 2006: 582-7. 7. Litwak SR.. Energy Metabolism. In: Caballero B, Trugo LC, Finglas PM, editors. Encyclopedia of Food Sciences & Nutrition. Ed.2. Eds. Academic Press. 2003; 125-7. 8. Havenetidis K, Matsuka O, Cooke CB, Theodore A. The use of varying creatine regimens on sprint cycling. Journal of Sports Science & Medicine; 2003: 88-97.

Anda mungkin juga menyukai