Anda di halaman 1dari 1

Namaku, Mukarrama. Singkat tapi kebanyakan orang salah dalam menulis dan melisankannya. Nama panggilanku banyak. Sungguh.

Tapi sejujurnya aku lebih suka dipanggil Mukarrama karena bukankah setiap nama adalah doa? Aku bertempat tinggal di Kompleks Perumahan Lutang bersama seorang bapak bernama Ir. Ilham dan istrinya bernama Hj. Nursam---Ibu tiriku. Di SMP NEG 3 Majene, aku pernah diutus mewakili sekolah dalam Lomba MIPA IPS yang diadakan SMA 2 Majene, pernah ikut sebagai finalis dalam Lomba PASIAD tingkat nasional dan terakhir meraih peringkat 2 umum di sekolah. Walaupun masih sedikit, aku percaya aku memiliki potensi besar yang belum sempat dilirik publik karena sifatku yang pemalu dan tertutup. Sedikit menyesal memang mengapa tidak mempergunakan peluang dan kesempatan yang ada waktu itu tapi sudahlah, tidak perlu banyak menyedihkan masa lalu, aku berjanji akan bersungguh-sungguh untuk mencetak prestasi tiga tahun kedepan. Aku bercita-cita menjadi seorang dokter. Oh tidak, mungkin ibuku saja yang mencitacitakannya. Setahu dan seingatku tidak seorangpun siap kehilangan, kalaupun ada mungkin bukan kehilangan namanya tapi menghilangkan. Aku merindukan ibuku tapi aku sadar selama ini aku hanya sekadar berkata kosong, I want to be a doctor, ah kosong! Aku menyenangi membaca dan menulis, semua tentang sastra.. dan belakangan ini aku tertarik membaca buku terlarang. Aku menyenangi puisi, entah Sapardi, Charles Bukowski, Stephanie King, Stephanie Meyer. Tapi sebagian orang selalu menatap pesimis ketika tahu aku ingin menjadi penulis. Aku seorang pendiam, dan sebenarnya kugunakan untuk mengamati. Setiap orang berbeda ya, tergantung visi misi orang tersebut. Cara kita menghadapi si A, si B, si C, pasti beda-beda. Setiap orang pernah lelah, bosan, marah, sedih, senang, jatuh cinta, bahagia dan ada juga yang tidak mengerti perasaannya. Dan sekarang, aku ingin menjadi seorang psikolog, menghadapi banyak pemikiran yang kompleks serta imajinasi yang liar banyak orang. Iya, akhirnya aku akan menjadi psikolog yang sukses. Orangtuamu boleh menggunakan telunjuknya tapi jangan lidahnya, seharusnya. Banyak cara membuat orangtua bahagia, salah satunya; berbahagialah! Jadi berbahagialah, saya!

Anda mungkin juga menyukai