Anda di halaman 1dari 7

TEORI UANG DARI ALFRED MARSHALL

Tugas ini disusun untuk melengkapi nilai pada mata kuliah Teori Ekonomi Makro di Semester II

Disusun oleh: Nama Kelas NIM : Sherly Wijaya : PA204 : 121422

Dosen Pembimbing : Dra. Endang Kusdiah Ningsih, MSi.

STIE MUSI PALEMBANG


Jl. Bangau No. 60 Palembang 30113, Sumatera Selatan

Teori Kuantitas Uang

Teori kuantitas uang Irving Fisher dimodifikasi oleh para ekonom Cambridge Inggris misalnya Alferd Marshall dan A.C. Pigou. Teori ini lebih menekankan pada pentingnya uang sebagai alat penimbun kekayaan. Ekonom Cambridge itu beranggapan bahwa permintaan seseorang akan sejumlah uang berbanding langsung dengan pendapatan seseorang akan sejumlah uang berbanding lurus dengan pendapatan nominalnya. Dalam kondisi masyarakat, selalu ada sebagian dari pendapatan yang dianggap layak untuk dimiliki dalam bentuk uang kas untuk keperluan transaksi. Dengan demikina masyarakat memilih mtif uang kas untuk keperluan transaksi karena adanya perbedaan waktu antara saat menerima pendapatan dengan saat pengeluaran pendapatan untuk memenuhi kebutuhan. Teori kuantitas uang diterangkan dengan menggunakan persamaan berikut:

Md = k . Y Keterangan: Md (money ) k (koefisien) Y (income) Teori Sisa Tunai = Jumlah nominal uang yang diminta = Faktor pembanding (sebuah tetapan) = Pendapatan maksimal nominasi

Kalau pendapatan nasional maksimasi itu tidak lain adalah P.T, maka teori kuantitas uang ini memiliki pandangan yang sama dengan teori sisa tunai yang juga dikembangkan oleh Alfred Marshall. Teori sisa tunai diterangkan dengan menggunakan persamaan berikut. M = k. P. T Keterangan: M = permintaan/penawaran uang k = suatu angka pecahan yang menggambarkan bahwa permintaan uang meliputi suatu proporsi dari pendapatan nasional P = tingkat harga

T = jumlah barang-barang dan jasa yang diperjualbelikan dalam perekonomian (pendapatan nasional riil)

Teori ini juga menerangkan sifat hubungan di antara penawaran uang dan tingkat harga. Perubahan dalam penawaran uang akan mengakibatkan perubahan yang sama presentasinya keatas tingkat harga. Perubahan penawaran uang tidak mempengaruhi tingkat kegiatan ekonomi; ia hanya mempengaruhi tingkat harga, upah nominal dan pendapatan nasional Teori sisa tunai mempunyai pandangan yang sama dengan teori kuantitas uang. Teori ini pada dasarnya berpandangan sama dengan teori kuantitas, yaitu perubahan penawaran uang akan menimbulkan perubahan tingkat harga dengan proporsi atau persentase yang sama besarnya. Dengan kata lain, bahwa perubahan dalam penawaran uang akan menimbulkan perubahan harga-harga yang sama tingkatnya. Perubahan dalam uang beredar akan menimbulkan perubahan yang sama lajunya ke atas harga-harga. Menurut teori sisa tunai bahwa perubahan permintaan uang adalah proporsional dengan perubahan pendapatan nasional. Apabila membandingkan persamaan M.V = P. T dengan persamaan M = k. P. T dapat dibuktikan secara matematis, rumus kuantitas uang tidak berbeda dengan teori sisa tunai, dengan pengertian:

V di sini adalah kecepatan peredaran uang yag dihitung hanya atas dasar transaksi pendapatan saja, atau dengan kata lain V di sini adalah berapa kali per tahun jumlah uang berdar digunakan untuk membeli produksi barang dan jasa yang dihasilkan suatu Negara (V = income velocity of circulation). Teori sisa tunai tidak berbeda pandanagnnya dengan teori kuantitas, yaitu perubahan dalam penawaran uang akan mengakibatkan perubahan yang sama persentasenya dengan perubahan tingkat harga. Misalnya, bila diketahui pendapatan nasional (PT) = Rp100.000,00 dan jumlah uang beredar Rp20.000,00, maka nilai k dapat diketahui dengan rumus:

k = 20.000/100.000

k = 0,2 Nilai k dapat pula diperoleh dengan rumus k = 1/V sehingga k= 1/5 = 0,2. Walaupun teori sisa tunai berpandangan sama dengan teori kuantitas, akan tetapi teori sisa tunai tidak terlalu menekankan hubungan di antara penawaran uang dengan tingkat harga. Penekanan teori sisa tunai adalah analisis mengenai tujuan masyarakat untuk meminta uang dan bagaimana faktor ini menentukan jumlah uang yang diperlukan masyarakat. Dalam menerangkan teori sisa tunai Marshall berpandangan bahwa masyarakat memegang uang terutama untuk membiayai transaksi yang dilakukannya. Kemudian Pigou menambahkan bahwa alasan lain masyarakat memegang uang adalah untuk berjaga-jaga. Dalam teori sisa tunai k adalah bagian dari pendapatan masyarakat yang tetap dipegang mereka dalam bentuk tunai. Di dalam teori ini dianggap bahwa besarnya jumlah uang yang akan dipegang oleh mayarakat adalah sebanding dengan pendapatan mereka. Misalnya, di dalam suatu masyarakat secara rata-rata orang pada umumnya memegang uang tunai sebesar sepuluh persen dari pendapatannya, maka k adalah 1/10. Ini berarti apabila seseorang berpendapatan Rp100.000 maka Rp10.000 akan selalu disimpannya dalam bentuk uang tunai dan apabila pendapatan adalah sebanyak Rp300.000 yang disimpan adalah Rp30.000. Mengenai hubungan perubahan permintaan/penawaran uang dengan perubahan pendapatan nasional dan perubahan tingkat harga berdasarkan teori sisa tunai dapat diketahui dengan cara berikut : Bila penawaran uang bertambah 5% atau Rp.1.000, sehingga M = Rp.21.000, maka : M = kPT 21.000 = 0,2(100)P 21.000 = 20P P = 1.050 Harga (P) meningkat 5 % atau Rp.50/kg, yaitu dari Rp.100/kg menjadi Rp.1.050/kg. Selanjutnya pendapatan nasional nominal meningkat dari Rp.100.000 menjadi PT = 1.050(100) = Rp.105.000. Pendapatan nasional nominal mengalami pertumbuhan sebesar Rp.5.000 atau 5 %. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa peredaran uang tergantung kepada corak dari kebiasaan masyarakat dalam memegang uang. Makin besar bagian

dari pendapatan masyarakat yang disimpan makin lambat kelajuan peredaran uang , dan begitu pula sebaliknya.

Teori Permintaan Uang

Kemudian kita telaah fungsi permintaan uang yang lebih umum dan tealisitis, yang mengansumsikan permintaan terhadap keseimbangan uang riil bergantung pada tingkat bunga dan pendapatan: (M/P)d = L (i, Y) Fungsi permintaan uang di atas digunakan ketika membahas hubungan antara uang dan harga serta ketika mengembangkan model IS-LM. Permintaan atau kebutuhan masyarakat akan uang untuk transaksi ini disingkat dengan huruf L1 (dari Liquidity demand). L1 ini terutama tergantung pada tingkat produksi dan pendapatan (riil maupun nominal). Bila produksi bertambah besar dan pendapatan masyarakat meningkat (atau bila harga-harga naik), maka lebih banyak uang diperlukan untuk transaksi jual-beli barang dan jasa. Jadi, L1 ikut naik kira-kira secara proporsional dengan kenaikan produksi (dan meluasnya penggunaan uang dalam masyarakat). Ini dapat ditulis: L1 = f (NNP) atau L1 = k. Y Artinya permintaan akan uang untuk tujuan transaksi ada hubungan konstan (k) dengan (atau merupakan % tertentu dari) NNP dan pendapatan nasional (riil atau nominal) dan tidak tergantung dari tinggi-rendahnya suku bunga. Permintaan akan uang untuk transaksi ini (L1) tidak banyak menimbulkan persoalan. Dewasa ini jumlah uang beredar (M1) biasanya dengan cukup mudah dan cepat dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat oleh sistem perbankan. Asal saja dijaga agar tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Berdasarkan teori kuantitas dan teori sisa tunai sebagai teori permintaan uang dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menentukan permintaan menurut pandangan Klasik adalah : (a) Nilai transaksi yang berlaku dalam perekonomian dalam suatu waktu tertentu, yang diukur berdasarkan nilai produksi nasional yang diciptakan (Y). (b) Kecepatan peredaran uang dalam perekonomian (nilai V atau 1/k).

Sebagaimana telah diuraikan bahwa menurut Klasik nilai V adalah tetap, maka nilai transaksi terhadap produksi nasional, merupakan faktor utama yang menentukan permintaan uang dalam perekonomian dan perubahan permintaan dari waktu ke waktu. Dengan demikian tujuan masyarakat meminta (memegang) uang adalah untuk kegiatan transaksi. Di samping itu menurut A.C. Pigou adalah untuk kebutuhan berjaga-jaga.

Kelemahan-kelemahan dari Teori Kuantitet Uang

Kelemahan terpenting daripada teori kunatitet terletak pada permisalannya bahwa penggunaan tenaga penuh selalu wujud dalam perekonomian sehingga T adalah tetap besarnya. Dalam kenyataan sebenarnya, seperti telah berulang-kali ditekankan, kebanyakan perekonomian selalu menghadapi masalah pengangguran. Oleh karena itu, T akan dapat dengan mudah ditambah apabila terdapat pertambahan permintaan atas barang-barang. Apabila kemungkianan untuk menambah produksi wujud, pertambahan dalam uang berdar belum tentu akan menaikkan harga-harga. Kalaupun terjadi keniakan harga-harga, maka tingkat kenaikan ini tidaklah sebesar tingkat kenaikan jumlah uang beredar. Maka, di dalam masa pengangguran, teori kuantitet mempunyai kemampuan yang lemah sekali di dalam meramalkan akibat dari perubahan uang beredar ke atas harga-harga maupun pendapatan nasional. Banyak ahli ekonomi meragukan pula kebenaran permisalan lainnya dari teori kuantitet, yaitu bahwa kelajuan peredaran uang adalah tetap, terutama apabila hal itu dikaitkan dengan keadaan di dalam jangka pendek. Di dalam masa inflasi selalu

terdapat kecenderungan di kalangan masyarakat untuk secepat-cepatnya membelanjakan uang yang dipegangnya.Kecenderunagn ini akan mempercepat lajunya peredaran uang. Di dalam masa pengangguran yang serius, keadaan yang sebaliknya yang berlaku. Masyarakat cenderung untuk lebih berhati-hati dalam berbelanja dan ini akan mengurangi kelajuan dari peredaran uang. Di samping itu, di dalam jangka panjang kelajuan peredaran uang menunjukkan kecenderungan yang menaik, yaitu secara perlahan nilai V makin lama makin bertambah besar. Sistem pembayaran gaji yang bertambah baik, perbaikan dalam sistem keuangan dan perbankan, dan perbaikan dalam sistem perhubungan adalah beberapa faktor penting yang akan menaikkan nilai V dalam jangka panjang.

DAFTAR PUSTAKA
Davitri, Shelly Sagita. 2012. Permintaan dan Penawaran Uang. Diunduh pada 15 Mei 2013, uang.html Ilham, M. 2008. Ekonomi Moneter. Makalah pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Haluoleo Kendari Mankiw, Gregory N. 2000. Teori Makro Ekonomi. Erlangga: Jakarta Sukirno, Sadono. 1996. Makroekonomi. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta Sulistyo. 1986. Buku Materi Pokok Pengantar Ekonomi Makro I. Karunika, Universitas Terbuka: Jakarta http://sagita-shelly.blogspot.com/2012/05/permintaan-dan-penawaran-

Anda mungkin juga menyukai