Anda di halaman 1dari 2

Konsep kebudayaan tamansiswa

1. Konsepsi dasar Tamansiswa untuk mencapai cita-citanya adalah Kebu-dayaan, Kebangaan, Pendidikan, Sistem Kemasyarakatan, dan Sistem Ekonomi Kerakyatan. Intinya ialah, bangsa ini tidak boleh kehilangan jati diri, menjaga keutuhan dalam berbangsa, menjalankan pendidikan yang baik untuk mencapai kemajuan, terjadinya harmonisasi sosial di dalam masyarakat, serta menghindari terjadinya kesenjangan ekonomi yang terlalu tajam antarwarga Negara. 2. Kebudayaan nasional pada dasarnya merupakan puncak-puncak dan sari-sari kebudayaan daerah yang ada di Indonesia. Kebudayaan nasional bukanlah sesuatu yang statis akan tetapi bergerak dinamis sesuai dengan irama kemajuan jaman. Dalam konsep ini seluruh kebudayaan daerah dihargai sebagai aset kebudayaan nasional; di sisi yang lain adanya kemajuan kebudayaan sangat dimungkinkan, baik kebudayaan nasional maupun daerah.

3. Kebudayaan Tamansiswa mengembangkan Konsep Trikon yang terdiri dari kontinuitas, konvergensitas, dan konsentrisitas. Maksudnya, hendaknya kita ini mampu melestarikan budaya adhi luhung para pendahulu dengan tetap memberikan ruang kepada budaya manca untuk saling berkolaborasi. Meski demikian dalam kolaborasi antara budaya kita dengan budaya manca tersebut hendaknya menghasilkan budaya baru yang lebih bermakna. 4. Kebudayaan Tamansiswa mengembangkan Konsep Trisakti Jiwa yang terdiri dari cipta, rasa dan karsa. Adapun maksudnya adalah, untuk melaksanaan segala sesuatu mka harus ada kombinasi yang sinergis anatara hasil olah piker, hasil olah rasa, serta motivasi yang kuat di dalam dirinya. Kalau untuk melaksanakan segala sesuatu itu hanya mengandalkan salah satu diantaranya saja maka kemungkinannya akan tidak berhasil.

5. Kebudayaan Tamansiswa mengenbangkan Konsep Trihayu yang terdiri dari memayu hayuning sarira, memayu hayuning bangsa, dan memayu hayuning bawana. Maksudnya adalah, apa puhn yang diperbuat oleh seseorang itu hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya dan bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya. Kalau perbuatan seseorang hanya menguntungkan dirinya saja maka akan terjadi sesuatu yang sangat individualistik. 6. Untuk menjadi pimpinan di tingkat manapun kebudayaan Tamaniswa mengajarkan Konsep Trilogy Kepemimpinan yang terdiri dari ing ngarsa sung tuladha, ing madya

mangun karsa, serta tut wuri handa-yani. Maksudnya adalah, ketika berada di depan harus mampu menjadi teladan (contoh baik), ketika berada di tengah-tengah harus mampu membangun semangat, serta ketika berada di belakang harus mampu mendorong orang-orang dan/atau pihak-pihak yang dipimpinnya.

7. Kebudayaan Tamansiswa mengembangkan Konsep Tripantangan yang terdiri dari pantang harta, praja, dan wanita. Adapun maksudnya adalah, kita dilarang menggunakan harta orang lain secara tidak benar (misal korupsi), menyalahgunakan jabatan (misal kolusi), dan bermain wanita (misal menyeleweng). Ketiga pantangan ini hendaknya tidak dilanggar.

Anda mungkin juga menyukai