BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Menurut situs berita Tempo.com, sejak 2006 hingga 2012, tercatat ada 182 kasus kelalaian medik atau bahasa awamnya malpraktek yang terbukti dilakukan dokter di Balikpapan. Diberitakan pula, malpraktek ini terbukti dilakukan dokter setelah melalui sidang yang dilakukan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI). Sekilas melalui cuplikan berita di atas, dapat disimpulkan, sungguh keliru pemahaman masyarakat awam karena sebenarnya pengertian antara kelalaian medis
dengan malpraktik adalah jauh berbeda. Begitu pula dengan dokter dan tenanga medis, seharusnya melaksanakan praktik kesehatan sesuai standar profesi dan melindungi diri dengan rekam medis yang benar dan akurat. 6 Dengan semakin berkembangnya dunia kesehatan di Indonesia, rekam medik mempunyai peranan tidak kalah pentingnya dalam menunjang pelaksanaan sistem kesehatan nasional. Rekam medik sangat penting selain untuk diagnosis, pengobatan juga untuk evaluasi pelayanan kesehatan, peningkatan efisiensi kerja melalui penurunan mortalitas dan motilitas serta perawatan penderita yang lebih sempurna. Rekam medik harus berisi informasi lengkap perihal proses pelayanan medis di masa lalu, masa kini, dan perkiraan terjadi di masa yang akan datang.1,4 Dokter yang merawat pasien bertanggungjawab atas kelengkapan dan keakurasian pengisian rekam medis. Di dalam praktek memang dapat saja pengisian rekam medis dilakukan oleh perawat, namun dokter yang merawat pasienlah yang bertanggung jawab. Perlu diingat kelengkapan dan keakurasian isi rekam medis sangat bermanfaat, baik bagi perawatan dan
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013
pengobatan pasien, bukti hukum bagi rumah sakit dan dokter, maupun bagi kepentingan penelitian medis dan administratif. 1 Diantara semua manfaat rekam medis yang terpenting adalah aspek hukum rekam medis. Pada kasus malpraktek medis, keperawatan maupun farmasi, rekam medis merupakan salah satu bukti tertulis yang penting. Berdasarkan informasi dalam rekam medis, petugas hukum serta majelis hakim dapat menentukan benar tidaknya telah terjadi tindakan malpraktek, bagaimana terjadinya malpraktek tersebut serta menentukan siapa sebenarnya yang bersalah dalam perkara tersebut ? 1 Masih banyak tenaga kesehatan yang kurang mengetahui pentingnya rekam medis, sehingga dalam melakukan tindakan atau mencatat keluhan pasien tidak semua tindakan atau keluhannya ditulis bahkan tidak dibubuhi tanda tangan, nama dan waktu baik oleh dokter maupun perawat. Sedangkan apabilah tindakan atau keluhan pasien yang tidak ditulis, secara yuridis tidak dilakukan atau tidak ada keluhan. Berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap dokter dan dokter gigi, maraknya tuntutan hukum yang diajukan masyarakat dewasa ini sering kali diidentikan dengan kegagalan upaya penyembuhan yang dilakukan dokter dan dokter gigi. Sebaiknya apabila tindakan medis yang dilakukan dapat berhasil berkelebihan, padahal dokter dan dokter gigi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya hanya berupaya untuk menyembuhkan, dan kegagalan penerapan ilmu kedokteran tidak selalu identik dengan kegagalan tindakan. 1,5 Setiap penyelenggara praktik kedokteran, kegagalannya dianggap suatu malpraktik kedokteran, yang menuntut pertanggungjawaban dokter dan dokter gigi. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul pertanyaan apakah yang dimaksud dengan malpraktik dan rekam medis itu? Bagaimanakah peran rekam medis pada kasus dugaan malpraktik ? dan pada sistem hukum malpraktik dan rekam medis diatur dimana saja ?
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013
1.2. Identifikasi Masalah Dari uraian pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahnya sebagai berikut: 1. Dokter dan tenaga kesehatan belum benar benar memahami tentang rekam medis yang benar dari aspek medikolegal 2. Dokter dan tenaga kesehatan belum benar benar memahami tentang manfaat rekam medis di sarana pelayanan kesehatan 3. Masyarakat belum mengetahui aspek hukum malpraktik dalam bidang kedokteran 4. Banyak laporan dugaan malpraktik yang yang menjadi kasus malpraktik akibat rekam medis yang tidak benar dan kurang akurat
1.3. Batasan Masalah Dalam referat ini penulis akan memberikan batasan masalah yaitu sebagai berikut: 1. Pengertian malpraktik 2. Pengertian rekam medis 3. Hubungan antara rekam medis dengan penyelesaian kasus dugaan malpraktik 4. Aspek medikolegal antara rekam medis dan malpraktik dalam undang undang kesehatan
1.4. Tujuan Referat Adapun tujuan penulis membuat referat ini adalah: 1. mengetahui dan memahami tentang malpraktik secara medikolegal 2. mengetahui dan memahami aspek medikolegal rekam medis 3. mengetahui dan memahami hubungan rekam medis dalam kasus dugaan malpraktik.
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013
Rekam Medis 2.1. Pengertian Menurut beberapa referensi, pengertian rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.1,4,5 Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas, anamesa, penentuan fisik, laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang rawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. 1,4 Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya sekedar kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem penyelenggaraan rekam medis yaitu mulai pencatatan selama pasien mendapatkan pelayanan medik, dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medik yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani permintaan/peminjaman apabila dari pasien atau untuk keperluan lainnya. 1,4
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013
2.2. Isi Rekam Medis Adapun isi rekam medis, antara lain : 1. Pasien rawat jalan memuat, antara lain : identitas pasien, tanggal dan waktu, hasil anamesa (mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit), hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik, diagnosis, rencana penatalaksanaan, pengobatan atau tindakan,
pelayanan lain yang diberikan kepada pasien, untuk pasien gigi dilengkapi dengan odontgram klinik, dan persetujuan tindakan bila diperlukan. 2. Pasien rawat inap memua, antara lain : identitas pasien, tanggal dan waktu, hasil anamesa (mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit), hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik, diagnosis, rencana penatalaksanaan, pengobatan atau tindakan,
persetujuan tindakan bila diperlukan, catatan observasi klinis dan hasil pengobatan, ringkasan pulang (discharge summary), nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan, pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu, dan untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik. 3. Pasien gawat darurat memuat, antara lain : identitas pasien, kondisi pasien saat pasien tiba disarana pelayanan kesehatan, identitas pengantar pasien, tanggal dan waktu, hasil anamesa (mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit), hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik, diagnosis, diagnosis, pengobatan atau tindakan, ringkasan kondisi pasien sebelum meninggakan pelayanan unit gawat darurat dan atau rencana tindak lanjut, nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan, sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan kesarana pelayanan kesehatan lain, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1,4,5
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013
2.3. Manfaat Rekam Medis Manfaat-manfaat rekam medis, antara lain : 1. Pengobatan pasien Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan dan menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang harus diberikan kepada pasien. 2. Peningkatan kualitas pelayanan Membuat rekam medis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran dengan jelas dan lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal. 3. Pendidikan dan Pelatihan Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis penyakit, pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat untuk bahan informasi bagi pengembangan bahan pengajaran dan penelitian diidang profesi kedokteran dan kedokteran gigi. 4. Pembiayaan Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan pembiayaan dan pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan, catatan tersebut dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien 5. Statistik kesehatan Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya untuk mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk menentukan jumlah penderita pada penyakit-penyakit tertentu. 6. Pembuktian masalah hukum, disiplin, dan etik Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin, dan etik. 1,4,5
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013
2.4. Penyimpanan dan Pemusnahan Rekam Medis Rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib disimpan sekurangkurangnya lima tahun dari tanggal pasien terakhir berobat, setelah lima tahun rekam medis dapat dimusnahkan kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik. Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik harus disimpan dalam jangka waktu 10 tahun dari tanggal dibuatnya ringkasan tersebut, penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan sarana pelayanan kesehatan. 1,4
2.5. Kerahasiaan Rekam Medis Dalam Undang-undang praktik kedokteran bahwa rekam medis harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan. Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan perundang-undangan. Dalam undang-undang Rumah Sakit pasal 38 bahwa setiap Rumah Sakit harus menyimpan rahasia kedokteran. Dan dalam pasal 57 undang-undang tentang kesehatan setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan. Kepemilikan Rekam Medis diatur dalam pasal 12 PERMENKES NO 269 tahun 2008 tentang rekam medis bahwa berkas rekam medis adalah milik sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isinya adalah milik pasien. Isi rekam medis dalam bentuk ringkasan rekam medis. 1,4
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013
2.6. Aspek Hukum, Disiplin Dan Etik Rekam Medis Rekam medis dapat digunakan sebagai salah satu alat bukti tertulis di pengadilan, dan dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam medis selain mendapat sanksi hukum juga dapat dikenakan sanksi disiplin dan etik sesuai dengan UU praktik kedokteran, peraturan KKI, Kode Etik kedokteran Indonesia (KODEKI), dan Kode Etik kedokteran Gigi Indonesia (KODEKGI). Dalam Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia tentang tata cara penanganan kasus dugaan pelanggaran disiplin, ada 3 alternatif sanksi disiplin yaitu : 1. Pemberian peringatan tertulis. 2. Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik. 3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi. 1,4,5
Malpraktik Kedokteran
2.7. Pengertian Sedangkan untuk malpraktik itu sendiri bila diartikan berdasarkan arti kata berasal dari kata malpractice atau bad practice yang berarti dalam tatanan bahasa Indonesia yaitu praktik yang jelek atau buruk. Menurut teori dan doktrin, sesuatu tindakan praktik kedokteran yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi dapat dikategorikan sebagai perbuatan malpraktik dokter dilihat dari 3 aspek/hal: 1. Intentional Professional Misconduct, yaitu bahwa seorang dokter atau dokter gigi dinyatakan bersalah/buruk berpraktik, bilamana dokter tersebut dalam berpraktik melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap standar-standar dan dilakukan dengan sengaja. Dokter yang berpraktik dengan tidak mengindahkan standar-standar dalam aturan yang ada dan tidak ada unsur kealpaan/kelalaian. Misalnya seorang dokter atau dokter
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013
gigi sengaja membuat keterangan palsu atau tidak sesuai dengan diagnosis ataupun memang sama sekali tidak melakukan pemeriksaan. Seorang dokter membuka rahasia pasien dengan sengaja tanpa persetujuan pasien ataupun tanpa permintaan penegak hukum sebagaimana diatur dalam undang-undang. Seorang dokter melakukan aborsi tanpa indikasi medis (illegal). 2. Negligence atau tidak sengaja (kelalaian) yaitu seorang dokter atau dokter gigi yang karena kelalaiannya (culpa) yang mana berakibat cacat atau meninggalnya pasien. Seorang dokter atau dokter gigi lalai melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan sesuai dengan keilmuan kedokteran, maka hal ini masuk dalam kategori malpraktik, namun juga hal ini sangat tergantung terhadap kelalaian yang mana saja yang dapat dituntut atau dapat dihukum, hal ini tergantung oleh hakim yang dapat melihat jenis kelalaian yang mana. Misalnya dokter sebelum melakukan tindakan medis seharusnya melakukan sesuatu terlebih dahulu namun itu tidak dilakukan atau melakukan sesuatu tapi tidak sempurna. 3. Lack of Skill yaitu seorang dokter atau dokter gigi yang melakukan tindakan tulang. 1,4,5 Ketiga hal tersebut diatas itulah berdasarkan teori masuk kategori malpratik namun bagaimana secara yuridis atau aturan hukum positif kita. Dalam undang-undang kesehatan maupun dalam undang-undang praktik kedokteran tidak ada satu kata pun yang menyebut kata malpraktik. Pada undang-undang kesehatan menyebut kesalahan/kelalaian yang dilakukan dokter atau doker gigi dan dalam undang-undang praktik kedokteran menyebut kata kesalahan saja. Begitu pula dalam kitab undang-undang hukum pidana maupun kitab undang-undang hukum perdata hanya menyebut kata kesalahan dan kelalaian. 1,2,3 Bilamana kita menelaah dan mengkaji tentang malpraktik dalam hukum positif kita, maka dapatlah dikatakan bahwa malpraktik yang medis tetapi diluar kompetensinya atau kurang
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013
10
dimaksud itu adalah perbuatan-perbuatan yang jelek atau buruk yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi yang dikarenakan karena adanya kesalahan atau kelalaian oleh dokter atau dokter gigi yang berakibat cacatnya pasien atau matinya pasien ataupun akibat lain terhadap pasien. 1,2,3
2.8. Pembagian Malpraktik Malpraktik sendiri dibagi menjadi 2 yaitu : 2.8.A. Crime Malpractice Terjadi bila sesorang dokter menangani suatu kasus telah melanggar hukum dan menyebabkan dia dituntut oleh negara, misalnya: Seorang dokter diminta untuk mengobati pasien dan dia melaukan kesalahan terhadap pasien tersebut Seorang dokter spesialis bedah plastik yang mengubah wajah seorang atau merusak sidik jari seseorang dengam tujuan mempersulit identifikasi Seorang dokter dapat dituduh melakukan criminal malpractice bila dokter tersebut mengakibatkan luka atau kematian terhadap pasien dengan metode pengobatan yang sama sekali tidak benar dan berbahaya. Seorang dokter juga dapat dituntut melakukan criminal malpractice bila: Melakukan abortus tanpa indikasi medis Melakukan euthanasia Membocorkan rahasia kedokteran Tidak melakukan pertolongan darurat terhadap seseorang atas dasar prikemanusiaan. Melakukan tindakan medis tanpa informed consent Kurang hati-hati sehingga pasien menderita luka atau meninggal dunia Kurang hati-hati sehingga meninggalakan gunting dalam perut pasien
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013
11
Pada crime malpractice tanggung jawab selalu bersifat individual dan personal. Oleh sebab itu daapat dialihkan kepada orang lain atau kepada korporasi (misalnya perusahaan atau badan hukum). 1,2,3
2.8.B. Civil Malpractice Civil malpractice adalah tipe malpraktik dimana dokter karena pengobatannya dapat mengakibatkan pasien meninggal atau luka tetapi dlam waktu yang sama tidak melanggar hukum pidana. Sementara negara tidak dapat menuntut secara pidana tetapi pasien atau keluarganya dapat menggugat dokter secara perdata untuk mendapatkan uang sebagai ganti rugi. 1,2,3 Tanggun jawab dokter tersebut tidak berkurang meskipun pasien tersebut kaya atau tidak mampu membayar. Misalnya seorang dokter ynag menyebabkan pasien luka atau meninggal akibat pemakaian metode
pengobatan yang sama sekali tidak benar dn berbahaya tetapi sulit dibuktikan peanggaran pidananya, maka pasien atau keluarganya dapat menggugat perdata. 1,2,3 Pada civil malpractice, tanggung gugat dapat bersifat individual atau korporasi. Dengan prinsip ini maka rumah sakit dapata bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan oleh dokter-dokternya asalkan dapat dibuktikan bahwa tindakan dokter itu dalam rangka melaksanakan kewajiban rumah sakit. 1,2,3
2.8.C. Administrative Malpractice Didalam UU RI No. 29 tahun 2004 dan di dalam permenkes RI No.512/Menkes/per/IV/2007 dijelaskan bahwa seorang dokter yang praktik harus punya sertfikat kompetensi, Surat tanda Registrasi, dan surat Ijin
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013
12
Praktik kalau seorang dokter tidak mempunyai selain dokter mendapat sanksi pidana, sanksi perdata, juga sanksi administrasi. 1,2,3 Kata-kata malpraktek tidak dijumpai di hukum indonesia baik di KUHP, KUH Perdata, UU RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, maupun UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, tetapi kejadian-kajadian seperti malpraktek di Indonesia itu ada. Misalnya seorang dokter melakukan abortus tanpa indikasi medis, seorang dokter melakukan usaha kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi atau standar prosedur operasional. 1,2,3 Menurut UU RI No. 36 Tahun 2009 : 1,2,3 Pasal 22 (1) Tenaga Kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum Pasal 23 (1) Tenaga kesehatan berwenang untu menyelenggarakan pelayanan kesehatan (2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
sebagaimana domaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai denan bidang keahlian yang dimiliki (3) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah Pasal 29 Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dakam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013
13
Pasal 34 (2) Penyelenggaraan fasilitas kesehatan dilarang mempekerjakan tenaga kesehatan yang tidak memiliki kualifikasi dan izin melakukan pekerjaan profesi Pasal 51 (1) Upaya kesehatan diselenggaraka untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi individu atau masyarakat (2) Upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada standar pelayanan minimal kesehatan Pasal 56 (1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lenggkap (2) Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku pada: a. Penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular ke dalam masyarakat yang lebih luas b. Keadaan seseorangg yang tidak sadarkan diri atau c. Gangguan mental berat Pasal 57 (1) Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikeukakan kepada pelanggara pelayanan kesehatan (2) ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal : a. Perintah undang-undang b. Perintah pengadilan
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013
14
c. izin yang bersangkutan d. Kepentingan masyarakat atau e. Kepentingan orang tersebut Pasal 63 (4) Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Pasal 65 (1) transpalntasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan difasilitas pelayanan kesehatan tertentu Pasal 67 (1) Pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian organ tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan di fasilitasi pelayanan kesehatan tertentu. Pasal 68 (1) Pemasangan implan obat dan atau alat kesehatan dalam tubuh manusia hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan di fasilitaasi pelayanan esehatan tertentu. Pasal 69 (1) Bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu (2) Bedah plastik dan rekonstruksi tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat dan tidak dapat ditujukan untuk mengubah identitas
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013
15
Pasal 75 (1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi (2) larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan : a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyuitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan atau b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan (3) Tindakan sebagimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapt dilakukan setelah melalui konseling dan atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang. (4) ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan sebagimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Penjelasan Pasal 75 (3) Yang dimaksud dengan konselor adalah setiap orang yang telah memiliki sertifikat sebagai konselor melalui pendidikan dan pelatihan.Yang dapat mnjadi konselor adalah dokter,psikolog, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan setiap orang yan mempunyai minat dan memiliki ketrampilan untuk itu. Pasal 76 Aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 hanya dapat dilakukan : a. Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertam haid terakhir kecuali dalam hal kedaruratan medis
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013
16
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki ketrampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh mentri c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan d. Dengan izin suami kecuali korban perkosaan dan e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh menteri.
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013
17
Di bidang kedokteran dan kedokteran gigi, rekam medis merupakan salah satu bukti tertulis tentang proses pelayanan yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi. Di dalam rekam medis berisi data klinis pasien selama proses diagnosis dan pengobatan (treatment). Oleh karena itu setiap kegiatan pelayanan medis harus mempunyai rekam medis yang lengkap dan akurat untuk setiap pasien dan setiap dokter dan dokter gigi wajib mengisi rekam medis dengan benar, lengkap dan tepat waktu. 1,2,3 Dengan berkembangnya ilmu kedokteran dimana pelayanan medis yang berbasis data sangatlah diperlukan maka data dan informasi pelayanan medis yang berkualitas terintegrasi dengan baik dan benar sumber utamanya adalah data klinis dari rekam medis. Data klinis yang bersumber dari rekam medis semakin penting dengan berkembangnya rekam medis elektronik, dimana setiap entry data secara langsung menjadi masukan (input) dari sistem/manajemen informasi kesehatan. 1,2,3 Karena belum tahunya manfaat rekam medis di pelayanan kesehatan terutama di rumaha sakit, sehingga tidak semua tindakan yang dilakukan di catat dan tidak di tanda tangani oleh petugas yang bersangkutan, bahkan menaruh rekam medis sembarangan sehingga orang yang tidak
berkepentingan dapat melihatnya. Di negara kita sifat kerahasiaan itu tidak begitu dirasakan, sehingga jika seorang anggota keluarga jatuh sakit, maka hal ini merupakan sesuatu yang harus diketahui juga oleh keluarga besarnya. Maka yang datang mengunjungi si sakit pun akan berbondong-bondong. Lihat aja di rumah
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013
18
sakit
dimana
diantara
keluraga
pasien
saling
berbicara
sedang
mengungkapkan penyakit pasien. Pembicaraan pun sering terjadi antar pasien yang saling menceritakan penyakitnya. Hanya mungkin terhadap penyakit menular kelamin kerahasiaan baru dipegang. Oleh karenanya sebagai akibat rekam medis masih kurang mendapatkan perhatian. 1,,4 Dalam pasal 48 ayat 1 undang-undang praktik kedokteran bahwa setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktek kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran. Dan dalam pasal 38 UU No 44 tahun 2009 tentang rumah sakit bahwa setiap rumah sakit harus menyimpan rahasia kedokteran. Kewajiban menyimpan rahasia kdokteran juga dikenakan terhadap tenaga kesehatan, para perawat, mahasiswa kedokteran dan perawatan yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan dan orang lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. 1,2,3 Dalam pasal 5 PERMENKES NO 269 tahun 2008 tetang Rekam Medis bahwa setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis, rekam medis segera dibuat dan dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan, dan setiap pencatatan dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan secara langsung.1,2,7 Dalam UU No 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran terdapat beberapa ketentuan yang berhubungan dengan penyelengaraan rekam medis yaitu tentang Standar Pelayanan, Persetujuan Tindakan Kedokteran, Rekam medis, Rahasia Kedokteran dan Kendali mutu dan kendali biaya. Sebagian besar ketentuan hukum tersebut adalah ketentuan yang telah diterbitkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Di bawah adalah ketentuan tersebut: 1. Pasal 44 ayat (1) menyatakan bahwa dokter dan dok ter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran dan kedokteran gigi.
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013
19
2. Pasal 45 ayat (5) menyatakan bahwa setiap tindakan kedokteran dan kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan 3. Pasal 46 ayat (1) menyatakan bahwa setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis. 4. Pasal 46 ayat (2) menyatakan bahwa rekam medis seb agaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan 5. Penjelasan pasal 46 ayat (3) menyatakan bahwa : yang dimaksud dengan petugas adalah dokter atau dokter gigi atau tenaga kesehatan lain yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien. Apabila dalam pencatatan rekam medis menggunakan teknologi informasi elektronik, kewajiban membubuhi tandatangan dapat diganti dengan menggunakan nomor identitas pribadi (personal identification number) 6. Pasal 47 ayat (2) menyatakan bahwa rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan. 7. Pasal 49 ayat (2) menyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan audit medis, dengan penjelasan bahwa yang dimaksud dengan audit medis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang dilaksanakan oleh profesi medis. 8. Pasal 79 menyatakan bahwa Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000.00 (lima puluh juta rupiah) setiap dokter dan dokter gigi yang (b) dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1)1,2,3,7 Berikut ini kami ilustrasikan beberapa kasus yang menunjukan bagaiamana Rekam Medis digunakan dalam pembuktian kasus malpraktek :
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013
20
1. Kasus Collin vs Westlake Community Hospital, 1974 Pada kasus ini pasien menggugat staf perawat di RS, yang menurutnya telah lalai dalam mengawasi kondisi dan sirkulasi peredaran darah pada kakinya selama dipasangi spalk kayu sehingga kakinya menjadi busuk dan harus diamputasi.Pengadilan memeriksa Rekam Medis dan dalam catatan perawat tidak didapatkan adanya catatan perawatan selama 7 jam yang kritis, menunjukkan adanya unsur kclalaian perawat.8 2. Kasus Wagner vs Kaiiser Foundation Hospital, 1979 Seorang pasien mengalami kerusakan otak setelah menjalani operasi mata. Hal ini diduga terjadi akibat kelalaian perawat dalam pengawasan jumlah dan kedalaman pemapasan selama pasien berada dalam ruang pulih sadar (recovery room ), sesaat setelah operasi selesai dilaksanakan. Dalam pembuktian di pengadilan didapatkan bahwa tidak didapatkan adanya catatan mengenai pengawasan tersebut pada kartu pencatatan yang sudah disediakan di recovery room. Dalam putusannya, Majelis Hakim menyalahkan petugas kesehatan tersebut karena menurutnya jika
pengawasan jumlah dan kedalaman pemapasan dilakukan dengan baik, maka akan dapat segera diketahui komplikasi yang terjadi dan karenanya masih ada waktu untuk memberikan oksigen untuk mencegah kerusakan otak.9 3. Kasus lain Rekam Medis Ketika seorang petugas kesehatan dituntut karena membuka rahasia kedokteran (isi rekam medis) kepada pihak ketiga tanpa izin pasien atau bahkan menolak memberitahukan isi rekam medis (yang merupakan milik pasien) ketika pasien menanyakannya. Seorang tenaga kesehatan dapat secara sengaja membuka rahasia pasien (isi Rekam Medis) dengan cara menyampaikannya secara langsung kepada orang lain. Akan tetapi ia dapat
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013
21
juga membukanya secara tidak sengaja, yaitu ketika ia membicarakan keadaan pasien dengan petugas kesehatan lain di depan umum atau jika ia menaruh Rekam Medis secara sembarangan sehingga orang yang tidak berkepentingan dapat melihatnya. Untuk tindakan membuka rahasia ini petugas kesehatan dapat dikenakan sanksi pidana, perdata maupun administrative. Secara pidana membuka rahasia kedokteran diancam pidana melanggar pasal 322 KUHP dengan ancaman hukuman selama-lamanya 9 bulan penjara. Secara perdata, pasien yang merasa dirugikan dapat meminta ganti rugi berdasarkan pasal 1365 jo 1367 KUH Perdata. Secara administratif, PP No.10 tahun 1966 menyatakan bahwa tenaga kesehatan yang membuka rahasia kedokteran dapat dikenakan sanksi admninistratif, meskipun pasien tidak menuntut dan telah memaafkannya. 1,2,3,7 Tidak kurang mulai dari ahli hukum sampai guru besar ilmu kedokteran mengkhususkan diri untuk belajar mengenai hal ini dengan tujuan yang sama yaitu membela kepentingan masyarakat dengan tidak mendeskreditkan profesi kedokteran itu sendiri. Namun banyaknya kejadian laporan malpraktik yang sampai ke pengadilan dan akhirnya membatalkan gugatan pasien menjadi salah satu indikasi banyak pihak yang masih belum benar-benar mengerti apa itu malpraktik bahkan ahli hukum sekalipun. Cukup memprihatinkan mengingat sepertinya -menurut saya- banyak pihak yang terlalu memaksakan sehingga asal ada kejadian yang tidak sesuai dengan keinginan pasien, lalu dianggap malpraktik, dan selanjutnya dengan bantuan orang ahli hukum memperkarakan dan membawa ke meja pengadilan.4,5
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013
22
Kesimpulan-kesimpulan dalam referat ini, antara lain : 1. Tiga kategori malpraktik dokter, yaitu: intensional professional misconduct, negligence, dan lack of skill. 2. Istilah malpraktik tidak dikenal dalam sistem hukum positif Indonesia, namun dalam undang-undang atau dalam hukum positif dikenal dengan istilah kesalahan dan kelalaian (negligence atau tidak sengaja) 3. Rekam medis yang baik adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas, anamesa, penentuan fisik, laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang rawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. 4. Rekam medis yang baik dan akurat akan membantu dalam penegakan kasus malpraktik atau kelalaian.
Saran-saran dalam makalah ini, antara lain : 1. Dokter dan tenaga kesehatan sebaiknya mengisi rekam medis dengan baik dan akurat agar sah secara medikolegal 2. Dokter yang menghadapi kasus dugaan malpraktik akan sangat terbantu dengan adanya rekam medis yang baik dan akurat hanya jika dokter tersebut telah melaksanakan pengobatan sesuai standar profesi dokter yang bersangkutan
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013
23
SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013